Hipertiroidisme Fix
Hipertiroidisme Fix
III. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui. Pada usia muda umumnya
disebabkan oleh penyakit Graves, sedangkan struma multinodular toksik (Goiter)
umumnya timbul pada usia tua. Namun kebanyakan penyakit ini ditemukan pada 2%
wanita dan 0,2% pria di seluruh populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun
sebanyak dua puluh orang penderita tiap satu juta populasi.
Prevalensi atrial fibrilasi pada hipertiroid antara 2%-20%. Sedangkan jika
dikaitkan dengan umur, 15% pasien dengan usia >70 tahun. Pada pasien atrial fibrilasi
yang tidak diseleksi prevalesi hipertiroid < 1%
IV. PATOFISIOLOGIS
V. KLASIFIKASI PENYAKIT
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1. Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu
sendiri, contohnya :
a. Penyakit grave
b. Functioning adenoma
c. Toxic multinodular goiter
d. Tiroiditis
2. Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,
contohnya :
a. Tumor hipofisis
b. Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar
VI. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari TH dan
TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan TH yang
tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu :
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit ini harus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik dan tes darah laboratorium untuk melihat kadar hormon T3, T4 dan
TSH. Hasil pemeriksaan kadar hormon tiroid tinggi dan kadar hormon TSH rendah,
hal ini mengindikasikan kelenjar tiroid terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya
suatu penyakit. Pemeriksaan dapat juga dideteksi dengan menggunakan radioscan
tiroid yang menggunakan sinar X-ray untuk melihat kelenjar tiroid setelah
menggunakan iodin radioaktif melalui mulut.
Gb. Diagnosis penyakit tiroid
Hasil diagnosis hipertiroid bisa dilakukan dengan menggunakan Indeks Wayne seperti
terlihat pada tabel di bawah ini :
Hipertiroid : 20
Eutiroid : 11-18
Hipotiroid : <11
TERAPI
Ny. DM, umur 78 tahun, berat 43,5 kg datang ke rumah sakit karena nyeri
epigastric yang menyebar ke dada, sering terjadi pada malam hari. Nyeri semakin
berat jika makan makanan yang pedas dan yang mengandung kafein. Ny DM
melaporkan berat badannya turun 22,7 kg pada tahun terakhir ini, meskipun selera
makannya baik. Pada bulan-bulan terakhir merasakan kesulitan untuk menelan
makanan padat dan adiknya melaporkan Ny DM sering gelisah dibandingkan
biasanya.
SOAP
SUBYEKTIF :
a. Nama : Ny. DM.
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Umur : 78 tahun.
d. Riwayat kesehatan : Menopause 10 tahun yang lalu.
e. Riwayat pengobatan : Tidak mendapatkan pengobatan.
f. Keluhan : Nyeri epigastric yang menyebar ke dada, sering terjadi pada
malam hari. Nyeri semakin berat jika makan makanan yang pedas dan
yang mengandung kafein, dan sering gelisah.
OBYEKTIF :
ASSESMENT
Problem
S O DRP
Medis
Goiter Nyeri Berat : 43,5 kg turun menjadi Obat diindikasikan
karena epigastri 22,7 kg namun tidak diresepkan
hipertiroid k Data Laboratorium
TD : 120/80
Atrial
P : 120-160 (tidak teratur)
fibrillasi
RR : 18
awal
Suhu : 37,7C
Graves
Na : 140 mEq/L.
disease.
Ca : 8,5mg/Dl.
K : 4,0 mEq/L.
Mg : 1,5 mEq/L.
Cl : 106mEq/L.
Phospat: 4,3mg/dL.
CO2 : 25 mEq/L.
Total T4: 24,3 g/dL.
TSH < 0,018 mIU/ml.
Uptake resin T3 49%.
T3 total : 720 g/dL.
Index tyroxine bebas : 41,3
PLANNING
-
Memenuhi tujuan terapi hipertiroid dan atrial fibrilasi (AF)
-
Memberikan terapi non farmakologi dan farmakologi.
-
Melakukan KIE
KIE kepada pasien dapat diberikan dalam 3 tahap:
Tahap I : Segera dilaksanakan setelah pasien di diagnosa dengan hipertiroidisme
sehingga dapat membantu mengatasi kebingungan, syok, terkejut dan lain sebagainya.
Apoteker berusaha membantu pasien memahami dan menerima diagnosis.
Tahap II : Memberikan informasi yang lebih dalam, dengan berfokus pada masalah
yang telah teridentifikasi sewaktu menilai pasien dan hal-hal lain yang mungkin dapat
diantisipasi. Kegunaan dan cara minum obat yang benar, mengkonsumsi makanan
yang beryodium (ikan laut), atau makanan yang ditambahkan garam beryodium.
Tahap III : Memberikan pendidikan berkelanjutan untuk menekankan konsep,
meningkatkan dan menjaga motivasi, dan berupaya agar pasien dapat mengurus
dirinya dan peduli terhadap kesehatannya
Catatan: diperlukan pendekatan tim ahli kesehatan dalam pendidikan kepada pasien
hipertiroidisme. Pengetahuan yang diperoleh apoteker dari etiologi, patofisiologi,
terapi obat dan non-obat untuk penyakit hipertiroidisme dapat digunanakan untuk
pendidikan kepada pasien dengan bahasa yang disesuaikan untuk awam.
IX. TUJUAN TERAPI
Pada kasus atrial fibrilasi dengan hipertiroid maka pengobatan diupayakan secara
etiologi yaitu dengan mengendalikan kondisi hipertiroidnya terlebih dahulu setelah itu
mengatasi masalah atrial fibrilasinya
a. Tujuan terapi umum
- Menghilangkan kelebihan hormon tiroid.
- Meminimalkan gejala.
- Meminimalkan konsekuensi jangka panjang dari hipertiroidisme.
b. Tujuan terapi tambahan untuk AF
Tujuan terapi AF adalah untuk mengembalikan ke irama sinus, mengontrol laju
irama ventrikel dan mencegah terhadap terjadinya komplikasi tromboemboli
X. TERAPI NON FARMAKOLOGI DAN FARMAKOLOGI
a. Terapi Non Farmakologi
- Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per
hari baik dari makanan maupun suplemen.
- Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5gr/kg berat badan) per hari untuk
mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
- Olah raga secara teratur.
- Mengurangi rokok, alkohol, dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
- Tiroidektomi merupakan prosedur pembedahan pada kelenjar tiroid. Metode terapi
ini merupakan pilihan bagi pasien yang kontraindikasi atau menolak pengobatan
dengan obat anti tiroid dan iodine radioaktif.
b. Terapi Farmakologi
- Penatalaksanaa hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan kelompok : Obat
Antitiroid, penghambat transport iodida (-adrenergik-antagonis) dan bahan yang
mengadung iodida yang menekan fungsi kelenjar tiroid.
1. Obat Anti Tiroid (OAT)
- Propylthiouracil
Propylthiouracil atau biasa disingkat PTU merupakan obat antitiroid golongan
thionamide. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim thyroid
peroxidase dan mencegah pengikatan iodine ke thyroglobulin sehingga mencegah
produksi hormon tiroid. Propylthiouracil tidak menjadi terapi lini pertama pada
pengobatan hipertiroidisme karena kepatuhan pasien yang rendah dan efek samping
berat seperti hepatotoksik. Propylthiouracil merupakan obat pilihan pertama pada
pasien hipertiroidisme yang sedang hamil trimester pertama. Hal ini disebabkan
sifat PTU yang kurang larut lemak dan ikatan dengan albumin lebih besar
menyebabkan obat yang akan transfer ke plasenta lebih kecil.
- Methimazole
Methimazole atau MMI merupakan obat anti tiroid golongan thionamide yang
menjadi lini pertama pengobatan hipertiroidisme dan merupakan metabolit aktif
dari carbimazole. Carbimazole merupakan bentuk pro-drug dari methimazole.
Mekanisme kerja methimazole dalam mengobati hipertiroidisme sama seperti
propylthiouracil yaitu menghambat kerja enzim thyroid peroxidase dan
mencegah pembentukan hormon tiroid namun tidak memiliki efek mencegah
konversi T4 ke T3. Obat ini digunakan secara per oral dan hampir terabsorpsi
sempurna di saluran cerna, karena durasi aksinya yang panjang yaitu sekitar 40
jam, maka MMI cukup digunakan satu kali sehari. Methimazole merupakan lini
pertama pengobatan hipertiroidisme karena efek samping yang relatif lebih
rendah dari propylthiouracil, faktor kepatuhan pasien, serta efektivitas yang lebih
baik dibandingkan propylthiouracil.
Durasi pengobatan minimal 18 24 bulan, bila tetap terkendali dan stabil maka obat
dapat dihentikan.
2. Titrasi
Pada metode ini pemberian dosis disesuaikan dengan kondisi hipertiroidisme
masing-masing pasien. Dosis awal untuk methimazole 15 40 mg/hari (single
dose) dan dosis awal untuk propylthiouracil 300 400 mg/hari (multiple dose).
Pemberian obat anti tiroid dengan metode titrasi memberikan efikasi yang setara
dengan metode block and replacement namun dengan efek samping yang lebih kecil.
Durasi pengobatan yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan
metode block and replacement yaitu 12 24 bulan dan perlu dilakukan kontrol
rutin untuk mengetahui profil TSH dan hormon tiroid darah untuk penyesuaian
dosis.
3. Iodine Radioaktif
Iodine radioaktif atau RAI akan di uptake oleh kelenjar tiroid seperti iodine di
dalam tubuh. RAI mencegah sintesis hormon tiroid sehingga dapat menurunkan
kadar hormon tiroid yang berlebihan. Kontraindikasi : pasien hamil dan menyusui
dan kanker tiroid. Efek samping pada pengobatan ini adalah resiko hipotiroidisme
lebih besar.
d. Pengobatan AF
Golongan beta bloker telah digunakan secara luas untuk keadaan hipertiroid untuk
mengontrol respon ventrikel. Propanolol dosis 120-160 mg/hari atau atenolol dosis 50
mg/hari dapat meringankan gejala palpitasi dan menurunkan denyut jantung pada
penderita yang mengalami sinus takikardi. Propanolol mempunyai kelebihan yaitu
mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. Beta bloker intravena sangat
penting untuk terapi penderita yang mengalami krisis tiroid.
e. Obat Nyeri Epigastrik
Nyeri yang dirasakan oleh pasien kemungkinan terjadi karena pasien mengidap
penyakit lain seperti GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) sehingga bisa
menggunakan Antasida atau H2RA (Ranitidin) untuk mengobati nyeri. Namun jika
tidak sembuh kemungkinan dikarenakan oleh nyeri sebagai efek dari hipertiroid.
Nyeri karena hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan jumlah dan affinitas dari
reseptor beta adrenergik. Hal akan mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung
sehingga denyut jantung meningkat bersamaan dengan meningkatnya cardiac output.