Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, KELUARGA DAN PELAYANAN

KESEHATAN DENGAN STATUS KELUARGA SADAR GIZI PADA KELUARGA


MENIKAH DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOWONO
KABUPATEN JEMBER

BAB 1

Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah Gizi di Indonesia merupakan salah satu masalah yang masih memerlukan
penanganan serius dari pemerintah. Penanganan ini tidak bisa dilakukan secara sendiri /
sepihak namun harus didukung oleh berbagai pihak baik dari pusat maupun daerah dan pihak
swasta. Berbagai permasalahan seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK), Gizi buruk
(Gibur), Anemia Gizi Besi (AGB), Obesitas, dan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Permasalahan-permasalahan tersebut bisa mengancam kesehatan dari ibu dan anak serta
dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi dan balita menjadi buruk. Oleh karena itu
pemerintah mencanangkan beberapa program kesehatan yang diharapkan bisa mengatasi
permasalahan gizi tersebut. Salah satu program tersebut adalah program kadarzi atau keluarga
sadar gizi.

Program kadarzi merupakan program yang bertujuan untuk menjadikan sebuah


keluarga mempunyai pemahaman akan pentingnya zat gizi, pemenuhan asupan makanan
bergizi didalam keluarga dan kesadaran keluarga akan pentingnya tumbuh kembang buah
hati. Di Indonesia program ini telah berlangsung kurang lebih 17 tahun semenjak dijalankan
pada tahun 1997 melalui Gerakan Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi melalui Inpres
nomor 8 tahun 1999 yang bertujuan untuk menangani masalah gizi dari dampak krisis
ekonomi. Departemen Kesehatan RI (2007) menetapkanan sasaran prioritas dalam strategi
penurunan gizi kurang pada balita adalah mewujudkan Keluarga sadar gizi (kadarzi). Hingga
saat ini program kadarzi tetap dijalankan karena masih banyak permasalahan gizi yang belum
dapat ditangani terutama di daerah.
Pada program Indonesia sehat 2010 yang telah di jalankan oleh pemerintah dan
berbagai pihak lain memilki salah satu tujuan yaitu terwujudnya minimal 80% keluarga
mandiri sadar gizi (Kadarzi) (Kemenkes RI No 747 dalam Nery. 2015). Upaya ini adalah
salah satu langkah strategis dalam perbaikan gizi mengingat sebagian masalah gizi timbul
karena faktor pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu di dalam keluarga. Menurut riskesdas
pada tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 5,7% dan
13,9%. Angka ini meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yaitu 4,9% (gizi buruk) dan 13%
(gizi kurang). Tren status gizi yang masih menunjukkan tingginya status gizi yang buruk pada
balita di Indonesia menunjukkan bahwa perilaku sadar gizi di lingkungan keluarga masih
belum baik. Hal ini juga di dukung oleh data pencapaian indikator Kadarzi yang masih di
bawah target yang diinginkan. Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 menunjukkan 44,6% keluarga yang mempunyai balita melakukan pemantauan
pertumbuhan balita lebih dari 4 kali sedangkan menurut data PHBS yang menimbang bayi
dan balitanya dalam enam bulan terakhir sebesar 68%. Persentase bayi yang menyusu
eksklusif sampai berumur 6 bulan adalah 30,2%. Untuk perilaku konsumsi kurang sayur dan
buah sebesar 93,5%, lalu untuk rumah tangga yang mengkonsumsi garam yang cukup iodium
sebesar 77,1% dan cakupan pemberian kapsul vitamin A sebesar 75,5% (Kemenkes RI,
2013).

Ibu merupakan salah satu tokoh penting di dalam sebuah keluarga. Peran ibu dalam
sebuah keluarga sangat vital karena hampir semua hal yang ada di dalam keluarga diatur atau
diawasi oleh ibu. Salah satu yang menjadi perhatian dari ibu adalah masalah pangan, kondisi
kesehatan keluarga terutama kesehatan dan tumbuh kembang buah hatinya. Oleh karena itu
status Kadarzi keluarga dipengaruhi oleh perilaku kesehatan ibu. Perilaku kesehatan
ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.
Faktor predisposisi yang berpengaruh adalah karakteristik ibu dan karakteristik keluarga.
Karakteristik ibu meliputi pengetahuan, sikap, umur, pendidikan dan pekerjaan sang ibu.
Karakteristik keluarga meliputi pendapatan dan jumlah keluarga. Sedangkan faktor
pemungkin yang berpengaruh adalah ada tidaknya ketersediaan pelayanan kesehatan, jarak
dan waktu tempuh dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor penguat yang juga
berpengaruh adalah peran dari para tokoh masyarakat, petugas pelayanan kesehatan serta
kebijakan dari pemerintah. Karakteristik ibu ini akan menjadikan bagaimana pertumbuhan
dan perkembangan anak atau buah hatinya di kemudian hari, karena karakteristik ibu ini akan
menjadi pola asuh anak di dalam keluarganya.
Jember merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Setiap
tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Jember selalu melaksanakan pendataan Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi) untuk melihat perkembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Kabupaten
Jember. Berdasarkan data Kadarzi di Kabupaten Jember pada tahun 2014 diketahui bahwa
jumlah keluarga yang mempunyai status Kadarzi sebesar 41,8%. Persentase ini sangat jauh
dari target nasional yang mengharapkan status Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) mencapai 80%.
Berdasarkan kegiatan pembinaan gizi di Kabupaten Jember tahun 2015 diperoleh data hasil
beberapa indikator Kadarzi yaitu balita yang datang dan timbang 84,7% dari target 85%,
pemberian asi eksklusif 77,4% dari target 80%, pemberian suplemen gizi bagi ibu (Fe 3) dan
balita (Vit A1) sebesar 92,3% dan 99,5% dari target 90%. Bila dilihat dari indikator yang
telah dicapai Kabupaten Jember dapat dikatakan masih ada indikator yang belum memenuhi
standart yang diinginkan dan ada indikator yang hampir memenuhi hingga memenuhi
standart yang diinginkan. Hal ini tentunya patut untuk diperbaiki kembali agar indikator yang
tadinya masih dibawah standart bisa sesuai dan melebihi standart yang diinginkan. Indikator
tersebut dapat dicapai dengan adanya kerjasama yang baik antar lini baik Dinas Kesehatan,
puskesmas dan masyarakat.

Puskesmas Sukowono merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten


Jember. Puskesmas ini terletak di daerah dekat perbatasan Jember dengan Bondowoso. Jarak
antara pusat kota dengan puskesmas yang kurang lebih mencapai 25 km menjadikan
puskesmas ini puskesmas pinggiran. Di sekitar puskesmas Sukowono ini terdapat masyarakat
yang masih memeluk erat adat istiadat dan budaya yang mereka miliki, salah satunya adalah
budaya menikah dini. Pola berpikir masyarakat desa yang cenderung tidak terlalu
memikirkan pendidikan bagi putra putrinya membuat budaya menikah dini menjadi tinggi di
daerah tersebut. Menurut data dari BP2KB Jember menunjukkan bahwa masih tingginya
prevalensi remaja yang menikah dini di daerah Sukowono dimana pada tahun 2015 mencapai
81,42%. Hal ini patut diperhatikan karena tingginya angka pernikahan dini bisa menjadi salah
satu faktor penyebab masalah kesehatan utamanyanya masalah gizi di daerah tersebut.
Timbulnya masalah gizi bisa disebabkan karena umur dari para remaja yang masih terlalu
muda sehingga belum siap untuk berkeluarga. Lalu tingkat pengetahuan dari para remaja
yang dianggap kurang karena pendidikan yang rendah juga dapat menyebabkan timbulnya
masalah kesehatan.

Data kadarzi di puskesmas Sukowono menunjukkan bahwa beberapa indikator


kadarzi masih belum memenuhi harapan. Dari hasil pengamatan dan observasi yang
dilakukan bidan pada bulan maret di desa sumberdanti menunjukkan 12 dari 22 responden
keluarga mengkonsumsi garam yang tidak beriodium dan masih rendahnya ibu yang
memberikan asi eksklusif, dan pengetahuan gizi yang masih kurang. Menurut data dari Dinas
kesehatan Kabupaten Jember, Garam di 12 desa di Sukowono yang berbentuk halus ada 255
kk, curai ada 57 kk dan briket 0 kk. Dan yang ada merek 237 produk sedangkan yang tidak
bermerek 36 . Dengan hasil uji dimana produk garam tidak mengandung iodium sebanyak 59
produk dan yg kurang beriodium ada 53. Sehingga dari 12 hanya 3 desa yg dikatakan baik
sedangkan 9 desa masuk dalam kategori tidak baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik ibu, keluarga dan pelayanan kesehatan dengan
status Keluarga Sadar Gizi pada keluarga yang menikah dini di wilayah kerja Puskesmas
Sukowono, Kabupaten Jember.

Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara karakteristik ibu, keluarga dan pelayanan kesehatan


dengan status Keluarga Sadar Gizi pada keluarga yang menikah dini di wilayah kerja
Puskesmas Sukowono, Kabupaten Jember ?

Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan antara karakteristik ibu, keluarga dan pelayanan kesehatan dengan
status Keluarga Sadar Gizi pada keluarga yang menikah dini di wilayah kerja Puskesmas
Sukowono, Kabupaten Jember.

Faktor Predisposisi

Karakteristik Ibu
Umur
Indikator Kadarzi
Pendidikan
a. Menimbang berat badan
Pekerjaan secara teratur
b. Memberikan Asi Eksklusif
Pengetahuan kepada bayi sejak lahir
sampai berumur 6 bulan
c. Makan makanan beraneka
Sikap
ragam
d. Menggunakan garam
Karakteristik Keluarga beriodium
e. Konsumsi suplemen gizi
Besar Keluarga
bagi bumil dan bayi secara
Pendapatan teratur
Keluarga

Faktor pemungkin

Sarana Pelayanan
Kesehatan

Jarak dan Waktu Status Kadarzi (Keluarga


Tempuh kadarzi/Keluarga tidak kadarzi

Faktor penguat

Peran Tokoh
Masyarakat

Layanan petugas
kesehatan/ Kader

Pemberian Informasi
Kadarzi

Kebijakan Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai