Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

PERBANDINGAN HEAD CT SCAN DAN FOTO POLOS TENGKORAK


PADA PASIEN CIDERA KEPALA RINGAN

Disusun oleh :
Qurata Aini Dewi
20120310217

Diajukan Kepada :
dr. Ahmad Faesol, Sp. Rad

BAGIAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
I. Pengalaman
Identitas Pasien :
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 44 tahun
Alamat : Klaten, Jawa Tengah
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Tanggal masuk : 02/04/2017

Keluhan utama: Nyeri pipi kanan

Riwayat penyakit sekarang:


Seorang wanita berusia 44 tahun dibawa ke IGD RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan keluhan nyeri pada pipi kanan, sklera merah dan luka pada mulut
pasca kecelakaan tunggal pada pukul 00.15. Pasien dibawa dengan kesadaran penuh,
tanpa adanya pusing, mual, maupun gangguan penglihatan.

Pemeriksaan Fisik:
KU: tampak sakit
GCS: E4V5M6
TD: 122/76 mmHg
Suhu: 36,5 derajat celcius
Nadi: 84 x/menit
RR: 20 x/menit
Status presens
Status Neurological Behaviour
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS (mata, bicara, motorik) = 4,5,6
Kualitatif : kooperatif
Orientasi :(tempat) baik, (waktu) baik, (orang) baik
Jalan Pikiran : Koheren
Kemampuan Bicara : sulit dinilai
Sikap Tubuh : tremor (-), rigiditas (-), flaccid (-), bradikinesia (-)
Status Neurologis
1 Kepala : normocephal, udem pipi kanan (+), scar (-), massa (-), kaku kuduk
(-), nyeri tekan pipi kanan(+)
Px nervi cranialis
a) N. I (Olfactorius) : daya pembau kanan = kiri dalam batas normal
b) N. II (Opticus)
Visus : tidak dilakukan
Pengenalan warna : baik
Medan penglihatan : baik
Px fundus okuli : tidak dilakukan
c) N. III (Occulomotorius), N. IV (Trochlearis), & N. VI (Abducen)
Ptosis (-/-), nistagmus (-/-), exoftalmus (-/-), enoftalmus (-/-)
Gerak bola mata ke atas : normal/normal
Gerak bola mata ke bawah : normal/normal
Gerak bola mata ke medial : normal/normal
Pupil : isokor
Strabismus : (-/-)
Diplopia : (-/-)
Reflek cahaya langsung : (+/+)

d) N. V (Trigeminus)

Motorik : tidak dilakukan


Sensorik : sensibilitas atas (+/+), tengah (+/+), bawah (+/+)
Reflek : tidak dilakukan

e) N. VII (Facialis)

Mengerutkan dahi : simetris


Kedipan mata : kanan = kiri
Sudut mulut : simetris
Mengerutkan alis : simetris
Menutup mata : +/+

f) N. VIII (Vestibulocochlearis)

Mendengar suara gesekan tangan : (+/+)

g) N. IX (Glossopharyngeus)

Menelan : (+)

h) N. X (Vagus)

Nadi : teraba/teraba; simetris


Bersuara : normal
i N. XI (Accessorius)
Memalingkan kepala : (+/+)
Mengangkat bahu : simetris
Atrofi otot bahu : (-/-)
j N. XII (Hipoglossus)
Sikap lidah : tidak dapat dilakukan
Artikulasi : tidak dapat dilakukan
Tremor lidah : tidak dapat dilakukan
Atrofi otot lidah : tidak dapat dilakukan
Fasikulasi lidah : tidak dapat dilakukan
2 Badan
Pulmo : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1 S2 reguler
Abdomen : BU (+), timpani (+)
3 Ekstremitas
+5 +5
Kekuatan : +5 +5

N N
Tonus : N N

Trofi : Refleks Fisiologis :


+2 +2

+2 +2 Refleks Patologis :


Klonus :

++
Sensibilitas : ++

Fungsi Vegetatif
Miksi : inkontinensia urine (-), retensi urine (-), anuria (-), poliuria (-)
Defekasi : inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-)
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan:
Foto polos Tengkorak AP-Lateral
Head CT Scan

Hasil Foto Tengkorak AP-Lateral

Kesan :
Tampak bayangan semiopaq pada sinus maksilaris dextra

Hasil Foto Head CT Scan


Kesan:
Pemeriksaan head ct scan potongan axial tanpa kontral dengan klinis CKR. Hasil :
- Gyri dan sulci tak prominen
- Batas cortex dan medula tegas
- Tak tampak lesihiperdens/hipodens/isodens pada intracerebral maupun
intracerebelar
- Sistema ventrikel tampak menyempit
- Tampak soft tissue swelling di ekstracranial regio temporofacial dextra dengan
discontinuitas dinding lateral cavum orbita dextra dan zigomatikum serta
perselubungan di sinus maksilaris dextra
- Kesan :
- Extracranial hematome pada regio temporofacial dextra dan suspek fraktur
dinding lateral cavum orbita dan os zigomatikum detra serta akumulasi perdarahan
sinus maksilaris dextra.

II. Masalah yang dikaji


Mengapa dilakukan dua jenis pemeriksaan radiologis untuk menegakkan
diagnosis?

III. Analisa Kritis

Pasien Ny. D dapat dikategorikan mengalami CKR. Pada pasien ditemuan


adanya udema pipi kanan, dengan disertai subconjuctival hemorrages dextra. Pada
foto polos Tengkorak AP ditemukan adanya bayangan semiopaq pada sinus maksilaris
kanan, sehingga untuk mengkonfirmasi adanya cidera pada sistema tulang
zigomatikum sebagai pembatas antara basis orbita dan sinus maksilaris, dilakukan
pemeriksaan Head CT Scan.

Bentuk cidera kepala secara umum dibagi menjadi dua, cidera kepala primer
(terjadi langsung saat terjadi kerusakan jaringan karena trauma) dan cidera kepala
sekunder (berkembang seiring dengan berjalannya waktu dikarenakan efek
neurokimiawi dan respon inflamasi).

Cidera kepala diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahannya, cidera


kepala ringan, cidera kepala sedang, dan cidera kepala berat.

Cidera kepala ringan - Tidak ada hilangnya kesadaran


- Skor GCS 14-15
- Kesadaran penuh dan tidak ada amnesia
- Tidak ada defisit neurologis
- Tidak ada faktur yg teraba, mapun
depressed fraktur
Cidera kepala sedang - Hilang kesadaran sesaat (<5 menit) atau
hilang ingatan sesaat
- GCS 9-13
- Gangguan kesadaran atau ingatan
- Tidak ada faktur yg teraba, mapun
depressed fraktur
Cidera kepala berat - Hilang kesadaran (> 5 menit)
- GCS < 8
- Defisit neurologis fokal
- Post traumatic seizure
- Lesi intra cranial pada CT scan
- Terdapat faktur yg teraba, mapun
depressed fraktur

Perbandingan Head CT Scan dengan Foto Polos Tengkorak

Pemeriksaan radiologi tengkorak merupakan bagian tak terpisahkan dalam


pengelolaan pasien yang menderita trauma kepala. Kehadiran tengkorak fraktur
pada Foto polos merupakan indikasi dari cedera intrakranial yang lebih serius itu
sebabnya radiografi tengkorak dilakukan secara rutin. Evaluasi awal pasien cedera
kepala dengan film-film tengkorak (sinar-X) telah digantikan oleh CT pemeriksaan
tengkorak dan otak. CT kini telah menjadi modalitas utama untuk mengevaluasi
pasien dengan trauma kepala . CT sekarang sedang diakui sebagai teknik pencitraan
yang paling penting untuk pengelolaan pasien dalam tahap akut cedera kepala
tertutup. Aksial non-kontras CT scan adalah teknik standar emas.

Pada penelitian yang dilakukan Chawla H. et al oleh pada tahun 2015,


dengan jumlah sampel sebanyak 42 pasien, ditemukan hasil bahwa sensitivitas dari
Foto polos untuk patah tulang ditemukan 80% dengan akurasi 88,1%, dengan nilai
p <0,001 yang secara statistik sangat signifikan. Foto polos melewatkan 19,1% dari
patah tulang bila dibandingkan dengan otopsi, sementara 11,9% melewatkan bila
dibandingkan dengan CT scan. Thiruppathy et al., menyatakan bahwa CT memiliki
unggul atas sinar foto polos dalam mendeteksi patah tulang tengkorak. Foto polos
memiliki kekhususan yang lebih rendah dan akurasi dibandingkan dengan resolusi
tinggi CT scan dalam menggambarkan patah tulang tengkorak. sensitivitas fraktur
tunggal adalah 71% oleh CT konvensional dan 63% oleh Foto polos .

Akan tetapi, berdasarkan sistematik review yang dilakukan oleh Hoffman et


al pada tahun 2000, dengan sample sebanyak 20 literatur, setidaknya 50% dari
pasien memiliki studi CT dari otak, perkiraan sensitivitas dari temuan radiografi
patah tulang tengkorak untuk diagnosis ICH adalah 0,38 dengan sesuai spesifisitas
0,95. Karena nilai sensitvitasnya yang rendah, foto polos tengkorak kurang
bermanfaat untuk mendiagnosis ICH.

DAFTAR PUSTAKA

Chawla H., et al. 2015. Sensitivity and specificity of CT scan in revealing skull fracture in
medico-legal head injury victims. Australasian Medical Journal, 2015; 8(7): 235238.

Hoffman, et al. 2000. Value of radiological diagnosis of skull fracture in the


management of mild head injury: meta-analysis. Neurology Neurosurgery
Psychiatry;68:416422

Anda mungkin juga menyukai