Masyarakat Madani 2
Masyarakat Madani 2
Masyarakat Madani
Pengertian Masyarakat Madani
Menurut mantan Perdana Menteri Malaysia, masyarakat madani adalah sebuah sistem
sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri yang khas:
kemajemukan budaya, hubungan timbal balik, dan sikap saling memahami dan menghargai.
Menurut Anwar menjelaskan watak Masyarakat Madani yang ia maksudkan sebagai guiding
ideas, dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari keberadaannya, yaitu prinsip moral, keadilan
kesamaan, musyawarah, dan demokrasi.
Menurut Azyumardi Azra, Masyarakat Madani lebih dari sekedar gerakan pro-
demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamaldun.
Menurut Nurcholish Madjid, sesuai makna akar katanya yang berasal dari kata tamaldun (Arab)
atau civilty (Inggris), istilah Masyarakat Madani mengandung makna toleransi, kesediaan
pribadi-pribadi untuk menerima pelbagai macam pandangan politik dan tingkah laku sosial. Dari
paparan di atas, tampak egas nuansa peradaban dan moralitas begitu kuat dalam perumusan dan
cita ideal Masyarakat Madani.
Romawi Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) mengistilahkan masyarakat sipil dengan
societies civilizes, yiatu sebuah komunitas yang mendominasi komunitas yang lain dengan tradisi
politik kota sebagai komponen utamanya. Istilah yang digunakan Cicero lebih menekankan pada
konsep negara kota, yakni untuk menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainnya
yang menjelma menjadi entitas yang terorganisir. Rumusan Cicero ini lebih menekankan konsep
civily atau kewargaan dan urbanity, atau budaya perkotaan.
Thomas Hobbes dan John Locke memandang perkembangan Civil Society sebagai
kelanjutan dari evolusi masyarakat yang berlangsung secara alamiah. Menurut Hobbes, sebagai
entitas negara masyarakat sipil mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat.
Menurut John Locke, kehadiran masyarakat sipil adalah untuk melindungi kebebasan dan hak
milik setiap warga negara.
Konsepsi masyarakat sipil ala Tocqueville ini dipdukan pula oleh Rahardjo dengan
pandangan Hannah Arendt dan Juergen Habermas tentang ruang publik yang bebas. Menurut
keduanya, dengan adanya ruang publik yang terbebaslah, maka setiap individu warga negara
dapat dan berhak melakukan kegiatan secara merdeka.
Tata kepemerintahan yang baik itu merupakan suatu kondisi yang menjamin adanya
proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta adanya saling mengontrol
yang dilakukan oleh tiga komponen, yakni pemerintah, rakyat, dan usahawan. Keitga komponen
ini mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat.
Komponen rakyat harus memperoleh peran yang utama. Dalam sistem yang demokratis
kekuasaan tidak hanya di tangan penguasa melainkan di tangan rakyat. Peran sektor swasta
mendukung terciptanya proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor tata kepemerintahan
yang baik. Suatu ketika peran sektor swasta ini bisa berada di atas.
Agar suatu sistem dan tata cara dalam mekanisme kepemerintahan berada dalam posisi
seimbang, selaras, kohesif, dan kongruen di mana peran rakyat sangat menentukan dapat terjadi,
kedudukan komponen dalam kerangka Masyakarat Madani adalah berada di tenha-tengah yang
dapat menghubungkan ketiga komponen tersebut. Sepeti yang diperlihatkan dalam gambar
berikut.
Gambar di atas menunjukkan bahwa moral menghubungkan dan bertaut erat pada ketiga
komponen, pemerintah, swasta, dan rakyat atau masyarakat madani yang saling berinteraksi
menciptakan tata kepemerintahan yang baik. Moral juga harus menjadi landasan bagi rakyat
untuk berperan dalam menciptakan tata kepemerintahan yang baik. Moral merupakan
operasionalisasi dari sikap dan pribadi seseorang yang beragama. Peranan moral kepada tiga
komponen atau pleku tata kepemerintahan yang baik dalam kerangka Masyarakat Madani dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan masyarakat sipil yang
murni. Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Secara umum, demokrasi
adalah suatu tatanan sosial-politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga
negara.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai menghormati perbedaan pendapat. Menurut
Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu.
Jika toleransi menghasilkan asanya tata cara pergaulan yang menyenangkan antara berbagai
kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari
pelaksanaan ajaran yang benar.
4. Kemajemukan
Kemajemukan merupakan prasyarat lain bagi masyarakat sipil. Kemajemukan tidak
hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima kenyataan sosial yang beragam.
Tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai
suatu yang alamiah dan rahmat Tuhan.
5. Keadilan Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak
dan kewajiban setiap warga negarayang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik,
pengetahuan, dan kesempatan. Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu.
Setidaknya tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di
masa transisi sekarang melalui cara: