Disusun Oleh: Shafira Laila Sasqia 20150210141 Agroteknologi C
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017 1. Agensia pupuk hayati : Ultrage (Rhizobium) Nama ilmiah : Rhizobium sp. Klasifikasi : - Kingdom : Bacteria - Divisi : Protophyta - Kelas : Schizomycetes - Ordo : Eubacteriales - Familia : Rhizobiaceae - Genus : Rhizobium - Spesies : Rhizobium sp Morfologi mikroba : Secara makroskopis, Rhizobium sp. memiliki bentuk koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2-4 mm dalam waktu 3-5 hari pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis, sel bakteri Rhizobium sp. berbentuk batang, aerobik, gram negatif 0,5-0,9 x 1,2-3 m, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau subpolar. Pertumbuhan bakteri Rhizobum sp. membutuhkan temperatur 25-30oC dengan pH 6-7. Bakteri Rhizobium sp bersifat kemoorganotopik, yaitu dapat menggunakan berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber karbon bagi tanaman (Sari dan Prayudyaningsih, 2015). Fungsi : - Pembentukan bintil akar pada tanaman - Sebagai bakteri penambat nitrogen di udara (N2) Mekanisme : Mikroorganisme penambat N2, yaitu rhizobium pada tanaman legum, langkah awal adalah pembentukan koloni Rhizobium pada akar legum sebagai pengenalan inangnya. Proses infeksi dimulai dari cara penetrasi bakteri ke dala sel rambut akar. Infeksi dimulai dari rambut akar menyebabkan pertumbuhan rambut akar yang keriting akibat dari adanya auksin yang dihasilkan oleh bakteri. Benang infeksi terus berkembang sampai di kortek dan mengadakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan jaringan kortek membesar yang dapat dilihat sebaga bintil akar. Ciri bintil akar yang efektif adalah bila dibelah melintang akan berwarna merah muda hingga kecoklatan di bagian tengahnya. Pigmen merah leghemeglobin ini yang paling berperan dalam memfiksasi N yang dijumpai dalam bintil akar. Jumlah leghemeglobin di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Korelasinya positif, semakin banyak jumlah pigmen, semakin besar nitrogen yang diikat. Waktu antara infeksi sampai dengan bakteri mampu memfiksasi N 2 sekitar 3- 5 minggu. Selama peroide tersebut kebutuhan karbohidrat, nutrien mineral dan asam amino disediakan oleh inang tanpa memperoleh keuntungan. Bakteri membentuk suatu komplek enzim yang dibutuhkan untuk menambat nitrogen. Bentuk bakteri (rhizobia) dalam satu sel akar yang mengandung nodul aktif disebut bakteroid.
Nama Ilmiah : Bacilus subtilis Klasifikasi : - Kingdom : Bacteria - Filum : Firmicutes - Kelas : Bacilli - Ordo : Bacillales - Famili : Bacillaceae - Genus : Bacillus - Species : Bacillus subtilis Morfologi mikroba : Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang, bersel satu berukuran 0,5 2,5 m x 1,210 m, bereaksi katalase positif, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, dan heterotrof. B. subtilis memiliki fisiologi yang berbeda dari bakteri lain yang bukan patogen, yakni relatif mudah dimanipulasi secara genetik dan mudah pula dibiakkan sehingga dapat dikembangkan pada skala industri. Bakteri ini dapat bertahan pada suhu -5 oC 75oC dengan pH 2-8. Bacillus subtilis yang ditumbuhkan pada media ekstrak gula cokelat ditambah ekstrak ragi tertinggi pada kondisi pH 6. Pada kondisi yang sesuai, populasi B. subtilis akan meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu tertentu (Suriani dan Muis, 2016). Fungsi : - Menghambat cendawan patogen - Menambah fiksasi nitrogen - Meningkatkan ketersediaan nutrisi pada tanaman Mekanisme : Bacillus subtilis berperan sebagai pupuk hayati dan agensia pengendali hayati melalui mekanisme antibiosis, sekresi enzim pelisis, dan penginduksi ketahanan sistemik. Salah satu mekanisme penekanan strain Bacillus subtilis adalah antibiosis yang ditujukan pembentukan zona hambatan pada kultur Bacillus subtilis yang ditumbuhkan pada medium secara berlapis dengan bakteri patogen. Bacillus subtilis memiliki kemampuan sebagai anti bakteri, antijamur, pemacu pertumbuhan tanaman dan penginduksi ketahanan sistemik. Mekanisme antibiosis dibuktikan dengan cara membuat mutan antibiosis, yaitu mutan yang kehilangan sifat antibiosis, namun sifat yanglain masih tetap sama. Mutan bakteri adalah turunan bakteri tipe alami akibat terjadinya mutasi. Mutan Bacillus subtilis dikelompokkan menjadi mutan yang tidak menghambat dan mutan yang menghambat sebagian.
3. Agensia pupuk hayati : Tangguh-Trichoderma sp
Nama ilmiah : Trichoderma sp Klasifikasi : - Kingdom : Fungi - Divisi : Amastigomycota - Kelas : Deutromycetes - Ordo : Moniliales - Famili : Moniliaceae - Genus : Trichoderma - Species : Trichoderma sp. Morfologi mikrobia : Koloni Trichoderma sp. pada media agar, pada awalnya berwarna putih berdiameter 5 cm. Kemudian, miselium berubah menjadi kehijau- hijauan lalu terlihat besar berwarna hijau ada di tengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih. Akhirnya, seluruh medium akan berwarna hijau. Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur antagonis telah banyak diuji untuk mengendalikan penyakit tanaman. Inokulasi Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang di persemaian. Selain itu, Trichoderma sp. mempunyai kemampuan berkompetisi dengan patogen tanah terutama dalam mendapatkan nitrogen (N) dan karbon (C) (Sarana Satwa, 2015). Fungsi : Sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk. Mekanisme : Pada saat mikroba patogen sedang dalam masa dorman, serangan antagonis jamur Trichoderma sp. dapat menyebabkan kerusakan biologis inokulum patogen. Bentuk lainnya adalah dengan penekanan perkecambahan propagul melalui kompetisi karbon nitrogen, ion besi, dan unsur penting lainnya. Pada permukaan tanaman meliputi antibiosis, kompetisi dan predasi. Inokulum Trichoderma sp. ke dalam tanah dapat menekan serangan penyakit layu yang menyerang persemaian. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh toksin yang dihasilkan Trichoderma sp. memiliki kemampuan berkompetisi dengan patogen tanah terutama karbon dan nitrogen. Mekanisme Trichoderma dapat terjadi melalui mikoparasit, menghasilkan antibiotik, kompetisi merebutkan tempat hidup dan sumber makan dan memiliki kemampuan interferensi hifa.
Nama ilmiah : Aspergillus niger Klasifikasi : - Kingdom : Fungi - Filum : Ascomycota - Kelas : Ascomycetes - Ordo : Eurotiales - Famili : Thrichocomacea - Genus : Aspergillus - Species : Aspergillus niger Morfologi mikrobia : Aspergillus merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan tinggi untuk menghasilkan enzim asparginase. Biotin berperan dalam membantu pertumbuhan Aspergillus niger. Ciri-cirinya adalah mempunyai kepala konidia yang besar, bulat, dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat, diameter koloni 4-5 cm dalam waktu 7 hari. Konidianya kasar mengandung pigmen, hifa septat dan miselium bercabang. Jamur Aspergillus niger tumbuh pada suhu kamar dan pH asam. Aspegillus niger dapat tumbuh cepat dengan menggunakannutrisi yng ada di sekelilingnya. Moleku-molekul sederhana seperti monosakarida yang terlarut di sekeliling hifa dapat diserap langsung oleh hifa. Namun, polimer yang lain seperti amilum atau selulosa harus dipecah oleh enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh Aspergillus niger menjadi molekul sederhana (Wuryanti, 2008). Fungsi : Sebagai pelarut fosfat Mekanisme : Mekanisme pelarutan fosfat dilakukan dengan mikroba pelarut fosfat menghasilkan sejumlah asam-asam organik seperti oksalat, asam sitra, suksinat, dan glutamat. Meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya akan diikuti dengan penurunan pH. Selanjutnya asam-asam organik akan bereaksi dengan bahan pengikat bahan fosfat seperti Al 3+, Fe3+, Ca2+, dan Mg2+ yang kemudian akan membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat sehingga diserap oleh tanaman. Selain menghasilkan asam organik, mikroba pelarut fosfat juga mensekresikan enzim fostafase, dimana enzim ini yang akan berperan dalam proses hidrolisis P organik jadi P anorganik sehingga dapat diserap oleh tanaman (Suartini,2013).
5. Agensia pupuk hayati : Azolla
Nama ilmiah : Azolla pinnata Klasifikasi : - Kingdom : Plantae - Divisi : Pteridophyta - Kelas : Pteridopsida - Ordo : Salviniales - Familia : Salviniaceae - Genus : Azolla - Species : Azolla pinnata Morfologi mikrobia : Azolla pinnata merupakan tumbuhan dengan ukuran yang relatif kecil, memiliki panjang 1,5-2,5 cm. Tipe akar yang dimiliki lateral yang berbentuk runcing seperti rambut atau bulu di atas air. Bentuk daun kecil dengan berukuran panjang sekitar 1-2 mm dengan posisi saling menindih. Permukaan atas daun berwarna hijau, cokelat atau kemerah- merahan dan permukaan bawah berwarna cokelat transparan. Daun sering menampakkan warna merah marun dan air tampak tertutup olehnya. Ketika tumbuh di bawah sinar matahari penuh, terutama di akhir musim panas dan musim semi, Azolla dapat memproduksi antosianin kemerahmerahan di dalam daunnya (Sudjana, 2014). Fungsi : - Sumber nitrogen yang menggantikan pupuk urea - Pakan ternak - Filter terhadap logam berat Mekanisme : Azolla bersimbiosis dengan Cyanobacteria yang dapat menfiksasi N2. Tanaman ini secara tidak langsung mampung mengikat nitrogen bebas yang ada di udara dengan bantuan mikroorganisme Anabaena azollae. Nitrogen bebasakan diikat dari udara akan diubah menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman. Pemanfaatan azolla untuk tanaman memiliki kemampuan untuk menyediakan unsur hara seperti unsur N. Di dalam rongga daun Azolla terdapat rambut-rambut epidermal yang berperan dalam kegiatan metabolisme Azolla dengan Anabaena azollae. Anabaena berada pada posisi ventral lobus dorsal setiap daun vegetatif. Endofit mengfiksasi nitrogen atmosfer dan terdapat disebelah dalam jaringan dari paku air tersebut. Anabaena azollae mempunyai dua macam sel, yaitu sel vegetatif dan heterosis. Di dalam sel heterosis yang mengandung enzim nitrogenase Anabaena azollae akan memfiksasi N2. Udara melalui ATP yang berasal dari peredaran fosforilasi, dengan enzim ini maka Anabaena azollae dapat mengubah nitrogen menjadi ammonia (NH4+) yang selanjutnya diangkut ke inang (Azolla). Inang menyatukan hasil fiksasi N 2 menjadi asam- asam amino. Jika pada daun Azolla tidak terdapat Anabaena maka unsur N yang diserap dari air sawah bersama fosfat tidak bisa diubah menjadi ammonia, sehingga dalam tubuh Azolla terjadi penumpukan N. Apabila terjadi akumulasi N dalam tubuh Azolla yang melewati batas kemampuan daya tampung N dalam tubuhnya, maka sel-sel tubuh Azolla akan mengalami lisis akibat keracunan N, dengan adanya simbiosis antara Anabaena dengan Azolla sehingga akan menghasilkan Anabaena azolla yang mampunyai enzim nitrogenase sehingga mampu mengubah N2 dari udara bebas menjadi ammonia (Sudjana, 2014).