Anda di halaman 1dari 4

12 Juli 2012

ANTI BAKTERI

Antibakteri adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme dan

dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh proses kehidupan bateri

(Jawetz et al.,1996). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat

menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik, dan ada yang bersifat

membunuh bakteri dikenal sebagai bakterisid (Ganiswara et al., 1995).

Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian bakteri antara

lain :

a. Germisida adalah bahan yang dipakai untuk membasmi mikroorganisme dengan mematikan

sel-sel vegetatif, tetapi tidak selalu mematikan bentuk sporanya.

b. Bakterisida adalah bahan yang dipakai untuk mematikan bentuk-bentuk vegetatif

bakteri.

c. Bakteriostatik adalah suatu bahan yang mempunyai kemampuan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri tanpa mematikannya.

d. Antiseptik adalah suatu bahan yang menghambat atau membunuh mikroorganisme dengan

mencegah pertumbuhan atau menghambat aktivitas metabolisme.

e. Desinfektan adalah bahan yang dipakai untuk membasmi bakteri dan

mikroorganisme patogen tapi belum tentu beserta sporanya (Pelczar dan Chan, 1988).

Setiap jenis antibakteri memiliki meknisme tersendiri dalam menghambat

pertumbuhan antibakteri. Mekanisme kerja antibakteri adalah sebagai berikut:

a. Merusak dinding sel

Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku disebut dinding sel yang dapat

mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di bawahnya. Struktur


dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya

setelah selesai terbentuk. Antibiotik yang bekerja dengan mekanisme ini di antaranya adalah

penisilin (Jawetz et al., 2001).

b. Mengubah permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan tertentu di dalam sel serta mengatur

aliran keluar masuknya bahan lain. Membran memelihara integritas komponen seluler.

Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

matinya sel. Polimiksin bekerja dengan merusak struktur dinding sel dalam kemudian

antibiotik tersebut bergabung dengan membran sel sehingga menyebabkan disorientasi

komponen lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai perintang osmotik

(Pelczar dan Chan, 1988).

c. Mengubah molekul protein dan asam nukleat

Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul protein dan asam

nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini dengan

mendenaturasikan protein dan asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi.

Salah satu antibakteri yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran

sel adalah senyawa turunan fenolik (Pelczar dan Chan, 1988).

d. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses kehidupan

normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada

fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. Tetrasiklin merupakan

salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein dengan cara menghalangi

terikatnya RNA pada ribosom, selama pemanjangan rantai peptida (Pelczar dan Chan, 1988).

1. Uji Aktivitas Antibakteri

Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja luas, spektrum
kerja sempit), cara kerja (bakterisid atau bakteriostatik), dan ditentukan pula oleh Konsentrasi

Hambat Minimum (KHM) serta potensi pada KHM. Suatu antibakteri dikatakan mempunyai

aktivitas yang tinggi bila KHM terjadi pada kadar antibakteri yang rendah tetapi mempunyai

daya bunuh atau daya hambat yang besar. Pada percobaan in vitro dengan metode lempeng

agar dapat dilihat pada besar diameter hambatan pertumbuhan mikroba di sekeliling

antibakteri. Bila antibakteri pada kadar yang rendah dapat memberikan diameter hambatan

yang luas dan bening di sekeliling antinakteri, antibakteri tersebut berpotensi tinggi terhadap

mikroba uji yang digunakan (Wattimena et al., 1991).

Menurut Wattimena et al. (1981), penentuan aktivitas antibakteri secara in vitro dapat

dikelompokkan dalam dua metode, yaitu:

a. Metode turbidimetri (metode tabung)

Pada cara turbidimetri, digunakan media agar cair dalam tabung reaksi. Pengamatan

dilakukan dengan melihat kekeruhan yang terjadi akibat pertumbuhan bakteri. Kadar

antibakteri ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer. Kelebihan cara ini adalah

lebih cepat daripada cara difusi agar karena hasil dapat dibaca 3 atau 4 jam setelah inkubasi.

b. Metode difusi (metode lempeng)

Pada cara difusi agar, digunakan media agar padat dan reservoir yang dapat berupa

cakram kertas, silinder atau cekungan yang dibuat pada media padat. Larutan uji akan

berdifusi dari pencadang ke permukaan media agar padat yang telah diinokulasi

bakteri. Bakteri akan terhambat pertumbuhannya dengan pengamatan berupa lingkaran atau

zona di sekeliling pencadang.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam metode difusi. Faktor-faktor

tersebut antara lain :

1) Pra difusi, perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari zat uji yaitu difusi

antar pencadang.
2) Ketebalan media agar, hal ini penting untuk memperoleh sensitivitas yang optimal.

Perbedaan ketebalan media agar dapat mempengaruhi difusi dari zat uji ke dalam agar

sehingga akan mempengaruhi diameter zona hambat. Semakin tebal media yang

digunakan, semakin kecil diameter zona hambat yang terjadi.

3) Kerapatan inokulum, ukuran inokulum merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi

lebar zona hambat, jumlah inokulum yang lebih sedikit menyebabkan obat dapat berdifusi

lebih jauh, sehingga zona hambat yang dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah

inokulum lebih besar maka akan dihasilkan zona hambat yang kecil.

4) Komposisi media agar, perubahan komposisi media dapat merubah sifat media sehingga

jarak difusi berubah. Hal ini akan mempengaruhi aktivitas beberapa bakteri, kecepatan

difusi antibakteri, dan kecepatan pertumbuhan antibakteri.

5) Suhu inkubasi, kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 370 C.

6) Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri karena luas zona hambat

ditentukan beberapa jam pertama, setelah diinokulasikan pada media agar, maka zona

hambat dapat diamati segera setelah adanya pertumbuhan bakteri.

7) Pengaruh pH, adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat menyebabkan perbedaan

jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion.

Selain itu, pH berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri (Wattimena et al., 1981).

Anda mungkin juga menyukai