FRAKTUR MATATARSAL
2. KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut Arif Mansjoer, (2008 : 346), jenis fraktur dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian meliputi :
a) Fraktur tertutup (Closed)
Fraktur tertutup merupakan patah tulang yang tidak
disertai dengan robekan jaringan kulit dan tidak
berhubungan dengan udara luar, sering disebut juga fraktur
yang bersih tanpa komplikasi.
b) Fraktur terbuka (Open / Compound)
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan
dengan kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan
dengan lingkungan luar sehingga berpotensi menjadi
infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi tiga
berdasarkan beratnya fraktur :
1) Derajat I : luka tembus dengan diameter 1 cm atau
kurang dan keadaan luka relatif bersih, tidak disertai
dengan adanya kontusio otot dan jaringan lunak
disekitarnya.
2) Derajat II : terdapat luka laserasi, luka lebih besar (>
1cm) tanpa disertai kerusakan jaringan lunak yang luas
dan luka epulsi.
3) Derajat III : patah tulang yang disertai dengan
kerusakan jaringan lunak yang luas, otot, kulit dan
sistem neuromuskuler, luas luka biasanya sekitar 6-8cm
dengan penyebab energi yang besar dan patah
tulangnya mempunyai fragmen yang besar.
4) Fraktur Derajat III dibagi menjadi :
Derajat III A : bagian tulang yang terbuka masih
dapat ditutupi oleh jaringan lunak.
Derajat IIIB : terdapat kehilangan jaringan lunak
yang luas dengan terkupas periosteum, biasanya
terdapat kontaminasi yang pasif.
c) Fraktur Komplit
Patah yang melintang keseluruh tulang dan sering
berpindah dari posisi normal.
d) Fraktur Inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang
dimana yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Type
fraktur ini disebut juga greenstick.
e) Fraktur Comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
f) Fraktur Patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang
pokok, seperti osteoporosis, kista tulang, metastasis tulang
dan tumor.
g) Fraktur Longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
h) Frakur Transversal
Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
i) Fraktur Spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
3. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang merupakan struktur padat yang hidup, karena terdiri atas sel-sel
dan jaringan tulang. Permukaan tulang terbungkus oleh periosteum
atau selaput pembungkus tulang yang merupakan lapisan jaringan ikat
dan banyak mengandung serabut-serabut saraf. Struktur tulang terdiri
atas bagian yang padat atau pars kompakta dan bagian yang
berongga- rongga. Bagian yang berongga terdiri atas pars spongiosa
(yang berongga kecil) dan medulla tulang (yang berongga besar). Yang
berongga kecil berisi sumsum tulang merah, tempat pembuatan sel-sel
darah dan trombosit. Sedangkan medulla tulang berisi jaringan lemak
dan berwarna kekuningan. Tulang juga dibagi menurut bagian tengah
atau diafisis dan bagian ujung (epififis). Batas epifisis dan diafisis
merupakan zona pertumbuhan tulang.
a. Struktur Tulang
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit dan osteoplast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada dibawah
tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang berada pada matriks,
sedangkan osteoplast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap
kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel ini diikat oleh
elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini
dibentuk oleh bagian kolagen, protein, karbohidrat, mineral dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi
nutris, oksigen dan sampah metabolisme antara tulang dan pembulu
darah selain itu didalamnya terkandung garam kalsium organik
( kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras. Sedangkan
aliran darah dalam tulang antara 200-400 ml/mnt melalui proses
vaskularisasi tulang.
b. Bentuk Tulang
1) Tulang Panjang
Bentuk dari tulang ini contohnya adalah humerus, radius, ulna, femur,
tibia, fibula. Tulang-tulang ini tidak benar-benar lurus, tetapi agak
melengkung, tujuannya supaya tulang menjadi kuat menahan beban
dan tekanan.
3) Tulang ceper
Contoh dari tulang ceper ini adalah tulang tengkorak, tulang iga,
panggul dan belikat. Berfungsi untuk perlindungan otak, rongga dada
dan perlekatan yang luas.
Tulang ini memiliki bentuk yang tak beraturan, bentuk dari tulang ini
yang khas misalnya pada tulang vertebra dan jenis tulang sama
dengan tulang pendek.
c. Fungsi Tulang
d. Pertumbuhan Tulang
2) Vitamin
3) Vaskularisasi / Nutrisi
1. Sinartrosis
2. Amfiartrosis
3. Diartrosis
4. Etiologi
Menurut Aston, J.N, (2000 : 153), fraktur dapat ditimbulkan oleh trauma
:
5. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2359), trauma dan kondisi
patologis yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur, fraktur
menyebabkan diskontuinitas jaringan tulang yang dapat membuat
penderitanya mengalami kerusakan mobilitas fisiknya.
Apabila kulit sampai robek hal ini akan menjadikan luka terbuka dan
akan menyebabkan potensial infeksi.
Apabila mengenai jaringan lunak maka akan terjadi spasme otot yang
menekan ujung ujung saraf dan pembuluh darah mengakibatkan
nyeri, deformitas serta syndrome compartemen.
a) Inflamasi
b) Proliferasi sel
Fibroblas dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang.
c) Pembentukan Kalus
e) Remodeling
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2358), tanda dan gejala fraktur
antara lain :
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif
b. Terapi operatif
a. Rekognisi
Pengenanlan riwayat kecelakan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidak stabilan, tindakan apa yang cepat dilakukan
misalnya pemasangan bidai.
b. Reduksi
1) Pemasangan gips
c. Retensi
d. Debridemen
e. Rehabilitasi
Kemandirian bertahap.
10. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2365), dapat dilihat dalam dua
tingkatan :
b. Komplikasi lanjut
c. Pola Eliminasi
1) Apakah klien ada masalah dalam BAK/BAB sehari-hari ?
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Intervensi :
1)
2)
Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir,
pembebat, gulungan trokanter, papan kaki.
Rasional : Posisi yang tepat dari bantal juga dapat mencegah tekanan
deformitas pada gips yang kering.
3)
4)
1) Nyeri hilang.
Intervensi :
1)
2)
4)
5)
Intervensi :
1)
Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distel pada fraktur.
Rasional : Kembalinya warna harus cepat < 2 detik, warna kulit putih
menunjukan gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
2)
Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik tekanan.
3)
4)
5)
Intervensi :
1)
2)
3)
Rasional
4)
Rasional
5)
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Awasi TD dengan melakukan aktivitas, perhatikan keluhan pusing.
5)
6)
7)
1)
2)
3)
4)
Ubah posisi pasien sesering mungkin untuk melibatkan sisi yang tidak
sakit dengan kaki pasien diatas kasur.
5)
Intervensi :
1)
2)
Kaji sisi pen/ kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri /rasa terbakar
atau adanya edema, eritema, drainase/bau tidak enak.
3)
Rasional
4)
5)
6)
7)