Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan
kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/
material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995). Sampah dalam ilmu
kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang
dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang,
sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal
dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang
bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat
padat (karena air bekas tidak termasuk didalamnya).
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya
ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal
ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga
memudahkan dalam pengangkutannya. Pengelolaan sampah baik itu yang bersifat
organik maupun anorganik sangatlah penting karena pengelolaan sampah memiliki andil
besar dalam pelestarian lingkungan, sehingga sangatlah penting bagi masyarakat
khususnya arsitek sebagai perencana hunian dalam mengatur sistem sampah dalam
suatu bangunan agar tidak memberi dampak yang buruk bagi lingkungan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa saja jenis sampah yang diproduksi civitas pada hunian observasi ?
2. Bagaimana sistem pewadahan sampah pada hunian observasi ?
3. Bagaimana sistem pengumpulan sampah pada hunian observasi?
4. Bagaimana sistem pengangkutan sampah pada hunian observasi?
5. Bagaimana sistem pembuangan sampah ke luar tapak pada hunian observasi?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat diuraikan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui apa saja jenis sampah yang diproduksi civitas pada hunian
observasi.
2. Dapat mengetahui bagaimana sistem pewadahan sampah pada hunian observasi.
3. Dapat mengetahui bagaimana sistem pengumpulan sampah pada hunian observasi.
4. Dapat mengetahui bagaimana sistem pengangkutan sampah pada hunian observasi.
5. Dapat mengetahui bagaimana sistem pembuangan sampah ke luar tapak pada hunian
observasi.

1.4 MANFAAT
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang telah dipaparkan
diatas, maka dapat diuraikan manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Mahasiswa
1. Mampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas khususnya
sistem sampah untuk mendukung kinerja bangunan.
2. Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem lingkungan dan utilitas khususnya
sistem sampah pada mata kuliah merancang arsitektur.

b. Tim Pengajar
1. Mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dasar sistem
lingkungan dan utilitas khususnya sistem sampah untuk mendukung kinerja bangunan
melalui proses pembelajaran yang sudah dijalankan.
2. Mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar sistem
lingkungan dan utilitas khususnya sistem sampah pada mata kuliah merancang arsitektur.

2
BAB 2

METODE DAN OBYEK

2.1 TINJAUAN PENELITIAN

3
Agar penelitian mengenai sistem sampah pada bangunan dua lantai yang menjadi
tugas dari Sains Bangunan dan Utilitas ini dapat terselesaikan dengan baik, maka
metodologi penelitiannya harus dipersiapkan dengan matang.
Secara garis besar, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis data laporan pada pelaksanaan dan pengaplikasian sistem sampah yang sudah
didapatkan. Sehingga akan diketahui indikasi dari nilai kelebihan dan kekurangan sistem
sampah yang sudah diaplikasikan tersebut.
Tahapan metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan,
tahap observasi (penelitian langsung ke lapangan, wawancara terhadap pihak terkait, dan
melakukan pengukuran serta pemeriksaan), tahap pengumpulan data kemudian dilanjutkan
tahapan analisa terhadap data-data yang sudah terkumpul.

2.2 TAHAPAN PERSIAPAN

Tahapan ini meliputi survey terhadap beberapa rumah tinggal di sekitar kawasan
Denpasar yang memiliki kriteria sesuai yang tertera pada tuntutan tugas. Setelah dilakukan
survey terhadap beberapa rumah, kemudian dipilih rumah yang paling cocok untuk
diobservasi, yaitu rumah milik bapak Anak Agung Bagus Ngurah Agung yang dihuni oleh
lima orang (bapak, ibu, 1 anak laki-laki dan 2 anak perempuannya) yang beralamat Jalan
Tukad Batanghari VII No.7 Denpasar, Bali.
Pendataan dilakukan setelah penulis melakukan studi pustaka sebagai bahan
referensi dan acuan dalam melakukan observasi terhadap komponen dan pemasangan sistem
sampah pada rumah tersebut.
.

2.3 TAHAPAN OBSERVASI

Jenis dan metodologi yang digunaan pada saat observasi adalah :

a. Metode Survey

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap


penghuni rumah tinggal tersebut tentang komponen, kelengkapan dan cara kerja dari

4
sistem sampah pada bangunan tersebut yang mereka ketahui. Serta apabila terdapat
keluhan pada pemasangan dan pengaplikasian sistem sampah pada rumah tersebut yang
dirasakan oleh penghuni dan harapan mereka jika akan dilakukan perbaikan pada
pemasangan sistem sampah seperti apa.

b. Metode Pengukuran dan Penelitian Langsung ke Lapangan


Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran dan penelitian langsung
terhadap sistem sampah pada rumah tersebut. Yang disurvey meliputi : apa saja jenis
sampah yang diproduksi, sistem pewadahan sampah, sistem pemilahan sampah, sistem
pengangkutan sampah ke luar tapak, apabila ada efek samping yang mengganggu,
efeknya seperti apa.

c. Metode Studi Pustaka dan Perbandingan


Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari hasil observasi
langsung dengan pengukuran dan penelitian dengan data dari bestek rumah tinggal yang
dimiliki oleh pemilik rumah.

2.4 TAHAPAN PENGUMPULAN DATA

Tahapan dari pengumpulan data-data observasi dimulai dengan :

1. Survey ke beberapa lokasi di sekitar Jalan Tukad Batanghari yang memiliki bangunan
berlantai 2

2. Pemilihan bangunan yang dirasa cocok untuk dilakukan observasi

3. Tahapan survey langsung ke lapangan


5
a. Wawancara langsung dengan narasumber

Daftar pertanyaan :

Apa saja jenis sampah yang dihasilkan penghuni


Apa saja yang penghuni ketahui tentang sistem sampah yang terpasang
pada bangunan rumah tinggal tersebut
Apa saja kelebihan ataupun kekurangan yang penghuni rasakan dari
pemasangan sistem sampah di rumah tersebut

b. Observasi dan pengukuran terhadap wadah sampah dan cara kerjanya

c. Pengumpulan dan rekap data

2.5 TAHAPAN PENELITIAN DATA

Tahapan penelitian data dilakukan setelah selesai melakukan rekap data dari hasil
observasi dengan cara melakukan studi literatur pada sumber-sumber yang tertera di daftar
pustaka kemudian membandingkannya pada pemasangan dan pengoperasian langsung pada
bangunan rumah tinggal tersebut mengenai kelayakan dan kekurangan pada pemasangannya.

2.6 TAHAPAN PENARIKAN KESIMPULAN DAN SARAN

Tahapan penarikan kesimpulan dan saran dilakukan setelah selesai melakukan


penelitian dan pembandingan data hasil observasi dengan teori yang didapatkan dari studi
pustaka. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian saran terhadap obyek yang diobservasi
jika terdapat kekurangan.

6
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

Pengertian Sampah dan Jenis jenisnya


Teori
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi atau sesuatu yang
7
harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena human waste tidak
termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk
didalamnya).
Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui
proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering dihutan yang terurai
menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang
disebabkan virus dan bakteri.

3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)
pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke
tempat sampah.
4. Sampah nuklir
Sampah nuklir merupakan hasil dari fisi dan fusi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-
tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat
yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang
namun kadang masih dilakukan).
5. Sampah industri
Sampah industri merupakan materil sisa atau material yang sudah tidak
terpakai lagi yang berasal dari kegiatan industri.Sampah industri dapat berupa
limbah kegiatan industri yang dapat mencemari lingkungan.
6. Sampah pertambangan
Sampah yang dihasilkan dari sisa sisa pertambangan

8
Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah
lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas
minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah
komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.
Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan
kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

Berdasarkan bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi
dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:

1.Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia,
urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur,
sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah
ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-
bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan
kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada
waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat
dibagi lagi menjadi:

9
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali

karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas,


pakaian dan lain-lain.
Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon
paper, thermo coal dan lain-lain.
2. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.

Pembahasan

Pada bangunan yang kami observasi jenis sampah yang dihasilkan adalah sebagai berikut
Berdasarkan sumbernya
1. Sampah alam
Sampah-sampah ini berupa daun-daun kering yang dihasilkan tanaman
yang tumbuh di halaman rumah.

Gambar Sampah Daun Kering di Halaman Rumah Observasi

2. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

10
3. Sampah konsumsi
Sampah ini berupa sisa makanan, kertas, kaleng, sisa sayuran dan lain
sebagainya.

Gambar Sampah Konsumsi Pada Rumah Observasi

Berdasarkan sifatnya
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)

Gambar Sampah Organik Berupa Daun Kering di Halaman Rumah Observasi

2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)

Gambar Sampah Anorganik berupa Sampah Plastik Pada Rumah Observasi

Berdasarkan bentuknya

11
1.Sampah padat

Gambar Sampah Padat Pada Rumah Observasi

2. Sampah cair

Gambar Sampah Cair Pada Rumah Observasi

Sistem Pemilahan dan Pengumpulan Sampah

Pewadahan Sampah
Teori
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya
ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal
ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga
memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis
sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnya
dalam upaya daur-ulang. Di samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka:
Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat diatasi.
Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat kendalikan
Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka pewadahan
sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu:

12
1. Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari sumbernya. Pada
umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan
mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di dapur, di ruang kerja, dsb. Biasanya
wadah samp ah jenis ini adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah
sampah level-2.
2. Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang menampung
sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari sumbernya. Wadah sampah level-2 ini
diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang
disediakan, seperti dalam apartemen bertingkat . Melihat perannya yang berfungsi
sebagai titik temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan
dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat permanen, seperti
yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah di Indonesia.
3. Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung
sampah dari wadah level-2, bila sistem memang membutuhkan. Wadah sampah ini
sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem
pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
sampah tersebut, maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut : kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau, tidak
dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya sesuai dengan sampah yang
akan ditampung.

Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya daur-ulang, yaitu


disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju adalah hal yang
umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari beragam jenis sesuai jenis
sampahnya. Namun di Indonesia, yang sampai saat ini masih belum berhasil menerapkan
konsep pemilahan, maka paling tidak hendaknya wadah tersebut menampung secara
terpisah, misalnya:
1. Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan, dengan
wadah warna gelap seperti hijau
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan wadah warna
terang seperti kuning
3. Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna merah, dan
dianjurkan diberi lambang (label) khusus

13
Pembahasan

a. Pewadahan Sampah

Level-1
Sampah level satu ini berupa bin dengan ketinggian 50 cm dan berdiameter
25cm. Sampah level satu ini diletakkan di dapur di dekat area memasak.
Penghuni melapisi bin ini dengan plastik dengan tujuan untuk
memudahkan ketika pengumpulan ke wadah level-2 dan mencegah wadah
sampah ini kotor dan bau dari sampah yang dibuang sehingga civitas tidak
perlu membersihkan wadah secara terus menerus.

Gambar wadah sampah level 1 pada bangunan observasi

14
Level-2
Wadah sampah level 2 ini diletakkan di depan rumah di tepi jalan,
tujuannya agar tukang sampah dapat dengan mudah mengumpulkan
sampah tanpa harus masuk ke dalam rumah (segi keamanan). Tingginya
hanya 20cm dengan diameter 80 cm. Hal ini menyebabkan sampah cepat
meluber ke jalan dan karena tingginya yang terlalu rendah. Hewan seperti
anjing dengan mudah dapat mengobrak abrik sampah tersebut.

Gambar wadah sampah level 2 pada bangunan observasi

Jika dihitung melalui perhitungan asumsi timbulan, diperoleh data sebagai berikut :
Jumlah civitas yang berkenaan dengan produksi sampah : 5 orang dewasa
Asumsi produksi sampah dalam satu hari (m3 atau liter) yaitu :2,5 liter/orang/hari
Asumsi produksi sampah rumah tinggal ini menjadi :
5 x 2,5 liter/orang/hari = 12,5 liter

Wadah sampah yang tersedia memiliki volume :


Level 1 : tinggi 50cm dan berdiameter 25cm
= 3.14 x12,5 cm x12,5 cm x 50cm
= 3.14 x 1,25 dm x 1,25dm x 5dm
= 24.5 dm3
= 24.5 liter
Terdapat dua buah wadah sampah sehingga dapat menampung 49 liter
Sehingga dapat disimpulkan wadah sampah ini cukup untuk menampung timbulan sampah
yang diproduksi.

15
Pengumpulan dan Pembuangan Sampah

Teori

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan


dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat pembuangan
sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3) langsung ke tempat
pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Operasional
pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke lokasi
pemerosesan akhir atau ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara langsung (door to door), atau secara tidak langsung (dengan
menggunakanTransfer Depo/Container) sebagai Tempat Penampungan Sementara
(TPS), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan
diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke
tempat pembuangan akhir.
2. Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat
pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-masing
sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak
tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi
sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah sampah yang
harus diangkut ke pemerosesan akhir.
Pada sistem communal ini, sampah dari masing masing sumber akan dikumpulkan
dahulu dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan diangkut ke TPS.
Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah sederhana yang paling sering
dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki kriteria persyaratan sebagai berikut:
Mudah dalam loading dan unloading
Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang ditempuh

Sebaiknya mempunyai tutup.

Pembahasan

16
Di hunian ini, pola pengumpulan sampah yang digunakan adalah pola tidak langsung atau
komunal. Dimana kesuluruhan sampah akan dikumpulkan pada wadah sampah level 2 yang
terletak di depan rumah (tepi jalan). Dimana sampah yang terkumpul nantinya akan diambil oleh
tukang sampah tiap2 minggu sekali dan dibawa ke TPS terdekat. Namun pada praktiknya
pengumpulan sampah seringkali terlambat. Hal ini mengakibatkan jumlah sampah menjadi
semakin banyak perharinya dan wadah sampah level 2 yang ditaruh didepan rumah tidak dapat
menampung kuantitas sampah. Sampah tersebut pun meluber ke jalan dan menimbulkan bau
yang tidak enak. Karena keterlambatan pengumpulan sampah tersebut, penghuni terkadang
membakar sampah sendiri di areal kosong yang ada di samping rumah.

BAB IV

17
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa sistem sampah pada
hunian Bapak Anak Agung Bagus Ngurah Agung sudah cukup baik,dimana jenis sampah
yang dihasilkan merupakan sampah rumahan yang terdiri dari sampah organik dan
anorganik. Sudah terdapat wadah sampah level (1) dan level (2) untuk menampung
sampah yang diproduksi anggota keluarganya tiap hari. Pengumpulan sampah dilakukan
dari wadah sampah level (1) kemudian dikumpulkan ke wadah sampah level (2) yang
terletak di depan rumah. Kemudian pembuangan sampah ke luar dilakukan secara
komunal dengan alat angkut berupa gerobak tangan. Pengangkutan dilakukan seminggu
dua kali sekitar jam 17.00-18.00.

2. Saran
Berdasarkan analisis yang kami lakukan, saran yang dapat kami berikan pada
sistem pengolahan sampah di rumah tinggal ini adalah dengan memperbaiki sistem
sampah yang ada. Setelah kami adakan observasi dan analisis, sistem pengumpulan dan
pengolahan sampah yang diterapkan sudah cukup baik kurang tepat karena beberapa hal
sebagai berikut :
Sampah yang ada tidak dipilah terlebih dahulu
Wadah sampah level-1 menurut kami masih kurang karena hanya terdapat 2
wadah sampah level -1 yang diletakkan di dapur. Seharusnya ada wadah sampah
level-1 di kamar tiap anggota keluarga dan ruang tamu agar civitas tidak harus
beranjak ke dapur untuk membuang sampah.
Ukuran wadah sampah level-2 yang bersifat sebagai pengumpul sementara dimana
wadah ini akan menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari
sumbernya kurang besar. Hal ini dikarenakan pengumpulan sampah yang
dilakukan oleh tukang sampah sering terlambat sehingga diperlukan wadah yang
cukup besar untuk menampungnya.
Civitas terkadang membakar sampah sendiri yang dapat merusak lingkungan

Setelah menganalisi permasalahan yang ada, kami menyarankan sistem sampah


di rumah tinggal ini sebagai berikut :
Sampah dipilah terlebih dahulu, misalnya dengan :
18
o Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan, dengan wadah warna gelap seperti hijau
o Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan
wadah warna terang seperti kuning
o Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna
merah, dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus
Jika dihitung melalui perhitungan asumsi timbulan, diperoleh data
sebagai berikut :
Jumlah civitas yang berkenaan dengan produksi sampah : 5 orang dewasa
Asumsi produksi sampah dalam satu hari (m3 atau liter) yaitu :2,5
liter/orang/hari
Asumsi produksi sampah rumah tinggal ini menjadi :
5 x 2,5 liter/orang/hari = 12,5 liter
Lalu kapasitas (volume) wadah individual yang diperlukan berdasarkan
pembagian jenis sampah (sampah organik 35%, sampah plastik 20%,
sampah lain lain 45%) yaitu:
Sampah organik : 35% x 12.5 liter = 4.375 liter
Sampah plastik : 20% x12.5 liter = 2.5 liter
Sampah lain lain: 45% x 12.5 = 5.625 liter

Pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa 2 level, yaitu:


o Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari
sumbernya. Wadah sampah level-1 ini diletakkan di tempat-tempat yang
terlihat dan mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di dapur,
di kamar,. Wadah sampah ini bersifat mudah diangkat ke wadah sampah
level-2
o Level-2: Dimana bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan
wadah yang menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung
dari sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di rumah, atau tepi
jalan Karena berfungsi sebagai titik temu antara sumber sampah dan
sistem pengumpul, maka disarankan tidak bersifat permanen, seperti
yang tertera do SNI tentang pengelolaan sampah di Indonesia sehingga
mempermudah proses untuk pengosongannya. Ukuran wadah sampah ini
harus cukup besar dan tinggi mengingat pengumpulan sampah yang
dilakukan tukang sampah sering terlambat dan banyak anjing disekitar
rumah yang sering mengobrak abrik sampah. Diperlukan juga wadah
19
sampah yang dilengkapi dengan tutup agar baunya tidak menyebar.
Dengan ukuran yang besar diharapkan civitas tidak perlu lagi membakar
sampah sembarangan.

20

Anda mungkin juga menyukai