Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan yang sering muncul pada suatu ruangan salah satunya
persoalan cahaya. Secara umum, permasalahan cahaya dipengaruhi oleh
faktor alam. Faktor alam yang mempengaruhi yaitu cahaya matahari. Dimana
cahaya matahari ini tentunya memiliki jangka waktu. Jangka waktu
pemanfaatan cahaya matahari pada suatu ruangan yaitu berkisar 12 jam
perharinya. Sehingga dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu
menjadi bagian penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan.
Pencahayaan alami mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut
Lechner perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat
merupakan konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupun kualitas cahaya
yang jatuh ke atasnya. Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk
memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas
ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan
dengan baik kegiatan yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit
menyebabkan ruang tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahayaan yang
terlalu terang akan meyebabkan silau dan kurang baik bagi mata.
Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat diciptakan dari kualitas
pencahayaan dalam ruangan tersebut.
Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruangan, pencahayaan
dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus
dari sudut sudut ruang. Isu yang berkembang tentang
pembahasan pencahayaan alami menyatakan bahwa kualitas pencahayaan
alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui
jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan
semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas pencahayaan
alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya
sinar matahari dan semakin tinggi letak bukaan maka cahaya matahari
semakin sedikit intensitas cahaya yang masuk. Maka dari itu dalam makalah

1
ini akan dipaparkan mengenai pencahayaan alami dalam mendesain suatu
bangunan, baik keuntungan dan kerugian dari cahaya alami, serta faktor
faktor yang mempengaruhi.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan cahaya dan pencahayaan?
1.2.2. Apa sajakah keuntungan dan kerugian dari pencahayaan alami?
1.2.3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pencahayaan alami pada
bangunan?
1.2.4. Bagaimanakah cara memaksimalkan pencahayaan alami dalam
mendesain bangunan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari pencahayaan.
1.3.2. Untuk memahami dampak dari pencahayaan alami terhadap suatu
bangunan
1.3.3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan
alami.
1.3.4. Untuk memahami cara memaksimalkan pencahayaan alami dalam
mendesain suatu bangunan.

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar pembaca yang merupakan
mahasiswa arsitektur dapat mengaplikasikan teori teori pencahayaan yang
nanti akan digunakan dalam mendesain suatu bangunan.

BAB II
ISI

2
2.1. Dasar Teori Pencahayaan
Pencahayaan alami dapat diartikan sebagai cahaya yang masuk ke
dalam ruangan pada bangunan yang berasal dari matahari. Sebelum masuk
ke dalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu
dengan menggunakan shading. Shading dimaksudkan sebagai penyaring
cahaya yang masuk ke dalam ruangan sehingga kualitas pencahayaan pada
ruang dapat efektif.
1. Definisi Cahaya
Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah
partikel yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi
visual. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar
atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan
lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda-
benda di sekitarnya
2. Definisi Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
sebuah bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan
didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata rata pada bidang kerja,
dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal
imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh
ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada
Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m),
dimana lm adalah lumens dan m adalah satuan dari luas permukaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek objek
yang dikerjakannya dengan jelas.

Sumber Pencahayaan, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :


1. Pencahayaan Alami

3
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya
yang berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah
sumber pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan
ini tergantung kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca
(cerah, mendung, berawan, dll). Diantara seluruh sumber cahaya alami,
matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga keberadaannya
sangat bermanfaat dalam penerangan dalam ruang. Cahaya matahari yang
digunakan untuk penerangan interior disebut dengan daylight. Daylight
memiliki fungsi yang sangat penting dalam karya arsitektur dan interior.
Distribusi cahaya alami yang baik dalam ruang berkaitan langsung dengan
konfigurasi arsitektural bangunan, orientasi bangunan, kedalaman, dan
volume ruang.
Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu :
hemat energi listrik,
meningkatkan semangat kerja,
sebagai penanda waktu,
bermanfaat bagi kesehatan tubuh,
dapat membunuh kuman penyakit,
variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan
memiliki efek yang berbeda beda, seperti pada hari mendung, suasana
di dalam ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah
menyebabkan suasana bersemangat.
Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :
tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika
cuaca terik akan menimbulkan kesilauan,
sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas,
distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber
cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah dan lampu
gas.
Kriteria Perancangan Sistem Pencahayaan Alami
Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik

4
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:
pada siang hari antara jam 08.00 sampai 16.00 waktu setempat terdapat
cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan,
distribusi cahaya dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang menggangu.
Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang
sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan
pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
ukuran dan posisi lubang cahaya.
distribusi terang langit.
bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur

2.2. Teori Pencahayaan Menurut Para Ahli


2.2.1. Teori Tentang Pencahayaan Alami Menurut Lechner,
Norbert. (2001)
Penyediaan sumber cahaya alami ke dalam area menjadi tantangan
tersendiri karena banyaknya variasi untuk menyediakan cahaya alami.
Pada kebanyakan iklim dan tipe bangunan, pencahayaan alami dapat
menghemat energi. Contohnya, gedung perkantoran khas di selatan
California dapat menekan pemakaian lisrtik buatan sampai 20 persen
dengan menggunakan cahaya alami.(Sumber buku : Lechner,
Norbert. (2001), Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for
Architects)
Menurut Satwiko (2004) Cahaya alami merupakan cahaya yang
didapatkan dari sinar matahari secara langsung dari awal matahari terbit
hingga terbenam (Satwiko :2004). Pencahayaan adalah proses lengkap
dalam mendesain bangunan untuk memanfaatkan cahaya alami secara
maksimal. Hal itu meliputi aktifitas berikut (Karlen, 2007 : 31) :
Menempati bangunan, yaitu mengorientasikan bangunan untuk
memperoleh cahaya matahari secara optimal

5
Pembentukan massa bangunan, menampilkan permukaan bangunan
yang secara optimum menghadap ke arah matahari.
Memilih bukaan bangunan yang memungkinkan jumlah cahaya yang
cukup masuk ke dalam bangunan, dengan memperhitungkan siklus
matahari, musim, dan cuaca.
Menambahkan peralatan pelindung yang tepat dan dapat diatur, seperti
kerai atau tirai, untuk memungkinkan penghuni bangunan untuk
mengontrol cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Tabel 2.2 Standarisasi Tingkat Penerangan
2.2.2. Cahaya dan Terang Alami Menurut Lechner, Norbert. (2001)
Ruangan (SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan,
2001)

Cahaya alami yang masuk melalui jendela dapat berasal dari


beberapa sumber sinar matahari langsung, langit cerah , awan atau
pantulan permukaan bawah dan bangunan sekitarnya.

6
Gambar 2.1 Beberapa Sumber Cahaya Alami.
Sumber : buku Lechner, Norbert. (2001)

Cahaya dari masing-masing sumber tersebut bervariasi tidak hanya


dari jumlah dan panas yang dibawanya, tetapi juga pada kualitas lainnya,
seperti warna ,penyebaran dan penghematan.

Sumber : SNI Tata Cara Sistem Pencahayaan,


2001

Gambar 1 : Tiga
Komponen cahaya
langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja.
Gambar 2 : Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni
komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada
di sekitar bangunan yang bersangkutan.

7
Gambar 3 : Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni
komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan
dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi
benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit (lihat gambar 1).

2.2.3. Clesrestory, Monitor dan Serokan Cahaya Menurut Lechner,


Norbert. (2001)
Clesrestory, monitor dan serokan cahaya merupakan bagian
ruang besar yang diangkat ke atas atap utama untuk memasukkan cahaya
ke pusat ruang. Beberapa strategi umum untuk clerestory, monitor, dan
serokan cahaya antara lain.
Orientasi. Bukaan yang menghadap selatan mendapatkan cahaya
paling konstan sepanjang tahun.
Pembentukan ruang. Pembentukan ruang untuk tipikal clerestory.
Gunakan atap yang sangat memantulkan untuk memaksimalkan
penyebaran cahaya yang memasuki bangunan.

Gambar 2.3 Tipe Jarak antara Cletesory Sebagai Sungsi dari


Langit-langit..
Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)

Atap yang memantul. Gunakan atap berwarna putih atau terang untuk
memantulkan cahaya ke dalam clesetory di mana permukaan putih
yang tidak mengkilap akan menyebarkan cahaya.
Penghalang penangkap matahari. Gunakan penghalang penangkap
cahaya matahari di luar cleretory utara. Penghalang pengumpul
matahari di luar sebuah jendela di bagian utara akan mampu
meningkatkan pencahayaan alami di hari yang cerah

8
Gambar 2.4 Pemantulan Cahaya Clestory pada Sebuah
Dinding Interior Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)

Sumber buku :Lechner, Norbert. (2001)


Pantulan cahaya ke dinding interior.
Penghalang penyebar. Gunakan penghalang penyebar sinar matahari
pada permukaan kerja.

2.2.4. Teknik Pencahayaan Alami Khusus Sumber Lechner,


Norbert. (2001)
Berikut adalah strategi pencahayaan alami yang paling inovatif dan
berpotensi memiliki manfaat bagi masalah pencahayaan khusus :
Lubang (shaft) cahaya. Lubang cahaya menjadi semakin tidak efisien
sebagai peningkatan rasio dalam hingga lebar. Lubang/cerobong
(shaft) cahaya dengan permukaan pemantul yang baik membawa
cahaya matahari melalui lantai dua hingga galeri lantai dasar.
Tubular Skylight. Saluran melingkar seperti tube tersedia secara
komersil dengan pantulan permukaan dalam tinggi memancarkan 50
persen cahaya luar melalui lantai atas.
Serat optik dan pipa cahaya. Untuk mengumpulkan cahaya, maka serta
optik dan pipa cahaya lebih banyak digunakan sebagai fenomena
efisien total pemantulan cahaya.
Sistem prismatik. Untuk mendapatkan kualitas cahaya yang masuk ke
dalam interior bangunan dari dinding jendela. Prisma kaca atau plastik
dapat ditempatkan di atas jendela untuk merefraksi cahaya ke plafon
seperti light shelves.

9
Lantai kaca digunakan untuk membiarkan cahaya masuk ke dalam
ruang bawah tanah.

2.2.5. Strategi Dasar Pencapaian Pencahayaan Menurut Sunlighting as


Formgiver For architecture oleh William M.C Lam yaitu :
Shading/Pembayangan

Gambar 2.5 Pembayangan dan kaca Transmisi Rendah


Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

Memanfaatkan orientasi yang optimal terhadap arah orientasi utara


dan selatan dalam pembayangan dan pengalihan cahaya matahari yang
lebih efisien, serta lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan kaca
rendah transmisi (low transmission glass). Dikarenakan dengan
menggunakan kaca rendah transmisi tidak dapat menghilangkan
kebutuhan pembayangan dikarenakan 10 persen dari penerangan
matahari dari kaca rendah transmisi terlalu besar. Orientasi ke timur dan
barat pembayangan yang permanen tidak dapat mengontrol silau fajar
dan saat senja.

Redirection/Pengalihan Pencahayaan Alami


Penyebaran cahaya di tempat yang dibutuhkan untuk meminimalisir
kebutuhan cahaya buatan. Tingkat pencahayaan yang tinggi tidak
efisien bila tidak disebar atau didistribusikan dengan baik.

10
Framing Of View/Pengambilan penglihatan
Memaksimalkan view ke luar bangunan dan blok view yang tidak
bagus dengan memanfaatkan elemen bayangan yang besar atau kecil.
Memaksimalkan juga view ke dalam/interior dengan menciptakan
pemandangan yang baik untuk dilihat.
Gambar 2.6Pendistribusian Cahaya Ketempat yang di butuhkan
Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

Gambar 2.7Optimalisasi View


Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

2.2.6. Letak Sumber Cahaya Pada Jendela


Pada massa dan bentuk bangunan mempengaruhi cara matahari
masuk ke dalam bangunan. Bukaan bangunan adalah faktor utama dalam
fasade yang membentuk komposisi tampak dan bukaan menjadi faktor
penting untuk membuat cahaya matahari masuk ke dalam bangunan, yaitu
contohnya dengan jendela. Jendela dibagi menjadi tiga bagian area yaitu
rendah, tengah dan tinggi. Orientasi sudut pemantulan cahaya dan bentuk
langit-langit diasumsikan sama dengan kasus ini.
Jendela Rendah
Bentuk jendela rendah menghasilkan bentuk pencahayaan yang
merata dapat mendistribusikan pantulan cahaya ke dalam bangunan.
Dengan menggunakan jendela rendah memungkinkan dinding bagian atas
dan langit-langit akan terkesan gelap. Hal tersebut dapat diatasi dengan
meminimalisir daerah depan dengan memiringkan langit-langit ke bawah
menuju kepala jendela dan meletakan jendela rendah berdekatan dengan
dinding tegak lurus.

11
Jendela rendah dapat memiliki view tergantung besarnya jendela
tersebut, terlihat pada contoh gambar di atas. Gambar kedua dengan skala
jendela rendah yang kecil ruangan tersebut tidak memiliki view yang
memuaskan. Dengan demikian unsur privasi merupakan masalah untuk
penggunaan jendela rendah, sulit mengkombinasikan unsur privasi dengan
beberapa view dan cahaya di bangunan rendah dengan jendela rendah.

GambarGambar 2.9Contoh
2.8Peletakan Jendela
Jendela Rendah
Dekat Dengan
Sumber : Sunlight As
Dinding Formgiver For
Architecture (1986)
Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture
(1986)

Jendela Tinggi

12
Keuntungan jendela tinggi menghasilkan penyebaran cahaya terbaik
saat langit mendung, selain itu dapat menghasilkan cahaya dengan tingkat
privasi dan keamanan yang baik dari jendela lainnya. Kerugian jendela
tinggi adalah pendistribusian cahayanya kurang menguntungkan untuk
langit-langit dari pantulan cahaya dari bawah tanah. Jendela tinggi
memaksimalkan potensial silau dari langit dan matahari. Dari segi view
jendela atas juga kurang memuaskan.

Jendela Tengah
Jendela tengah tidak sebaik dengan jendela rendah dalam hal pendistribusian
cahaya dari pantulan tanah dan tidak sebaik jendela tinggi dalam

Gambar 2.10Contoh Jendela Tinggi


Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

pendistribusian cahaya dari langit mendung. Akan tetapi, jendela tengah


menghasilkan pencahayaan yang cukup untuk kegunaan ruangannya ini
merupakan pilihan yang cukup disukai karena jendela ini menghasilkan view
terbaik. Cahaya yang silau dengan cahaya yang maksimal dari jendela tengah
dapat diatasi dengan memiringkan jendela tengah menjadi di bawah tanah

13
pandangan mata dari posisi pekerjaan yang paling penting, tetapi belum
memungkinkan mereka terlihat oleh langit-langit.

Gambar 2.11Contoh Jendela Tengah


Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
2.6.7 Penggunaan Lighselft Terhadap Pemasukan Cahaya
Lightself merupakan Strategi memasukkan secara tidak langsung
dengan pemantulan dengan acara membentuk dua kanopi yang membantu
pembayangan pada bukaan tanpa menghalangi view. Jenis-jenis lightself yang
dapat diterapkan pada bangunan adalah sebagai berikut :

Meletakan elemen horizontal seperti kanopi yang menerus hingga ke dalam


bangunan jendela sehingga dapat terjadi pemantulan cahaya.

Meletakan elemen horizontal yang berbentuk seperti kanopi pada bagian


atas jendela namun dibuat miring untuk memantulkan cahaya keluar
bangunan. Bentuk lightselft yang seperti ini digunakan untuk ruangan yang
tidak membutuhkan banyak cahaya namun menginginkan bentuk dan
besaran bukaan yang sama pada fasade.
Gambar 2.12Contoh Kanopi horizontal
Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

14
Sama dengan poin ke dua, namun kanopinya dimiringkan ke dalam, dengan
tujuan memantulkan cahaya lebih banyak dengan bentuk dan besaran
bukaan yang sama pada fasade.

2.6.8 Penggunaan Ceiling Sebagai Sumber Utama Pemantulan Cahaya


Langit-langit bangunan dan dinding bagian atas merupakan daerah
permukaan yang dapat diandalkan untuk memantulkan cahaya. Poin-poin
dalam pemanfaatan langit-langit sebagai pantulan cahaya yaitu :
Gambar 2.13 Contoh Teknik Lighselft
Letakan Sumber cahaya
Sumber sejauh
: Sunlight mungkin
s Formgiver Fordari langit-langit,
Architacture (1986) hal ini dapat

dilakukan dengan menaikkan langit-langit atau menurunkan sumber


cahaya.

Gambar 2.15Daya Pantul Pada Permukaan Langit-langit


Gambar 2.14Teknik Pemantulan Cahaya
Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)
Sumber : Sunlight As Formgiver For Architacture (1986)

15
Bentuk dan letak elemen pemantul untuk mengarahkan cahaya, supaya
silau cahaya matahari tidak masuk maka bentuk dan letak elemen pemantul
perlu diperhatikan agar tepat dipantulkan langit-langit.
Mengoptimalkan efektif pantulan langit-langit. Menggunakan sistem
bangunan yang meminimalkan jumlah luas permukaan yang membentuk
rongga langit-langit. Langit-langit yang memiliki banyak area permukaan
justru menjadi perangkap cahaya, sedangkan langit-langit sederhana
dengan luas permukaan yang lebih sedikit dapat mendistribusikan cahaya
lebih efisien.
(sumber https://www.scribd.com/document/257306391/Pencahyaan-Alami)

2.3. Kriteria Perancangan Sistem Pencahayaan Alami


2.3.1. Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:
pada siang hari antara jam 08.00 sampai 16.00 waktu setempat
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan,
distribusi cahaya dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang menggangu.
2.3.2. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang
sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan
pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
ukuran dan posisi lubang cahaya.
distribusi terang langit.
bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur
2.3.3. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu
ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang
merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. Faktor
pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

16
2.3.4. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan
langsung dari cahaya langit

2.3.5. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di
sekitar bangunan yang bersangkutan.

2.3.6. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam
ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi
benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit.

17
2.4. Persamaan-Persamaan Untuk Menentukan Faktor Pencahayaan Alami
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-
persamaan berikut:

2.4.1. Langit Perancangan


Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka
syarat-syarat yangharus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan
ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah:
a. bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
b. memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan
terbuka,
c. dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga
frekuensi kegagalan untuk mencapai nilai tingkat pencahayaan ini
cukup rendah.

18
d. nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir 2) pasal ini tidak
boleh terlampau
e. rendah sehingga persyaratan tekno konstruktif menjadi terlampau
tinggi.

2.4.2. Faktor Langit


Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan
adalah angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik
tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di
lapangan terbuka. Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan
dalam keadaan sebagai berikut :
a. Dilakukan pada saat yang sama.
b. Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan
distribusi terang yang merata di mana-mana.
c. Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah
tidak ditutup dengan kaca.
d. Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya
langsung dari langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan
oleh permukaan di luar dan di dalam ruangan.
Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari cahaya
langit baik yang langsung maupun karena refleksi, terhadap tingkat
pencahayaan pada bidang datar dilapangan terbuka disebut faktor
pencahayaan alami siang hari.Dengan demikian faktor langit adalah selalu
lebih kecil dari faktor pencahayaan alami siang hari.Pemilihan faktor langit
sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran keadaan
pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh
karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur.
Perhitungan faktor langit

19
Perhitungan besarnya faktor langit untuk titik ukur pada bidang kerja
di dalam ruangan dilakukan dengan menggunakan metoda analitis di mana
nilai fl dinyatakan sebagai fungsi dari H/D dan L/D
Posisi titik ukur U, yang jauhnya D dari lubang cahaya efektif
berbentuk persegi panjang OPQR (tinggi H dan lebar L) sebagaimana
dilukiskan di bawah ini :
Ukuran H dihitung dari 0 ke atas,
Ukuran L dihitung dari 0 ke kanan, atau dari P ke kiri sama saja.
H adalah tinggi lubang cahaya efektif
L adalah lebar lubang cahaya efektif
D adalah jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya efektif.

2.4.3. Titik Ukur


a) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi
0,75 meter di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja (lihat
gambar 2 ).

20
Tinggi dan Lebar cahaya efektif

b) Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup


memuaskan maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu
nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangannya.

c) Dalam perhitungan digunakan dua jenis titik ukur :

21
1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding
samping, yang berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif.
2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding samping,
yang juga berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif, dengan d
adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang lubang cahaya
fektif hingga pada dinding seberangnya, atau hingga pada bidang batas
dalam ruangan yang hendak dihitung pencahayaannya itu (lihat gambar 3a dan
3b ).

Penjelasan mengenai jarak d

22

Penjelasan mengenai jarak d


d) Jarak d pada dinding tidak sejajar Apabila kedua dinding yang
berhadapan tidak sejajar, maka untuk d diambil jarak di tengah antara kedua
dinding samping tadi, atau diambil jarak rata-ratanya.
e) Ketentuan jarak 1/3.d minimum Untuk ruang dengan ukuran d sama
dengan atau kurang daripada 6 meter, maka ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan
jarak minimum 2 meter.
3.3.6 Lubang Cahaya Efektif
Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang-
lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai
bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri (lihat gambar 4 ).

Penjelasan mengenai jarak d


Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain
daripada lubang cahaya itu sendiri.
Hal ini, antara lain dapat disebabkan oleh :
a) penghalangan cahaya oleh bangunan lain dan atau oleh pohon.

23
b) Bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol
menyempitkan
pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi sunbreakers dan
sebagainya.
c) Pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang
cahaya
d) Bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pencahayaan Alami


2.5.1. Desain Bukaan Jendela
a. Orientasi Bukaan Jendela
Pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang
masuk melalui jendela / bukaan dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan
maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Namun, hal ini
juga perlu diperhatikan secara baik, karena orientasi arah bukaan yang langsung
menghadap arah matahari dapat membawa panas masuk ke dalam ruangan
sehingga meningkatkan suhu ruangan.
b. Luas dan Jumlah Bukaan
Distribusi cahaya matahari ke dalam ruangan tidak terlepas dari dimensi
bukaannya. Prinsipnya semakin besar bukaan atau jendela maka semakin banyak
cahaya dari luar yang masuk ke dalam ruangan. Di samping itu, jenis dan variasi
tipe bukaan juga dapat menentukan banyaknya cahaya yang masuk.

2.5.2. Bentuk dan Kedalaman Ruang


Kedalaman suatu ruangan dapat mempengaruhi tingkat pencahayaan yang
masuk ke dalamnya, dimana suatu ruangan memiliki kriteria ideal antara dimensi
bukaan dengan panjang cahaya yang masuk ke ruangan tersebut. Umumnya luas
lantai kerja yang dapat diterangi oleh cahaya alami yaitu 1,5 2 kali dari dimensi
tinggi suatu bukaan.

2.5.3. Kenyamanan Visual


Pencahayaan mengandung aspek kuantitas (intensitas cahaya) dan kualitas
(warna kesilauan). Kesilauan dapat terjadi secara langsung (tersorot cahaya)

24
maupun tidak langsung (pantulan cahaya). Terlalu banyak cahaya pada suatu
ruangan akan menyebabkan pupil mata mengecil terlalu lama, sehingga mata
cepat lelah.

2.5.4. Posisi Bukaan


Peletakan atau penempatan bukaan juga mempengaruhi jumlah cahaya
yang masuk ke dalam ruangan. Semakin tinggi bukaan semakin kecil cahaya
masuk dan sebaliknya. Arah penempatan bukaan juga mempengaruhi intensitas
cahaya yang masuk (dalam waktu tertentu).

2.6. SyaratSyarat Perencanaan Bangunan Menurut Undang-Udang


Pada dasarnya bangunan gedung memegang peranan yang sangat penting
sebagai tempat dimana manusia melakukan kegiatannya sehari-hari. Pengaturan
bangunan gedung secara khusus dituangkan dalam Undang - Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UU Bangunan Gedung). Pengetahuan
mengenai UU Bangunan Gedung ini menjadi penting mengingat hal-hal yang
diatur dalam UU Bangunan Gedung tidak hanya diperuntukan bagi pemilik
bangunan gedung melainkan juga bagi pengguna gedung serta masyarakat. Diatur
dalam UU Bangunan Gedung, pemilik bangunan gedung adalah orang, badan
hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai
pemilik bangunan gedung.
Secara umum UU Bangunan Gedung mengatur tentang beberapa hal yaitu
antara lain:
Fungsi Bangunan Gedung
Dalam UU Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung
memiliki fungsi antara lain fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,
serta fungsi khusus. Fungsi bangunan gedung ini yang nantinya akan dicantumkan
dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dalam hal terdapat perubahan fungsi
bangunan gedung dari apa yang tertera dalam IMB, perubahan tersebut wajib
mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah.
Persyaratan Bangunan Gedung
Persyaratan bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung dimana diatur bahwa setiap
bangunan gedung harus memenuhi kedua persyaratan tersebut.

25
Yang masuk dalam ruang lingkup persyaratan administratif bangunan
gedung ini yaitu:
1.Persyaratan status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah.
2.Status kepemilikan bangunan gedung.
3.Izin mendirikan bangunan gedung.
Sementara itu, persyaratan teknis bangunan gedung dapat dibagi lagi
menjadi 2 (dua) yaitu meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan gedung.
Ruang lingkup persyaratan tata bangunan yaitu meliputi:
a) Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, yaitu
berhubungan dengan persyaratan peruntukan lokasi bangunan gedung
yang tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi
lindung kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum, serta
ketinggian gedung;

b) Arsitektur bangunan gedung


c) Persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yaitu persyaratan
pengendalian dampak lingkungan yang hanya berlaku bagi bangunan
gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan. Persyaratan terhadap dampak lingkungan ini sendiri
berpedoman pada undang-undang tentang pengelolaan lingkungan
hidup yang mengatur tentang kewajiban setiap usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup untuk wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan.
Persyaratan keandalan bangunan gedung, persyaratan ini ditetapkan
berdasarkan fungsi masing-masing bangunan gedung yang secara umum meliputi
persyaratan:
a) Keselamatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan kemampuan
bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran dengan melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran

26
melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif serta bahaya petir
melalui sistem penangkal petir;
b) Kesehatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan sistem sirkulasi udara,
pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung;
c) Kenyamanan, yaitu berkenaan dengan kenyamanan ruang gerak dan
hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta
tingkat getaran dan tingkat kebisingan; dan
d) Kemudahan, yaitu berkenaan dengan kemudahan akses bangunan
gedung, termasuk tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia, serta
penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti,
ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas
komunikasi dan informasi.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung


Penyelenggaraan bangunan gedung tidak hanya terdiri dari penggunaan
bangunan gedung, melainkan juga meliputi kegiatan:
1. Pembangunan, yang dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi melalui
tahapan perencanaan dan pelaksanaan dengan diawasi
pembangunannya oleh pemilik bangunan gedung. Pembangunan
bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis bangunan
gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk IMB.
Pembangunan bangunan gedung ini sendiri dapat dilakukan baik di
tanah milik sendiri maupun di tanah milik pihak lain.
2. Pemanfaatan, yang dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan
gedung bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan
laik fungsi. Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik
fungsi apabila telah memenuhi persyaratan teknis. Agar persyaratan
laik fungsi suatu bangunan gedung tetap terjaga, maka pemilik gedung
atau pengguna bangunan gedung wajib melakukan pemeliharaan,
perawatan, dan pemeriksaan secara berkala terhadap bangunan gedung.
3. Pelestarian, yang dilakukan khusus untuk bangunan gedung yang
ditetapkan sebagai cagar budaya yang harus dilindungi dan
dilestarikan.

27
4. Pembongkaran, alasan-alasan bangunan gedung dapat dibongkar
apabila bangunan gedung yang ada:
Tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki.
Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung
dan/atau lingkungannya.
Tidak memiliki IMB.
Selain mengatur tentang persyaratan bangunan gedung, UU Bangunan
gedung juga mengatur mengenai hak dan kewajiban pemilik bangunan.
1. Pemilik bangunan gedung mempunyai hak yaitu antara lain:
Melaksanakan pembangunan bangunan gedung setelah
mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana
teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan.
Mendapatkan surat ketetapan serta insentif untuk bangunan gedung
dan/atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari
Pemerintah Daerah.
Mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari
Pemerintah Daerah.
Mendapatkan ganti rugi apabila bangunannya dibongkar oleh
Pemerintah Daerah atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh
kesalahannya.
2. Pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban yaitu antara lain:
Melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana teknis
bangunan gedung.
Memiliki IMB.
Meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan
rencana teknis bangunan gedung pada tahap pelaksanaan
bangunan.
3. Pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai hak yaitu antara
lain:
Mengetahui tata cara atau proses penyelenggaraan bangunan
gedung.
Mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas
bangunan pada lokasi dan/atau ruang tempat bangunan akan
dibangun.

28
Mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan
dan kelayakan bangunan gedung.
Mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/atau
lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan.
4. Pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai kewajiban yaitu
antara lain:
Memanfaatkan serta memelihara bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya secara berkala.
Melengkapi petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan
bangunan gedung.
Membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan dapat
mengganggu keselamatan dan ketertiban umum serta tidak
memiliki perizinan yang disyaratkan.
Peran Masyarakat
Sebagai bagian dari pengguna bangunan gedung, dalam UU Bangunan
Gedung juga mengatur mengenai peran masyarakat dalam penyelenggaraan
bangunan gedung yang mencakup:
1. Pemantauan penyelenggaraan bangunan gedung.
2. Memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
dalam penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis untuk
bangunan gedung.
3. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang
berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan, rencana teknis
bangunan gedung dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan.
4. Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang
mengganggu, merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

Berkenaan dengan sanksi dalam hal adanya pelanggaran atas UU


Bangunan Gedung, pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dapat dikenakan
sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Yang masuk dalam ruang lingkup
sanksi administratif yaitu dapat diberlakukan pencabutan IMB sampai dengan
pembongkaran bangunan gedung serta dapat dikenakan sanksi denda maksimal
10% (sepuluh persen) dari nilai bangunan yang sedang maupun telah dibangun.
Sedangkan sanksi pidana yang diatur dalam UU Bangunan Gedung ini dapat

29
berupa sanksi kurungan penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun penjara dan/atau
pidana denda paling banyak 20% (dua puluh persen) dari nilai bangunan gedung
jika karena kelalaiannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. (Sumber
https://www.academia.edu/7643789/Permen_PU_No_29_Tahun_2006_PEDO
MAN_PERSYARATAN_TEKNIS_BANGUNAN_GEDUNG)

2.7. Sistem Pencahayaan Alami


Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya
buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat
polusi. Tujuan digunakannya pencahayaan alami seperti juga pada cahaya buatan
yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas yang efisien serta meminimalkan
silau dan berlebihannya rasio tingkat terang. Selain itu cahaya alami dalam sebuah
bangunan juga dapat memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan
membawa efek positif lainnya dalam psikologis manusia.
a) Sumber Cahaya
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa
sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan:
Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi
Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar di langit dan tingkat cahayanya
rendah
Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan Pada kehidupan
sehari-hari, lebih banyak dijumpai reflected light, seperti cahaya matahari
yang memantul pada jalanan, tanah, atau bangunan dengan warna-warna
terang. Setiap sumber cahaya memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, karena itu perlu memiliki strategi tertentu saat
mengaplikasikan pada rancangan untuk dapat memanfaatkan kelebihannya
dan mengatasi kekurangannya.
b) Sunlighting
Matahari merupakan sebuah sumber cahaya yang sangat kuat terutama di
Indonesia yang berada pada garis katulistiwa dan mendapat cahaya matahari
sepanjang tahun. Karena itu merancang pencahayaan dengan cahaya matahari
untuk sebuah bangunan harus diatur dengan sebaik-baiknya agar dapat
terdistribusi dengan baik ke seluruh bagian, tidak terlalu panas, dan tidak silau.

30
Dua hal yang sering terjadi dalam perancangan menggunakan cahaya alami
karena jauhnya perbedaan kekuatan antara cahaya alami (120-150 lm/W) dan
cahaya buatan (lampu fluorescent 30 100 lm/W). (Egan & Olgyay, 1983)
Melihat kuatnya cahaya matahari, kekuatan ini bisa menjadi kelebihan namun
juga kelemahan, maka dari itu strategi perancangan yang paling dasar adalah
dengan menggunakan cahaya matahari secara tidak langsung (indirect).
Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari
yang efektif : (Egan & Olgyay, 1983)
Naungan (shade). Naungi bukaan pada bangunan untuk mencegah silau (glare)
dan panas yang berlebihan karena terkena cahaya matahari langsung.
Pengalihan (redirect). Alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempat - tempat
yang diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan adalah inti dari pencahayaan yang baik.
Pengendalian (control). Kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam ruang
sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan terlalu
banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi untuk
visual tidaklah penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan
kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca)
Efisiensi. Gunakan cahaya secara efisien, dengan membentuk ruang dalam
sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan
menggunakan material yang dapat mereflesikan cahaya dengan baik.
Sehingga cahaya dapat disalurkan dengan lebih baik dan dapat mengurangi
jumlah cahaya masuk yang diperlukan.
Integrasi. Integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan
tersebut. Karena jika bukaan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi
sebuah peranan dalam arsitektur bangunan tersebut, bukaan itu cenderung
akan ditutupi dengan tirai atau penutup lainnya dan akan kehilangan
fungsinya. (Lam, 1986)

31
c) Strategi Dasar Pencahayaan Alami
Untuk merancang pencahayaan dengan baik tidak cukup hanya memperhatikan
strategi-strategi diatas saja, tapi perhatikan dari mulai skala yang lebih besar yaitu
dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian mengarah ke skala
yang lebih kecil, sperti elemen dari bangunan tersebut.

Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari keadaan


alam di tapak tersebut,seperti sudut dan pergerakan matahari, kondisi langit, arah
angin, iklim, dan sifat-sifat dari tapak tersebut. Setelah memahami keadaan tapak,
perancangan bangunan dapat dilakukan dengan mengsingkronisasi antara alam
dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancang dan dibentuk sejalan dengan
alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan akan mengalir dan

32
berjalan dengan baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-faktor dalam
bangunan yang perlu disesuaikan dengan keadaan alam. (Guzowski, 2000)
1. Orientasi dan Massa Bangunan
Dalam merancang bangunan, sudah merupakan keperluan paling mendasar untuk
memasukkan sinar matahari langsung, terutama dengan semakin berkembangnya
green architecture. Karena itu perlu dipahami mengenai kualiatas cahaya yang
datang dari setiap arah. Dimulai dari sisi selatan, dikatakan merupakan sisi yang
paling baik untuk menangkap sinar matahari langsung, karena pada sisi selatan
bangunan mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepanjang hari dan
tahun. Orientasi terbaik kedua adalah utara karena cahaya konstan yang
didapatnya. Walaupun jumlah cahaya yang didapat tidak banyak, tapi kualitasnya
cukup baik.

Sedangkan sisi timur dan barat kurang baik sebagai orientasi bangunan, karena
posisi matahari yang cenderung rendah sehingga tidak mudah untuk memberi
naungan dari cahaya matahari langsung tanpa menghalangi pemandangan ke luar.
Sehingga pencahayaan dari samping (sidelighting) tidak disarankan untuk kedua
sisi ini, lebih baik menggunakan cahaya dari atas (toplighting) karena akan
mendapatkan cahaya yang konstan sepanjang hari. (Lechner, 2007)
Massa bangunan sangat menentukan kualitas distribusi cahaya yang masuk. Pada
umumnya massa bangunan yang tidak terlalu tebal dengan akses yang baik
dengan ruang luar akan memudahkan masuknya cahaya alami. Dahulu, saat belum
digunakan
pencahayaan buatan, massa bangunan cendurung lebih tipis, hanya setebal yang
dapat dicapai oleh cahaya alami. Jika terdapat beberapa massa bangunan yang

33
berdekatan, diberikan ruang kosong diantaranya, agar cahaya dan udara dapat
masuk ke dalam bangunan.(Egan & Olgyay, 1983)

2. Bentuk Bangunan
Selain orientasi dan m assa bangunan, bentuk atau denah dari bengunan tersebut
sangat menentukan jumlah cahaya yang
masuk dan seberapa area yang akan mendapatkan cahaya alami. Contohnya
seperti yang terlihat pada gambar II.6, ketiga ruang ini memiliki luas yang sama

2
(10.000 sq. feet = 900m ). Pada denah berbentuk kotak pada 15 kaki(4,5m) zona
terluar (51%) mendapat cahaya sepenuhnya, kemudian jarak 15 kaki lebih
kedalam (33%) mendapat cahaya secara parsial, dan pada zona selebihnya (16%)
tidak mendapat cahaya alami. Denah berbentuk persegi panjang dapat
menghilangkan dapat menghilangkan area tengah yang tidak mendapat
pencahayaan sama sekali, namun tetap ada zona yang mendapat pencahayaan
sebagian. Sekarang tinggal bergantung pada kebutuhan kualitas ruang yang ingn
dicapai, apakah dibutuhkan memasukkan cahaya hingga ke tengah ruang? jika
dibutuhkan, denah berbentuk kotak dapat dibantu pemberian atrium ditengah-

34
tengah ruang agar semua bagian ruang mendapatkan cahaya sepenuhnya.
3. Bukaan dalam Ruang
Ada tiga bentuk dasar bukaan untuk memasukkan cahaya kedalam ruang,
sidelighting, toplighting, dan atria.

a) Sidelighting
Bukaan dibagian samping ruangan, yang paling umum ditemui adalah jendela.
Perencanaan jendela perlu dilakukan dengan hati-hati, karena perencanaan yang
tidak tepat dapat menimbulkan silau dan suhu ruangan yang cenderung panas,
terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia.Ada beberapa strategi yang
perlu diingat saat merancang jendela pada suatu ruang, yaitu :
Penempatan jendela sebaiknya berada tinggi dari lantai dan tersebar merata
(tidak hanya pada satu dinding saja) agar dapat mendistribusi cahaya
dengan merata.Hindari pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu
dinding) dan gunakan pencahayaan bilateral (jendela pada dua sisi
dinding) agar memung kinkan persebaran cahaya yang lebih baik ke
seluruh ruang dan dapat mencegah silau. Penempatan bukaan di sepanjang
tepi dinding atau di sudut dari sebuah ruangan akan dapat menambah
tingkat cahaya dalam ruang, karena cahaya yang masuk akan mengenai
permukaan dinding di sebelahnya dan cahaya itu akan dipantulkan oleh
dinding tersebut.

35
Jendela yang terlalu luas sering kali tidak tepat digunakan pada negara beriklim
tropis, karena panas dan radiasi silau terlalu banyak masuk ke dalam
ruang, Perlindungan terhadap cahaya matahari dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :Pembayangan cahaya matahari
Pembayangan dapat dilakukan dengan menggunakan atap rapat, teritisan,
tenda jendela, papan, atau bidang yang dapat dipasang secara vertikal.
Jenis perlindungan ini dapat disesuaikan berdasarkan arah jatuhnya
bayangan yang dihasilkan. Pada sisi utara dan selatan dapat menggunakan
perlindungan horizontal karena cahaya matahari datang dari arah atas,
sedangkan pada sisi timur dan barat lebih tepat jika menggunakan
perlindungan vertical karena cahaya matahari datang dari arah depan,
sehingga bayangan yang dihasilkan pelindung ini dapat melindungi dari
silau.(Mangunwijaya, 1994)
Penyaringan cahaya matahari.Penyaringan cahaya matahari dapat
dilakukan dengan menggunakan kerai, krepyak(jalousie), kisi-kisi,
pergola, dan sebagainya.Hal yang perlu diperhatikan dalam menempatkan
alat-alat tersebut, yaitu harus berada di luar kaca jendela, tidak di dalam.
Pemasangan di dalam akan menimbulkan radiadi pada kisi-kisi yang akan
menjadi sumber panas dan panas itu akan terkurung diantara kisi-kisi dan
kaca. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya proses konveksi dan dapat
meningkatkan suhu dalam ruang.(Mangunwijaya, 1994)
Dalam memilih jenis perlindungan terhadap cahaya matahari sebaiknya
diperhatikan mengenai efek yang dihasilkan pada ruang, karena
pembayangan dan penyaringan dapat menghasilkan efek yang berbeda-
beda dalam ruang, bergantung pada jenis perlindungan yang digunakan.

b) Toplighting
Bukaan pada bagian atas dapat berupa skylight, sawtooth, monitor, atau

36
clerestory.

c) Skylight
Dalam perancangan skylight ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Penempatan skylight sebaiknya pada ketinggian yang cukup tinggi sehingga
cahaya akan tersebar sebelum menyentuh lantai, dan menghindari terjadinya silau.

2. Luas skylight pada sebuah sebuah ruang sebaiknya tidak melebihi 5% dari luas
lantai.)

3. Permukaan skylight yang berbentuk melengkung atau miring lebih dapat


menahan silau dan menyebarkan cahaya dengan lebih baik, dibandingkan dengan
permukaan yang lurus atau kotak. Juga dapat menggunakan baffle atau miringkan

37
kaca penutup untuk menghindari cahaya langsung.

d) Sawtooth, Monitor, dan Clerestory


Sawtooth, Monitor, dan Clerestory merupakan bagian ruang yang diangkat ke atas
atap utama untuk memasukkan cahaya ke dalam ruang. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang sawtooth, monitor, dan clerestory : (Lechner,
2007)
1. Orientasi. Sebaiknya menghadap selatan atau utara untuk mendapatkan cahaya
matahari yang konstan dan menghindari sinar matahari langsung. Jika dihadapkan
pada sisi yang kekurangan cahaya, seperti pada sisi timur atau barat, performanya
dapat diperbaiki dengan menggunakan penghalang penangkap cahaya atau baffle.
Salah satu fungsi dari baffle ini, pada clerestory yang menghadap timur cahaya
matahari pagi yang berlebih dapat dihalangi dan meningkatkan pemantulan
cahaya sore yang dibutuhkan, dan begitu pula yang terjadi pada clerestory yang
menghadap barat.

38
Luas clerestory, sebaiknya tidak terlalu besar, disesuaikan dengan luas lantai.
Dan sebaiknya juga disesuaikan dengan offending zone.
Lapisan atap yang reflektif (putih atau berwarna terang), sehingga cahaya yang
jatuh pada permukaan atap dapat dipantulkan dan masuk melalui sawtooth,
monitor, dan clerestory dengan tingkat terang yang rendah namun
memiliki kualitas penyinaran yang baik.
Penggunaan toplighting selain untuk segi fungsional, juga dapat memberikan efek
dramatis dalam ruang. Salah satu contoh yang baik adalah rancangan I.M. Pei
untuk National Gallery of Art di Washington DC. Pada bagian atrium lobi
digunakan skylight berbentuk tetrahedron untuk menciptakan pencahayaan alami
yang dramatis.
Dalam menggunakan toplighting perlu diperhatikan juga kebutuhan serta efek
yang ditimbulkan oleh bukaan tersebut. Bukaan toplighting tidak banyak ditemui
pada kehidupan sehari-hari, hal ini mungkin disebabkan karena kemungkinan
silau atas besarnya jumlah cahaya yang masuk.

39
2.8. Kelebihan dan Kekurangan Pencahayaan Alami
2.8.1. Kelebihan Pencahyaan Alami
Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar
matahari yang muncul dari pagi menjelang siang hingga sore hari. Kenyamanan
manusia dalam dunia arsitektur adalah hal yang menjadi tujuan utamadalam
perancangan, dimana menurut Vitruvius ada tiga poin yang menjadi yang syarat
suatu karya arsitektur yaitu Firmitas (kekuatan/kekokohan bangunan), Venustas
(keindahan), Utilitas yang menyangkut kenyamanan thermal, fungsi di dalam
bangunan, dll.
Berikut merupakan kelebihan dari penggunaan cahaya alami dalam
arsitektur :
1. Mengantisipasi kelembaban
Untuk mengantisipasi kelembaban yang terjadi di dalam ruang memang
sinar matahari langsung sangat dibutuhkan. Tetapi untuk penerangan yang
dibutuhkan hanya bias dari sinar matahari tersebut. Jika sebuah ruang yang
dirancanakan mengahadap arah datangnya sinar matahari, perlu dipastikan
bahwa sinar matahari langsung tidak akan mengganggu danm menerpa bagian
ruang utnuk melakukan aktifitas utama. Pengaturna ini membutuhkan ilmu
yang berkaitan dengan sudut datangnya sinar matahari di saat pagi sampai sore
dan perubahan tahunannya dari arah Utara ke Selatan.

40
2. Kenyamanan visual.
Kenyamana visual terkait dengan cahaya alami yang membantu
manusia dalam mengakses informasi visual tanpa mengganggu
indera visual manusia. Kondisi visual yang terlalu gelap karena
kurangnya cahaya akan menciptakan ketidaknyamanan bagi indera visual.
Ketidaknyamanan ini juga akan memengaruhi persepsi visual manusia
terhadap lingkungan visualnya. Sebaliknya, tingginya tingkat iluminasi
cahaya akan mengakibatkan silau dan berpengaruh pada kenyalnanan
visual, serta dapat berdampak negatif tidak hanya pada fisiologi, tetapi
juga pada sisi psikologi manusia. Kekurangan maupun kelebihan cahaya
akan membuat mata manusia menjadi cepat lelah.Kelelahan pada
mata pundapat menimbulkan berbagai efek yang buruk pada diri manusia.

3. Kenyamanan termal
Kenyamanan termal lebih diakibatkan oleh energi panas yang
menyertai cahaya matahari. Energi panas, baik yang secara langsung
maupun tidak langsung masuk ke dalam ruangan akan mengakibatkan
suhu ruangan meningkat. Panas yang terjebak di dalam ruangan akan
mengenai tubuh manusia dan menciptakan ketidaknyamanan. Tanpa
adanya pertimbangan desain yang matang dalam mereduksi panas yang
ditimbulkan oleh cahaya matahari, serta kurangnya ventilasi udara akan
membuat ruangan menjadi tidak nyaman. Namun, dalam kondisi lain
energi panas juga merupakan kebutuhan dalam menciptakan ruang yang
hangat. Dalam hal ini keputusan desain harus benar-benar matang. cahaya
matahari yang senantiasa disertai oleh energi panas harus mampu
dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan, ruang dan kegiatan di dalamnya.
Cahaya dapat dimasukkan ke dalam ruangan sementara energi panasnya
direduksi. Demikian pula sebaliknya, energi panas dapat dimasukkan
tanpa disertai dengan cahaya. Cahaya dan panas yang dihasilkan oleh
matahari dapat dikelola dengan mereduksi, memantulkan, mengarahkan,
maupun menggunakan pendekatan lain.

4. Manfaat Psikologi
Pencahayaan alami ini memberi manfaat psikologi disamping
kegunaan praktis berupa pengurangan energi untuk pencahayaan buatan.

41
Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi.
Intensitas sinar matahari berubah sesuai dengan waktu, musim dan lokasi.
Sinar matahari dapat dibaurkan oleh awan, kabut dan uap air dan
dipantulkan dari tanah atau permukaan lain yang berada disekitar
bangunan.Top of Form
5. Membentuk Mood di dalam ruangan
Secara psikologis warna cerah mampu memberi efek lebih
bersemangat dan memacu ide-ide kreatif. Sinar matahari memiliki efek
yang sama dan memberikan kesan natural pada ruangan. Mood yang
dibangun pun terasa lebih hangat dan bersahabat. Tentunya hal ini juga
didukung oleh desain interior yang menunjang cahaya masuk dengan
dramatis.
6. Membunuh bakteri dan virus
Rumah Anda mungkin terlihat bersih, namun bisa saja banyak
makhluk mikroskopik yang bersarang di dalamnya. Bakteri, virus dan
jamur menyukai tempat yang lembab dan minim cahaya. Sinar matahari
dapat membunuh semuanya dan menjaga agar Anda dan keluarga selalu
sehat.
7. Ruangan terasa lebih luas
Seperti halnya pemilihan warna, intensitas cahaya yang masuk ke
dalam ruangan dapat memengaruhi ilusi luas ruangan. Dengan
memaksimalkan pencahayaan alami, ruangan akan terlihat lebih terang dan
luas tanpa memerlukan banyak lampu. Anda pun dapat bereksplorasi
dalam pemilihan tema warna ruangan tanpa mengkhawatirkan ruangan
terlihat sempit.

8. Sumber energi
Pernahkan Anda memperhatikan tumbuhan yang tidak terkena
sinar matahari dan perlahan mati? Seperti halnya tumbuhan, tubuh kita
juga membutuhkan sinar matahari agar tetap sehat dan segar. Butuh 10
menit setiap satu hingga dua kali se minggu untuk mengurangi resiko
terkena flu hingga 30-40%. Itu mengapa pencahayaan alami lebih baik
karena pengaruh positifnya bagi kesehatan.

42
9. Meningkatkan Kualitas Tidur
Kualitas tidur bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya
adalah keseimbangan hormon dalam tubuh. Paparan sinar matahari secara
langsung bisa meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih baik. Hal ini
disebabkan karena paparan sinar matahari secara langsung bisa mengatur
kadar hormon melatonin. Hormon ini mengatur tubuh dalam reaksi tidur
dengan kondisi kebutuhan tubuh.
10. Menghilangkan Jamur
Jamur bisa timbul karena beberapa titik di rumah Anda lembab dan
kurang terkena cahaya matahari. Meskipun ada lampu, tetap saja sinar
matahari memberikan panas yang pastinya tak bisa didapatkan dari sumber
buatan lainnya. Jadi ada baiknya Anda memberikan bukaan pada area-area
yang tertutup seperti gudang, kamar mandi, atau garasi sehingga ruangan
tetap terjaga suhu udaranya dan jamur tak lagi muncul.
11. Mengusir Nyamuk
Nyamuk sangat tidak suka cuaca panas. Ketika ruangan di rumah
Anda memperoleh sinar matahari yang cukup biasanya rumah akan bebas
dari nyamuk. Hal ini karena nyamuk sukar hidup di ruangan yang kering.
Lain halnya bila rumah Anda cenderung gelap dan tidak terpapar sinar
matahari yang cukup. Tanpa Anda sadari nyamuk akan lebih suka berdiam
di sudut-sudut rumah.
2.8.2. Kekurangan Pencahayaan alami
Dalam perancangan arsitektur ada dua tipe pencahayaan, pertama adalah
pencahayaan alami dan kedua adalah pencahayaan buatan. Pencahayaan alami
lebih optimal dibutuhkan pada siang hari, terutama pada bagian luar bangunan.
Sedangkan pencahayaan buatan lebih optimal dibutuhkan pada malam hari serta
di bagian dalam ruang yang tidak/kurang terbias sinar matahari. Cahaya alami
yang paling mudah kita peroleh adalah cahaya matahari. Sumber cahaya ini harus
dimanfaatkan secara maksimal sebagai energi alternatif, dalam mendekorasi serta
pemasangan instalasi, cahaya matahari dapat berdampak negatif jika perencanaan
serta penataan tata letaknya yang buruk. Perencanaan serta penataan tata letak
yang buruk akan mengakibatkan terhalangnya pencahayaan alami dalam
menerangi ruangan tersebut.
Pencahayaan sangat mempengaruhi warna ruangan, jika tidak mengontrol
intensitas cahaya yang masuk, justru akan mengacaukan warna dinding yang ada,

43
bahkan menghilangkan suasana atau mood di ruangan tersebut. Hal ini jelas akan
mempengaruhi kenyamanan dan bahkan kesehatan pemilik rumah. Harus
dipertimbangkan secara teliti agar cahaya alami tersebut masuk melalui jendela
atau ventilasi dengan intensitas cahaya yang cukup.
Berikut ini adalah bebrapa kekurangan dari pencahayaan alami dan tips
untuk mengatasinya,
1. Terlalu Banyak Terpapar Sinar Matahari
Meskipun sinar matahari terasa hangat, tetapi sinar matahari mengandung
ultraviolet yang dapat memudarkan warna serta dapat mempengaruhi kesehatan.
Tips untuk menghindari paparan sinar ultraviolet adalah dengan cara mengurangi
intensitas cahaya yang masuk dengan memasang tiari untuk menghindari
pemudaran warna pada karpet, barang- barang seni sepertilukiasn dan warna cat
dinding serta wana pelapis lainnya.

2. Pencahayaan Alami dan Suhu


Dengan munculnya sinar matahari sering juga dibarengi dengan meningkatnya
suhu. Hal ini tidak menjadi masalah saat musim hujan, tetapi akan menjadi
masalah ketika musim kemarau. Matahari akan bersinar terik sepanjang hari. Hal
ini akan mengakibatkan meningkatnya suhu secara derastis, sehingga
mengakibatkan kepanasan di dalam ruangan. Untuk mengatasi hal tersebut, adalah
dengan cara memasang jendela dengan film yang memiliki emisivitas rendah yang
dapat menyaring cahaya inframerah dari matahari sekaligus dapat membantu
mempertahankan sebagian suhu dari dari cahaya tersebut di dalam rumah. Dengan
bantuan tirai , suhu panas juga dapat di cegah.
3. Pencahayaan Alami dan Warna
Cahaya alami akan memberikan warna dan kontras yang berbeda dalam waktu
yang berbeda, sebagai contoh saat matahari diatas kepala akan memproduksi

44
kontras tinggi, sedangkan cahaya dipagi dan sore hari cenderung seimbang,
namun cahaya saat golden hour akan hangat dan berwarna kekuningan, sedangkan
pada blue hour langit akan berwarna kebiruan. Jadi cahaya alami akan sangat
bergantung pada waktu dan lokasi untuk memanfaatkannya.

2.9. Strategi Desain Optimalisasi Pencahayaan Alami


D.K Ching (1999) yang mengatakan : Sebuah bukaan dapat
diorientasikan untuk menerima cahaya matahari secara langsung. Pengaruh
pengaruh yang mungkin sangat menentukan dari cahaya matahari langsung
seperti halnya dengan perasaan silau dan rasa panas yang amat sangat dapat
dikurangi dengan alat- alat pelindung yang dibuat menjadi bentuk bukaan atau
dibentuk dari pembayangan pohon-pohon di dekatnya atau struktur-struktur
disebelahnya. Pendapat tersebut memperjelas bahwa pencahayaan alami dapat
dimanfaatkan tanpa harus membawa panasnya ke dalam ruangan. Berikut ini
merupakan strategi strategi yang dapat diterapkan dalam mengoptimalkan
pencahayaan alami pada bangunan.

2.9.1. Orientasi bangunan dan arah lintasan matahari


Kebanyakan orang mengira bahwa rumah menghadap ke arah timur adalah
yang terbaik, karena rumah tersebut akan mendapat paparan sinar matahari yang

45
melimpah di pagi hari. Sinar matahari pagi memang baik untuk kesehatan,
namun jika sudah menginjak pukul 9.00 ke atas, sinar matahari tak lagi
sepenuhnya baik untuk kesehatan tubuh. Tetapi sebenarnya, sinar matahari
tersebut mengandung UV dan bisa mengakibatkan kanker kulit.
Orientasi bangunan yang baik yaitu mengarah pada arah utara-selatan
karena mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepanjang hari dan
tahun sehingga ruangan tidak akan mendapatkan panas yang berlebih. Untuk
rumah yang terlanjur menghadap timur, barat, atau arah lain, gunakan cara
untuk menghalau sinar matahari yang berlebihan, misal dengan memasang
tirai.

Tabel 1. Orientasi Bangunan terhadap Matahari


Arah bukaan Arah bukaan
Barat - Timur Utara - Selatan
Daerah terkena radiasi luas Daerah terkena radiasi
Beban pendinginan besar relatif kecil
Beban pendinginan kecil
Cahaya langsung Cahaya alami tidak
menimbulkan sengat dan silau langsung
Daerah terkena radiasi Daerah terkena radiasi
luas
relatif kecil
Sumber: Eddy, 2004

2.9.2 Bukaan
1. Orientasi Bukaan Jendela
Pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari penggunaan cahaya yang
masuk melalui jendela / bukaan dan orientasi arah bukaan. Semakin luas
bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Namun, hal ini juga perlu diperhatikan secara baik, karena orientasi arah
bukaan yang langsung menghadap arah matahari dapat membawa panas masuk
ke dalam ruangan sehingga meningkatkan suhu ruangan.
2. Luas dan Jumlah Bukaan
Penggunaan cahaya matahari ke dalam ruangan tidak terlepas dari ukuran
dan bentuk bukaannya. Prinsipnya semakin besar bukaan atau jendela maka
semakin banyak cahaya dari luar yang masuk ke dalam ruangan. Disamping

46
itu, jenis dan variasi tipe bukaan juga dapat menentukan banyaknya cahaya
yang masuk.
3. Posisi Bukaan
Perletakaan atau penempatan bukaan juga mempengaruhi jumlah cahaya
yang masuk ke dalam ruangan. Semakin tinggi bukaan semakin kecil cahaya
masuk dan sebaliknya. Arah penempatan bukaan juga mempengaruhi intesitas
cahaya yang masuk (dalam waktu tertentu).
Jendela merupakan salah satu komponen pada dinding berupa bukaan yang
sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pencahayaan alami siang
hari pada suatu ruang. Ada beberapa kreteria yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam menentukan letak jendela pada suatu tapak dengan pertimbangan
orientasi matahari. Ketentuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Jendela-jendela yang menghadap timur dan barat memerkukan sarana
peneduh untuk menghindari matahari pagi dan sore yang menyilaukan
Jendela yang menghadap selatan merupakan sumber pencahayaan alami
yang ideal.
Semakin besar dan tinggi ukuran jendela maka semakin banyak cahaya
matahari yang masuk ke ruangan.
Langit-langit dan dinding dalam di seberang jendela lebih efektif
memantulkan cahaya daripada dinding samping dan lantai.
Untuk memperoleh pencahayaan alami yang seimbang, masukan
cahaya alami setidaknya harus berasal dari dua arah.
Peletakan/penempatan jendela di dekat dinding samping dapat
digunakan sebagai alternatif tambahan untuk menghasilkan cahaya
yang cukup pada ruang karena cahaya mendapat pantulan dari dinding
samping tersebut.

Pengaruh penempatan jendela pada ruang.

47
Prinsipnya semakin besar bukaan atau jendela maka semakin banyak cahaya
dari luar yang masuk ke dalam ruangan. Disamping itu, jenis dan variasi tipe
bukaan juga dapat menentukan banyaknya cahaya yang masuk.

2 Perlindungan Matahari (Shading)


Perlindungan matahari pada bangunan bertujuan untuk mengurangi
intensitas radiasi matahari yang masuk kedalam ruangan. Beberapa elemen
yang dapat dijadikan pelindungan matahari antara lain vegetasi, sirip vertikal,
sirip horisontal dan kaca pelindung matahari. Sirip horizontal baik digunakan
untuk posisi matahari tinggi seperti fasad utara, selatan, barat daya, tenggara,
barat laut dan timur laut. Sedangkan sirip vertikal akan efektif jika diletakkan
pada posisi matahari rendah seperti bagian fasad barat, barat daya atau barat

laut, timur, dan tenggara.

Gambar 2. Sirip Horizontal dan Vertikal (sumber: Daylighting: Architecture


and Lighting Design ,1957)

48
Gambar 3. Perbandingan Penggunaan Shading (sumber: Eddy, 2004)

Dari gambar terlihat bahwa eksterior shading dapat mengurangi kontribusi


panas 90% - 95%. Alat pengontrol sinar alami dapot memasukan sinar sesuai
dengan yang diinginkan dan mengeliminer sinar yang berlebihan. Terdapat
shading dinamis (dapat diatur/ bergerak) dan statis (tidak dapat diatur/
permanen). Shading statis kurang baik dalam penyesuaian terhadap kondisi
langit, sedangkan yang dinamis lebih mudah menyesuaikan terhadap kondisi
langit, efisiensi perancangan tinggi, namun membutuhkan perawatan khusus
(pembersihan).

3 Mengarahkan Sinar Matahari


Membiaskan cahaya matahari yang masuk kedalam bangunan agar
ruangan tidak menjadi silau akibat sinar matahari langsung. Beberapa cara
mengarahkan sinar matahari yaitu :

49
(a) Memantulkan cahaya melalui lantai/ balkon

(b) Memantulkan cahaya melalui langit-langit ruangan dan sirip

Gambar 4. Cara Mengarahkan Sinar Matahari (sumber: Form, Space &


Order (D.K. Ching, 1999)

4 Aplikasi Solar Panel pada Selubung Bangunan


Solar Panel atau Sel Surya merupakan pengembangan bahan semi-
konduktor yang dapat mengubah energi surya menjadi energi listrik. Sel surya
terdiri dari lapisan mikro tipis yang terdapat kabel filament di setiap
lapisannya. Modul modul sel surya apabila digabungkan akan menjadi satu
unit solar panel dimana satu panel terdiri dari 36 sel surya. Sel Surya dapat
beroperasi secara maximum jika temperatur sel tetap normal (pada 25 C),
kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada sel akan
melemahkan voltage (Voc). Orientasi dari rangkaian sel surya ke arah matahari
secara optimum penting agar dapat menghasilkan energi maksimum. Selain
arah orientasi, sudut kemiringan (tilt angle) dari panel/deretan sel surya juga
sangat memengaruhi hasil energi maksimum. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Bidang Konversi Energi BPPT menemukan bahwa
kemiringan panel untuk mendapatkan energi optimal adalah 10 untuk
orientasi utara dengan bentuk atap satu arah, dan 25 untuk orientasi timur-
barat dengan bentuk atap dua arah. Sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan
panel secara tegak lurus akan mendapatkan energi maksimum 1000 W/m2
atau 1 kW/m2. Fungsi solar panel umumnya diintegrasikan pada atap, dinding

50
dan fungsi struktur pembayangan pada bangunan (Bonifacius, 2012:39).
Terkait fungsi struktur pembayangan (shading), efek yang signifikan berupa
reduksi beban pendinginan jendela dan dinding beton, serta penghematan
energi sebanyak dua kali nilai maksimum daya listrik yang dihasilkan oleh
modul panel surya standar didapat dari integrasi ini (Lianliang Sun, dkk,
2011:7).

Gambar 5. Contoh Desain yang Mengintegrasikan Solar Panel dan


Shading (sumber: www.gabreport.com,)
5 Menentukan Komponen Bangunan
Berikut ini merupakan contoh contoh dari komponen bangunan yang dapat
diaplikasikan sebagai salah satu strategi dalam mengoptimalkan pencahayaan
alami

2.9.2. Kisi Peneduh Matahari


Matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami dimana selain
menghasilkan cahaya, matahari juga sekaligus menghantarkan panasnya secara
radiasi. Radiasi matahari ini tentu saja berdampak negatif bagi bangunan,
contohnya yaitu menyebabkan kerusakan atau pengurangan kualitas material
bangunan serta memberikan dampak beupa suasana panas di dalam ruang.
Panas yang secara tidak langsung merambat masuk ke dalam ruangan tentu
saja menyebabkan ketidaknyamanan bagi civitas yang melakukan kegiatan
serta diperlukan tambahan komponen berupa kipas angin ataupun pendingin
ruang untuk menstabilkan suhu di dalam ruangan tersebut. Maka dari itu,
diperlukan perencanaan khusus untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan

51
cara menambahkan kisi peneduh matahari pada bagian-bagian tertentu pada
bangunan.

a) Kisi Peneduh Matahari Buatan


Kisi peneduh matahari buatan adalah kisi peneduh yang ditambahkan
langsung pada sebuah bangunan untuk mengurangi dampak panas matahari
merambat pada bangunan tersebut. Keefektifan kisi peneduh ini ditentukan
oleh bentuk dan arah hadapnya terhadap arah datangnya sinar matahari.
Peneduh akan lebih efektif jika diletakan di luar daripada di dalam ruang
karena dapat menghalangi sinar matahari sebelum mencapai dinding ataupun
jendela. Berikut merupakan pengaplikasian kisi peneduh pada jendela.

1. Kisi Peneduh Horizontal


Kisi Peneduh model ini merupakan kisi
peneduh yang paling efektif bila
diorientasikan pada bagian bangunan yang
menghadap ke arah selatan.
2.

2.
Kisi-Kisi Horizontal
Sejajar Dinding
Kisi model ini memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara di
dekat dinding dan menghurangi
rambatan panas secara konduktif.

3. Kisi Peneduh Vertikal


Kisi peneduh vertikal lebih
efektif untuk bukaan arah timur
dan barat. Pemisahan kisi
tersebut dari dinding dapat
mengurangi rambatan cahaya
secara konduktif.

52
4. Kisi Peneduh Kotak
Kisi peneduh ini mengkombinasikan antara
penerapan kisi horizontal dan vertikal sehingga
menghasilkan rasio bayangan yang tinggi. Dengan
tingginya rasio bayangan ini memungkinkan
berkurangnya panas matahari yang dirambatkan ke
ruangan yang terkena cahaya matahari.

53
5. Ker
a i
dan

Tirai/Gorden
Kisi peneduh ini dapat mereduksi matahari sampai 50% tergantung pada tingkat
pantulannya.
6. Kaca
kaca hanya dapat
menyerap radiasi sampai
40%,

b) Kisi Peneduh
Matahari Alami
1. Pohon.
Pohon dan bangunan yang
berdekatan dengan jendela
dapat memberikan bayangan
peneduh tergantung kedekatan
pohon dan orientasi pohon.

Berikut ini adalah lima strategi dalam merancang untuk pencahayaan matahari
efektif (Egan & Olgyay, 1983) :

54
1. Naungan (shade), naungi bukan pada bangunan untuk mencegah silau
(glare) dan panas yang berlebihan karena terkena cahaya langsung.
2. Pengalihan (redirect), alihkan dan arahkan cahaya matahari ketempat-
tempat yang diperlukan. Pembagian cahaya yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan adalah inti dari pencahayaan yang baik.
3. Pengendalian (control), kendalikan jumlah cahaya yang masuk kedalam
runag sesuai dengan kebutuhan dan pada waktu yang diinginkan. Jangan
terlalu banyak memasukkan cahaya ke dalam ruang, terkecuali jika kondisi
untuk visual tidaklah penting atau ruangan tersebut memang membutuhkan
kelebihan suhu dan cahaya tersebut (contoh : rumah kaca).
4. Efisiensi, gunakan cahaya secara efisien, denag membentuk ruang dalam
sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan pencahayaan dan
menggunakan material yang dapat disalurkan dengan lebih baik dan dapat
mengurangi jumlah cahaya masuk yang diperlukan.
5. Intefrasi, integrasikan bentuk pencahayaan dengan arsitektur bangunan
tersebut. Karena jika bukan untuk masuk cahaya matahari tidak mengisi
sebuah peranan dalam arsitektur bangunan tersebut, nukan itu cenderung
akan ditutupi dengan tirai atau penutup lainnya dan akan kehilangan
fungsinya.

Untuk merancang pencahayaan dengan baik tidak cukup hanya


memperhatikan strategi-strategi diatas saja, tapi perhatikan dari mulai skala yang
lebih besar yaitu dengan memperhatikan rancangan bangunan, baru kemudian
mengarah ke skala yang lebih kecil, seperti elemen dari bangunan tersebut.
Sebelum merancang bangunan seorang perancang harus mempelajari

55
keadaan alam di tapak tersebut, seperti sudut dan pergerakan matahari, kondisi
langit, arah angin, iklim, dan sifat-sifat dari tapak tersebut. Setelah memahami
keadaan tapak perancangan bangunan dapat dilakukan dengan mengsinkronisasi
antara alam dengan bangunan. Jika bangunan sudah dirancang dan dibentuk
sejalan dengan alam, maka unsur-unsur seperti pengudaraan dan pencahayaan
akan mengalir dan berjalan denag baik. Maka dari itu, sebaiknya dipelajari faktor-
faktor dalam bangunan yang perlu disesuaikan dengan keadaan alam

2.9.3. Kenyamanan Visual pada Manusia


Pencahayaan mengandung aspek kuantitas (intensitas cahaya) dan
kualitas (warna kesilauan). Kesilauan dapat terjadi secara langsung
(tersorot lampu) maupun tidak langsung (pantulan). Terlalu banyak cahaya akan
menyebabkan pupil mata mengecil terlalu lama, sehingga mata lelah. Terus
menerus berada di tempat bercahaya sama merugikannya dengan terus menerus
di tempat gelap karena irama gelap-terang membantu pengendalian suhu tubuh
serta sekresi hormon ke darah. Manusia menyukai lingkungan yang terang. Pada
kumpulan manusia, mereka akan menyukai penerangan yang relatif merata, dan
menghindari area yang terlalu terang. Pada umumnya manusia lebih suka berada
di tempat redup dan memandang ke tempat yang terang, daripada sebaliknya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pencahayaan alami merupakan salah satu pelajaran dalam dunia
arsitektur yang mempelajari secara khusus mengenai pemanfaatan sumber daya
yang berasal dari alam secara maksimal. Perencanaan tersebut sangat bermanfaat

56
untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara keadaan lingkungan sekitar
dengan bangunan yang akan dibuat.
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Dan pencahayaan alami memiliki kelebihan dan
kekurangannya, untuk kelebihan dari pencahayaan alami antara lain,
mengantisipasi kelembaban, untuk kenyamanan visual, sebagai kenyamanan
termal, untuk ketenangan psikologi, untuk membunuh bakteri dan virus, dll.
Kemudian untuk kekurangannya adalah terlalu banyak terpapar sinar matahari,
tergantung cuaca di luar ruangan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami adalah sky
component ( pencahayaan yang langsung berasal dari langit ), externally reflected
component ( pencahayaan yang berasal dari benda-benda sekitar ), internally
reflected component ( pencahayaan yang berasal dari permukaan dalam ruangan).
Dan strategi dalam mengoptimalkan pencahayaan alami pada suatu bangunan
adalah orientasi bangunan dan arah lintasan matahari, jenis dan tipe bukaan,
perlindungan matahari atau shading, mengarahkan dan membiaskan cahaya
matahari, aplikasi solar panel pada selubung bangunan, penentuan komponen
bangunan.

DAFTAF PUSTAKA

http://www.rumahku.com/artikel/read/manfaat-sinar-matahari-untuk-
ruangan-rumah-407256. Diakses tanggal 27 September 2016

http://architectaria.com/membangun-rumah-yang-sehat-sirkulasi-udara-
dalam-ruangan-serta-pengaturan-ruang-berdasarkan-sinar-matahari.html. Diakses
tanggal 27 September 2016

57
http://benergi.com/manfaat-sumber-energi-cahaya-matahari-bagi-
kehidupan. Diakses tanggal 27 September 2016

http://architectaria.com/keuntungan-dan-kerugian-pencahayaan-
alami.html. Diakses tanggal 27 September 2016

http://architectaria.com/keuntungan-dan-kerugian-pencahayaan-
alami.html. Diakses tanggal 27 September 2016

https://www.academia.edu/7643789/Permen_PU_No_29_Tah
un_2006_PEDOMAN_PERSYARATAN_TEKNIS_BANGUNAN_GEDUNG.
Diakses tanggal 27 september 2016

https://www.academia.edu/15364108/Optimalisasi_Pencahayaan_Alami_d
alam_Efisiensi_Energi_di_Perpustakaan_UGM?auto=download. Diakses tanggal
27 September 2016
http://architectaria.com/menghadirkan-dan-maksimalkan-potensi-
pencahayaan-alami-dari-sinar-matahari.html. Diakses tanggal 27 September 2016
http://ide-rumah.blogspot.co.id/2013/08/strategi-dalam-pencahayaan-
dan.html. Diakses tanggal 27 September 2016
http://www.kajianpustaka.com/2013/12/sistem-pencahayaan-alami.html.
Diakses tanggal 27 September 2016

58

Anda mungkin juga menyukai