Anda di halaman 1dari 10

127

Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

PENGGUNAAN BEKATUL FERMENTASI Aspergillus Niger


DALAM PAKAN TERHADAP KARAKTERISTIK ORGAN DALAM
AYAM PEDAGING

Nonok Supartini dan Eka Fitasari


PS. Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
The purpose of the research was to study the effect of Aspergillus rice bran fermentation
on intestinal characteristic (pH, intestinal digest viscosity, proteolitic intestinal digest
activity) and internal organs weights (liver, bile, pancreas). The materials used for this
research were 96 Lohman broiler chicks with average initial body weight of 47,99 4,93 g
without difference on the sexes. The method used Complete Random Plan (RAL) with 4
treatments ie control (P0), control + 5% rice bran fermentation (P1), control + 10% rice
bran fermentation (P2), and control + 15% rice bran fermentation (P3) with repeated 6
times. If there were significant influence it would be further tested with Duncans Multiple
range Test (BNT). The result showed that treatments gave very significantly affected
(P<0.01) on pH, intestine digest viscosity, proteolitic intestine digest activity; but did not
give significant effect (P>0.05) on internal organs. The conclusion is that the using of 15%
rice bran fermentation gives the best result based on intestinal characteristics.
Key words: broiler, Aspergillus niger, intestinal characteristic, internal organs
Pendahuluan
Bekatul merupakan limbah hasil fruktosa (Sarwono, 2006). Bekatul mudah
penggilingan padi, sudah lama digunakan tengik dan memiliki ikatan asam lemak
sebagai pakan unggas. Jumlah tidak jenuh. Terbatasnya penggunaan
penggunaan bekatul dalam pakan unggas bekatul dalam pakan unggas selain
terbatas. Kandungan nutrisi yang terdapat dikarenakan kandungan serat kasarnya
di bekatul yang berkualitas baik antara yang tinggi, juga dikarenakan kandungan
lain protein kasar 9 12%, pati 15 35%, PK (Protein Kasar) bekatul yang rendah
lemak 8 12%, dan serat kasar 8 11% dan adanya anti nutrisi yaitu phytat yang
(Prambudi, 2007). Diketahui kandungan menyebabkan terbatasnya penggunaan P
serat kasar bekatul lebih tinggi dari pada dan Ca dalam bekatul (Hardini, 2010).
jagung atau sumber energi yang lain, oleh Asam phytat merupakan zat anti nutrisi
karena itu bekatul diberikan dalam jumlah yang mampu berikatan dengan protein
yang terbatas tergantung pada jenis dan mineral seperti Ca, P, Fe, Zn, dan
ternaknya. Komponen utama dari bekatul Mg. Asam phytat di bekatul sulit larut di
adalah karbohidrat yaitu sekitar 40 air dan tahan panas, sebab itu bekatul
49%, karena bekatul tersusun dari sulit dicerna (Sobri, 2009).
endosperm. Selanjutnya dilaporkan Daya cerna serat kasar pada unggas
bahwa ditinjau dari komposisinya , dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
bekatul merupakan makanan yang lain kadar serat dalam pakan, komposisi
mempunyai nilai kalori tinggi, dengan penyusun serat kasar dan aktifitas
monosakarida penyusun karbohidrat mikroorganisme. Menurut Rasyaf (1994)
berupa glukosa, galaktosa, xylosa, dan kebutuhan serat kasar untuk ayam
128

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

pedaging sebesar 3-5%. Penggunaan Rhisophus oligosporus terbukti mampu


bekatul umumnya maksimal 10% memecah asam phytat menjadi asam
(Anonymous, 2010) dan menurut lemak tak jenuh. Pada proses fermentasi
Anggorodi (1995), yang disitasi Ichwan itu karbohidrat, lemak, dan protein
(2005) mengungkapkan bahwa terhidrolisis menjadi senyawa sederhana.
penggunaan bekatul untuk pakan ayam Hasil penelitian Hidanah, et. al.
pedaging periode starter dan finisher 0 (2009) menyatakan bahwa fermentasi
10%. pada tepung limbah tempe dengan
Cara untuk meningkatkan nilai menggunakan Aspergillus niger dan
nutrisi dan kecernaan bekatul serta aman Lactobacillus sp (106-108/cc) masing-
penggunaannya adalah dengan cara masing sebanyak 0,5% dan 3% terbukti
biologis yaitu dengan teknik fermentasi dapat meningkatkan protein kasar yang
menggunakan Aspergillus niger. Aspergillus semula hanya 12% menjadi 15%,
niger merupakan kapang yang dapat menurunkan kadar serat kasar dari 44%
tumbuh dalam kondisi lingkungan yang menjadi 40% sedangkan kadar abu tetap
tidak menguntungkan bagi kebanyakan pada kisaran 3%.
mikroorganisme lain, yaitu meliputi Penelitian Hardini (2010)
adanya asam dan konsentrasi gula yang menunjukkan bahwa proses fermentasi
tinggi (Pelczar dan Chan, 1986). Tujuan menyebabkan nutrisi bekatul berubah,
fermentasi bekatul yaitu untuk bahan kering, protein kasar, protein
memecahkan asam phytat, menurunkan terlarut dan retensi N meningkat
serat kasar, dan meningkatkan protein sementara bahan organik tidak berbeda
kasar. Proses fermentasi selain berguna dibanding fermentasi nol jam. Sedangkan
untuk memperbaiki penyimpanan bahan menurut Lastioro (2001) dalam bekatul
pakan juga berguna untuk meningkatkan fermentasi terdapat asam lemak tidak
protein terlarut (Damodaran dan Paraf, jenuh tunggal dan majemuk, antioksidan,
1997). serta enzim superoksidadismutase. Selain
Pada dasarnya ayam perlu 0,4 - itu vitamin B dan asam amino meningkat.
0,5% fosfor di dalam pakan. Jumlah Asam amino, misalnya naik dari 7,36%
fosfor merosot karena terikat dengan menjadi 12,37% dan protein dari 12,09%
asam phytat. Fosfor yang tersedia hanya menjadi 18,82%. Dampaknya proses
0,25%, sebab itu pada umumnya metabolisme kian lancar dan
beberapa peneliti maupun peternak pertumbuhan unggas optimal (Lastioro,
menggunakan enzim fitase untuk 2001).
memecah asam phytat dalam pakan dan Salah satu indikasi pencernaan
meningkatkan kadar fosfor (Anonymous, pakan yang baik dalam saluran
2010). Enzim fitase digunakan untuk pencernaan unggas adalah dengan
memecah asam phytat menjadi bentuk mengamati karakteristik usus yaitu
yang lebih sederhana. Pada saluran viskositas usus dan aktivitas enzim
pencernaan unggas, enzim fitase yang proteolitik serta berat organ dalam yaitu
dihasilkan sedikit sehingga enzim fitase berat empedu, pankreas, dan hati. Hasil
dapat diproduksi melalui fermentasi. penelitian Fitasari (2009) menunjukkan
Sujono (2001) meneliti bekatul yang bahwa semakin rendah viskositas usus
difermentasi menggunakan kapang yang dan semakin tinggi aktivitas enzim
digunakan untuk membuat tempe yaitu proteolitik berkolerasi dengan berat
Rhizophus oligosporus dengan konsentrasi badan ayam pedaging yang semakin
sebanyak 2%. Hasil fermentasi oleh besar. Hal ini menunjukkan bahwa pakan
129

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

dapat dicerna dengan baik ketika berada dipotong dan dianalisa pH, viskositas
di dalam usus halus sementara itu digesta usus, aktifitas enzim proteolitik,
pencatatan konsumsi pakan oleh peternak dan ditimbang berat organ dalamnya.
unggas juga ditunjukkan untuk Analisa pH, Viskositas, dan Aktivitas
mengetahui perubahan - perubahan enzim Proteolitik dari usus ayam
dalam hal kesehatan dan produktivitas pedaging dilakukan di Laboratorium
(Fadilah et. al., 2007). Biokimia Universitas Muhammadiyah
Penelitian menggunakan bekatul Malang. Sedangkan analisa proksimat
fermentasi Aspergillus niger dalam pakan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi
unggas perlu dilakukan untuk mengetahui dan Makanan Ternak Fakultas
hingga seberapa besar bekatul fermentasi Peternakan Universitas Muhammadiyah
dapat digunakan untuk ayam pedaging Malang.
agar tidak mengganggu kecernaan nutrisi b. Aspergillus Niger
dengan cara mengetahui bagaimana
pengaruhnya terhadap karakteristik usus Aspergillus niger yang akan digunakan ke
dan berat organ dalam ayam pedaging. dalam bekatul fermentasi diperoleh dari
Laboratrorium Kedokteran Fakultas
Materi dan Metode Kedokteran Universitas Muhammadyah
a. Materi penelitian Malang.

Penelitian ini menggunakan ayam c. Pakan


pedaging strain Lohman Platinum, Pakan yang diberikan pada umur 1 hingga
Produksi PT. Multi Breeder Adirama 14 hari adalah pakan komersial (BR1),
Indonesia Pandaan Malang tanpa adanya sedangkan pada umur 15 hingga 35 hari
perbedaan jenis kelamin yang dipelihara diberi pakan perlakuan yaitu penggunaan
sejak DOC sebanyak 96 ekor dengan bekatul fermentasi sebagai pengganti
berat 47,99 + 4,93 gr/ekor dan dipanen bekatul murni sesuai dengan perlakuan.
umur 35 hari. Pada saat panen ayam
Tabel 1. Hasil analisa laboratorium bekatul fermentasi Aspergillus niger
bahan kadar kadar bahan protein lemak serat ME
Bahan BETN
kering air abu organik kasar kasar kasar (Kkal
Pakan (%)
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) /Kg)
Bekatul 88.64 11.36 9.02 92.84 10.64 14.42 6.42 60.64 2980
Bekatul
Fermentasi 45.55 54.45 9.02 90.98 13.19 15.33 8.30 67.34 3072
Sumber: Analisa Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Muhammadiyah Malang
(2011).
Tabel 2. Kandungan zat makanan bahan pakan
EM PK LK SK
Bahan Pakan
(Kkal/Kg) (%) (%) (%)
Jagung kuninga 3350 8,5 3,8 2,2
Bekatul b 2980 10 14 6.4
Bekatul fermentasib 3072 13 15 8.3
Konsentrat c 2900 40 7 7
Mineral B12 d - 0,5 - -
Keterangan: a) NRC (1994) b) Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Universitas Muhammadiyah
Malang, c) Konsentrat Ayam Pedaging Produksi PT Aneka Jaya Malang, d) Mineral B12 diperoleh
dari Poultryshop
130

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

Tabel 3. Susunan ransum penelitian ayam pedaging


Perlakuan
Bahan Pakan P0 P1 P2 P3
Konsentrat 37,5 37,5 37,5 37,5
Jagung kuning 47 47 47 47
Bekatul fermentasi 0 5 10 15
Bekatul 15 10 5 0
Mineral B12 0,5 0,5 0,5 0,5
Jumlah 100 100 100 100
Kandungan Zat Makanan (*)
ME (Kkal/kg) 3109 3113.6 3118.2 3122.8
Protein (%) 20.495 20.645 20.795 20.945
Lemak kasar (%) 6.511 6.561 6.611 6.661
Serat kasar (%) 4.619 4.714 4.804 4.904
Keterangan: * Hasil perhitungan berdasarkan analisa excel menggunakan data kandungan pakan
dari Tabel 2.
Berat organ dalam:
d. Metode penelitian
1. Berat hati
Metode yang digunakan dalam penelitian 2. Berat empedu
ini adalah metode percobaan lapang 3. Berat pankreas
dengan menggunakan Rancangan Acak
f. Analisa statistik
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
sebagai berikut : Data penelitian dianalisa dengan
P0= Bekatul 15%+0% bekatul fermentasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap
P1= Bekatul 10%+5% bekatul fermentasi (RAL). Menurut Yitnosumarto (1993),
P2= Bekatul 5%+10% bekatul fermentasi apabila terjadi perbedaan yang sangat
P3= Bekatul 0%+15% bekatul fermentasi nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda
Setiap perlakuan diulang 6 kali sehingga Nyata Terkecil (BNT).
terdapat 24 unit percobaan. Setiap unit
percobaan terdapat 4 ekor ayam, sehingga Hasil dan Pembahasan
jumlah ayam yang digunakan sebanyak 96
ekor. 1. Pengaruh perlakuan terhadap karakkteristik
usus
e. Variabel pengamatan
Hasil dari penelitian terhadap Pengaruh
Karakteristik usus: penggunaan bekatul fermentasi
1. pH usus halus Aspergillus niger dalam bahan pakan
2. Viskositas usus halus terhadap pH, viskositas usus, dan
3. Aktivitas enzim proteolitik aktivitas enzim proteolitik usus dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. pH, viskositas usus dan aktivitas enzim proteolitik usus
Perlakuan pH** ViskositasUsus aktivitas enzim proteolitik
(dPas)** (g/ml)**
P0 4.7170.160d 0.1850.016b 29.6500.795a
P1 4.1170.075c 0.1430.015b 32.5211.244b
P2 3.6330.103 b 0.1030.012 a 35.6371.033c
P3 3.3500.055 a 0.0880.015 a 38.8691.343d
** Nilai dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda
sangat nyata (P<0,01).
131

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

a. Pengaruh perlakuan terhadap pH usus ayam fermentasi Aspergillus niger. Sehingga


pedaging proses pemecahan senyawa menjadi
asam-asam amino terdegradasi dengan
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
baik dan kondisi usus semakin asam
perlakuan memberikan hasil yang sangat
sehingga pH semakin menurun. Hal ini
berbeda nyata terhadap pH digesta usus.
sesuai dengan pendapat Sujono (2001)
pH terendah terdapat pada perlakuan P3
yang memakai kapang tempe Rhizophus
dan yang paling tinggi terdapat pada
oligosporus sebanyak 2%. Penelitian ini
perlakuan P0 dan dilanjutkan dari pH
terbukti mampu memecah asam phytat
yang paling terendah mulai dari perlakuan
menjadi asam lemak tak jenuh, selain itu
P2 sampai dengan P1. Menurut Gauthier
karbohidrat, lemak, dan protein
(2007), pH digesta normal pada setiap
terhidrolisis menjadi senyawa sederhana.
bagian usus halus pada ayam pedaging
yaitu: duodenum berkisar 5.0 - 6.0, b. Pengaruh perlakuan terhadap viskositas usus
jejunum berkisar 6.5 - 7.0, dan ileum halus
pHnya berkisar 7.0 - 7.5. Dari penelitian Viskositas merupakan daya perlawanan
ini, data pH usus diambil dari duodenum untuk mengalir dari suatu sistem yang
hingga ileum. Hasil penelitian yang disebabkan oleh adanya geseran. Makin
dilakukan menunjukkan bahwa besar daya perlawanan atau geseran
penggunaan bekatul fermentasi tersebut maka sistem semakin kental.
Aspergillus niger dapat menurunkan pH Kekentalan dipengaruhi oleh suhu,
usus pada ayam pedaging. tekanan, berat, molekul larutan,
Menurunnya pH adalah disebabkan konsentrasi larutan, dan bahan terlarut
adanya proses fermentasi di dalam usus yang ada (Fennema, 1996). Sedangkan
oleh mikroba, terutama Aspergillus niger. menurut Gauthier (2007), viskositas usus
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa halus dipengaruhi oleh ketidaklarutan
semakin banyak Aspergillus niger yang NSP (Non Starch Polysaccharides) yang
masuk ke dalam tubuh ayam maka pH berasal dari sel endosperm yang pada
semakin menurun. Aspergillus niger umumnya banyak terdapat pada bahan
merupakan kapang yang dapat tumbuh pakanviscous cereals seperti gandum,
cepat dan menghasilkan beberapa enzim barley, gandum hitam (rye), dan
seperti amylase, pektinase, sebagainya. Pada formulasi pakan basal
amiloglukosidase dan selulase yang ayam, peneliti menggunakan jagung
mampu melarutkan NSP (Non Starch sebagai sumber energi terbesar. Seperti
Polysaccharides) yang berasal dari sel diketahui bahwa di dalam jagung terdapat
endosperm, sehingga proses pencernaan NSP walaupun prosentasenya tidak
di dalam usus halus terdegradasi dengan sebanyak pada sereal, namun hal ini
baik. Selain itu tujuan dari proses menjadi alasan kenapa jagung tidak bisa
fermentasi adalah untuk menghilangkan digunakan 100% dalam pakan ayam
kadar asam phytat yang ada di dalam potong.
bekatul. Hal ini penting karena asam Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
phytat dalam bekatul menghambat perlakuan memberikan hasil yang sangat
pemanfaatan beberapa mineral Ca, P,Zn berbeda nyata terhadap viskositas usus.
dan Mg dan bahkan menghambat Penggunaan bekatul fermentasi Aspergillus
pencernaan protein (Hardini, 2010). niger dalam bahan pakan dapat
Enzim fitase memecah asam phytat menurunkan viskositas pada usus halus
menjadi lebih sederhana. Phytase ayam pedaging. Viskositas terendah
merupakan enzim yang dihasilkan
132

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

terdapat pada perlakuan P3 yaitu produk. Aspergillus niger merupakan


0.0880.015 dPas, dilanjutkan P2 kapang yang dapat tumbuh cepat dan
(0.1030.012 dPas), P1 (0.1430.015 menghasilkan beberapa enzim seperti
dPas), dan P0 (0.1850.016 dPas). Dari amylase, pektinase, amiloglukosidase dan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selulase yang mampu melarutkan NSP
pengunaan bekatul fermentasi Aspergillus (Non Starch Polysaccharides) yang berasal
niger dalam bahan pakan dapat dari sel endosperm, sehingga proses
menurunkan viskositas pada usus halus pencernaan di dalam usus halus
ayam pedaging yang dipengaruhi oleh terdegradasi dengan baik.
kandungan NSP (Non Starch Hal ini juga didukung oleh hasil
Polysaccharides) yang merupakan selulosa penelitian Mboro dan Lakapu (Tim
yang terdapat pada bekatul mampu Penelitian) bahwa semakin tinggi
dirombak oleh enzim pengurai yaitu pemberian bekatul fermentasi Aspergillus
selulose yang dihasilkan Aspergillus niger niger juga meningkatkan kecernaan
pada saat proses fermentasi berlangsung. protein dan energi metabolis. Fitasari
Menurut Choct dan Kocher (2000), (2009) melaporkan bahwa semakin
unggas tidak memiliki enzim endogenous rendah viskositas usus dan semakin tinggi
yang dapat mencerna oligosakarida aktivitas enzim proteolitik berkolerasi
(terkecuali maltooligosakarida) dan NSP. dengan berat badan ayam pedaging yang
Pencernaan NSP dilakukan secara semakin besar, dan sesuai dengan
biokimia di dalam tembolok ayam dan pendapat Wahyu (2003) yang menyatakan
degradasi oleh mikroba di dalam usus. bahwa dalam proses fermentasi terjadi
Oleh karena itu fermentasi oleh mikroba proses katabolisme yaitu penguraian
dalam pencernaan oligosakarida dan NSP molekul besar menjadi molekul yang kecil
adalah sangat penting. Pada kondisi alami sehingga dapat meningkatkan kecernaan
(tanpa penambahan mikroba maupun bekatul dan kecernaan pakan
enzim), kecernaan soluble NSP di unggas keseluruhan.
diperkirakan hanya sekitar 65% (Choct a. Pengaruh perlakuan terhadap aktifitas
dan Kocher, 2000). enzim proteolitik usus
Sesuai dengan pendapat Nurhayati
(2005) yang mengatakan bahwa Aspergillus Hasil penelitian pada pada Tabel 4
niger berperan sebagai inokulum menunjukkan bahwa perlakuan
fermentasi diduga mensintesis enzim memberikan pengaruh yang sangat nyata
ureasi untuk mencegah urea menjadi terhadap aktifitas enzim proteolitik
asam amonia dan CO2 pada fermentasi 4 digesta usus. Dapat dilihat bahwa
hari. Amoniak dapat digunakan oleh aktivitas dari enzim proteolitik dalam
kapang untuk pembentukan asam amino, usus halus ayam pedaging yang paling
sedangkan perubahan kandungan serat rendah berada pada perlakuan P0 dan
kasar (SK) dipengaruhi oleh intensitas yang paling tinggi terdapat pada
pertumbuhan miselia kapang, perlakuan P3, dan secara berturut- turut
kemampuan memecah SK untuk P1 dan P2. Maka untuk mengetahui
memenuhi kebutuhan energi, dan perbandingan dari tiap-tiap perlakuan
kehilangan bahan kering (BK) selama dilakukan analisa statistic.
fermentasi. Penurunan SK diduga karena Aspergillus niger merupakan salah
Aspergillus niger pada inkubasi 4 hari mulai satu spesies yang paling umum dan
mensintesa enzim pengurai, yaitu selulose mudah diidentifikasi dari genus
yang akan merombak selulosa dalam Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo
133

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

Monoliales dan kelas Fungi imperfecti. pankreas. Produksi dan aktivitas enzim
Aspergillus Niger dapat tumbuh dengan protease dipengaruhi oleh asupan dan
cepat, antaranya digunakan secara kualitas nutrisi yang baik oleh bekatul
komersial dalam produksi asam sitrat, yang difermentasi menggunakan
asam glukonat dan pembuatan berapa Aspergillus niger, terutama asam amino
enzim seperti amilase, pektinase, (protein). Aktivitas enzim saluran
amiloglukosidase, dan sellulase. Aspergillus pencernaan mempunyai pengaruh kuat
niger dapat tumbuh pada suhu 35-37C terhadap penggunaan nutrisi yang pada
(optimum), 6-8C (minimum), 45-47C akhirnya menentukan produktivitas.
(maksimum) dan memerlukan oksigen Pengolahan bekatul melalui fermentasi
yang cukup (aerobik). Aspergillus niger Aspergilusnigermeningkatkan kadar protein,
memiliki hifa berwarna putih atau kuning sehingga meningkatnya aktivitas enzim p
dengan lapisan konidiospora tebal rotease merupakan indikasdari efektivitas
berwarna coklat gelap sampai hitam. penggunaan nutrisi (protein) yang juga
Kepala konidia berwarna hitam, bulat, meningkat. Protein merupakan molekul
cenderung memisah menjadi bagian- kompleks yang terdiri dari asam amino
bagian yang lebih longgar dengan esensial dan non esensial.
bertambahnya umur. Konidiospora Protein adalah nutrisi yang sangat
memiliki dinding yang halus, hialin tetapi dibutuhkan untuk perbaikan jaringan
juga berwarna coklat (Pelczar dan Chan, tubuh yang rusak, pemeliharaan protein
1986 ). tubuh untuk pertumbuhan, materi untuk
Berbagai mikroorganisme baik pembentukan enzim dan beberapa jenis
khamir, bakteri, dan kapang dapat hormon, dan juga sebagai sumber
menghasilkan enzim protease dan lipase, energi (NRC, 1994), maka dilakukan pros
bahkan beberapa antaranya sudah es fermentasi supaya dapat meningkatkan
dikomersialkan contohnya Aspergillus nutrisi pada pakan melalui biosintesis
niger. Fermentasi oleh Aspergillus niger juga vitamin, asam amino esensial dan protein
menyebabkan perubahan pada dengan meningkatkan kualitas protein
kandungan serat kasar (SK) pada bekatul dan pencernaan. Selain itu, fermentasi
akibat pengaruh intensitas pertumbuhan juga dapat meningkatkan ketersediaan
miselia kapang Kemampuan memecah mikronutrien dan membantu
SK tersebut diperlukan untuk memenuhi mendegradasi faktor antinutrisi
kebutuhan energi dan kehilangan bahan (Achinewhu et. al., 1998).
kering (BK) selama fermentasi sehingga Hasil penelitian ini sejalan dengan
terjadi peningkatan SK pada bekatul. hasil penelitian Mboro (tim penelitian)
Penggunaan mikroorganisme sebagai yang melaporkan bahwa dengan semakin
mesin penghasil enzim selulase sangat meningkatnya penggunaan bekatul
menguntungkan karena selain mudah fermentasi Aspergillus niger ternyata
dibiakkan, mikroorganisme mempunyai meningkatkan kecernaan protein di dalam
kecepatan tumbuh yang tinggi dan mudah usus walaupun secara keseluruhan
dikontrol pertumbuhannya (Reed, 1975). peningkatan ini tidak berpengaruh nyata
Peningkatan aktivitas enzim protease (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
dapat juga dipengaruhi oleh jumlah adanya Aspergillus niger ternyata mampu
konsumsi sesuai dengan kebutuhan setiap meningkatkan kecernaan protein bahan-
hari, Perubahan jenis atau jumlah ransum bahan pakan yang masuk ke dalam tubuh
menimbulkan adanya usaha pengaturan ayam pedaging.
aktivitas enzim dalam jaringan dan
134

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

2. Pengaruh perlakuan terhadap berat organ membantu proses produktivitas dalam


dalam tubuh.
Hasil dari penelitian terhadap
Menurut Fadilah et. al. (2007) organ
pengaruh penggunaan bekatul fermentasi
dalam ayam pedaging merupakan suatu
Aspergillus Niger dalam bahan pakan
bagian dari sistem pencernaan unggas
terhadap berat organ dalam ayam
yang berfungsi mengubah nutrisi yang
pedaging (hati, empedu dan pankreas)
masuk melalui pakan yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam hasil
untuk produktivitas. Organ dalam dari
penelitian ini penggunaan bekatul
ayam pedaging merupakan bagian dari
fermentasi aspergillus niger tidak
organ pencernaan dan beberapa organ
memberikan pengaruh berbeda nyata
seperti hati, empedu dan pankreas yang
terhadap berat hati, empedu dan
merupakan bagian yang terpenting untuk
pankreas.
Tabel 5. Berat organ dalam ayam pedaging
Berat
Perlakuan hati (gr/ekor) empedu (gr/ekor) pankreas (gr/ekor)
P0 43.6674.274 1.6670.516 2.8330.983
P1 44.1676.853 1.8330.408 41.095
P2 40.3334.502 1.50.548 31.549
P3 44.6676.890 1.50.548 31.549
a. Pengaruh perlakuan terhadap berat hati dan dengan pertambahan bobot badan yang
empedu juga tidak berbeda nyata.
Hati berperan dalam proses
Fungsi utama hati dalam pencernaan dan
detoksifikasi. Proses detoksifikasi perlu
absorpsi adalah produksi empedu. Warna
dilakukan untuk membuang racun serta
kehijauan empedu disebabkan karena
limbah hasil metabolisme tubuh. Hati
produk akhir destruksi sel darah merah,
merupakan organ dalam terbesar dalam
yaitu biliverdin dan bilirubin. Hal ini
tubuh, berat hati juga dimungkinkan
sesuai dengan Suprijatna et. al (2005),
berhubungan dengan umur (Eric, 2007).
yang mengatakan zat warna empedu
Whittow (2000) menambahkan bahwa
terbentuk dari degradasi eritrosit yang
besar dan berat hati dipengaruhi oleh
telah tua atau rusak.
beberapa faktor seperti jenis hewan, besar
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat
tubuh, genetik serta makanan.
bahwa berat hati pada perlakuan P3 yaitu
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat
(44.6676.890 gr/ekor) yang merupakan
bahwa berat empedu pada perlakuan P1
paling tinggi dari perlakuan lain.
yaitu (1.8330.408 gr/ekor) yang
Selanjutnya berat hati yang sangat rendah
merupakan paling tinggi dari perlakuan
berturut-turut perlakuan P2
lain. Dan berat empedu yang sangat
(40.3334.502 g/ekor), P0 (43.6674.274
rendah berturut-turut perlakuan P2
gr/ekor), P1 (44.1676.853 gr/ekor).
(1.50.548 g/ekor), P3 (1.50.548
Hasil penelitian ini sesuai dengan
gr/ekor), P0 (1.6670.516 gr/ekor). Hati
hasil penelitian Kase (Tim penelitian)
berperan dalam sekresi empedu,
yang menjelaskan bahwa data
metabolisme lemak, metabolisme protein,
pertumbuhan bobot badan tidak
metabolisme karbohidrat, metabolisme
memberikan pengaruh yang berbeda
zat besi, fungi detoksifikasi, pembentukan
nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan
darah merah serta metabolisme dan
bahwa berat hati dan empedu berkorelasi
penyimpanan vitamin.
135

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

Suprijatna et. al. (2005) juga Aspergillus niger tidak berpengaruh pada
menjelaskan bahwa empedu penting berat pankreas ayam pedaging. Hal ini
dalam proses penyerapan lemak pakan menunjukkan bahwa penggunaan bekatul
dan ekskresi limbah produksi, seperti terfermentasi Aspergillus niger dalam pakan
kolesterol dan hasil sampingan degradasi sampai level 15% tidak menstimulir
hemoglobin. Keadaan ini juga fungsi pankreas, walaupun ada variasi
mempengaruhi fungsi hati dalam dalam kandungan zat makanan dalam
mengemulsi lemak dengan mensekresikan masing-masing pakan perlakuan.
empedu.
Kesimpulan
b. Pengaruh perlakuan terhadap berat pankreas
Dari hasil penelitian ini diambil
Pankreas terletak diantara duodenal loop kesimpulan bahwa :
pada usus halus. Pankreas merupakan a. Penggunaan bekatul fermentasi
suatu kelenjar yang fungsinya sebagai Aspergillus Niger dalam bahan
kelenjar endokrin maupun kelenjar pakan mampu memperbaiki
eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin, karakteristik usus yaitu menurunkan
pankreas berfungsi mensekresikan pH dan viskositas usus dan
hormon insulin dan glukagen, dan sebagai menaikkan aktivitas enzim proteolitik
kelenjar eksokrin, pankreas ayam pedaging.
mensekresikan cairan yang diperlukan b. Penggunaan bekatul fermentasi
dalam proses pencernaan di usus halus, Aspergillus Niger dalam bahan
yaitu pancreatic juice, selanjutnya mengalir pakan tidak memberikan pengaruh
pada duodenum melalui saluran pankreas terhadap berat organ dalam (Hati,
(pancreatic duct) (Suprijatna et al., 2005). Empedu, dan Pankreas) pada ayam
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat pedaging.
bahwa berat pankreas pada perlakuan P1 c. Perlakuan P3 yaitu penggunaan 15%
yaitu (41.095 gr/ekor), yang merupakan bekatul fermentasi Aspergillus niger
paling tinggi dari perlakuan lain. Berat memberikan hasil terbaik terhadap
pankreas yang sangat rendah berturut- karakteristik usus.
turut perlakuan P0 (2.8330.983 g/ekor),
P2 (31.549 gr/ekor) dan, P3 (31.549 Daftar Pustaka
gr/ekor).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Achinewhu, S.C., Barber, L.I., Ijeoma, I.O.
hasil penelitian Kase (tim penelitian) yang 1998. Physicochemical properties and
garification (gari yield) of selected
menunjukkan bahwa konsumsi pakan
cassava cultivars in Rivers State. Nigeria.
semakin menurun mulai dari P0 hingga Plant Food Hum Nut. 52 :133-140.
P3. Hal serupa juga dengan hasil Anggorodi, R. 1995. Kemajuan Mutakhir
penelitian ini dimana hasil analisis statistik dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.
ragam menunjukkan bahwa penggunaan PT. Gramedia. Jakarta.
bekatul fermentasi Aspergilus niger dalam Pusbangtepa/FTDC. IPB. Bogor.
ransum memberikan pengaruh yang Anonymous. 2010. Fermentasi. http : jajo66.
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata files. wordpress. com/ 2008/ 03/ 06
(P>0.05) terhadap kecernaan protein fermentasi.pdf .[13 januari 2011].
kasar ransum (hasil penelitian Mboro, Choct, M. and A. Kocher. 2000. Non-Starch
Tim penelitian) Carbohydrates: Digestion and Its
Secondary Effects in Monogastrics.
Hasil penelitian menunjukkan
Proceeding on The Nutrition Socisety of
bahwa penggunaan bekatul terfermentasi Australia (2000) 24.
136

Nonok S dan Eka F / Buana Sains Vol 11 No 2: 127-136, 2011

Damodaran, S. and Paraf, A. 1997. Food niger sebagai Bahan Pakan Alternatif.
Protein and Theair Application. Marcel Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Dekker, Inc. New York. Barwijaya, Malang.
Eric, L. 2007. Konsep Detoks. Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-
http://www.detokshop.blogspot.com/ dasar Mikrobiologi. Penerjemah : R.S.
organ Dalam. Diakses tanggal 17 Mei Hadioetomo, et. al. UI Press. Jakarta.
2007. Piet, C., Montagne, L., and Lalles, J. P. 2005.
Fadilah, R., Polana, A., Alam, S. dan Increasing Digesta Viscocity Using
Purwanto, E. 2007. Sukses Beternak Carboxymethylcellulose in Weaned
Ayam Pedaging. Agromedia. Jakarta. Piglets Stimulates Ileal Goblet Cell
Fennema, 1996. Food chemistry, 3th. Marcel Number and Maturation. The American
Dekker, Inc. New York. Society for nutrition Sciences. America.
Fitasari, E. 2009. Pengaruh Penggunaan Prambudi, E. 2007 Animal nutrition
Probiotik dan Enzim Papain dalam Indonesia http : // article 34. Blogspot.
Pakan terhadap Karakteristik dan Com /2007/03/animal nutrition-iv-
Mikroflora Usus, serta Penampilan dedak.html. Diakses tanggal 05 april
Produksi Ayam Pedaging. Program 2011.
Pascasarjana Universitas Brawijaya Rasyaf, M. 1994. Bahan Makanan Unggas di
Malang. Thesis. Universitas Brawijaya. Indonesia. Cetakan Ketiga. Kanisius.
Malang Yogyakarta.
Gauthier, R. 2007. The Use of Protected Reed, G. 1975. Enzymes in Food Processing.
Organic Acids (Galliacid) and a Academic Press New York. p. 88 - 92.
Protease Enzyme (Poultrygrow 250) in Sarwono. 2006. Beternak Ayam Buras.
Poultry. Jefo Nutrition nc. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hardini. 2010. The nutrient evaluation of Sobri. 2009. Bekatul Fermentasi Genjot
fermented rice bran as poltry feed. Bobot Ayam. http://www.trubus-
International Journal of Poultry Science online.co.id/mod.php?mod=publisher&
9 (2): 152-154, 2010ISSN 1682-8356. op=viewarticle&cid=8&artid=2039.
The Agricultural Technology Assessment Diakses tanggal 03 maret 2010.
Institute. East Java, Malang. Indonesia. Sujono. 2001. Bekatul Fermentasi Genjot
Hidanah, S., Setyono, H., Nazar, D.S., Bobot Ayam http://www.trubus- online
Lokapirnasari, W.P. dan Pratisto. 2009. .co.id/mod.php?mod=publisher&op=vi
Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang di ewarticle&cid=8&artid=2039. Tanggal
proses secara Kimiawi dan Fermentasi Akses 12 februari 2011.
untuk Peningkatan Performans Ayam Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan
Pedaging. Fakultas Kedokteran Hewan Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar
Universitas Airlangga. Surabaya. Ternak Unggas. Penebar
Ichwan, W. M. W. 2005. Membuat Pakan Swadaya. Jakarta.
Ayam Ras Pedaging. Cetakan Kedua. Wahyu, J. 2003. Ilmu Nutrisi Unggas.
Agromedia Pustaka. Jakarta. Cetakan Keempat. Gajah Mada
Lastioro. 2001. Bekatul Fermentasi Genjot University Press. Yogyakarta.
Bobot Ayam Sumber: http://www.trubu Whittow, G. 2000. Strurkies Avian
sonline.co.id/mod.php?mod=publisher& Physiology. Fifth edition. Academic
op=viewarticle&cid=8&artid=2039. Press USA.
Diakses tanggal 10 september 2009. Yitnosumarto, S., 1993., Percobaan
National Research Council (NRC). 1994. Perancangan, Analisis, dan
Nutrient requirements of poultry. 9th ed. Interprestasinya. Penerbit PT Gramedia
Washington, D.C. National Academy Utama. Jakarta.
Press.
Nurhayati. 2005. Evaluasi Nutrisi Campuran
Bungkil Inti Sawit dan Onggok yang
Difermentasi Menggunakan Aspergillus

Anda mungkin juga menyukai