Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No.

10 (2014)

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN BARANG JADI


GENTENG PADA PT VARIA USAHA BETON SIDOARJO

Duwi Wahyuningsih
duwiwahyu06@gmail.com
Yuliastuti Rahayu
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
Regarding inventory as one of the important assets in manufacturing company therefore an internal
control to the inventory is required. The purpose of this research is to find out more about the internal
control to the goods inventory of finished roof tiles at PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo.
Descriptive qualitative approach which is carried out based on the facts that occur within the
company. The primary data source is gained from observation, interview, documentation and the
secondary data is collected from literary study. It can be concluded from the result of the research that
the internal control to the goods inventory of finished roof tiles at PT Varia Usaha Beton Plant BM
Waru Sidoarjo has been carried out by performing stock opname once a month, however there is a
weakness in the implementation physical calculation of inventory that has been done on work days.
Keywords: Analysis, Internal Control, Finished Goods Inventory.

ABSTRAK
Melihat persediaan merupakan salah satu harta terpenting dalam perusahaan manufaktur,
maka diperlukan adanya pengendalian Internal terhadap persediaan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengendalian internal terhadap
persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana dilakukan berdasarkan
fakta fakta yang telah terjadi dalam perusahaan. Sumber data primer berasal dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi serta sumber data sekunder berasal dari
kepustakaan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengendalian internal terhadap
persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo yaitu
dengan cara melakukan stock opname setiap satu bulan sekali, namun masih terdapat
kelemahan yaitu untuk pelaksanaan perhitungan fisik persediaan terlihat masih dilakukan
pada hari aktif bekerja.
Kata Kunci : Analisis, Pengendalian Internal, Persediaan Barang Jadi.

PENDAHULUAN
Seiring dengan berjalannya pembangunan ekonomi di Indonesia, pemerintah
memberikan peluang yang cukup besar bagi para usahawan untuk berpartisipasi aktif dalam
pembangunan, salah satunya dengan cara mendirikan perusahaan - perusahaan yang dapat
menghasilkan barang jadi siap pakai supaya dapat mempermudah konsumen dalam
memenuhi kebutuhan.
Dalam era globalisasi seperti saat ini tepatnya dalam dunia usaha tidak asing lagi
apabila mendengar istilah perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur hasil akhir
yang akan dijual kepada konsumen berupa barang jadi, sehingga transaksi yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

berhubungan dengan persediaan barang jadi merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan.
Misalnya genteng, persediaan barang jadi genteng sangat rentan akan adanya kerusakan
oleh sebab itu kuantitas serta tempat penyimpanan barang sangat perlu diperhatikan.
Jumlah genteng yang berlebihan tidak baik bagi perusahaan karena resiko akan adanya
kerusakan akan semakin besar. Jika kerusakan yang ada cukup besar maka akan semakin
besar pula resiko kerugian yang ditanggung oleh perusahaan. Namun begitu juga sebaliknya
apabila jumlah barang terlalu sedikit akan dapat menghambat jalannya aktivitas penjualan.
Oleh sebab itu persediaan barang jadi khususnya genteng alangkah baiknya apabila
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, selain dapat memenuhi permintaan yang diperlukan
oleh konsumen juga dapat menghindari resiko kerugian pada perusahaan.
Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian internal terhadap persediaan barang
jadi, karena tujuan utama diterapkanya pengendalian terhadap persediaan yaitu untuk
mengamankan atau mencegah persediaan dari tindakan pencurian dan kerusakan serta
menjamin keakuratan penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Dan untuk menjamin
keakuratan besarnya persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan maka
perusahaan perlu melakukan perhitungan fisik atas persediaanya. Perbandingan
perhitungan fisik dengan data persediaan dinamakan stock opname. Stock opname merupakan
salah satu cara pengendalian internal terhadap persediaan yang biasanya sering diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki barang yang jumlahnya cukup banyak. Stock
opname ini bertujuan untuk mengetahui arus masuk dan keluar barang, mengetahui barang
yang hilang atau belum tercatat selama proses transaksi dalam satu periode tersebut, serta
mengetahui kondisi persediaan barang jadi secara riil (Hery, 2009:299).
PT Varia Usaha Beton Sidoarjo adalah salah satu perusahaan manufaktur yang
bergerak pada bidang produksi genteng. Karena melihat barang yang dijual memiliki jumlah
yang relatif cukup banyak serta rentan akan adanya kerusakan, maka diperlukan adanya
pengendalian internal terhadap persediaan sehingga nantinya diharapkan dapat terhindar
dari tindakan tindakan yang tidak diinginkan serta penyajian persediaan dalam laporan
keuangan dapat menjadi lebih akurat.
Dengan mengetahui pengendalian internal terhadap persediaan barang jadi genteng
pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo secara mendalam diharapkan dapat : (1)
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengendalian internal terhadap persediaan barang
jadi khususnya genteng pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo; (2) Untuk
mengetahui penerapan stock opname persediaan genteng yang dilakukan pada PT Varia
Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo serta mengidentifikasi adanya selisih jumlah
persediaan barang pada database komputer dengan jumlah fisik barang yang ada.

TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS


Pengendalian Internal
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:10) menyatakan bahwa istilah proses
pengendalian internal mengindikasikan tindakan yang diambil dalam suatu organisasi
untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas dalam organsisasi tersebut.
Menurut Messier et al. (2006) pengendalian internal (internal control) adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel entitas lainya yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut:
(a) Keandalan laporan keuangan; (b) Efektifitas dan efesiensi operasi; (c) Kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

Menurut Diana dan Setiawati (2011:83) menyatakan bahwa COSO mendefinisikan


pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan direksi,
manajemen serta seluruh staf dan karyawan dibawah arahan mereka dengan tujuan untuk
memberikan jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan pengendalian. Sedangkan
menurut Harrison et al. (2012) pengendalian internal adalah perencanaan organisasi dan
sistem prosedur yang diimplemetasikan oleh manajemen perusahaan dan dewan direksi
serta dirancang untuk memenuhi lima tujuan antara lain menjaga aset, mendorong para
karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional,
memastikan pencatatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan dan menaati
persyaratan hukum.

Tujuan Pengendalian Internal


Tujuan pengendalian menurut COSO (Committee of Sponsoring Organization) (Diana dan
Setiawati, 2011:83) : (a) Efektifitas dan efesiensi operasi; (b) Reabilitas laporan keuangan; (c)
Kesesuaian dengan aturan yang ada.
Tujuan utama dari pengendalian internal atas persediaan menurut Hery (2009:301)
adalah: (a) Mengamankan atau mencegah aktiva perusahaan (persediaan) dari tindakan
pencurian, penyelewengan, penyalah gunaan dan kerusakan; (b) Menjamin keakuratan
(ketepatan) penyajian persediaan dalam laporan keuangan.

Klasifikasi pengendalian internal


Menurut Krismiaji (2010:220) berdasarkan tujuannya, pengendalian internal
dikelompokkan menjadi tiga antara lain : (a) Pengendalian preventif, merupakan
pengendalian yang dimaksudkan untuk mencegah masalah sebelum masalah tersebut benar-
benar terjadi; (b) Pengendalian detektif, merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk
menemukan masalah dan masalah tersebut telah terjadi; (c) Pengendalian korektif,
merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah yang ditemukan
oleh pengendalian detektif.

Komponen-komponen pengendalian internal


Menurut Diana dan Setiawati (2011:83) menyatakan bahwa terdapat lima komponen
dalam model pengendalian COSO antara lain :
1. Lingkungan pengendalian, setiap organisasi harus memiliki lingkungan pengendalian
yang kuat. Lingkungan pengendalian yang lemah kemungkinan besar dapat diikuti
dengan kelemahan dalam komponen pengendalian internal yang lain. Lingkungan
pengendalian meliputi faktor-faktor sebagai berikut :
a. Filosofi dan gaya operasi manajemen, manajer bertanggung jawab untuk menyusun
kode etik perusahaan dan memperlakukan setiap karyawan dengan adil dan dengan
hormat, manajer juga harus menekankan pentingnya pengendalian internal
b. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika, penting bagi manajemen untuk
menciptakan budaya organisasi yang menekankan pada integritas dan nilai - nilai
etika. Perilaku etis atau tidak etis manajer dan karyawan berdampak besar terhadap
keseluruhan pengendalian internal. Oleh sebab itu perusahaan perlu memiliki kode
perilaku untuk mengatur tindakan manajemen maupun karyawan. Manajemen harus
mengambil tindakan proaktif untuk memastikan bahwa semua karyawan benar-benar
sadar akan standar perilaku tersebut. selain itu, manajemen harus memberi contoh
dalam perilakunya sehari - hari
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

c. Komite audit dan dewan direksi, dewan direksi bertanggung jawab untuk memilih
komite audit yang beranggotakan orang - orang dari luar perusahaan. Peran komite
audit adalah memantau akuntansi perusahaan serta praktik dan kebijakan pelaporan
keuangan. Komite audit juga berperan sebagai perantara antara auditor internal dan
auditor eksternal
d. Struktur organisasi, struktur organisasi perusahaan menggambarkan pembagian
otoritas dan tanggung jawab dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan. Struktur organisasi harus disajikan secara eksplisit dalam bentuk grafis
agar jelas siapa yang bertanggung jawab
e. Penetapan otoritas dan tanggung jawab, otorisas adalah hak yang dimiliki karena
posisi formal seseorang untuk memberi perintah kepada bawahan. Sedangkan
tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk menjalankan tugas tertentu dan
untuk diminta pertanggung jawaban atas hasil yang dicapai. Oleh karena itu penting
bagi sebuah organisasi untuk memiliki deskripsi pekerjaan yang jelas agar tidak terjadi
saling melempar tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia, kegiatan sumber daya manusia meliputi
perekrutan karyawan baru, pelatihan karyawan, motivasi karyawan, evaluasi
karyawan, konseling karyawan, perlindungan karyawan, dan pemberhentian
karyawan
g. Pengaruh eksternal dapat mempengaruhi lingkungan pengawasan organisasi, dan
dapat meningkatkan kesadaran manajemen akan pentingnya prosedur serta kebijakan
pengawasan intern. Pengaruh peraturan ini mencakup peraturan yang dikeluarkan
oleh badan penyusunan standar akuntansi.
2. Aktivitas pengendalian, yang terkait dengan pelaporan keuangan antara lain meliputi :
a. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak, desain dokumen yang baik
adalah desain dokumen yang sederhana sehingga meminimalkan kemungkinan
kesalahan mengisi. Dokumen juga harus memuat tempat untuk tanda tangan bagi
mereka yang berwenang, jika dokumen digunakan sebagai bukti peralihan harta maka
ada kolom untuk tanda tangan dan nama terang penerima
b. Pemisahan tugas, terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar tidak ada
peluang untuk mencuri harta perusahaan serta memalsukan catatan akuntansi, antara
lain : fungsi penyimpanan harta yang dimaksud disini ialah pemegang kas atau
pemegang persediaan, fungsi pencatat meliputi menyusun laporan keuangan, fungsi
otorisasi transaksi bisnis dapat diwujudkan dalam bentuk tanda tangan dalam
dokumen sebagai tindakan atau persetujuan untuk memulai sebuah transaksi
c. Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi, otorisasi adalah
pemberian wewenang dari manajer kepada bawahanya untuk melakukan aktivitas
atau untuk mengambil keputusan tertentu
d. Mengamankan harta dan catatan perusahaan dapat dilakukan dengan cara, antara lain
menciptakan pengawasan yang memadai, memastikan catatan harta yang akurat,
menjaga catatan dan dokumen dengan menyimpanya kedalam lemari
e. Menciptakan adanya pengecekan independen atas pekerjaan karyawan, dapat
dilakukan dengan cara rekonsiliasi dua catatan yang dihasilkan oleh dua pihak yang
independen, membandingkan catatan dengan aktual fisik yang ada, review
independen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

3. Penaksiran resiko, resiko dapat bersumber dari :


a. Tindakan tidak disengaja, seperti kesalahan yang disebabkan oleh kecerobohan
karyawan, sistem yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan
b. Tindakan sengaja, seperti : sabotase, mencuri atau menyalah gunakan harta
perusahaan
c. Bencana alam
d. Kesalahan perangkat lunak dan kegagalan peralatan komputer, seperti arus listrik
yang tidak stabil, kerusakan sistem informasi.
4. Informasi dan komunikasi, Informasi harus diidentifikasi, diproses, dan dikomunikasikan
ke personil yang tepat sehingga setiap orang dalam perusahaan dapat melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan baik. Sistem informasi akuntansi harus bisa
menghasilkan laporan keuangan yang andal.
5. Pengawasan, kegiatan utama dalam pengawasan kinerja meliputi :
a. Supervisi yang efektif, meliputi : pelatihan terhadap karyawan, memonitor kinerja
karyawan, mengkoreksi kesalahan yang mereka lakukan
b. Akuntansi pertanggungjawaban, meliputi : penyusunan anggaran, membandingkan
rencana kinerja dengan kinerja aktual, membuat prosedur untuk investigasi
penyimpangan yang signifikan yang dilanjutkan dengan mengambil tindakan untuk
mengoreksi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut
c. Pengauditan internal, meliputi penilaian terhadap efektifitas pengendalian internal,
evaluasi kepatuhan karyawan terhadap kebijakan manajemen.

Prinsip - prinsip pengendalian internal


Menurut Jusup (2005:4) menyatakan bahwa prosedur-prosedur pengendalian internal
berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainya, namun
demikian prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok dapat diterapkan pada semua
perusahaan. Tujuh buah prinsip pengendalian intern yang pokok meliputi : (a) Penetapan
tanggung jawab yang jelas; (b) Penyelenggaraan pencatatan yang memadai; (c)
Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan; (d) Pemisahan pencatatan dan
penyimpanan aktiva; (e) Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan; (f)
Pemakaian peralatan mekanis; (g) Pelaksanaan pemeriksaan yang independen.

Pengendalian internal persediaan


Menurut Hery (2009 :301) menyatakan bahwa pengendalian internal atas persediaan
seharusnya dimulai pada saat barang diterima (yang dibeli dari pemasok) untuk
memastikan bahwa barang yang diterima sesuai dengan apa yang dipesan, maka setiap
laporan penerimaan barang harus dicocokkan dengan formulir pesanan pembelian yang asli.
Harga barang yang dipesan, seperti yang tertera dalam formulir pesanan pembelian,
seharusnya dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Setelah
laporan penerimaan barang, formulir, formulir pesanan pembelian dan faktur tagihan
dicocokkan perusahaan akan mencatat persediaan dalam catatan akuntansi.
Mengenai tempat penyimpanan persediaan, persediaan seharusnya disimpan dalam
gudang yang mana aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan tertentu saja. Setiap
pengeluaran barang dari gudang seharusnya dilengkapi atau didukung dengan formulir
permintaan barang. Suhu dimana tempat barang disimpan seharusnya juga diatur
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kerusakan atas barang dagangan. Untuk
menjamin keakuratan besarnya persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan,
perusahaan manufaktur seharusnya melakukan pemeriksaan fisik terhadap persediaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

barang jadi yang telah dihasilkan. Dalam sistem pencatatan perpetual, hasil dari perhitungan
fisik akan dibandingkan dengan data persediaan yang tercatat dalam buku besar untuk
menentukan besarnya kekurangan yang ada atas saldo fisik persediaan. Jadi, dapat
dikatakan bahwa dalam sistem pencatatan perpetual, pemeriksaan fisik dilakukan bukan
untuk menghitung saldo akhir persediaan melainkan sebagai pengecekan silang mengenai
keabsahan atas saldo persediaan yang dilaporkan dalam buku besar persediaan.

Persediaan
Menurut Kartikahadi et al. (2012) menyatakan bahwa IAS No 2 Inventory dan PSAK
No 14 Persediaan.Persediaan adalah aset : (a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal; (b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; (c) Dalam bentuk bahan baku
atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Harrison et al. (2012) menyatakan bahwa persediaan sebagai aset yang : (a)
Disimpan untuk dijual dalam operasi rutin perusahaan; (b) Dalam proses produksi untuk
penjualan; (c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan yangakan dikonsumsi selama proses
produksi atau penyerahan jasa. Ini berarti persediaan dapat berupa bahan baku, barang
dalam proses atau barang jadi.
Dari definisi persediaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aset
yang telah dimiliki serta disimpan oleh perusahaan baik dalam bentuk bahan baku, barang
dalam proses maupun barang jadi yang nantinya akan dijual dalam kegiatan rutin
perusahaan.
Menurut Kartikahadi et al. (2012) menyatakan bahwa untuk perusahaan manufaktur
mengelompokkan persediaanya sebagai berikut : (a) Persediaan barang jadi, yaitu barang
yang selesai diproduksi dan siap untuk dijual; (b) Persediaan barang dalam proses, yaitu
barang yang sedang dalam proses produksi; (c) Pesediaan barang mentah atau bahanbaku,
yaitu barang yang akan menjadi input dalam proses produksi.

Sistem Akuntansi Persediaan


Menurut Kartikahadi et al. (2012) terdapat dua jenis sistem pencatatan akuntansi yaitu:
a. Sistem Pencatatan Perpetual
Dalam sistem perpetual catatan persediaan selalu dimuthakirkan (updated) setiap kali
terjadi transaksi yang melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu mengetahui
kuantitas dan nilai persediaanya setiap saat
b. Sistem Pencatatan Periodik
Dalam sistem pencatatan periodik, jumlah persediaan ditentukan secara berkala
(periodik) dengan melakukan perhitungan fisik dan mengalikan jumlah unit tersebut
dengan harga satuan untuk memperoleh nilai persediaan yang ada pada saat itu. Dalam
metode ini setiap kali ada pembelian persediaan akan dicatat pada akun pembelian.
Sedangkan pada saat penjualan hanya dibukukan penjualan sejumlah harga penjualan,
dan tidak dihitung harga pokok penjualan untuk setiap transaksi. Pada akhir periode
usaha untuk menyusun laporan keuangan harus dilakukan perhitungan fisik persediaan
untuk mengetahui nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Kelebihan
penggunaan metode periodik adalah mudah untuk diterapkan, sedangkan kelemahanya
adalah perusahaan tidak mengetahui dengan pasti kuantitas dan total biaya perolehan
persediaan sampai dilakukanya perhitungan fisik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

Persediaan Barang Jadi


Hasil akhir pada perusahaan manufaktur ialah berupa barang jadi. Menurut Mulyadi
(2001:560) transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang jadi ialah produk selesai
di produksi, penjualan, retur penjualan, dan perhitungan fisik persediaan. Adapun dokumen
dan catatan yang bersangkutan dengan sistem akuntansi persediaan produk jadi ialah : (a)
Pencatatan produk jadi; (b) Harga pokok produk jadi yang dijual; (c) Harga pokok produk
jadi yang diterima kembali dari pembeli; (d) Sistem perhitungan fisik persediaan.

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sampeallo (2012) ialah Analisis Pengendalian
Persediaan pada UD.Bintang Furniture Sangasanga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pemesanan atas pembelian furniture (lemari pakaian) UD.Bintang Furniture
sudah memperoleh biaya minimum, serta persediaan minimum yang harus ada di gudang
agar tercipta suatu pengendalian.
Hasil pembahasan dari penelitian ini menunjukan bahwa; kebijakan pemesanan atas
pembelian furniture (lemari pakaian) pada UD Bintang Furniture Sangasanga belum
memperoleh biaya yang minimum. Karena pembelian yang memperoleh biaya minimum
untuk furniture tahun 2010 sebesar 60 unit dengan menggunakan rumus Economic Order
Quantity (EOQ) terjadi pada frekuensi pemesanan 9 kali pesanan dengan jumlah pemesanan
7 unit furniture karena dengan frekuensi tersebut maka dapat menekan biaya persediaan,
dan dengan adanya persediaan minimum (safety stock) furniture (lemari pakaian) yang
disediakan UD. Bintang Furniture Sangasanga sebesar 2 unit, maka titik Reorder Point yang
merupakan batas diadakannya pemesanan kembali furniture selama masa tenggang (lead
time) adalah 2 unit.
Penelitian yang dilakukan oleh Tamodia (2012) ialah mengenai Evaluasi Penerapan
Sistem Pengendalian Intern Untuk Persediaan barang jadi Pada PT Laris Manis Utama
Cabang Manado. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem
pengendalian atas persediaan barang jadi serta untuk mengetahui apakah sistem
pengendalian persediaan yang telah diterapkan telah berjalan dengan efektif atau tidak.
Adapun metode yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif yaitu, analisis
deskriptif. Dan dari hasil penelitian pada PT Laris Manis Utama Cabang Manado merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak dibidang distributor buah import, atau lebih dikenal
sebagai penjual buah import grosir dan eceran. Evaluasi sistem pengendalian intern atas
persediaan sudah efektif, dimana adanya pemisahan tugas antara fungsi fungsi terkait
dengan penerimaan dan pengeluaran barang. Pemantauan terhadap persediaan barang jadi
juga dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali oleh bagian gudang melalui kegiatan stock
opname. Sistem pengendalian persediaan barang jadi pada PT Laris Manis Utama Cabang
Manado berjalan dengan baik.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan dan manfaat penelitian, maka jenis pendekatan yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat
tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa peristiwa, objek. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) dimana penelitian ini dilakukan
berdasarkan fakta fakta yang telah terjadi dalam perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

Teknik Pengumpulan Data


Didalam penulisan skripsi ini diperlukan data yang sesuai dengan pokok
pembahasan. Untuk memperoleh dan menulis data tersebut dibutuhkan, antara lain:
1. Jenis data, ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif sebagai berikut ini :
a. Data Kuantitatif adalah data yang berkaitan dengan jumlah angka yang akan
dipergunakan lebih lanjut oleh penulis sesuai dengan kebutuhan, misalnya data
tentang jumlah barang yang ada digudang barang jadi serta jumlah barang jadi pada
sistem computer
b. Data Kualitatif merupakan data data yang bersifat uraian dan penjelasan terhadap
suatu objek penelitian, misalnya data tentang gambaran umum perusahaan, prosedur
penerapan jalannya stock opname, prosedur penerimaan barang serta pengeluaran
barang yang ada digudang.
2. Sumber data, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yaitu:
a. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang
diteliti dan diolah sendiri oleh peneliti. Data ini berupa hasil observasi dan wawancara
dengan pihak yang terkait dalam perusahaan serta dokumentasi pada data - data yang
dianggap perlu. Contoh : bagian pembukuan berupa data transaksi produk jadi selesai
diproduksi, penjualan, serta retur penjualan. Bagian gudang berupa keterangan
penjelasan
b. Data sekunder, merupakan data yang telah diolah yang diperoleh melalui studi
kepustakaan, serta teori teori dari berbagai macam literature yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada. Contoh : pengendalian internal, persediaan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini meliputi :
1. Observasi Langsung, kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui keadaan
dari objek penelitian secara langsung
2. Wawancara dengan pihak pihak yang terkait secara langsung dengan operasi
perusahaan, seperti pihak manajemen, staff atau karyawan agar dapat mengetahui
perusahaan lebih dalam
3. Dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data mengutip catatan dokumen
resmi maupun arsip perusahaan yang bersangkutan serta aktivitas produksi yang ada
pada perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari bagian gudang
barang jadi, dan data dari sistem persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha
Beton Sidoarjo. Serta mengambil gambar mengenai aktivitas produksi yang ada yang
sekiranya dianggap perlu.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang sesuai dengan kenyataanpada objek yang diteliti, pada
data-data yang diperoleh dilakukan pengolahan data untuk menjawab permasalahan yang
terjadi dan membandingkan dengan landasan teori yang relevan terhadap keadaan objek
penelitian sebagai hasil survey.
Adapun langkah - langkah dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut :
1. Mengkolektif data mengenai produk jadi, penjualan, retur penjualan, perhitungan fisik
persediaan, lingkungan pengendalian (sumber daya manusia), aktivitas pengendalian,
penaksiran resiko, informasi dan komunikasi, pengawasan dari perusahaan dengan cara
observasi langsung, wawancara, serta dokumentasi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

2. Mengidentifikasi tentang fakta-fakta atas pengendalian internal terhadap persediaan


barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton Sidoarjo
3. Pada data-data yang diperoleh dilakukan pengolahan data dengan cara menganalisa
apakah unsur - unsur pengendalian intern yang terkait dalam proses pengendalian
internal terhadap persediaan barang jadi genteng telah berjalan dengan baik atau tidak
4. Menarik kesimpulan dan memberikan saran secara umum terhadap pengendalian
internal terhadap persediaan barang jadi genteng yang bermanfaat bagi perusahaan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Lingkungan pengendalian persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton
1. Filosofi dan gaya operasi manajemen merupakan parameter bagi perusahaan dan
karyawan yang dibuat oleh manajer menekankan akan pentingnya pengendalian internal.
Pada PT Varia Usaha Beton Sidoarjo lebih menekankan adanya kejujuran dan
keterbukaan pada karyawan, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
perusahaan sehingga dapat menimbulkan rasa memiliki. Oleh sebab itu semua karyawan
diikut sertakan berperan aktif dalam pencapaian sukses perusahaan
2. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika merupakan salah satu hal yang penting
dalam pengendalian internal perusahaan, karena integritas dan nilai etika dapat
mencerminkan budaya atau kebiasaan yang terlihat dalam kegiatan sehari hari dalam
lingkungan perusahaan. Pada PT Varia Usaha Beton penerapan manajemen didasarkan
pada kepercayaan bahwa karyawan mempunyai komitmen untuk bekerja sebaik
mungkin dan mampu membuat keputusan yang tepat. Hal ini merupakan keyakinan dari
karyawan apabila menjanjikan produk atau jasa yang tepat, berarti mereka telah
melakukan hal yang terbaik. Hal ini merupakan integritas dalam melakukan
bisnis.kemudian untuk relasi berarti terjaminya komunikasi yang cepat dan bisa bertemu
langsung dengan pembuat keputusan di semua level dengan respon yang lebih cepat
3. PT Varia Usaha Beton memiliki komite audit dan dewan direksi. Komite audit disini
dinamakan SISMAN (Sistem Manajemen) yang bertugas sebagai perantara direksi dengan
pihak luar perusahaan. Karyawan karyawan pada bagian SISMAN berasal dari dalam
perusahaan yang dipilih langsung oleh dewan direksi. Selain itu juga terdapat auditor
internal yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali pada plant
4. Pada PT Varia Usaha Beton struktur organisasi perusahaan dirancang cukup sederhana
agar mudah melakukan akses untuk semua karyawan. Struktur organisasi perusahaan
dan struktur organisasi plant dirancang terpisah, untuk perusahan dirancang secara
umum agar pihak luar dapat dengan mudah memahami sedangkan untuk plant terlihat
jelas secara rinci setiap bagian bagian dalam plant tersebut
5. PT Varia Usaha Beton telah menerapkan kebijakan - kebijakan serta praktek sumber daya
manusia, antara lain sebagai berikut :
a. Perekrutan karyawan baru dilakukan atas pertimbangan pertimbangan sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dengan harapan agar dapat menunjang serta
memperlancar jalanya aktivitas operasional perusahaan. Perekrutan karyawan pada PT
Varia Usaha Beton ini berasal dari kebutuhan yang telah diajukan oleh Plant, karena
perusahaan telah memberikan kepercayaan kepada plant dan plant yang lebih tahu
mengenai hal hal apa saja yang dibutuhkan guna meningkatkan aktivitas kegiatan
operasionalnya, dan perusahaan disini akan memberikan fasilitas yang dibutuhkan
oleh pihak plant. Misalnya : perekrutan Kyusi pada Plant BM Waru, memiliki peranan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

10

cukup penting untuk aktivitas produksi yakni untuk menilai mutu produk genteng
yang dihasilkan.
b. Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru pelatihan karyawan dilakukan oleh bagian
bagian yang memiliki cukup banyak pengalaman sesuai dengan bidangnya.
Misalnya : ketika ada karyawan baru pada bagian administrasi, yang membantu
memberikan pelatihan ialah Kepala Regu Administrasi dan Pergudangan.
c. Motivasi karyawan pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dilakukan supaya
dapat menambah semangat kinerja para karyawan. Misalnya : ketika seorang
karyawan menyerahkan hasil laporan yang membutuhkan persetujuan serta tanda
tangan dari Kepala Regu dan KA Plant laporan sesegera mungkin di koreksi serta
ditanda tangani oleh Kepala Regu dan KA Plant, sehingga para karyawan menjadi
termotivasi serta merasa dihargai dan memiliki keinginan untuk segera menyelesaikan
tugas tugasnya yang lain.
d. Evaluasi karyawan PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dilakukan supaya karyawan,
Kepala Regu dan KA Plant dapat mereview kembali hasil kinerja yang telah dilakukan
sebelumnya serta dapat mencari solusi jika terdapat suatu permasalahan. Misalnya :
setiap satu minggu sekali para karyawan, Kepala Regu dan KA Plant berkumpul untuk
melakukan evaluasi.
e. Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru konseling karyawan dilakukan setiap saat
apabila karyawan mengalami kesulitan, maka karyawan dapat berkonsultasi kepada
Kepala Regu atau KA Plant. Misalnya : karyawan bagian Produksi berkonsultasi
kepada Kepala Regu Produksi mengenai kwalitas genteng yang telah diproduksi.
f. Perlindungan karyawan yang diberikan oleh PT Varia Usaha Beton telah didasarkan
serta memenuhi standar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) serta jaminan
kesehatan berupa BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).
g. Pada PT Varia Usaha Beton pemberhentian karyawan dilakukan jika masa kontrak
telah habis, atau dapat pula karyawan diberhentikan sebelum masa kontrak habis jika
karyawan telah melakukan tindakan tindakan yang menyimpang dan dapat
merugikan perusahaan.
6. Pengaruh eksternal dapat mempengaruhi lingkungan pengawasan organisasi serta dapat
meningkatkan kesadaran manajemen akan pentingnya prosedur serta kebijakan
pengawasan intern. PT Varia Usaha Beton telah membuat SOP yang selanjutnya akan
diterapkan oleh seluruh karyawan dalam pelaksanaan akitivtas operasional dengan
harapan dapat tercapainya tujuan perusahaan. Misalnya : kebijakan terhadap persediaan
dengan cara melakukan stock opname.

Aktivitas pengendalian persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


1. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak
PT Varia Usaha Beton telah mendesain dokumen dengan memberikan nomor urut
tercetak serta kolom untuk tanda tangan dan nama terang baik dari pihak penerima,
pengendara, serta pengirim atau yang menyetujui. Misalnya : pada surat jalan
pengeluaran barang jadi Plant BM Waru terdapat nomor urut tercetak dan kolom nama
terang serta tanda tangan penerima barang, pengendara atau sopir serta Kepala Regu
sebagai atasan yang menyetujui adanya pengiriman barang.
2. Pemisahan tugas
PT Varia Usaha Beton telah melakukan pemisahan tugas yakni untuk fungsi
penyimpanan harta, fungsi pencatat dan fungsi otorisasi transaksi bisnis diberikan pada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

11

karyawan yang berbeda. Misalnya : Pada Plant BM Waru untuk penjualan genteng fungsi
penyimpanan harta baik tunai maupun kredit diberikan kepada ARO atau karyawan
bagian Piutang, lalu untuk fungsi pencatat penyusun laporan keuangan yaitu bagian
pusat. Sedangkan untuk fungsi otorisasi transaksi bisnis diberikan kepada karyawan
bagian Penjualan yang mengetahui seberapa banyak penjualan barang yang dilakukan
oleh pembeli setiap harinya dengan membuat OPJ setiap terjadi transaksi.
3. Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi
Otorisasi pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru telah terlihat pada struktur
organisasi dan dijelaskan pada penetapan otoritas dan tanggung jawab. Lalu juga terlihat
pada komitmen terhadap integritas dan nilai etika yang dijelaskan bahwa karyawan
mempunyai keyakinan, bahwa apabila karyawan telah menjanjikan produk dan jasa yang
tepat berarti karyawan telah berusaha memberikan yang terbaik untuk pembeli. Misalnya
ketika akan ada barang keluar setelah mengawasi jumlah barang yang diangkut ke atas
truk bagian gudang jadi membuatkan surat jalan dan sesegera mungkin meminta tanda
tangan kepada Kepala Regu sebagai persetujuan bahwa ada barang keluar dari gudang
jadi yang akan dikirim kepada pembeli.
4. Mengamankan harta dan catatan perusahaan
Harta dan catatan perusahaan merupakan hal yang penting dalam perusahaan, oleh
sebab itu diperlukan pengamanan yang cukup ketat. PT Varia Usaha Beton untuk
pengamanan harta dan catatan pada plant diberikan sebuah brankas untuk menyimpan
harta serta catatan. Pada Plant BM Waru brankas diberikan kepada bagian Administrasi
Piutang atau ARO.
5. Menciptakan adanya pengecekan independen atas pekerjaan karyawan
Pada PT Varia Usaha Beton penerapan manajemen memang didasarkan pada
kepercayaan kepada karyawan, namun pengecekan atas pekerjaan karyawan juga
diterapkan agar perusahaan dapat mengkontrol kinerja dari setiap karyawan. Misalnya :
pada Plant BM Waru setiap satu bulan sekali bagian gudang melakukan perhitungan fisik
persediaan barang jadi yang ada di lapangan kemudian menyerahkan laporan kepada
Kepala Regu Administrasi dan Pergudangan untuk diperiksa, yang nantinya laporan
tersebut akan diberikan kepada bagian Non BSP untuk di bandingkan dengan data yang
ada pada sistem dari bagian Akuntansi Pusat, apabila terjadi selisih yang cukup besar
maka Kepala Regu akan diberi informasi dan meminta bagian gudang untuk menghitung
ulang barang mana saja yang terjadi selisih, namun apabila selisih masih dalam batas
wajar maka dilakukan penyesuaian.

Penaksiran resiko persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru untuk menilai persediaan barang jadi genteng
ialah tidak mudah, karena barang jadi genteng rentan akan adanya kerusakan atau pecah.
Untuk pembuatan genteng sendiri setelah barang selesai di produksi menjadi barang jadi,
genteng tidak bisa langsung dimasukkan kedalam gudang jadi karena masih terdapat
beberapa proses tahapan untuk siap dijual ke pembeli.
Adapun tahapan proses barang jadi genteng ialah : tahapan pertama setelah selesai di
produksi genteng masih tetap berada dalam cetakan sampai batas waktu kurang lebih 1 hari,
tahapan kedua genteng dipindahkan ke dalam bak rendaman batas waktu kurang lebih 1
hari, kemudian tahapan ketiga genteng di pindahkan ke dalam gudang jadi untuk
dikeringkan dan tahapan terakhir yaitu keempat setelah kurang lebih satu minggu genteng
siap untuk dijual. Batas waktu dari tahapan ke tahapan berikutnya juga perlu diperhatikan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

12

karena dapat mempengaruhi kwalitas barang jadi genteng. Pada tiap tahapan proses
disinilah genteng rentan akan terjadinya kerusakan atau pecah.
Mengingat akan adanya resiko tersebut maka perusahaan membuat sebuah
kebijaksanaan stock opname setiap satu bulan sekali yang diterapkan pada plant. Kegiatan
stock opname dipimpin oleh bagian Non BSP, untuk perhitungan fisik persediaan barang
yang ada dilapangan diserahkan kepada Plant. Dan untuk data pembanding yakni data
persediaan barang yang berasal dari sistem diperoleh dari bagian Akuntansi Pusat. Setelah
data terkumpul maka bagian Non BSP yang melakukan perbandingan atau pencocokan
persediaan jumlah barang fisik dan jumlah barang pada sistem. Apabila terjadi lebih atau
kurang yang tidak terlalu besar maka dapat dilakukan penyesuaian, namun apabila terjadi
lebih atau kurang yang cukup besar maka bagian Non BSP memberikan informasi kepada
Plant untuk mencari atau melakukan perhitungan kembali. Dan apabila stock opname telah
selesai bagian Non BSP menyerahkan hasilnya kepada bagian Akuntansi Pusat untuk
diinput ke dalam komputer.

Informasi dan komunikasi persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton
Untuk persediaan produk jadi transaksi yang sering terjadi produk selesai diproduksi,
penjualan, retur penjualan, dan perhitungan fisik persediaan. Oleh sebab itu informasi serta
komunikasi penting pada jalanya transaksi. Adapun informasi dan komunikasi atas
persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru ialah sebagai
berikut :
1. Prosedur pencatatan produk jadi
Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dokumen sumber yang ada ialah laporan
penerimaan barang jadi yang digunakan untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi
dalam kartu gudang. Sistem (Data subledger persediaan) digunakan untuk mencatat
mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan digudang dengan kata lain untuk mencatat
tambahandan pengeluaran kuantitas serta harga pokok persediaan produk jadi dan secara
otomatis saldo akan menyesuaikan.
Adapun prosedur penerimaan barang pada gudang jadi antara lain : tahap awal bagian
Produksi membuat BAST persediaan barang jadi lalu menyerahkanya kepada bagian
Administrasi gudang jadi. Selanjutnya karyawan administrasi gudang jadi mengecek
jumlah barang yang diterima apakah telah sesuai dengan BAST. Jika jumlah barang yang
diterima telah sesuai bagian gudang jadi dapat menuliskan ke dalam kartu stock gudang
jadi, namun apabila barang yang diterima tidak sesuai maka bagian gudang jadi dapat
memberikan informasi kepada bagian produksi bahwa jumlah barang yang diterima
belum sesuai dengan BAST. Ketika bagian produksi telah menyesuaikan jumlah barang
sesuai dengan jumlah pada BAST maka bagian produksi dapat menulis ke dalam kartu
stock.
2. Prosedur pencatatan produk jadi yang dijual
Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dokumen serta sumber yang digunakan
untuk mencatat transaksi penjualan produk jadi genteng ialah OPJ serta surat jalan.
Pada gudang jadi ketika ada barang yang akan keluar, bagian Administrasi gudang jadi
melakukan pengawasan. Setelah melakukan pengawasan bagian Administrasi gudang
jadi membuatkan surat jalan. Surat jalan dapat dijadikan pegangan untuk menulis data
pengeluaran barang pada kartu stock dan laporan pengeluaran barang.
3. Prosedur pencatatan produk jadi yang diterima kembali dari pembeli
Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dapat dikatakan tidak ada retur barang yang
dikembalikan oleh pembeli, karena pada awal telah ada kesepakatan dari pihak pembeli
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

13

dan bagian penjualan akan barang apa saja yang akan dibeli. Dan bagian penjualan serta
bagian gudang jadi berusaha memberikan barang kwalitas terbaik ketika akan dikirim
kepada pembeli.
4. Sistem perhitungan fisik persediaan
Untuk kegiatan stock opname persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton
Plant BM Waru dipimpin oleh bagian Non BSP, untuk perhitungan fisik persediaan
barang yang ada dilapangan diserahkan kepada Plant. Dan untuk data pembanding yakni
data persediaan barang yang berasal dari sistem diperoleh dari bagian Akuntansi Pusat.
Setelah data perhitungan fisik persediaan dari Plant dan data persediaan dari bagian
Akuntansi Pusat terkumpul maka bagian Non BSP melakukan perbandingan atau
pencocokan. Apabila terjadi lebih atau kurang yang tidak terlalu besar maka dapat
dilakukan penyesuaian, namun apabila terjadi lebih atau kurang yang cukup besar maka
bagian Non BSP memberikan informasi kepada Plant untuk mencari atau melakukan
perhitungan kembali. Dan apabila stock opname telah selesai bagian Non BSP
menyerahkan hasilnya kepada bagian akuntansi pusat untuk diinput ke dalam komputer.
Perhitungan fisik persediaan barang jadi genteng pada plant biasanya dilakukan pada
minggu ketiga atau satu minggu sebelum akhir bulan. Dari hasil pengamatan
perhitungan fisik persediaan barang jadi genteng ini dilakukan ketika hari libur atau juga
dilakukan pada hari aktif bekerja.

Pengawasan persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


Pengawasan yang dilakukan pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru terhadap
penerimaan dan pengeluaran barang jadi genteng adalah dengan memantau dan memeriksa
secara rutin setiap terjadi penerimaan barang dari bagian produksi yaitu dengan cara
menghitung ulang barang yang diterima serta dicocokkan dengan BAST barang jadi yang
telah dibuat oleh bagian Produksi. Dan untuk pengeluaran barang ketika barang
akandinaikkan keatas truk maka bagian Administrasi gudang jadi mengawasi serta
mengecek genteng yang keluar, setelah itu bagian gudang segera membuat surat jalan.
Selain itu bagian Akuntansi Pusat juga memcocokkan data penerimaan dan
pengeluaran barang jadi genteng yang telah dibuat oleh Plant. Untuk pengawasan barang
jadi yang masuk pada sistem (Vis Plant) dilakukan oleh bagian Produksi secara manual
dibantu oleh bagian administrasi untuk diinput serta diinject kedalam sistem komputer.
Kemudian hard copy diserahkan kepada bagian Akuntansi Pusat, lalu pihak Akuntansi
Pusat mencocokkan antara data penerimaan barang (laporan hasil produksi) yang diinput
pada sistem dengan hard copy laporan hasil produksi yang telah dibuat oleh bagian
Administrasi Plant. Jika data telah sesuai, bagian Akuntansi Pusat menginject ke data resmi
perusahaan (Vis Pusat). Namun jika ada perbedaan maka bagian Akuntansi Pusat segera
memberikan informasi kepada bagian pembuat laporan. Begitu juga untuk pengeluaran
barang, laporan pengeluaran barang baik yang diinput pada sistem dengan hard copy
laporan pengeluaran barang juga akan dicocokkan. Dan untuk setiap bulanya perusahaan
melakukan stock opname persediaan.

Pembahasan
Lingkungan pengendalian persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton
1. Filosofi dan gaya operasi manajemen
Pada PT Varia Usaha Beton filosofi dan gaya manajemen operasi lebih ditekankan pada
kejujuran dan keterbukaan pada karyawan. Menurut penulis kejujuran dan keterbukaan
merupakan modal utama yang penting diterapkan dalam kehidupan sehari hari baik
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

14

untuk individu dan untuk berorganisasi dalam suatu perusahaan. Dengan adanya
kejujuran dan keterbukaan maka akan timbulah sebuah kepercayaan serta rasa saling
mengerti satu sama lain dan secara otomatis cepat atau lambat akan muncul rasa memiliki
cinta terhadap perusahaan pada diri karyawan, sehingga karyawan tidak akan canggung
untuk menyampaikan aspirasinya. Filosofi dan gaya manajemen operasi yang diterapkan
pada PT Varia Usaha Beton sudah dikatakan baik karena telah menekankan akan
pentingnya kejujuran dan kepercayaan pada perusahaan dan karyawan.
2. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika
Menurut penulis komitmen terhadap intergritas dan nilai etika PT Varia Usaha Beton
sudah baik, karena kepercayaan merupakan kunci utama dalam terwujudnya kesuksesan
sebuah perusahaan.Dengan adanya kepercayaan yang diberikan perusahaan kepada
karyawan secara tidak langsung tanggung jawab pada diri karyawan akan tumbuh
dengan sendirinya, sehingga karyawan akan berusaha sebaik mungkin untuk
memberikan pelayanan serta barang yang terbaik untuk pembeli. Apabila hubungan
relasi antara karyawan dengan pembeli baik maka akan menjadi hal yang positif bagi
perusahaan kedepanya.
3. Komite audit dan dewan direksi
Menurut penulis komite audit, dewan direksi dan auditor internal yang telah diterapkan
pada PT Varia Usaha Beton dikatakan baik karena perusahaan telah memiliki ketiga
bagian tersebut. Dengan adanya komite audit maka diharapkan komunikasi antara
perusahaan dengan pihak luar perusahaan dapat terjalin dengan baik, karena komite
audit merupakan perantara antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Dan
dewan direksi disini sebagai penentu anggota dari komite audit, pada PT Varia Usaha
Beton anggota komite audit dipilih dari karyawan dalam perusahaan. Selain itu dengan
adanya auditor internal maka diharapkan kebijakan yang telah dibuat sesuai dengan
prosedur dapat berjalan dengan baik.
4. Struktur organisasi
Pada PT Varia Usaha Beton struktur organisasi perusahaan dengan struktur organisasi
plant dibuat secara terpisah. Menurut penulis struktur organisasi pada PT Varia Usaha
Beton baik karena dengan adanya struktur yang terpisah antara perusahaan dan plant
maka untuk pihak luar memang lebih baik mengetahui struktur organisasi secara umum
atau secara garis besar dengan tujuan agar mempermudah pihak luar untuk memahami
struktur organisasi yang ada. Dan cukup pihak dalam perusahaan saja yang tahu secara
terperinci mengenai struktur organisasi pada plant. Penulis memang mengambil data
struktur organisasi pada plant, karena pengendalian internal atas persediaan barang jadi
genteng berada pada ruang lingkup struktur organisasi plant tepatnya Plant BM Waru
yang menjadi plant untuk pembuatan produksi genteng.
5. Penetapan otoritas dan tanggung jawab
Penetapan otoritas dan tanggung jawab merupakan penjelasan secara terperinci mengenai
tugas dan wewenang yang tertera pada struktur organisasi. Menurut penulis penetapan
otoritas dan tanggung jawab pada PT Varia Usaha Beton sudah cukup baik.
6. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
Kebijakan dan praktek pada PT Varia Usaha Beton meliputi :
a. Perekrutan Karyawan
Menurut penulis perekrutan karyawan yang dilakukan pada PT Varia Usaha Beton
sudah baik, karena sebelum melakukan perekrutan karyawan pihak plant telah
mempunyai pertimbangan pertimbangan serta gambaran untuk kedepanya dan
perusahaan yang memberikan fasilitas dengan merealisasikan perekrutan karyawan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

15

Disini dapat dilihat dari contoh perekrutan bagian kyusi pada plant, karena mengingat
peranan kyusi yang cukup penting dalam aktivitas produksi yakni untuk menilai mutu
produk genteng maka perusahaan memutuskan untuk merekrut karyawan bagian
kyusi untuk ditempatkan pada plant.
b. Pelatihan karyawan
Pada PT Varia Usaha Beton untuk pelatihan karyawan sudah dikatakan baik, karena
untuk pelatihan karyawan baru diberikan arahan oleh karyawan karyawan yang
telah memiliki cukup banyak pengalaman dibidangnya.
c. Motivasi karyawan
Menurut penulis motivasi karyawan yang telah diterapkan pada PT Varia Usaha Beton
Plant BM Waru sudah baik, karena dengan adanya motivasi karyawan maka karyawan
akan lebih bersemangat untuk bekerja lebih baik.
d. Evaluasi karyawan
Evaluasi karyawan yang telah diterapkan pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru
sudah baik, karena menurut penulis dengan adanya evaluasi yang diterapkan secara
rutin maka seluruh anggota plant akan mengetahui apabila terjadi kekurangan serta
sesegera mungkin untuk mencari solusi agar dapat diperbaiki, selain itu dengan
adanya evaluasi terhadap karyawan maka dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan
karena ketika terjadi suatu permasalahan dapat dibicarakan secara bersama sama
atau dengan kata lain dengan musyawarah.
e. Konseling karyawan
Menurut penulis konseling karyawan yang telah diterapkan pada PT Varia Usaha
Beton Plant BM Waru sudah baik, karena karyawan dapat bertanya langsung kepada
atasan baik kepada kepala regu maupun KA Plant. Konseling karyawan yang
dimaksud disini ialah apabila karyawan mengalami permasalahan yang belum dapat
diselesaikan maka karyawan dapat berkonsultasi kepada kepala regu atau KA Plant.
f. Perlindungan karyawan
Pada PT Varia Usaha Beton perlindungan karyawan sudah baik, karena telah
diterapkan berdasarkan standar K3 serta juga terdapat jaminan kesehatan BPJS.
g. Pemberhentian karyawan
Pemberhentian karyawan pada PT Varia Usaha Beton sudah baik, karena perusahaan
telah membuat kontrak kerja kepada karyawan.
7. Pengaruh eksternal
PT Varia Usaha Beton telah membuat SOP, menurut penulis dengan adanya SOP dalam
perusahaan maka diharapkan karyawan dapat mentaati peraturan serta prosedur yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.

Aktivitas pengendalian persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


1. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak
Menurut penulis desain dokumen pada PT Varia Usaha Beton sudah dikatakan baik.
Karena desain dokumen yang baik ialah desain dokumen yang yang dibuat secara
sederhana sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan, selain itu dokumen juga
memuat kolom tanda tangan bagi siapa yang berwenang dan kolom untuk tanda tangan
serta nama terang penerima. Dari hasil pengamatan penulis melihat dokumen surat
jalanuntuk pengiriman barang jadi genteng misalnya telah terdapat no urut serta kolom
tanda tangan serta nama terang penerima barang, pengendara (sopir), serta yang
menyetujui pengiriman.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

16

2. Pemisahan tugas PT Varia Usaha Beton


Untuk pemisahan tugas pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru sudah baik.Karena
ketiga fungsi antara lain fungsi penyimpanan, fungsi pencatat, dan fungsi otorisasi
transaksi bisnis telah dibuat terpisah.
3. Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi
Otorisasi yang memadai atas setiap transaksi bisnis yang terjadi pada PT Varia Usaha
Beton Plant BM Waru telah berjalan baik, karena berdasarkan struktur organisasi untuk
tugas dan wewenang telah dijalankan dan terlihat dalam aktivitas sehari hari.
4. Mengamankan harta dan catatan
Untuk mengamankan harta serta catatan PT Varia Usaha Beton telah menyediakan
brankas pada plant yang diberikan wewenang kepada bagian piutang (ARO). Menurut
penulis pengamanan harta serta catatan yang telah diterapkan pada PT Varia Usaha
Beton Plant BM Waru sudah baik, karena alangkah baiknya untuk pengamanan harta
hanya bagian bagian tertentu yang mengetahui kunci serta kata sandi, dengan demikian
akan dapat meminimalisir resiko terjadinya hal hal yang tidak diinginkan.
5. Menciptakan adanya pengecekan independen atas pekerjaan karyawan
Menurut penulis pengecekan independen atas pekerjaan sudah baik, karena dengan
adanya rekonsilisasi dua catatan yang dihasilkan oleh pihak independen yakni
membandingkan catatan actual fisik dengan catatan pada sistem merupakan salah satu
cara pengecekan independen atas pekerjaan karyawan.

Penaksiran resiko persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


Menurut penulis penaksiran resiko pada PT Varia Usaha Beton bersumber dari ketidak
sengajaan karyawan yakni kurang hati hati ketika proses dari tahap pencetakan,
perendaman, pengeringan, dan diangkut dia atas truck untuk dijual, selain itu disisi lain
genteng juga rentan akan adanya kerusakan (pecah). Sebagai kebijakan untuk mengatasi
resiko akan adanya hal tersebut makaperusahaan melakukan stock opname setiap bulanya
pada plant.

Informasi dan komunikasi persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton
Untuk mengetahui informasi dan komunikasi persediaan barang jadi genteng penulis
mengambil data mengenai transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang jadi,
dengan melihat dokumen serta catatan sebagai berikut :
1. Prosedur pencatatan produk jadi
Dari hasil pengamatan penulis Pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dokumen
untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi di tulis dalam kartu stock berdasarkan
laporan penerimaan barang jadi serta melakukan pengecekan secara langsung apabila
barang yang diterima tidak sama dengan laporan penerimaan barang maka bagian
administrasi gudang jadi segera memberikan informasi kepada bagian produksi. Menurut
penulis untuk pencatatan produk jadi sudah cukup baik karena untuk dokumen sumber
telah terdapat laporan produk selesai lalu adanya kartu gudang serta kartu persediaan
untuk catatan akuntansi serta adanya pengecekan secara langsung.
2. Prosedur pencatatan produk jadi yang dijual
Berdasarkan hasil pengamatan untuk pencatatan produk jadi yang dijual pada PT Varia
Usaha Beton Plant BM Waru telah membuat OPJ setiap kali terjadi transaksi penjualan,
dan setiap ada pengeluaran barang dari gudang jadi bagian administrasi selalu membuat
surat jalan yang nantinya akan digunakan sebagai patokan kartu gudang dan kartu
persediaan. Menurut penulis prosedur pencatatan produk jadi yang dijual sudah cukup
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

17

baik, karena setiap ada transaksi penjualan dan pengeluaran barang terdapat OPJ dan
surat jalan.
3. Prosedur pencatatan produk jadi yang diterima kembali dari pembeli
PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru dapat dikatakan tidak ada retur, karena dari
informasi yang diperoleh oleh penulis hampir tidak pernah ada retur dari pelanggan.
Menurut penulis apabila tidak banyak barang yang dikembalikan oleh pembeli maka
lebih memudahkan jalanya aktivitas penjualan, selain itu juga meminimalisir terjadinya
kesalahan pencatatan. Disisi lain berarti dari segi pelayanan dan kwalitas produk jadi
genteng dapat dikatakan baik.
4. Sistem perhitungan fisik persediaan
Pada PT Varia Usaha Beton untuk persediaan telah dilakukan stock opname setiap satu
bulan sekali, yang dipimpin oleh bagian Non BSP, untuk perhitungan fisik persediaan
diberikan kepada pihak plant, lalu untuk data pembanding berasal dari data data
persediaan barang pada sistem dari bagian akuntansi pusat. Setelah kedua data
terkumpul selanjutnya dilakukan pencocokan. Menurut penulis untuk sistem
perhitungan fisik persediaan sudah cukup baik, karena telah melakukan perbandingan
antara data fisik dengan data pada komputer. Namun ketika perhitungan fisik pada plant
dari pengamatan penulis terlihat dilakukan saat hari aktif bekerja, pada hari yang sama
bagian administrasi gudang jadi melakukan pengawasan, melakukan perhitungan
fisikuntuk laporan stock opname. Sedangkan untuk melakukan perhitungan fisik
persediaan membutuhkan konsentrasi yang cukup agar hasil perhitungan dapat
maksimal serta meminimalisir terjadinya kesalahan perhitungan.

Pengawasan persediaan barang jadi genteng PT Varia Usaha Beton


Untuk pengawasan persediaan barang jadi gentang pada PT Varia Usaha Beton sudah
dapat dikatakan baik, karena untuk barang masuk dan barang keluar dari segi pengawasan
bagian plant sudah berjalan dengan teratur. Hal ini dapat terlihat dari adanya pengawasan
bagian adaministrasi gudang jadi ketika ada barang yang akan dikirim dan adanya surat
jalan sebagai bukti pendukung. Lalu dari segi laporan untuk pengawasan persediaan barang
jadi genteng dilakukan dua kali inject yang pertama setelah bagian plant membuat laporan
data diinject pada Vis Plant, lalu hard copy diserahkan kepada bagian akuntansi pusat.
Selanjutnya bagian akuntansi pusat mencocokkan data yang telah diinject pada Vis Plant
dengan laporan hard copy. Apabila terjadi perbedaan maka bagian akuntansi pusat segera
melapor ke plant untuk dilakukan revisi.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan serta analisis mengenai pengendalian internal
persediaan barang jadi genteng pada PT Varia Usaha Beton Plant BM Waru Sidoarjo, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengendalian internal untuk persediaan yaitu
dengan cara melakukan stock opname persediaan setiap bulannya, namun masih terdapat
kelemahan pada penerapan jalannya stock opname yaitu pada penerapan jalannya
perhitungan fisik persediaan pada plant terlihat masih dilakukan pada hari aktif bekerja dan
dilakukan oleh satu orang yang bertugas sebagai pengawas, pengechek, pembuat laporan,
mencatat barang masuk dan barang keluar pada kartu stock, serta membuat surat jalan.
Melihat tugas yang dikerjakan relative cukup banyak terlebih lagi ketika banyak
penerimaan dan pengeluaran barang yang terjadiseharusnya untuk melakukan perhitungan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014)

18

fisik persediaan, transaksi penerimaan dan pengeluaran barang dihentikan sementara guna
meminimalisir terjadinya salah hitung.
Saran
1. Untuk perhitungan fisik persediaan pada pada Plant, sebaiknya dilakukan pada hari
libur. Selain dapat meminimalisir terjadinya kesalahan hitung juga tidak menghambat
jalanya aktivitas operasional pada hari kerja.
2. Untuk pencatatan penerimaan serta pengeluaran barang jadi genteng pada sistem
komputer dengan kartu stock sebaiknya dilakukan secara sistematis. Dengan harapan
ketika terjadi selisih maka memudahkan dalam proses pencarianya.
3. Selalu memperhatikan nomor urut dokumen tercetak apakah telah tersusun secara
sistematis. Sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam aktivitas pengendalian
terhadap persediaan.
4. Mengingat persediaan barang jadi genteng rentan akan adanya kerusakan misalnya
pecah, maka sebaiknya lebih memperhatikan aktivitas tahapan tahapan ketika
pencetakan, perendaman, pengeringan, sampai ketika barang akan dijual. Sehingga
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan.
5. Mengingat bahwa sistem yang digunakan (software) dan komputer (hardware) memiliki
peranan yang cukup penting dalam kelancaran aktivitas operasi, maka sebaiknya perlu
dilakukan pengecekan secara rutin antara software dan hardware guna meminimalisir
terjadinya kesalahan pada sistem serta memperhatikan hal - hal yang dapat
mempengaruhi jalanya sistem tersebut misalnya aliran arus listrik, jaringan komputer
(kabel komputer). Sehingga diharapkan dapat memperkuat pengawasan terhadap
persediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bodnar, G.H dan W.S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Sembilan.
Yogyakarta:Andi.
Diana, A dan L. Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta:Andi.
Harrison JR, W.T dan C.T. Horngren dan C.W. Thomas. 2012. Akuntansi Keuangan. Edisi
Kedelapan. Jakarta:Erlangga.
Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menegah I. Edisi Kesatu. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Jusup, A.H. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Keenam. Yogyakarta:Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Kartikahadi, H dan R.U. Sinaga dan M. Syamsul dan S.V. Siregar. 2012. Akuntansi Keuangan
Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta:Salemba Empat.
Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:Sekolah tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Messier JR, W.F dan S.M. Glover dan D.F. Prawitt. 2006. Jasa Audit dan Assurance
Pendekatan Sistematis. Edisi Keempat. Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta:Salemba Empat.
Sampeallo, Y.G. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Pada UD Bintang Furniture
Sangasanga. Jurnal Eksis Vol.8 (1) :2032 2035.
Tamodia, W. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Untuk Persediaan Barang
Dagangan Pada PT Laris Manis Utama Cabang Manado. Jurnal Emba Vol 1 (3) : 20-29

Anda mungkin juga menyukai