Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah


Pada proses percobaan fermentasi saat menguji konsentrsi glukosa dengan
menggunakan alat spektrofotometri, sampel yang sudah ditambahkan reagen
antron memiliki warna yang lebih pekat dibandingkan dengan larutan standar
yang telah ditambah kan reagen antron yang memiliki warna lebih encer.
Sehingga larutan standar perlu dilakukan pengenceran agar sampel tersebut dapat
dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometri. Pada praktikum ini
dihasilkan kadar alkohol 0%. Hal ini bisa terjadi dikarenakan belum terbentuknya
alkohol pada percobaan, sehingga sampel perlu didiamkan terlebih dahulu selama
5 hari.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa mampu memahami persiapan proses fermentasi
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan fermentor
3. Mahasiswa mampu menghasilkan produk berbasis rekayasa bioproses

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Baku


Bahan dasar untuk kepentingan fermentasi dapat berasal dari hasil-hasil
pertanian, perkebunan maupun limbah industri. Bahan dasar yang umum
digunakan di negara berkembang adalah sebagai berikut. (Kumalaningsih, 1995 )
a. Hasil perkebunan: molase ampas tebu, kulit kopi, kulit coklat, sabut kelapa
b. Hasil pertanian: jerami, singkong, ubi jalar, susu daging dan ikan
c. Limbah cair dan padat, sisa pabrik dan sampah
2.1.1 Substrat utama
Sebagai substrat utama digunakan larutan glukosa. Karena glukosa adalah
substrat utama, maka pertumbuhan biomassa sel Saccharomycess cereviceae
merupakan fungsi dari konsentrasi glukosa. Hasil perombakan glukosa oleh sel
adalah berupa CO2 dan H2O.
2.1.2 Sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor.
Sebagai sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor umumnya
Laboratorium Mikrobiologi dan teknologi Bioproses menggunakan zat-zat
sebagai berikut:
1. (NH4)2SO4 sebagai sumber nitrogen yang berguna bagi pembentukan asam
nukleat dan asam-asam amino.
2. K2SO4 sebagai sumber K+ yang merupakan kofaktor enzim
3. Na2HPO4.2H2O sebagai sumber Na dan P. Na berfungsi sebagai kofaktor
dan P berguna untuk sintesis asam nukleat, ATP, fosfolipid, dan senyawa
yang mengandung fosfor lainnya.
4. MgSO4 sebagi sumber Mg yang berperan di dalam stabilisasi ribosom,
stabilisasi membran dan dinding sel, serta berfungsi sebagai kofaktor enzim.
5. CaCl2 sebagai sumber Ca untuk stabilisasi dinding sel
6. ZnSO4 sebagai sumber Zn yang berfungsi sebagai regulator enzim
7. Fe(NH4)(SO4) sebagai sumber Fe, makronutrien pembentuk sitokrom
pembawa elektron dalam jalur transportasi elektron.
8. CuSO4 sebagai sumber Cu yang berperan penting dalam reaksi redoks
metabolisme.
9. Yeast extract sebagai penyedia asam-asam amino tunggal, growth factor dan
berbagai vitamin yang dibutuhkan sel
10. Aqua dm, sebagai media pelarut dan pengaduk dalam transportasi senyawa.
Setelah medium substrat dan medium nutrisi dicampurkan, diusahakan pH
tetap 4-5 yang merupakan pH optimal pertumbuhan sel ragi.

2
2.1.3 Mikroba yang Digunakan
Mikroba dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut.
a. Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu
strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan
tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril.
Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus
optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran.
Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila
mikroba yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam bidang pangan
penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang spesifik.
b. Unggul
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang
besar. Sifat unggul mikroba untuk menghasilkan produk yang diinginkan harus
dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan,
dimana kondisi proses harus sesuai dengan jenis mikroba yang digunakan. Proses
rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan maksud
mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan.
c. Stabil
Pada kondisi proses dalam fermentor yang diberikan harus sesuai dengan
jenis mikrobanya, mikroba harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak
mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.
d. Non patogen
Mikroba yang digunakan adalah bukan mikroba yang bukan patogen,
patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia
tertentu. Jika digunakan mikroba patogen harus dijaga agar tidak menimbulkan
reaksi samping pada lingkungan. (Kumalaningsih, 1995 )
2.2 Proses Fermentasi

Fermentasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik

3
dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai
bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam
bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Ragi dimasukan kedalam Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal) dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa mikroorganisme.
Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya beberapa faktor yang
mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula diperhatikan. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi adalah sebagai berikut.
(Fardiaz, 1989 )

a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
dan menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi.
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu.
Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.

c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur
kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan
oleh mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan
komposisi kimianya.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam
istilah water activity atau aktivitas air (aw), yaitu perbandingan antara

4
tekanan uap dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (P o) pada suhu
yang sama.

2.2.1 Fermentor
Fermentor adalah tempat berlangsungnya fermentasi dapat berupa alat
dengan kerja aerob ataupun anaerob. Fermentor yang digunakan dalam produksi
etanol tergantung pada bahan baku yang digunakan. Penggunaan bahan baku gula
dapat langsung dengan fermentor anaerob sedangkan jika akan digunakan dengan
bahan baku dari pati atau karbohidrat harus ada proses sakarifikasi (hidrolisis)
sehingga minimal ada dua fermentor. (Kumalaningsih, 1995 )

2.2.2 Fasa Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu
kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap
seperti berikut. (Tim Penyusun, 2015 )
a. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/lag phase. Pada saat
ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini
mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat
digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada
komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim
ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga
berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam
medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup.
b. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba
banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan
cepat.
c. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini
laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (maks). Nilai
maks ini ditentukan oleh konstanta jenuh/saturasi substrat. Nilai maks untuk
setiap mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat.
d. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial.
Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya

5
nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan
nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu
tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi
daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Hal lain yang
memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun
represi yang terjadi karena terakumulasinya produk metabolit sekunder
hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
e. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi
mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh
akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen
sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel
mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahanan
sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga
berkurang.
Plot ln [Cell] terhadap waktu akan menghasilkan hubungan garis lurus
yang mewakili exponential phase dapat dilihat pada gambar 2.1.
ln[Cells]
[Cells]

slope

Waktu Waktu

Gambar 2.1 Grafik ln [cells] Terhadap Waktu

Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan ini adalah
bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam laju
peningkatan konsentrasi sel.

6
Gambar 2.2 Kurva karakteristik pertumbuhan sel dalam medium fermentor

Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan Gambar


1.2 adalah bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga
dalam laju peningkatan konsentrasi sel. Sel adalah katalis yang self-reproducing
(autocatalysts), yaitu dapat mengkatalisa reaksi dan juga memproduksi katalis
lebih banyak lagi. Saat jumlah sel meningkat, laju bio reaksi juga akan meningkat
sehingga jika kondisi lainnya tetap konstan maka laju peningkatan jumlah sel
(biomass) akan tergantung dari konsentrasi sel yang ada dalam reaktor yang
dituliskan sebagai berikut.
dX
X
dt
....................................................... (1)
dimana X adalah konsentrasi biomass dalam bioreaktor (g/l) dan adalah slope
kurva pertumbuhan sel. Ekspresi proporsionalitas dalam persamaan (1) dapat
ditambahkan dengan sebuah konstanta yang disebut specific growth rate (),
sehingga menjadi:
dX
X
dt
...................................................... (2)
dimana adalah laju pertumbuhan specific growth rate. Doubling time (tD) adalah
ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk menyatakan laju pertumbuhan
sel, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel untuk melipat gandakan
dirinya. Selama exponensial phase, tD akan selalu konstan. Hubungan antara
doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan sebagai berikut.

7
2X
ln t D
X
............................................................ (3)
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D
.............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D

................................................................... (5)
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X X X0
Y
S S0 S
............ (6)
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t
S0 = massa glukosa awal

2.3 Produk
2.3.1 Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling
awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang
memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang
ditujukan untuk kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.

8
Produksi etanol secara mikrobial atau yang lebih dikenal dengan istilah
fermentasi adalah pembuatan etanol dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme seperti jamur maupun bakteri. Istilah secara umum didefinisikan
sebagai proses metabolikd dimana substrat organik secara kimia berubah akibat
aktivitas enzim yang disekresikan oleh mikroorganisme.
Ada dua tipe dasar fermentasi : (i) aerobik , dan (ii) anaerobik, tergantung
apakah oksigen dibutuhkan atau tidak dalam prosesnya. Menurut literatur ada
ribuan mkroorganisme di alam yang mampu menghasilkan perubahan fermentatif,
beberapa diantaranya mampu menghasilkan etanol dari gula dan pati.
Ada beberapa kriteria dalam menyeleksi mikroorganisme untuk produksi
etanol :
1. Stabilitas genetic
2. Tumbuh dengan cepat dalam substansi organik dan mampu menghasilkan
enzim-enzim penting untuk produksi etanol dari substrat secara cepat dna
konsisten
3. Karakteristik flokulasi dan sedimentasi yang sesuai
4. Toleran terhadap etanol
5. Toleran terhadap temperature
6. Mudah memisahkan produk dalam bentuk murni
7. Mikroorganisme aktif dapat digunakan berulang.

Pada beberapa mikroba, peristiwa pembebasan energi terlaksana karena


asam piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah
menjadi alkohol.
Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan
2 molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu
menghasilkan 38 molekul ATP.

Reaksinya:

1. Gula (C6H12O6) > asam piruvat (glikolisis)


2. Dekarboksilasi asam piruvat.
Asam piruvat > asetaldehid + CO2.piruvat dekarboksilase
CH3CHO)

9
3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol
2 CH3CHO + 2 NADH2 > 2 C2HsOH + 2 NAD.enzim alcohol
dehidrogenase
Kesimpulan : senyawa Asetaldehid adalah Akseptor ion H+ dari NADH
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 > 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi
Produksi etanol dilakukan secara in vitro dalam industri kimia maupun
secara in vivo oleh mikroba dalam industri bioteknologi. Keunggulan sintesis
etanol melalui fermentasi oleh mikroba adalah rendahnya biaya produksi,
presentase rendemen yang tinggi, substratnya murah dan dapat diperbaharui,
prosesnya relatif cepat, penanganannya sederhana dan produk samping yang lebih
sedikit serta aman bagi lingkungan. Semua etanol yang terdapat dalam minuman
dan lebih dari setengah etanol indutrial dibuat melalui proses fermentasi mikrobial
ini.

2.3.2 Produk Biomass Mikroba


Proses fermentasi yang menghasilkan produk biomass, artinya proses
fermentasi hanya ditujukan untuk memperoleh sel-sel mikroorganisme sebanyak
mungkin. Pada keadaan ini, tujuan akhir dari proses fermentasi adalah untuk
meningkatkan akumulasi sel-sel mikroorganisme. Produksi biomass dari suatu
proses fermentasi, cara komersil telah dikembangkan untuk menghasilkan
produksi sel ragi dan sel protein sel tunggal.
Produksi sel ragi bermanfaat untuk industri roti dan kue. Sementara itu,
produksi protein sel tunggal (PST) bermanfaat sebagai makanan manusia dan
hewan. Pemanfaatan sel ragi dalam industri roti dan kue telah berkembang mulai
dari tahun 1900 sampai sekarang. Sedangkan pemanfaatan protein sel tunggal
sebagai makanan alternatif telah dimanfaatkan saat perang dunia kedua untuk para
tentara di medan pertempuran.

1. Produksi Sel Mikroba


Produksi sel mikroba dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu produksi
ragi dan produksi protein sel tunggal sebagai pangan maupun pakan. Produksi ragi

10
roti dalam skala besar diusahakan mulai awal tahun 1900 dan khamir sebagai
makanan manusia mulai perang dunia I di Jerman. Mulai tahun 1960 produksi
protein sel tunggal semakin digiatkan dan digunakan berbagai sumber karbon.
Produksi sel mikroba yang telah berkembang di Indonesia adalah inokulum
tempe dan ragi tape. Inokulum tempe telah tersedia mulai dari bentuk tradisional
(pada daun waru) sampai taraf industri (bentuk tepung kemas) yang terbuat dari
inokulum murni baik tunggal maupun campuran. Ragi tape masih dikerjakan
secara tradisional sehingga komposisi mikroorganismenya juga beragam.
Saat ini sel mikroba non inokulum juga mulai dikembangkan. Mikroba ini
utamanya adalah bakteri probiotik. Bakteri probiotik dikemas dalam bentuk
kapsul atau-pun kaplet. Selain itu juga dicampurkan pada substrat seperti susu
instan atau-pun ditumbuhkan pada media susu sehingga dapat dikonsumsi seperti
meminumkan produk fermentasi.

2. Enzim Mikroba
Enzim dapat dihasilkan dari tanaman, hewan dan mikroba, tetapi enzim dari
mikroba menunjukkan hasil yang lebih besar melalui teknik fermentasi dan lebih
mudah untuk memperbaiki produktivitasnya dari pada tanaman dan hewan. Enzim
yang dihasilkan mikroba dapat dikontrol, misalnya pemberian bahan pemacu
dalam medium, penghambatan umpan balik dapat diubah melalui teknik seleksi
dan mutasi.
Enzim-enzim mikroba yang mulai dikembangkan di Indonesia misalnya
lipase untuk deterjen serta untuk produksi gliserol dan penyediaan asam lemak
bebas bagi pembuatan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang penting dalam
industri biofarmasi. Enzim amilase dan glukosa isomerase juga mulai digunakan
untuk produksi fruktosa dari serealia untuk digunakan sebagai gula diet. Beberapa
contoh aplikasi enzim secara komersial dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 2.1 Aplikasi Enzim secara Komersial
Industrti Aplikasi Enzim Enzim Sumber
Roti Mempercepat Amilase, Kapang,
proses fermentasi, protease bakteri
meningkatkan
volume adonan,

11
memperbaiki
kelunakan dan
tekstur.
Bir Mempermudah b-Glukanase Kapang, bakteri
filtrasi
Serealia Pembuatan Amilase Kapang
makanan bayi
Coklat Pembuatan sirup Amilase Kapang, bakteri
Kopi Fermentasi biji Pektinase Kapang
kopi

Sirup jagung Membuat sirup Amilase, Kapang, bakteri


tinggi maltosa; amiloglukosidase
produksi sirup glukosa isomerase
rendah D.E.;
produksi glukosa
dari sirup jagung
mengubah sirup
jagung menjadi
produk friuktosa
yang lebih manis

Industrti Aplikasi Enzim Enzim Sumber


Susu Menghilangkan Katalase, protease, Kapang, bakteri,
residu H2O2 laktase khamir
dari susu
(rangkaian dari
sterilisasi susu
dengan H2O2);
pembuatan protein
hidrolisat;
stabilisasi susu
evaporasi,
produksi
konsentrat susu
segar; konsentrat
whey; dan ice
cream
Jus buah Penjernihan; Pektinase Kapang
pencegahan
pembentukan gel;
dan perbaikan
teknik ekstraksi

12
Laundry deterjen Protease Bakteri
Sumber : Hidayat dan Suhartini

13
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

1. Glukosa
2. Urea
3. Pupuk NPK
4. Ragi
5. Etanol
6. Aquadest steril

3.2 Alat

1. Erlenmeyer
2. Timbangan Analitik
3. Kapas dan kain kasa
4. Autoclave
5. Corong
6. Aluminium Foil
7. Kertas saring
8. Gelas ukur 100 ml
9. Gelas ukur 10 ml
10. Spektrofotometer
11. Spatula
12. Pipet tetes
13. Shaker

3.3 Prosedur Praktikum

1. Glukosa ditimbang sebanyak 100 gram.


2. Nutrisi kemudian ditimbang yang terdiri dari urea sebanyak 0.5 gram
dan NPK sebanyak 0.4 gram
3. Menimbang ragi 0.04 gram.

14
4. Memasukkan nutrisi dan glukosa yang telah ditimbang kedalam
erlenmeyer 2000 mL dan menambahkan aquades sampai volume 1000
mL, kemudian kocok hingga homogen.
5. Kemudian dimasukkan kedalam dandang dan dipanaskan
menggunakan kompor gas untuk sterilisasi selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, fermentor didinginkan hingga suhu kamar.
7. Setelah dingin 100 ml diambil dari dari fermentor, kemudian
ditambahkan ragi sebanyak 0.04 gram dan diletakkan di atas shaker
selama 24 jam.
8. Fermentor sebanyak 900 ml diletakkan kedalam pendingin.
9. Fermentor yang didinginkan, kemudian dicairkan hingga suhu
ruangan.
10. Setelah sesuai dengan suhu ruangan, kemudian inokulum yang telah di
shaker selama 24 jam dimasukkan kedalam fermentor 900 ml
kemudian diletakkan diatas shaker dengan pengambilan sampel
sebanyak 5 kali dalam 3 jam sekali.

3.4 Analisa Produk


3.3.1 Berat Sel Kering

1. 10 ml diambil dari sampel.


2. Kertas saring di oven dan ditimbang berat kertas saring sampai beratnya
konstan.
3. Sampel di saring dan dioven kembali kertas saring berisi sampel sampai
berat konstan.
4. Hitung berat sampel dan kertas saring.

15
3.3.2 Kadar Glukosa

1. Larutan standar glukosa dibuat sebanyak 1 gram dalam 1000 ml aquades.


2. Larutan kemudian di encerkan menjadi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm.
3. Larutan antron dibuat dari 0.2 gram antron dilarutkan kedalam 50 ml
H2SO4.
4. Larutan yang diuji kemudian dimasukkan ke dalam spectrometer uv-vis
dengan menambahkan 2 ml larutan standard dan 6 sampel dengan larutan
standar antron.

3.3.3 Kadar Etanol

1. 100 mL sampel produk fermentasi dimasukkan ke dalam gelas ukur.


2. Uji dengan alat alkoholmeter.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Konsetrasi Glukosa


Pengukuran konsentrasi glukosa pada percobaan ini dilakukan dengan
analisa menggunakan spektrofotometer dengan sampel yang sudah diencerkan dan
ditambahkan antron sebagai reagennya. Menghitung konsentrasi glukosa pada
sampel dilakukan dengan menggunakan deret larutan standar yang dibuat dari
larutan glukosa baku sebanyak 1 gram dengan konsentrasi 1000 ppm.

Tabel 4.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Standar


No. Konsentrasi Absorbansi (A)

1 20 ppm 0,148
2 40 ppm 0,329
3 60 ppm 0,542
4 80 ppm 0,734
5 100 ppm 0,943

1
0.9 f(x) = 0.01x - 0.06
0.8 R = 1
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi Larutan Standar Glukosa (ppm)

Gambar 4.1 Kurva Absorbansi dengan Konsentrasi Glukosa

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Absorbansi dan Kadar Glukosa


No Waktu Absorbansi (A) Kadar Glukosa (ppm)

17
.
1 3 Jam 0,137 19,6
2 6 Jam 0,135 19,4
3 9 Jam 0,133 19,2
4 12 Jam 0,130 18,9
5 15 Jam 0,128 18,7
Persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi standar dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi glukosa pada masing-masing sampel dengan
dengan variabel waktu. Adapun persamaan yang diperoleh yaitu y = 0,01x - 0,059.
Kadar glukosa pada masing-masing waktu dapat dilihat pada tabel 4.2. Nilai kadar
glukosa yang diperoleh dinterpretasikan dalam bentuk kurva yang dapat dilihat
pada gambar 4.2.
19.8
19.6
f(x) = - 0.08x + 19.85
19.4 R = 0.99
19.2

Konsentrasi Glukosa (ppm) 19


18.8
18.6
18.4
18.2
2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (jam)

Gambar 4.2 Kurva Konsentrasi Glukosa terhadap Waktu


Gambar 4.2 menunjukkan kurva hubungan konsentrasi glukosa terhadap
waktu fermentasi dengan variabel waktu. Kurva yang dipeorleh menunjukkan
bahwa konsentrasi glukosa menurun seiring meningkatnya waktu fermentasi.
Penurunan konsentrasi glukosa menunjukkan bahwa terjadinya konversi dari
glukosa menjadi senyawa lain oleh bakteri Saccharomyces Cerevisiae. Menurut
Hambali et al (2008), satu molekul glukosa maka akan dipecah oleh
Saccharomyces cerevisiae menjadi dua molekul alkohol dan dua molekul gas
CO2. Sedangkan hubungan konsentrasi glukosa dengan seiring meningkatnya
waktu fermentasi yaitu dengan semakin lamanya waktu fermentasi maka semakin

18
besar kemungkinan terjadinya konversi glukosa menjadi alkohol dan CO2 oleh
Saccharomyces Czerevisiae.

4.2 Uji Konsentrasi Biomassa


Pengujian konsentrasi biomassa dilakukan dengan penyaringan
menggunakan kertas saring dan dioven hingga diperoleh berat konstan. Adapun
konsentrasi biomassa yang diperolah pada setiap variabel waktu fermentasi dapat
dilihat pada tabel 4.3. Hubungan antara konsentrasi biomassa terhadap waktu
fermentasi dapat dilihat pada gambar 4.3.
Tabel 4.3 Pengukuran Berat Biomassa Kering

Berat Biomassa Konsentrasi


No. Jam ke -
Kering (gr) Biomassa (gr/ml)
1 3 0,11 0,011
2 6 0,18 0,018
3 9 0,27 0,027
4 12 0,65 0,065
5 15 1,09 0,109

0.12

0.1
f(x) = 0.01x - 0.03
0.08 R = 0.88

Konsentrasi biomassa kering (gr/ml) 0.06

0.04

0.02

0
2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (jam)

Gambar 4.3 Kurva Konsentrasi Biomassa Terhadap Waktu


Gambar 4.3 menyatakan bahwa konsentrasi biomassa meningkat seiring
meningkatnya waktu fermentasi. Peningkatan konsentrasi biomassa menunjukkan

19
bahwa terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa seiring meningkatnya waktu
fermentasi. Semakin meningkatnya waktu fermentasi akan menyebabkan
konsentrasi biomassa juga meningkat karena akan memperbesar kemungkinan
terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa oleh bakteri Saccharomyces
Cerevisiae.

4.3 Uji Kadar Alkohol


Pengujian kadar alkohol bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
alkohol yang dihasilkan dari proses konversi glukosa oleh Saccharomyces
Cerevisiae. Pengujian kadar etanol pada percobaan ini menunjukkan bahwa tidak
ada etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi ini. Waktu fermentasi yang
begitu singkat diindikasikan sebagai penyebab tidak dihasilkannya etanol. Waktu
maksimal fermentasi pada percobaan ini yaitu 15 jam. Sedangkan secara teoritis,
Saccharomyces Cerevisiae dapat membentuk etanol dengan waktu fermentasi 35-
60 jam.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

20
1 Konsentrasi glukosa menurun seiring meningkatnya waktu fermentasi
yang menunjukkan bahwa terjadinya konversi dari glukosa menjadi
senyawa lain oleh bakteri Saccharomyces Cerevisiae.
2 Konsentrasi biomassa meningkat seiring meningkatnya waktu fermentasi
yang menunjukkan bahwa terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa.
3 Waktu fermentasi yang begitu singkat, yaitu 15 jam, menyebabkan tidak
terjadinya konversi glukosa menjadi etanol oleh bakteri Saccharomyces
Cerevisiae.

5.2 Saran
1 Lakukan pecobaan fermentasi dengan kondisi yang higienis agar
mendapatkan hasil maksimal.
2 Lakukan pembuatan larutan standar dengan teliti dan cermat.
3 Pilihlah waktu fermentasi yang ideal untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Gizi.
IPB.

Frazier, W.C and Westhoff, D.C. 1984. Food Microbiology. 4th edition. McGraw
Hill, inc. New Delhi, p. 389
Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri dan R. Hendroko,
2008. Teknologi Bioenergi. Agro Media, Jakarta.
Kavanagh, Kevin. 2005. Fungsi Biologi dan Aplikasi. Jhon Willey & Sons Ltd.
England.

Kumalaningsih, S. & Hidayat, N. 1995. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Malang:


IKIP Malang.

Prescott,L.M., J.P. Harley,D.A. Klein.2008. Microbiology.7 t h


Edition. McGraw-Hill Book Company,Inc. New York, pp. 192, 207.

Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.


Pekanbaru: Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Riau.

22
LAMPIRAN A
TABEL HASIL PERCOBAAN

1. Pengukuran Berat Biomassa Kering

Konsentrasi
Jam Berat Biomassa
No Biomassa kering
ke- kering (gr)
(gr/ml)

1 3 0,11 0,011
2 6 0,18 0,018
3 9 0,27 0,027
4 12 0,65 0,065 2. Kurva
5 15 1,09 0,109 Konsentrasi
Biomassa terhadap waktu

0.12

0.1
f(x) = 0.01x - 0.03
0.08 R = 0.88

Konsentrasi biomassa kering (gr/ml) 0.06

0.04

0.02

0
2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (jam)

23
3. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
No. Konsentrasi Absorbansi (A)
1 20 ppm 0,148
2 40 ppm 0,329
3 60 ppm 0,542
4 80 ppm 0,734
5 100 ppm 0,943

Kurva Absorbansi dengan Konsentrasi Larutan Standar Glukosa


1
0.9 f(x) = 0.01x - 0.06
0.8 R = 1
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi Larutan Standar Glukosa (ppm)

4. Hasil Pengujian Absorbansi dan Kadar Glukosa

No Waktu Absorbansi (A) Kadar Glukosa (ppm)


.
1 3 Jam 0,137 19,6
2 6 Jam 0,135 19,4
3 9 Jam 0,133 19,2
4 12 Jam 0,130 18,9
5 15 Jam 0,128 18,7

Kurva Konsentrasi Glukosa terhadap Waktu

24
19.8

19.6
f(x) = - 0.08x + 19.85
19.4 R = 0.99

19.2

Konsentrasi Glukosa (ppm) 19

18.8

18.6

18.4

18.2
2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (jam)

25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1 Menghitung Konsentrasi Biomassa


Rumus Menghitung Konsentrasi Biomassa:
Berat Sel Kering
Konsentrasi Sel=
Volume Sampel

a Pada saat t = 3 jam


0.11g
Konsentrasi Sel=
10 ml

Konsentrasi Sel =0.011 g/ml

Perhitungan konsentrasi untuk t=6,9,12 dan 15 jam menggunakan rumus


yang sama.

2 Menghitung Laju pertumbuhan mikroorganisme ()


Dari perhitungan konsentrasi sel di atas, maka dapat pula dihitung laju
pertumbuhan mikroorganisme (max) menggunakan rumus:
ln X tln X
max=
t 8t o

Dimana:
Xt = Konsentrasi sel pada pada t = 15 jam
Xo = Konsntrasi sel pada t=3 jam
t= Waktu
ln 0.109ln0.011
max=
153
max 0,191121 (jam-1)

3 Menghitung Growth Yield


X t X 0
Y=
S0 S t

26
0,1090,011
Y=
19,618,7
Y =0, 108889

4 Perhitungan untuk Pembuatan Larutan Standar


a. Pembuatan Larutan Induk Glukosa 1000 ppm
x mg
1000000 mg = 1000 ppm

X = 1000 mg
X = 1 gr
b. Pembuatan Larutan Induk Glukosa 100 ppm
V1 x (1000 ppm) = 500 ml x (100 ppm)
V1 = 50 ml
c. Pembuatan Larutan Standar dari Larutan Induk 100ppm
Volume yang diambil dari larutan indukuntuk 20, 40, 60, 80, 100 ppm
denganrumus :

V1 x M1 = V2 x M2

100 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (100 ppm)
V1 = 100 ml

80 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (80 ppm)
V1 = 80 ml
60 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (60 ppm)
V1 = 60 ml
40 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (40 ppm)
V1 = 40 ml
20 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (20 ppm)
V1 = 20 ml

5 Menghitung Konsentrasi Glukosa


Cara menghitung konsentrasi glukosa adalah dengan menggunakan
persamaan yang diperoleh pada kurva standar yaitu y = 0,01x + 0,0411, dimana

27
nilai x merupakan nilai dari konsentrasi gula pada sampel dan y adalah absorbansi
sampel.
a. Pada saat t = 3 jam; Absorbansi = 0,151 A
y+ 0,059 0,1370,059
x= x=
0,01 0,01

mg
x=19,6
L

Konsenrasi glukosa untuk t=6,9,12, dan 15 jam menggunakan rumus yang


sama dengan melakukan substitusi nilai absorbansi pada masing-masing waktu.

28

Anda mungkin juga menyukai