PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2.1.3 Mikroba yang Digunakan
Mikroba dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut.
a. Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu
strain tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan
tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril.
Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus
optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran.
Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila
mikroba yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam bidang pangan
penggunaan biakan campuran dapat menghasilkan aroma yang spesifik.
b. Unggul
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang
besar. Sifat unggul mikroba untuk menghasilkan produk yang diinginkan harus
dapat dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan,
dimana kondisi proses harus sesuai dengan jenis mikroba yang digunakan. Proses
rekayasa genetik dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan maksud
mempertinggi produk yang diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan.
c. Stabil
Pada kondisi proses dalam fermentor yang diberikan harus sesuai dengan
jenis mikrobanya, mikroba harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak
mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.
d. Non patogen
Mikroba yang digunakan adalah bukan mikroba yang bukan patogen,
patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia
tertentu. Jika digunakan mikroba patogen harus dijaga agar tidak menimbulkan
reaksi samping pada lingkungan. (Kumalaningsih, 1995 )
2.2 Proses Fermentasi
Fermentasi dapat diartikan juga sebagai suatu proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik
3
dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai
bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam
bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Ragi dimasukan kedalam Respirasi
anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal) dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa mikroorganisme.
Agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya beberapa faktor yang
mempengaruhi kegiatan dari mikroorganisme perlu pula diperhatikan. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi adalah sebagai berikut.
(Fardiaz, 1989 )
a. Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
dan menentukan macam organisme yang dominan selama fermentasi.
b. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin
untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu.
Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.
c. Substrat
Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai
makanan yang akan menjadi sumber energi dan menyediakan unsur-unsur
kimia dasar untuk pertumbuhan sel. Substrat (makanan) yang dibutuhkan
oleh mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan erat dengan
komposisi kimianya.
d. Air
Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam
istilah water activity atau aktivitas air (aw), yaitu perbandingan antara
4
tekanan uap dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (P o) pada suhu
yang sama.
2.2.1 Fermentor
Fermentor adalah tempat berlangsungnya fermentasi dapat berupa alat
dengan kerja aerob ataupun anaerob. Fermentor yang digunakan dalam produksi
etanol tergantung pada bahan baku yang digunakan. Penggunaan bahan baku gula
dapat langsung dengan fermentor anaerob sedangkan jika akan digunakan dengan
bahan baku dari pati atau karbohidrat harus ada proses sakarifikasi (hidrolisis)
sehingga minimal ada dua fermentor. (Kumalaningsih, 1995 )
5
nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan
nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu
tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi
daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Hal lain yang
memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun
represi yang terjadi karena terakumulasinya produk metabolit sekunder
hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
e. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi
mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh
akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen
sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel
mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahanan
sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga
berkurang.
Plot ln [Cell] terhadap waktu akan menghasilkan hubungan garis lurus
yang mewakili exponential phase dapat dilihat pada gambar 2.1.
ln[Cells]
[Cells]
slope
Waktu Waktu
Analisis dari bagian exponential phase dari kurva pertumbuhan ini adalah
bahwa sel tidak hanya bertambah dalam konsentrasinya tetapi juga dalam laju
peningkatan konsentrasi sel.
6
Gambar 2.2 Kurva karakteristik pertumbuhan sel dalam medium fermentor
7
2X
ln t D
X
............................................................ (3)
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time,
tD (= t2 t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D
.............................................................. (4)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh
ln2
t D
................................................................... (5)
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat
substrat digunakan. Contoh untuk kultur batch, Y dihitung sebagai
X X X0
Y
S S0 S
............ (6)
dimana
X = massa sel pada saat t
X0 = massa sel awal
S = massa glukosa pada saat t
S0 = massa glukosa awal
2.3 Produk
2.3.1 Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling
awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang
memabukkan juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang
ditujukan untuk kegunaan industri seringkali dihasilkan dari etilena.
8
Produksi etanol secara mikrobial atau yang lebih dikenal dengan istilah
fermentasi adalah pembuatan etanol dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme seperti jamur maupun bakteri. Istilah secara umum didefinisikan
sebagai proses metabolikd dimana substrat organik secara kimia berubah akibat
aktivitas enzim yang disekresikan oleh mikroorganisme.
Ada dua tipe dasar fermentasi : (i) aerobik , dan (ii) anaerobik, tergantung
apakah oksigen dibutuhkan atau tidak dalam prosesnya. Menurut literatur ada
ribuan mkroorganisme di alam yang mampu menghasilkan perubahan fermentatif,
beberapa diantaranya mampu menghasilkan etanol dari gula dan pati.
Ada beberapa kriteria dalam menyeleksi mikroorganisme untuk produksi
etanol :
1. Stabilitas genetic
2. Tumbuh dengan cepat dalam substansi organik dan mampu menghasilkan
enzim-enzim penting untuk produksi etanol dari substrat secara cepat dna
konsisten
3. Karakteristik flokulasi dan sedimentasi yang sesuai
4. Toleran terhadap etanol
5. Toleran terhadap temperature
6. Mudah memisahkan produk dalam bentuk murni
7. Mikroorganisme aktif dapat digunakan berulang.
Reaksinya:
9
3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol
2 CH3CHO + 2 NADH2 > 2 C2HsOH + 2 NAD.enzim alcohol
dehidrogenase
Kesimpulan : senyawa Asetaldehid adalah Akseptor ion H+ dari NADH
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 > 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi
Produksi etanol dilakukan secara in vitro dalam industri kimia maupun
secara in vivo oleh mikroba dalam industri bioteknologi. Keunggulan sintesis
etanol melalui fermentasi oleh mikroba adalah rendahnya biaya produksi,
presentase rendemen yang tinggi, substratnya murah dan dapat diperbaharui,
prosesnya relatif cepat, penanganannya sederhana dan produk samping yang lebih
sedikit serta aman bagi lingkungan. Semua etanol yang terdapat dalam minuman
dan lebih dari setengah etanol indutrial dibuat melalui proses fermentasi mikrobial
ini.
10
roti dalam skala besar diusahakan mulai awal tahun 1900 dan khamir sebagai
makanan manusia mulai perang dunia I di Jerman. Mulai tahun 1960 produksi
protein sel tunggal semakin digiatkan dan digunakan berbagai sumber karbon.
Produksi sel mikroba yang telah berkembang di Indonesia adalah inokulum
tempe dan ragi tape. Inokulum tempe telah tersedia mulai dari bentuk tradisional
(pada daun waru) sampai taraf industri (bentuk tepung kemas) yang terbuat dari
inokulum murni baik tunggal maupun campuran. Ragi tape masih dikerjakan
secara tradisional sehingga komposisi mikroorganismenya juga beragam.
Saat ini sel mikroba non inokulum juga mulai dikembangkan. Mikroba ini
utamanya adalah bakteri probiotik. Bakteri probiotik dikemas dalam bentuk
kapsul atau-pun kaplet. Selain itu juga dicampurkan pada substrat seperti susu
instan atau-pun ditumbuhkan pada media susu sehingga dapat dikonsumsi seperti
meminumkan produk fermentasi.
2. Enzim Mikroba
Enzim dapat dihasilkan dari tanaman, hewan dan mikroba, tetapi enzim dari
mikroba menunjukkan hasil yang lebih besar melalui teknik fermentasi dan lebih
mudah untuk memperbaiki produktivitasnya dari pada tanaman dan hewan. Enzim
yang dihasilkan mikroba dapat dikontrol, misalnya pemberian bahan pemacu
dalam medium, penghambatan umpan balik dapat diubah melalui teknik seleksi
dan mutasi.
Enzim-enzim mikroba yang mulai dikembangkan di Indonesia misalnya
lipase untuk deterjen serta untuk produksi gliserol dan penyediaan asam lemak
bebas bagi pembuatan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang penting dalam
industri biofarmasi. Enzim amilase dan glukosa isomerase juga mulai digunakan
untuk produksi fruktosa dari serealia untuk digunakan sebagai gula diet. Beberapa
contoh aplikasi enzim secara komersial dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 2.1 Aplikasi Enzim secara Komersial
Industrti Aplikasi Enzim Enzim Sumber
Roti Mempercepat Amilase, Kapang,
proses fermentasi, protease bakteri
meningkatkan
volume adonan,
11
memperbaiki
kelunakan dan
tekstur.
Bir Mempermudah b-Glukanase Kapang, bakteri
filtrasi
Serealia Pembuatan Amilase Kapang
makanan bayi
Coklat Pembuatan sirup Amilase Kapang, bakteri
Kopi Fermentasi biji Pektinase Kapang
kopi
12
Laundry deterjen Protease Bakteri
Sumber : Hidayat dan Suhartini
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
1. Glukosa
2. Urea
3. Pupuk NPK
4. Ragi
5. Etanol
6. Aquadest steril
3.2 Alat
1. Erlenmeyer
2. Timbangan Analitik
3. Kapas dan kain kasa
4. Autoclave
5. Corong
6. Aluminium Foil
7. Kertas saring
8. Gelas ukur 100 ml
9. Gelas ukur 10 ml
10. Spektrofotometer
11. Spatula
12. Pipet tetes
13. Shaker
14
4. Memasukkan nutrisi dan glukosa yang telah ditimbang kedalam
erlenmeyer 2000 mL dan menambahkan aquades sampai volume 1000
mL, kemudian kocok hingga homogen.
5. Kemudian dimasukkan kedalam dandang dan dipanaskan
menggunakan kompor gas untuk sterilisasi selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, fermentor didinginkan hingga suhu kamar.
7. Setelah dingin 100 ml diambil dari dari fermentor, kemudian
ditambahkan ragi sebanyak 0.04 gram dan diletakkan di atas shaker
selama 24 jam.
8. Fermentor sebanyak 900 ml diletakkan kedalam pendingin.
9. Fermentor yang didinginkan, kemudian dicairkan hingga suhu
ruangan.
10. Setelah sesuai dengan suhu ruangan, kemudian inokulum yang telah di
shaker selama 24 jam dimasukkan kedalam fermentor 900 ml
kemudian diletakkan diatas shaker dengan pengambilan sampel
sebanyak 5 kali dalam 3 jam sekali.
15
3.3.2 Kadar Glukosa
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 20 ppm 0,148
2 40 ppm 0,329
3 60 ppm 0,542
4 80 ppm 0,734
5 100 ppm 0,943
1
0.9 f(x) = 0.01x - 0.06
0.8 R = 1
0.7
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi Larutan Standar Glukosa (ppm)
17
.
1 3 Jam 0,137 19,6
2 6 Jam 0,135 19,4
3 9 Jam 0,133 19,2
4 12 Jam 0,130 18,9
5 15 Jam 0,128 18,7
Persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi standar dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi glukosa pada masing-masing sampel dengan
dengan variabel waktu. Adapun persamaan yang diperoleh yaitu y = 0,01x - 0,059.
Kadar glukosa pada masing-masing waktu dapat dilihat pada tabel 4.2. Nilai kadar
glukosa yang diperoleh dinterpretasikan dalam bentuk kurva yang dapat dilihat
pada gambar 4.2.
19.8
19.6
f(x) = - 0.08x + 19.85
19.4 R = 0.99
19.2
18
besar kemungkinan terjadinya konversi glukosa menjadi alkohol dan CO2 oleh
Saccharomyces Czerevisiae.
0.12
0.1
f(x) = 0.01x - 0.03
0.08 R = 0.88
0.04
0.02
0
2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (jam)
19
bahwa terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa seiring meningkatnya waktu
fermentasi. Semakin meningkatnya waktu fermentasi akan menyebabkan
konsentrasi biomassa juga meningkat karena akan memperbesar kemungkinan
terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa oleh bakteri Saccharomyces
Cerevisiae.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
20
1 Konsentrasi glukosa menurun seiring meningkatnya waktu fermentasi
yang menunjukkan bahwa terjadinya konversi dari glukosa menjadi
senyawa lain oleh bakteri Saccharomyces Cerevisiae.
2 Konsentrasi biomassa meningkat seiring meningkatnya waktu fermentasi
yang menunjukkan bahwa terjadinya konversi glukosa menjadi biomassa.
3 Waktu fermentasi yang begitu singkat, yaitu 15 jam, menyebabkan tidak
terjadinya konversi glukosa menjadi etanol oleh bakteri Saccharomyces
Cerevisiae.
5.2 Saran
1 Lakukan pecobaan fermentasi dengan kondisi yang higienis agar
mendapatkan hasil maksimal.
2 Lakukan pembuatan larutan standar dengan teliti dan cermat.
3 Pilihlah waktu fermentasi yang ideal untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Frazier, W.C and Westhoff, D.C. 1984. Food Microbiology. 4th edition. McGraw
Hill, inc. New Delhi, p. 389
Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri dan R. Hendroko,
2008. Teknologi Bioenergi. Agro Media, Jakarta.
Kavanagh, Kevin. 2005. Fungsi Biologi dan Aplikasi. Jhon Willey & Sons Ltd.
England.
22
LAMPIRAN A
TABEL HASIL PERCOBAAN
Konsentrasi
Jam Berat Biomassa
No Biomassa kering
ke- kering (gr)
(gr/ml)
1 3 0,11 0,011
2 6 0,18 0,018
3 9 0,27 0,027
4 12 0,65 0,065 2. Kurva
5 15 1,09 0,109 Konsentrasi
Biomassa terhadap waktu
0.12
0.1
f(x) = 0.01x - 0.03
0.08 R = 0.88
0.04
0.02
0
2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (jam)
23
3. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar
No. Konsentrasi Absorbansi (A)
1 20 ppm 0,148
2 40 ppm 0,329
3 60 ppm 0,542
4 80 ppm 0,734
5 100 ppm 0,943
24
19.8
19.6
f(x) = - 0.08x + 19.85
19.4 R = 0.99
19.2
18.8
18.6
18.4
18.2
2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (jam)
25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Dimana:
Xt = Konsentrasi sel pada pada t = 15 jam
Xo = Konsntrasi sel pada t=3 jam
t= Waktu
ln 0.109ln0.011
max=
153
max 0,191121 (jam-1)
26
0,1090,011
Y=
19,618,7
Y =0, 108889
X = 1000 mg
X = 1 gr
b. Pembuatan Larutan Induk Glukosa 100 ppm
V1 x (1000 ppm) = 500 ml x (100 ppm)
V1 = 50 ml
c. Pembuatan Larutan Standar dari Larutan Induk 100ppm
Volume yang diambil dari larutan indukuntuk 20, 40, 60, 80, 100 ppm
denganrumus :
V1 x M1 = V2 x M2
100 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (100 ppm)
V1 = 100 ml
80 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (80 ppm)
V1 = 80 ml
60 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (60 ppm)
V1 = 60 ml
40 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (40 ppm)
V1 = 40 ml
20 ppm
V1 x (100 ppm) = 100 ml x (20 ppm)
V1 = 20 ml
27
nilai x merupakan nilai dari konsentrasi gula pada sampel dan y adalah absorbansi
sampel.
a. Pada saat t = 3 jam; Absorbansi = 0,151 A
y+ 0,059 0,1370,059
x= x=
0,01 0,01
mg
x=19,6
L
28