Anda di halaman 1dari 5

L. M.

Muzayyin Ilhami Praja

2016003010

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA TENTANG


PENDIDIKAN

I. Pendahuluan

Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang pahlawan pergerakan nasional


di Indonesia. Beliau terkenal dengan sebutan Bapak Pendidikan nasional karena
beliau lah yang mempelopori ajaran-ajaran tentang pendidikan di negara kita ini.
Sepintas mari kita kenang sejenak tentang masa lalu beliau. Ki Hadjar Dewantara
dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama Raden Mas
Suwardi Suryaningrat. Ayahnya seorang pangeran yand bernama Pangeran
Suryaningrat yang merupakan putra Paku Alam ke-4 dari Yogyakarta.

Dilihat dari masa lalunya, Ki Hadjar Dewantara mempunyai kepribadian


yang sangat tegar, tak pernah putus asa. Pada waktu beliau masih seorang pelajar,
beliau pernah gagal dalam ujian kenaikan tingkat kelas. Akibatnya beasiswa yang
selama ini beliau dapatkan akhirnya dicabut. Meskipun demikian, beliau masih
tetap berkarya lewat tulisan-tulisannya. Beberapa hasil karya tulisnya itu menjadi
pembicaraan di masyarakat. Bahkan gara-gara tulisannya itu, beliau diasingkan ke
negeri Belanda selama 6 tahun. Kesempatan ini tidaklah disia-siakan oleh Ki
Hadjar Dewantara. Beliau menggunakan waktu luangnya untuk belajar ilmu
kependidikan sehingga beliau memperoleh Akta Guru Eropa.

Setelah pulang ke Indonesia, beliau mengajar di sekolah yang didirikan


oleh sahabatnya, Soeryopranoto. Di sekolah ini beliau terus berjuang untuk
mendidik anak bangsa lewat pendidikan. Akhirnya pada tanggal 3 Juli 1922 Ki
Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa.
II.Pembahasan

A. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


canggih, orang mulai melupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
kehidupan khususnya dalam pendidikan. Aspek-aspek yang banyak dilupakan
orang diantaranya adalah :

1. Pentingnya hubungan atau relasi dengan orang lain

2. Perlunya aktivitas sosial di masyarakat

3. Tidak adanya sikap saling menghargai antar sesama.

Ketiga hal diatas bertentangan dengan ajran Ki Hadjar Dewantara,dimana


dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara diterapkan pendidikan yang humanis yaitu
memanusiakan manusia yang berbudaya dan berkembang secara kognitif (daya
cipta), afektif (daya rasa), dan konatif ( daya karsa). Dengan kata lain prinsip
pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah to educate the head, the heart, and the
hand.

Selain dari itu dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara juga dikatakan bahwa
guru hendaknya mempunyai kepribadian yang mempunyai ketauladan lebih
dahulu, baru sebagai fasilitator dalam mengajar. Hal ini dapat kita mengerti dari
arti nama Hajar Dewantara yang mempunyai arti guru yang mengajarkan
kebaikan, keluhuran, dan keutamaan.

Ki Hadjar Dewantara juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Adapun


tujuan dari Taman Siswa ini adalah untuk membentuk manusia yang merdeka,
baik secara fisik, mental, maupun kerohanian. Sedangkan landasan filosofisnya
adalah nasionalistik dan universalistik. Nasionalistik berdasarkan budaya nasional
dan universalistik berdasarkan hukum alam.
Suasana dalam pendidikan yang diajarkan dalam ajaran Ki Hadjar
Dewantara adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati,
empati, cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya.

Sedangkan metode yang terdapat dalam ajaran Ki hadjar Dewantara adalah


metode among yaitu metode yang berdasarkan pada asah, asih, dan asuh ( care,
dedication, love).

B. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara

Setelah Mentri Pendidikan mencanangkan tentang pendidikan karakter


diterapkan dalam pendidikan pada waktu peringatan Hardiknas tahun 2010,
lembaga-lembaga pendidikan mulai menjalankannya dengan versinya masing-
masing. Di sekolah pendidikan karakter ini diterapkan pada kegiatan budi pekerti.
Sedangkan pada perguruan tinggi para praktisi melakukan kajian-kajian ilmiah
tentang pendidikan karakter.

Pendidikan karakter itu merupakan upaya yang terencana untuk


menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, sedangkan tujuan
pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Adapun nilai-nilai yang dimaksud dalam karakter dan yang perlu dihayati
dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata pelajaran di sekolah adalah:
religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial,
peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Berpedoman pada ajaran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan karakter yang
dicanangkan sekarang sebenarnya telah diterapkan sebelumnya pada ajaran Ki
Hadjar Dewantara. Dari konsepsi ajarannya dapat diambil kesimpulan bahwa Ki
Hadjar Dewantara ingin;
a. Menempatkan anak didik sebagai pusat pendidikan.
b. Memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dengan demikian bersifat
dinamis, dan
c. Mengutamakan keseimbangan antar cipta, rasa,dan karsa dalam diri anak.
Dengan demikian pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara
memperhatikan keseimbangan cipta, rasa,dan karsa tidak hanya sekedar proses
alih ilmu pengetahuan saja atau transfer of knowledge , tetapi sekaligus
pendidikan juga sebagai proses transformasi nilai (transformation of value).
Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembetukan karakter manusia agar
menjadi sebenar-benar manusia.
Untuk membentuk karakter siswa, Ki Hadjar Dewantara memandang
bahwa ada tiga aspek yang mempengaruhi tumbuh kembangnya siswa yang
dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan di lingkungan keluarga
2. Pendidikan di lingkungan perguruan
3. Pendidikan di lingkungan kemasyarakatan atau alam pemuda.
Ketiga pusat ini mempunyai kaitan yang erat yang tidak bisa dipisahkan
satu dengan yang lainnya.Tiap-tiap pusat harus mengetahui kewajibannya masing-
masing dan tidak membebankan pada satu pusat saja. Ki Hadjar Dewantara tidak
memandang lembaga sekolah merupakan satu-satunya lembaga yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan siswa, tapi beliau memandang bahwa pendidikan
merupakan suatu proses yang melibatkan ketiga unsur di atas.
Selain tripusat pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mengemukakan ajaran
Trikon atau Teori Trikon. Teori Trikon merupakan usaha pembinaan kebudayaan
nasional yang mengandung tiga unsur yaitu kontinuitas, konsentrisitas, dan
konvergensi.
a. Dasar Kontinuitas
Dasar kontinuitas berarti bahwa budaya , kebudayaan atau garis hidup
bangsa itu sifatnya continue, bersambung tak putus-putus.
b. Dasar Konsentris
Dasar konsentris berarti bahwa dalam mengembangkan kebudayaan harus
bersikap terbuka, namun kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan
di sekitar kita.
c. Dasar Konvergensi
Dasar konvergensi mempunyai arti bahwa dalam membina karakter
bangsa, bersama-sama bangsa lain diusahakan terbinanya karakter dunia
sebagai kebudayaankesatuan umat sedunia (konvergen), tanpa
mengorbankan kepribadian atau identitas bangsa masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai