Oleh:
AULIA NILAM PRATWI, S. Kep
NIM. I4B115004
NIM : I4B115004
Mengetahui,
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THALASSEMIA
DI RUANG HEMATOLOGI ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN
A. Definisi
Thalassemia adalah kelainan darah yang diturunkan, dimana sel darah
merahnya mudah untuk dihancurkan tubuh sehingga umur eritrosit menjadi
pendek (kurang dari 100 hari) dan penderita cenderung selalu mengalami anemia
(kurang darah atau kadar hemoglobin rendah).
B. Etiologi
Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif (faktor genetik).
C. Jenis-jenis thalassemia
Thalassemia beta merupakan anemia yang sering dijumpai yang
diakibatkan oleh defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalassemia beta meliputi:
1. Thalassemia mayor merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat
dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama
kehidupan. Kedua orang tua merupakan pembawa.
Manifestasi klinis: gejala klinik terlihat sejak umur kurang dari 1 tahun,
pertumbuhan fisik dan perkembangannya terhambat, kurus, penebalan
tulang tengkorak, berat badan kurang, bersifat sekunder seperti pucat, wajah
yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular kranium, ikterus dengan
derajat yang bervariasi dan hepatosplenomegali.
2. Thalassemia minor tampilan klinis normal, anemia ringan dan
splenomegali.
D. Manifestasi klinis
Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, maka:
1. Tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat.
2. Anak tidak nafsu makan,
3. Diare,
4. Kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi.
5. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.
6. Terdapat hepatosplenomegali.
7. Ikterus ringan mungkin ada.
8. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka
mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif.
9. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat
menimbulkan fraktur patologis.
10. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi
menyebabkan perawakan pendek.
11. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada
tungkai, dan batu empedu.
12. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat
sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian.
13. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
1. Letargi
2. Pucat
3. Kelemahan
4. Anoreksia
5. Sesak napas
6. Tebalnya tulang kranial
7. Pembesaran limpa
8. Menipisnya tulang kartilago
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi:
Hb (gambaran morfologi eritrosit)
Retikulosit meningkat
2. Sumsum tulang
Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama
seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat
hiperplasia sumsum yang berlebihan.
3. Pemeriksaan khusus:
HbF meningkat (20-90 % Hb total)
Pemeriksaan pedigree (kedua orang tua pasien thalassemia mayor carrier
dengan Hb A2 meningkat ( > 3,5 % dari Hb total)
4. Pemeriksaan lain:
Foto ro tulang kepala (gambaran hair on end, korteks menipis)
Foto tulang pipih dan ujung tulan panjang (perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas)
G. Penatalaksanaan
1. Transfusi sel darah merah sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel
darah merah sebaiknya 10 20 ml/kg berat badan.
2. Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau subkutan.
Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya
lebih rendah dari desferal dan memberikan bahaya fibrosis hati.
3. Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama bila ada tanda
tanda hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena sangat
besarnya limpa.
4. Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
3. Resiko infeksi.
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, latar belakang suku, latar belakang
budaya, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama: alasan masuk rumah sakit,
3. Riwayat penyakit: riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
dan riwayat penyakit keluarga
4. Keadaan umum: pucat, tanda nyeri,Aktivitas
Intoleransi bentuk tubuh abnormal, dehidrasi.
5. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, perubahan BB,
NOC:
Self perubahan
Care : ADLsTB.
Toleransi aktivitasFisik
6. Pengkajian
Konservasi energi
Integumen
Setelah dilakukan
Kulit tindakanmukosa,
dan membran keperawatan
pucat,selama . Pasien
sianosis, bertoleransi
joundice, lesi yangterhadap
sulit sembuh,
aktivitas dengan koreng pada tungkai, kulit tangan dan kaki mengelupas, kuku
pigmentasi,
Kriteria hasil:datar, mudah patah, clubbing, rambut tekstur dan pertumbuhan, mata,
cembung,
1. Berpartisipasi dalam aktivitas
edema, kemerahan, fisik ketidaknormalan
perdarahan, tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
lensa, gangguan nadi
penglihatan,
dan RR
kebutaan.
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Gastrointestinal
3. Keseimbangan aktivitas
Gangguan mual, dan kesulitan
muntah, istirahat menelan, anoreksia, penurunan bb, mulut,
NIC:membran mukosa kemerahan, luka, lidah, nyeri, tekstur, ada papil, ada alur/garis,
1. warna,
Observasi adanya
perut pembatasan
splenomegali, klien dalamadanya
hepatomegali, melakukan
nyeri,aktivitas
sirosis.
2. Kardiovaskuler
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
3. Aritmia,
Monitor murmur,
nutrisi dan sumber
gagal energi
jantung, yang
nyeri, adekuat
nafas pendek, kelelahan .
4. Respiratori
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
5. Sesak
Monitor respon
nafas kardivaskuler
dan perubahan terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
suara nafas.
nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Muskuloskeletal
6. ROM,
Monitortulang
pola tidur
nyeri,dan lamanya
kaku, tidur/istirahat
bengkak, penipisanpasien
kortek tulang panjang, penipisan
7. tulang
Kolaborasikan
kartilago,dengan Tenaga
penebalan Rehabilitasi
tulang Medik dalam
kranial, jaringan merencanakan
lunak edema, abses. progran
terapi yang tepat.
Genitourinaria
8. Hematuri,
Bantu klien untuk mengidentifikasi
inkontinensia, menstruasi aktivitas yang mampu
yang berlebihan, dilakukan
nyeri/sakit.
9. Neurology
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi
Pusing, dan social Sulit tidur, Perubahan perilaku, Mati rasa/kaku.
Kelemahan,
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Rencana Keperawatan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
NOC: Status Sirkulasi; Perfusi jaringan: serbral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .tidak ada gangguan pada perfusi
jaringan pasien dengan
Kriteria hasil:
1. Pengisian kapiler
2. Warna kulit normal
3. Kekuatan fungsi otot
4. Kekuatan kulit
5. Suhu kulit hangat
6. Tidak ada nyeri ekstremitas
NIC: Perwatan Sirkulasi
1. Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer (nadi perifer, edema, kapillary refill,
warna dan temperatur ekstremitas)
2. Evaluasi nadi perifer dan edema
3. Inpseksi kulit adanya luka
4. Kaji tingkat nyeri
5. Elevasi anggota badan 20 derajat atau lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan venous return
6. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
7. Monitor status cairan masuk dan keluar
8. Gunakan therapeutic bed
9. Dorong latihan ROM selama bedrest
10. Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
11. Jaga keadekuatan hidrasi untuk mencegah peningkatan viskositas darah
12. Monitor laboratorium Hb, Hmt
Monitor Tanda Vital
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
2. Monitor jumlah dan irama jantung
3. Monitor bunyi jantung
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Manajemen Cairan
1. Catat intake dan output cairan
2. Monitor status hidrasi
3. Monitor status nutrisi
Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan
NOC:
Growth and development, delayed
Nutrition imbalance less than body
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . nutrisi pasien terpenuhi dengan
Kriteria hasil:
1. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatnya
2. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena
adanya ketidakmampuan
3. Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas
4. Kematangan fisik: wanita dan pria (perubahan fisik normal pada wanita terjadi
dengan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa)
5. Status nutrisi seimbang
6. Berat badan
NIC:
Peningkatan perkembangan anak dan remaja
1. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
2. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan
anak yang optimal
3. Berikan perawatan yang konsisten
4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil
5. Berikan intruksi berulang dan sederhana
6. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak.
7. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
8. Manajemen perilaku anak yang sulit
9. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
10. Ciptakan lingkungan yang aman
Nutrisional Management
1. Kaji keadekuatan asupan nutrisi (misalnya kalori dan zat gizi)
2. Tentukan makanan yang disukai anak
3. Pantau kecendrungan kenaikan dan penurunan berat badan
Nutrion Therapy
1. Menyelesaikan penilaian gizi.
2. Memantau makanan/cairan dan asupan kalori harian yang sesuai
3. Memantau kesesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari
4. Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah dan nutrisi yang dibutuhkan.
Resiko Infeksi
NOC:
Immune Status
Knowledge : Infection control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . infeksi tidak terjadi dengan
Kriteria hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
NIC:
1. Pertahankan teknik aseptif
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
7. Tingkatkan intake nutrisi
8. Berikan terapi antibiotik:.................................
9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
10. Pertahankan teknik isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Hidup
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Status nutrisi klien terpenuhi
dengan
Kriteria hasil:
1. Intake nutrien normal
2. Intake makanan dan minuman normal
3. Berat badan normal
NIC: Monitor Nutrisi
1. Kaji status nutrisi klien (berat badan, tinggi badan, dll)
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan
4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmientasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kekeringan, rambut kusam, Hb dan Ht.
7. Monitor makanan kesukaan
8. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
9. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
10. Monitor intake nutrisi
Manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet mengundung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih (yang telah dikonsultsikan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh:
AULIA NILAM PRATWI, S. Kep
NIM. I4B115004
Mengetahui,
LAPORAN PENDAHULUAN
Kematian
Tidak terkompensasi Nyeri kepala
Herniasi serebral
E. Pemeriksaan penunjang
1. Arterigrafi atau ventrikulogram: untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
2. CT-Scan: dasar dalam menentukan diagnosa
3. Radiogram: memberikan informasi mengenai struktur, penebalan, dan
klasifikasi posisi kelenjar pinelal yang mengapur dan posisi selatursika.
4. Sidik otak radioaktif: memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat-zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah
otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
5. Elektroensefalogram (EEG): memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
6. Ecoensefalogram: memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intraserebral.
F. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan tergantung dari keadaaan tumor tersebut,
apakah masih bisa dioperasi atau tidak. Sebelum dilakukan pembedahan,
persiapan pre operatif harus dilakukan seperti pemeriksaan lab lengkap, tes fungsi
hati, ginjal, EKG, dan lain-lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaaan berikut: emergensi (misalnya
pasien penurunan kesadaran), elektif / direncanakan (misalnya pada
penderita tumor otak stadium dini.
2. Tindakan operatif dengan radioterapi dan kemoterapi temozolomide
dilakukan pada kasus anoplastic oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus
malignant glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi dengan
radioaktif irridium192 atau iodine125 langsung ke tumor.
3. Paliatif dilakukan pada kasus kasus yang tidak mungkin lagi operasi
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Kelebihan volume cairan
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
5. Resiko jatuh
6. Ketidakefektifan pola napas
7. Ketidakefektifan termoregulasi
8. Hambatan komunikasi verbal
H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll
2. Riwayat kesehatan :
- keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat Kesehatan lalu
- Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
Jantung : bradikardi, hipertensi
Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi
jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
Oleh:
AULIA NILAM PRATWI, S. Kep
NIM. I4B115004
NIM : I4B115004
Mengetahui,
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ADHD
(Attention Deficyt Hiperactivity Disorder)
DI RUANG POLI TUMBUH KEMBANG RSUD ULIN BANJARMASIN
`
A. Definisi
Istilah hiperaktif sudah sangat populer di masyarakat, terutama orangtua dan
guru. Anak dengan ADHD cenderung memiliki kesulitan mengendalikan aktivitas
atau tindakan mereka dalam situasi yang menuntut mereka duduk tenang. Ketika
dituntut untuk tenang, mereka tidak mampu berhenti bergerak atau berbicara.
Tindakan mereka terkadang tampak membahayakan. Attention-Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang ditandai oleh
aktivitas berlebih dan ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian. Gangguan
ini menimbulkan masalah sosial, dan biasanya merugikan orang lain daripada
anak-anak yang menerima diagnosis ini.
Anak-anak dengan ADHD dapat memahami tindakan sosial yang tepat
dalam situasi tertentu, tetapi tidak mampu menterjemahkan pemahamannya ini ke
dalam perilaku yang tepat dalam interaksi social nyata. Anak-anak dengan
gangguan ini biasanya berperilaku agresif, tidak menyenangkan, dan
mengganggu. Oleh karena itu, biasanya mereka sulit untuk menjalin persahabatan
dan bermain dengan anak-anak seusianya. Anak-anak dengan gangguan ini juga
biasanya akan dijauhi, ditolak, atau diabaikan oleh teman-teman seusia mereka.
B. Etiologi
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. Faktor genetik
Anak laki-laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar
satu telur kebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan
kembar satu telur.
2. Faktor neurologic
Penelitian menunjukkan anak hiperaktif lebih banyak
disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat
kelahiran, penyakit berat, cedera otak.
3. Faktor lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar dapat
menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam.
4. Faktor kultural dan psikososial
Pemanjaan-pemanjaan bisa juga disamakan dengan
memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan
dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja akan memilih
caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
5. Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang pengawasan/ disiplin cenderung akan
melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Hal ini
dikarenakan perilakunya kurang dibatasi.
6. Orientasi kesenangan
Anak dengan kepribadian berorientasi pada kesenangan,
pada umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan atau menyesuaikan diri.
C. Manifestasi klinis
Simptomatologi (data subjektif dan objektif) DSM-III-R (Diagnostic and
statistic of mental disorders). Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala-
gejala ADHD berikut:
1. Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu
permainan atau keadaan didalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai
disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orangtua.
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan
tugas-tugas atau aktivitas-aktivitas bermain.
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum
selesai ke kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10.Senang berbicara dengan berlebihan.
11.Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12.Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang
sedang dikatakan kepadanya.
13.Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk
tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan di sekolah atau dirumah.
14. Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara
fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
akibatnya (mis, berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan penunjang
F. Penatalaksanaan
1. Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan
psikostimulan, modifikasi perilaku orang tua, dan konseling keluarga. Orang
tua mungkin mengungkapkan kekhawatirannya tentang penggunaan obat.
Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang tua., termasuk
pencegahan skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus karena
penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale conners dapat digunakan
sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan.
2. Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Brnzedrine), dan
dekstroamfetamin sulfat (Dexadrine) dapat memperbaiki rentang perhatian
dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksial pada
kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.
G. Diagnosa Keperawatan
H. 1) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan
proses pikir.
I. 2) Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas,
ketidakmampuan mendeteksi bahaya.
J. 3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan
hiperaktif
K. 4) Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga
yang disfungsi /koping idividu tidak efektif.
L. 5) Ketidakefektifankoping individu berhubungan
dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan perkembangan
ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.
M. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis,
bereaksi terhadap suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 1 tahun)
Bayi usia 1-4 bulan.
Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari terlentang ke
miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan) ?Bagaimanan kemampuan motorik halus anak
(misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi
ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan
benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara
dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai
mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?
Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum
pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis
menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang
dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang
dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga
dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,
menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-
kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial
(misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka,
mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan
orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis
ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan
tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa
diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh