Anda di halaman 1dari 21

Proses Pembelahan Sel di Dalam Tubuh Manusia

Pricillia
Nim : 10-2010-397
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: pricilliasantoso54@gmail.com

Abstrak

Sel merupakan unit terkecil dari suatu organism hidup. Sel tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang karena ukurannya sangat kecil. Secara singkat dapat
dinyatakan bahwa sel merupakan satuan minimum kehidupan. Sel mempunyai
struktur yang terdiri dari membran plasma atau membrane sel, inti sel,
sitoplasma, dan organel-organel di dalamnya. Setiap organisme di dunia ini
tersusun atas sel-sel yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi tertentu
dalam tubuh makhluk hidup.

Kata Kunci: membran sel, sitoplasma, organel

Pendahuluan

Sel merupakan unit terkecil dari suatu organism hidup. Kehidupan dimulai
berawal dari dalam sel. Setiap organisme di dunia ini tersusun atas sel-sel yang
saling berinteraksi membentuk suatu fungsi tertentu dalam tubuh makhluk
hidup. Para ilmuwan hingga pada saat ini berusaha mengembangkan teknik yang
digunakan untuk meneliti dan mempelajari sel. Teori mengenai sel terus
berkembang hingga saat ini. Dengan menggunakan berbagai metode penelitian
dan teori-teori sel tersebut, para ilmuwan dapat mempelajari struktur dan fungsi
sel tersebut. Ukuran, bentuk, struktur dan fungsi sel bermacam-macam.
Misalnya, bentuk pipih, bentuk sel yang memanjang, dan bulat.

Struktur dan Fungsi Sel


Merupakan bagian-bagian sel yang terdiri atas membran sel, sitoplasma, dan
organel-organel sel.

Membran Sel

Merupakan pemisah antara lingkungan luar sel dan dalam sel atau media keluar-
masuknya zat dari dalam dan ke dalam sel. Membran sel bersifat semipermeabel
dan selektifpermiabel karena hanya dapat dilalui zat-zat tertentu.

Fungsi Membran Sel

Sebagai sekat pembatas antara isi sel dan lingkungan luar sel.
Sebagai reseptor.
Sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, misalnya respirasi sel.
Sebagai pengontrol transportasi zat dari dalam keluar sel, maupun dari
luar ke dalam sel
Sebagai pelindung sel.

1
Menjaga kestabilan pH, menjaga konsentrasi ion, dan membuang sisa
metabolisme yang bersifat racun.

Struktur Membran Sel

Model mosaik fluida merupakan model struktur membran sel yang berbentuk
pospolifid bilayer atau membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan bawah.

Bagian tengah bilayer atau ekor asam lemak membentuk membran


Hidrofobic (tidak suka air)

Bagian kepala Fospolipid bilayer atau bagian kepala membentuk


membran Hidrofilik (suka air)

Protein Integral/Intrinsik adalah protein yang menjulang atau


menembus membran sel dari lapisan atas hingga ke bawah.

Protein Peripheral/Ektrinsik adalah protein yang berada di lapisan atas


atau bawah dari membran sel

Fospolipid (lemak yang berikatan denga posfat)

Glikolipid (Lemak yang berikatan dengan karbohidrat)

Glikoprotein (Protein yang berikatan dengan karbohidrat)

Sitoplasma

Sitoplasma atau cairan sel adalah matriks yang terdapat diantara membran
plasma dan nukleus. Tersusun atas sitosol yang bersifat koloid dan organel-
organel sel. Ukuran koloid 0,001 0,1 mikron, dengan adanya koloid
memungkinkan sitoplasma berada dalam dua fase yaitu fase gel (setengah
padat) dan fase sol (encer).

Fungsi Sitoplasma

Tempat penyimpanan jenis bahan bereaksi kimia yang digunakan untuk


metabolisme sel, seperti enzim, ion, gula, lemak dan protein.
Tempat terjadinya metabolisme sitosolik.
Fasilitor bagi organel tertentu agar dapat bergerak.

2
Tempat proses pembentukan energi, sintesis asam lemak, asam amino,
protein dan nukelotida.
Menjamin berlangsungnya pertukaran zat, untuk menjaga berlangsungnya
metabolisme dengan baik.
Sitoplasma digunakan sebagai tempat bagi jaringan filamen protein yang
disebut sitoskeleton. Sitoskeleton ini akan membantu mempertahankan
bentuk dan konsistensi sel.

Organel-Organel Sel

1. Inti Sel (Nukleus)

Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel


eukariota (sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas).
Dengan diameter rata-rata 5 m, organel ini umumnya adalah organel
yang paling mencolok dalam sel eukariota. Kebanyakan sel memiliki satu
nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak nukleus, contohnya sel
otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel
darah merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.

Selubung nukleus melingkupi nukleus dan memisahkan isinya (yang


disebut nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari dua
membran yang masing-masing merupakan lapisan ganda lipid dengan
protein terkait. Membran luar dan dalam selubung nukleus dipisahkan oleh
ruangan sekitar 2040 nm. Selubung nukleus memiliki sejumlah pori yang
berdiameter sekitar 100 nm dan pada bibir setiap pori, kedua membran
selubung nukleus menyatu.

Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi


kromatin. Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang
berbentuk benang akan menggulung, menjadi cukup tebal untuk
dibedakan melalui mikroskop sebagai struktur terpisah yang disebut
kromosom.

Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah
ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom
disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan
melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi
ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus, bergantung
pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.

Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara


mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang
disintesis berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke
sitoplasma melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat pesan
genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein yang
disintesis.

3
2. Ribosom

Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis
protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati
manusia yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun
atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA. Organel ini
terutama disusun oleh asam ribonukleat dan terdapat bebas dalam
sitoplasma maupun melekat pada RE.

Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota, namun


keduanya sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi. Keduanya terdiri dari
satu subunit besar dan satu subunit kecil yang bergabung membentuk
ribosom lengkap dengan massa beberapa juta dalton.

Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat


pada bagian luar retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang
diproduksi ribosom bebas akan berfungsi di dalam sitosol, sementara
ribosom terikat umumnya membuat protein yang ditujukan untuk
dimasukkan ke dalam membran, untuk dibungkus di dalam organel
tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel. Ribosom bebas dan
terikat memiliki struktur identik dan dapat saling bertukar tempat. Sel
dapat menyesuaikan jumlah relatif masing-masing ribosom begitu
metabolismenya berubah.

3. Retikulum Endoplasmik

Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang


terdiri dari jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan
vesikel yang saling terhubung. Organel ini berupa sistem membran yang
berlipat-lipat, menghubungkan antara membran sel dengan membran inti,
dan berperan dalam proses transpor zat intra sel. Terdapat dua bentuk

4
retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus.

Retikulum endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya


ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein
dengan tempat tujuan tertentu, seperti organel tertentu atau membran,
akan menempel pada retikulum endoplasma kasar. Protein yang terbentuk
akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma yang disebut
lumen. Di dalam lumen, protein tersebut mengalami pelipatan dan
dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat untuk membentuk
glikoprotein. Protein tersebut lalu dipindahkan ke bagian lain sel di dalam
vesikel kecil yang menyembul keluar dari retikulum endoplasma, dan
bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam modifikasi
dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan
mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya.

Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya.


Retikulum endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid
komponen membran sel. Dalam jenis sel tertentu, misalnya sel hati,
membran retikulum endoplasma halus mengandung enzim yang
mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan beracun dari
metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun atau
lebih mudah dikeluarkan tubuh.

4. Badan Golgi

Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun


atas setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna.
Biasanya terdapat tiga sampai delapan sisterna, tetapi ada sejumlah
organisme yang memiliki badan Golgi dengan puluhan sisterna. Jumlah dan
ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel dan aktivitas
metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat memiliki
ratusan badan Golgi. Badan Golgi berfungsi dalam proses sekresi lendir,
glikoprotein, karbohidrat, lemak atau enzim, serta berfungsi membentuk
lisosom. Karena fungsinya dalam hal sekresi, maka badan golgi banyak
ditemui pada sel-sel penyusun kelenjar. Organel ini biasanya terletak di
antara retikulum endoplasma dan membran plasma.

Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis,
sementara sisi yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi

5
cis, protein dimasukkan ke dalam lumen sisterna. Di dalam lumen, protein
tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat, ditandai
dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim ke
tujuannya masing-masing.

Badan Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang


disekresikan ke luar sel, ada yang digabungkan ke membran plasma
sebagai protein transmembran, dan ada pula yang ditempatkan di dalam
lisosom. Protein yang disekresikan dari sel diangkut ke membran plasma di
dalam vesikel sekresi, yang melepaskan isinya dengan cara bergabung
dengan membran plasma dalam proses eksositosis. Proses sebaliknya,
endositosis, dapat terjadi bila membran plasma mencekung ke dalam sel
dan membentuk vesikel endositosis yang dibawa ke badan Golgi atau
tempat lain, misalnya lisosom

5. Lisosom

Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30
jenis enzim hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel
menggunakan kembali subunit molekul yang sudah diuraikan lisosom itu.
Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom dapat memiliki berbagai
ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang melepaskan
diri dari badan Golgi.

Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui


endositosis ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom.
Dalam proses yang disebut autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak
berfungsi dengan benar. Pencernaan intrasel adalah mencerna materi yang
diambil secara fagositosis, eksositosis merupakan pembebasan sekrit
keluar sel , lisosom juga berperan dalam fagositosis, proses yang dilakukan
sejumlah jenis sel untuk menelan bakteri atau fragmen sel lain untuk
diuraikan. Contoh sel yang melakukan fagositosis ialah sejenis sel darah
putih yang disebut fagosit, yang berperan penting dalam sistem kekebalan
tubuh. Autolisis adalah penghancuran diri sel dengan cara melepaskan
enzim pencerna dari dalam lisosom ke dalam sel. Contoh peristiwa ini
adalah proses kematian sel secara sistematis saat pembentukan jari
tangan.

6
6. Mitokondria

Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan
membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Luas
permukaan membran dalam lebih besar daripada membran luar karena
memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke dalam matriks
atau ruang dalam mitokondria.

Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu


proses kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak
merupakan contoh molekul makanan berenergi tinggi yang dipecah
menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam mitokondria
dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses
itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP. Mitokondria-lah yang
menghasilkan sebagian besar ATP sel. Energi kimiawi ATP nantinya dapat
digunakan untuk menjalankan berbagai reaksi kimia dalam sel. Sebagian
besar tahap pemecahan molekul makanan dan pembuatan ATP tersebut
dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam krista dan matriks
mitokondria.1,2

Pembelahan Sel
Pembelahan Mitosis

7
Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel somatis (sel-
sel penyusun tubuh). Bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi. Pada
pembelahan mitosis setiap sel induk yang diploid (2n) menghasilkan dua sel
anak yang tetap diploid (2n). Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah
kromosom sel induknya. Pada pembelahan mitosis, sel tidak langsung membelah
menjadi dua tetapi melalui beberapa fase (tahap), yaitu profase, metafase,
anafase, dan telofase.

1. Profase

Tahap ini merupakan fase pembelahan mitosis yang paling lama dan
paling banyak memerlukan energi.
a) Benang-benang kromatin yang terdapat dalam inti sel berkondensasi
membentuk kromosom.
b) Membran inti larut yang diikuti dengan menghilangnya anak inti
(nukleolus).
c) Kromosom menduplikasi diri menjadi sepasang kromatid.
d) Sentriol membelah dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Di
sekitar sentriol terbentuk benang-benang pembelahan (spindel) sehingga
menyerupai bentuk bintang yang disebut aster.

2. Metafase

Metafase merupakan stadium lebih lanjut dari profase. Metafase ditandai


dengan beberapa peristiwa berikut.

a) Benang-benang spindel terlihat makin jelas. Benang-benang itu mengikat


sentromer dari setiap kromosom.
b) Kromosom mengatur diri di tengah-tengah antara dua kutub sel atau biasa
disebut bidang ekuatorial. Biasanya kromosom berbentuk seperti huruf V.
c) Bagian sentromer kromosom berikatan dengan kinetokor yang
berhubungan dengan benang spindel

3. Anafase

Fase ini ditandai dengan peristiwa-peristiwa berikut.

a) Kromatid memisah satu sama lain. Tiap-tiap kromatid tersebut


mengandung sentromer.
b) Benang-benang spindel memendek sehingga kromatid-kromatid itu
tertarik dan bergerak menuju kutub yang berlawanan.
c) Pergerakan kromosom tersebut dipengaruhi oleh enzim dynein.

4. Telofase

Telofase merupakan tahap terakhir pembelahan inti (kariokinesis). Adapun


tanda-tanda stadium ini sebagai berikut:

a) Setelah kromatid-kromatid sampai di masing-masing kutub, bentuk


kromatid itu menjadi kompak.
b) Membran inti mulai terbentuk dan melingkupi kelompok kromatid pada
masing-masing kutub.

8
c) Kromatid menjadi samar-samar dan anak inti (nukleolus) pun mulai
timbul.
d) Aster menghilang dan terjadi penebalan sitoplasma yang diikuti dengan
pembagian sitoplasma (sitokinesis) sehingga dihasilkan dua sel yang
identik dengan sel semula.

Siklus sel

Di antara mitosis pertama dan mitosis berikutnya terdapat interfase. Saat


interfase sel tidak membelah melainkan aktif melakukan metabolisme untuk
pertumbuhan dan pembentukan energi untuk pembelahan mitosis berikutnya.
Interfase tidak termasuk dalam tahap PMAT dan dibedakan dalam tiga tahap,
yaitu:

9
G1 (gap 1) : merupakan akhir mitosis dan awal sintesis (presintesis), pada
fase ini sel mulai tumbuh membesar

S (sintesis) : terjadi duplikasi organel dan sintesis DNA, pada tahap ini sel
aktif melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang

G2 (gap2) : merupakan akhir fase sintesis (postsintesis) dan awal dari


mitosis berikutnya

Demikian seterusnya, setelah selesai melakukan pembelahan pada


tahap mitotik, sel akan masuk interfase, dilanjutkan mitosis lagi, dan seterusnya.
Hampir pada setiap kasus misalnya pembelahan sel untuk penyembuhan luka
(regenerasi), sel akan berhenti membelah manakala luka telah sembuh. Itulah
salah satu kehebatan sel. Tahu kapan harus membelah, dan tahu kapan harus
berhenti. Sel yang tahu diri untuk berhenti dari pembelahan akan masuk ke fase
G0 atau fase stationer. Pada tahap ini sel tidak akan melakukan pembelahan. Jika
terjadi luka, sel segera memasuki fase G1 untuk melakukan pembelahan. Sel
yang tidak tahu diri, harusnya masuk G0 tetapi nekat masuk ke G1, itulah yang
disebut sel tumor atau kanker.

Pembelahan Meiosis

Pembelahan meiosis memiliki ciri sebagai berikut:

10
Terjadi dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gametogenesis) pada
kelenjar kelamin (gonad)

Menghasilkan empat sel yang tidak identik dengan sel semula (diploid
menjadi haploid), karena terjadi pengurangan kromosom pembelahan ini
sering disebut pembelahan reduksi

Bertujuan untuk mengurangi jumlah kromosom, agar komposisi kromosom


anak sama dengan komposisi kromosom induk

Berlangsung dalam dua kali PMAT, yaitu PMAT I (pembelahan reduksi) dan
PMAT II tanpa diselingi interfase

Peristiwa yang berlangsung saat meiosis adalah sebagai berikut:


1. Profase I
Pada profase I, DNA dikemas ke dalam kromosom. Pada akhir profase I,
terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad.
Kromosom homolog adalah sepasang kromosom yang terdiri dari dua
kromosom identik (karena bentuk dan ukuran kedua kromosom sama,
bahkan mengandung gen dengan struktur dan jumlah yang sama).
Perkecualian: kromosom kelamin memiliki bentuk dan ukuran yang
berbeda, yaitu kromosom X dan Y. Akan tetapi, biasanya keduanya tetap
dianggap sebagai kromosom homolog. Hal ini karena tiap kromosom
terdiri dari sepasang kromatid kembar (mirip kembar siam) yang lengket
pada bagian sentromernya.

a) Leptonema (Leptoten)
Pada tahap leptoten, kromatin berubah menjadi kromosom yang
mengalami kondensasi dan terlihat sebagai benang tunggal yang
panjang. Pada beberapa organisme, kromosom tersebut
mengandung bentukan seperti manik-manik, yang merupakan
daerah kromosom yang menyerap warna dengan kuat, yaitu
kromomer.
b) Zigonema (Zigoten)
Pada tahap zigoten, sentrosom membelah menjadi dua, kemudian
bergerak menuju kutub yang berlawanan. Kromosom homolog yang
berasal dari gamet kedua orang tua termasuk bagian kromomer
saling berdekatan dan berpasangan atau disebut melakukan
sinapsis.
c) Pakinema (Pakiten)
Pada tahap pakiten tiap kromosom melakukan penggandaan atau
replikasi menjadi dua kromatid dengan sentromer yang masih tetap
menyatu dan belum membelah. Tiap kromosom yang berpasangan
mengandung empat kromatid disebut tetrad atau bivalen.
d) Diplonema (Diploten)
Pada tahap diploten kromosom homolog terlihat saling menjauhi.
Saat kromosom homolog menjauh, terjadi perlekatan berbentuk X

11
pada suatu tempat tertentu di kromosom yang disebut kiasma
(jamak : kiasmata). Kiasma merupakan bentuk persilangan dua dari
empat kromatid suatu kromosom dengan pasangan kromosom
homolognya. Kiasma juga merupakan tempat terjadinya peristiwa
pindah silang (crossing over) pada kromosom. Peristiwa pindah
silang merupakan salah satu penyumbang keanekaragaman
individu makhluk hidup. Karena adanya peristiwa tersebut sel
gamet yang terbrntuk sama sekali tidak identik dengan susunan
kromosom sel induknya.
e) Diakinesis
Pada tahap diakinesis terbentuk benang-benang spindel dari
pergerakan dua sentriol (hasil pembelahan) ke arah kutub yang
berlawanan. Diakinesis diakhiri dengan menghilangnya nukleolus
dan membran nukleus serta tetrad mulai bergerak ke bidang
ekuator.

2. Metafase I
Pada metafase I terjadi tahap-tahap berikut ini

a) Dinding inti dan nukleolus (anak inti) menghilang.

b) Terbentuk benang-benang spindel.

c) Kromosom homolog (geminus) bergerak ke bidang ekuator dengan


sentromer mengarah ke kutub.

3. Anafase I
Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke kutub berlawanan tanpa
pemisahan sentromer

4. Telofase I
Pada telofase I terjadi tahap-tahap berikut ini

a) Retikulum endoplasma membentuk membran inti di sekitar kelompok


kromosom yang telah sampai di kutub pembelahan.
b) Membran inti dan anak inti (nukleolus) kembali terbentuk.
c) Pembentukan membran plasma untuk memisahkan sel anakan.
d) Terbentuk 2 sel anakan yang haploid (n).

Sitokinesis I

Pada sitokinesis I tiap kromosom homolog dipisahkan oleh sekat sehingga


sitokinesis menghasilkan dua sel, masing-masing berisi kromosom dengan
kromatid kembarnya.

Interkinesis

Interkinesis adalah tahap diantara dua pembelahan meiosis. Pada tahap


interkinesis tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil pembelahan meiosis
I menghasilkan dua sel anakan yang haploid (karena kini sel anakan
mengandung setengah pasang kromosom homolog). Meskipun demikian, perlu
diingat bahwa kromosom tersebut masih berisi sepasang kromatid, yang berarti

12
kandungan DNA-nya masih rangkap (2c). Tujuan meiosis II adalah membagi
kedua salinan tersebut pada sel anakan yang baru. Pada meiosis II terjadi tahap-
tahap yang serupa pada meiosis II.

5. Profase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.

a) Pembelahan dua buah sentriol menjadi dua pasang sentriol baru.


b) Setiap pasang sentriol bermigrasi ke arah kutub yang berlawanan.
c) Mikrotubul membentuk spindel dan membran inti.
d) Nukleus lenyap, kromosom berubah menjadi kromatid.

6. Metafase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.

a) Spindel menghubungkan sentromer dengan kutub pembelahan.


b) Kromatid tertarik ke bidang ekuator.

7. Anafase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.

a) Seluruh isi sel serta benang-benang spindel dari gelendong bertambah


panjang. Bersamaan dengan itu sentromer membelah menjadi dua.
b) Kromatid yang berpasangan saling berpisah dan masing-masing kromatid
bergerak ke arah kutub yang berlawanan.

8. Telofase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.

a) Benang-benang kromatid yang telah sampai di kutub berubah menjadi


benang-benang kromatin.
b) Karioteka dan nukleus terbentuk kembali.
c) Pada bidang pembelahan terbentuk sekat yang membagi sitoplasma
menjadi dua bagian.
d) Terbentuk 4 sel baru dengan jumlah kromosom

Sitokinesis II

Pada sitokinesis II tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel dan akhirnya
menghasilkan empat sel kembar haploid.3,4

13
Komunikasi Antar Sel
Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, dan untuk mempertahankan
homeostasis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel,
yaitu: wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non-wired system
(komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang
terjadi di dalam sel. Komunikasi intra sel merupakan proses pengubahan sinyal
di dalam sel itu sendiri. Komunikasi antar sel biasnya melewati enam tahap:
1)sintesis, 2) pelepasan hormon, 3) transpor ke organ target, 4) pengenalan
petunjuk (sering oleh reseptor protein yang spesifik), 5)
penerjemahan,6)respons.

Informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi.


Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps,
yang dikenal sebagai transmisi sinaps. Sedangkan komunikasi kimiawi
berlangsung lebih lambat namun efeknya lebih lama. Komunikasi saraf dan
komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat kimia
seperti neurotransmitter, hormon, dan neurohormon tidak dapat menembus sel.
Informasi yang akan dihantarkan harus dirubah dulu oleh protein membran sel
ke sinyal kimia di dalam sel.

Komunikasi sel berperan penting dalam menyelenggarakan homeostasis


karena tubuh harus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai
berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga
perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel-sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel merupakan media
yang menopang pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang
paling sederhana terjadi secara lokal (intrinsik) yaitu dengan komunikasi antar
sel yang berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dan

14
dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan sisitem saraf (lengkung
refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik).

Penyampaian Molekul Sinyal

Dalam penyampaian molekul sinyal terdapat empat tipe, yaitu:

1. Endokrin: sel target jauh, mengggunakan mediator hormon. Hormon


dibawa melalui pembuluh darah. Contohnya komunikasi hipofisis ke
gonad, harus menggunakan substansi tertentu untuk menghantarkan
sinyal.

2. Parakrin: mediator lokal. Mempengaruhi sel target tetangga, dirusak oleh


suatu enzim ekstraselular atau diimobilisasi oleh Ekstra Cellular Matriks.
Contohnya Sel folikel menghasilkan estrogen yang hanya diketahui oleh
sel folikel saja.

3. Autokrin: Sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri, contohnya komunikasi yang terjadi ketika pertukaran ion pada sel
dalam jaringan.

4. Sinaptik: Penyampaian sinyal dapat dilakukan dengan cara protein dari


suatu sel berikatan langsung dengan protein lain pada sel lain.

Metode Komunikasi Antar Sel

Di dalam tubuh terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:

1) Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat


berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-
ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu
dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran khusus yang
dibentuk oleh protein connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya
aliran ion-ion (sinyal listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia),
seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang
berhubungan. Contohnya pertukaran ion dan garam antar sel dalam 1
jaringan.
2) Komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan ke cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan
sel lain yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal
autokrin). Contohnya Endoprin dikeluarkan oleh sel-sel otak, untuk
merasakan sensasi puas, hanya dirasakan oleh otak saja.
3) Komunikasi jarak jauh: adalah komunikasi antar sel yang mempunyai jarak
cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang
dihantarkan sel saraf dan atau dengan sinyal kimia (hormon atau
neurohormon) yang dialirkan melalui darah. Contohnya komunikasi yang
terjadi antara hipofisa ke sel gonad.3

Kerusakan Sel
Sel dapat mengalami kerusakan ataupun kematian yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kerusakan sel dapat berupa faktor

15
ektrinsik (faktor-faktor yang terdapat di luar individu) dan faktor intrinsik (faktor-
faktor yang terdapat di dalam individu). Kerusakan atau kematian sel akibat
faktor ektrinsik dapat berupa trauma fisik, toksin, abnormalitas
ketidakseimbangan nutrisi, infeksi oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Faktor
intrinsik yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel diantaranya
yaitu mutasi gen secara spontan dan disfungsi immunologi. Salah satu faktor
yang paling sering mengakibatkan kerusakan sel yaitu defisiensi oksigen atau
zat gizi penting lainnya. Sel bergantung pada suplai oksigen yang kontinu,
karena oksigen merupakan energi pada reaksi-reaksi kimia oksidatif yang
mengerakkan mesin sel dan mempertahankan integritas berbagai komponen sel.
Oleh karena itu, tanpa oksigen berbagai aktivitas pemeliharaan dan penyintesis
sel berhenti dengan cepat. Mekanisme umum yang terjadi akibat dari kerusakan
sel melibatkan deplesi (penipisan) ATP (sering disebabkan oleh hipoksia),
kerusakan membran (disebabkan oleh banyak faktor diantaranya radikal bebas),
gangguan metabolisme sel dan kerusakan genetik

Efek pertama yang terjadi apabila stimulasi mengakibatkan kerusakan


atau cidera pada sel yaitu lesi biokimiawi. Proses ini meliputi perubahan kimia
pada salah satu atau lebih reaksi metabolik di dalam sel. Pada tingkat awal ini
hanya sedikit tipe kerusakan yang benar-benar dipahami. Apabila kerusakan
biokimiawi telah terjadi, sel dapat memiliki manifestasi atau tanpa manifestasi
kelainan fungsional. Pada kasus cidera pada sel, sel memiliki cukup cadangan
tanpa menimbulkan gangguan fungsional, tetapi dapat juga menimbulkan
gangguan fungsional berupa kegagalan kontraksi, sekresi atau aktivitas-aktivitas
sel lainnya. Terjadinya gangguan fungsional pada sel yang cidera tergantung dari
luasnya gangguan produksi energi (disertai deplesi ATP) dan luasnya gangguan
fungsi membran sel. Selain itu, respon sel terhadap kerusakan tergantung dari
banyak faktor diantaranya tipe agen, luasnya kerusakan terjadi, lamanya
kerusakan terjadi dan tipe sel yang dipengaruhi.

Kerusakan di dalam sel dapat bersifat sementara (subletal) ataupun


permanen (menetap). Pada kerusakan yang bersifat sementara, sel mengalami
perubahan untuk beradaptasi agar tetap hidup. Sedangkan pada kerusakan yang
bersifat permanen, maka sel akan mengalami kematian. Sel yang mengalami
perubahan bersifat sementara dinamakan dengan sel yang mengalami
degenerasi, sedangkan sel yang mengalami kematian disebut dengan nekrosa.
Perubahan-perubahan degenerasi biasanya cenderung melibatkan sitoplasma
sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas selama sel tidak mengalami
kerusakan permanen. Ciri-ciri sel mengalami degenerasi yaitu pembengkakan
umum dari sel dan organelnya, pelepasan ribosom dari retikulum endoplasma
dan terjadi penggumpalan kromatin nukleus

Kerusakan sel yang berkelanjutan akan mencapai suatu titik, dimana


kerusakan sel menjadi bersifat permanen dan sel akan mengalami kematian.
Ciri-ciri dari kerusakan sel yang bersifat permanen diantaranya yaitu terjadi
kerusakan membran plasma, kalsium masuk ke dalam sel, pembengkakan
mitokondria dan vakuolisasi, pengendapan kalsium di dalam mitokondria serta
pembengkakan lisosom.

16
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera,
maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel dikelompokkan


menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas
irreversible (kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan berlangsung
secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke keadaan semula dan
sel itu akan mati. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada
bagian-bagian sel.

Penyebab Jejas Sel

Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :

1) Hipoksia (pengurangan oksigen) terjadi sebagai akibat dari :


a) Iskemia (kehilangan pasokan darah)
Dapat terjadi bila aliran arteri atau aliran vena dihalangi oleh
penyakit vaskuler atau bekuan didalam lumen.
b) Oksigenisasi tidak mencukupi karena kegagalan kardiorespirasi.
Misalnya pneumonia.
c) Hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah misalnya anemia,
keracunan karbon monooksida.
Tergantung pada derajat keparahan hipoksi, sel-sel dapat menyesuaikan,
terkena jejas atau mati. Sebagai contoh, bila arteri femoralis menyempit,
sel-sel otot skelet tungkai akan mengisut ukurannya (atrofi). Penyusutan
massa sel ini mencapai keseimbangan antara kebutuhan metabolik dan
perbekalan oksigen yang tersedia. Hipoksi yang lebih berat tentunya akan
menyebabkan jejas atau kematian sel.
2) Faktor fisik
a. Trauma
Trauma mekanik dapat menyebabkan sedikit pergeseran tapi nyata,
pada organisasi organel intrasel atau pada keadaa lain yang ekstrem,
dapat merusak sel secara keseluruhan.
b. Suhu rendah
Suhu rendah mengakibatkan vasokontriksi dan mengacaukan
perbekalan darah untuk sel. Jejas pada pengaturan vasomotor dapat
disertai vasodilatasi, bendungan aliran darah dan kadang-kadang
pembekuan intravaskular. Bila suhu menjadi cukup rendah aliran
intrasel akan mengalami kristalisasi.
c. Suhu Tinggi
Suhu tinggi yag merusak dapat membakar jaringan, tetapi jauh
sebelum titik bakar ini dicapai, suhu yang meningkat berakibat jejas
dengan akibat hipermetabolisme. Hipermetabolisme menyebabkan
penimbunan asam metabolit yang merendahkan pH sel sehingga
mencapai tingkat bahaya.
d. Radiasi

17
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik
akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel
maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal panas
bebas yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel.
Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat
menjejas atau membunuh sel.
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh
karena itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu
jalur konduksi saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.
3) Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya
perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas
selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor.
Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh,
mengenai beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya
barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini
yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri klorida
tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus
besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini.
Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4) Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus,
ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini
menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi,
sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh
dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme,
melalui toksis yang dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat
reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon terhadap
mikroorganisme.
5) Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6) Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi
suatu enzim kelangsungan.
7) Ketidakseimbangan nutrisi: Defisiensi protein-kalori, Avitaminosis,
Aterosklerosis dan Obesitas.
8) Penuaan.

Proses Adaptasi Sel


1. Atrofi
Pengecilan ukuran dari sel yang disebabkan oleh karena sel kehilangan
substansi sel, sehingga menyebabkan berkurangnya ukuran organ. Atropi
memungkinkan terjadinya menurunnya fungsi sel, namun bukan
merupakan kematian sel. Atropi terjadi akibat penurunan dari sintesis
protein dan peningkatan degenersi protein di dalam sel.

2. Hipertrofi

18
Peningkatan besar sel yang mengakibatkan perbesaran organ. Tidak
terdapat sel baru, hanya mengalami perbesaransel, perbesaran terjadi
karena peningkatan jumlah struktur protein dan organel sel.

3. Hiperplasia
Proses adaptasi dengan melakukan replikasi sel, sehingga penambahan
jumlah sel membuat organ membesar akibat peningkatan mitosis.

4. Hipoplasia
Pengurangan jumlah sel, organ menjadi kecil, ukuran sel tetap.

5. Metaplasia
Berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan.

6. Displasia
Kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda
ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya dimana
jumlah bertambah, inti bertambah dan sel muda bertambah.

7. Aplasia
Tidak ada pembentukan sel atau organ.

Proses Kematian Sel

Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ).
Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian
umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan
teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian
sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo = dari dan
ptosis = jatuh) adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang
normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam
stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.

19
a) Apoptosis
Suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai
dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan
mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh sel di sebelahnya.
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan
merupakan suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak
diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi
DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan
apoptosis meliputi syarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan
sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi.
Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang
pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host).
Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup
untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai
berikut : sel mengkerut, kondesasi kromatin, pembentukan gelembung
dan apoptotic bodies dan fagositosis oleh sel di sekitarnya.
b) Nekrosis
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah
hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal
bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel.
Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis
yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis
sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada
individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian yang sifatnya
fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-
sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi
organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.5,6

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran dari beberapa sumber, kesimpulan yang di


peroleh adalah pada saat ini sel terdiri dari tiga bagian utama, yaitu membran
plasma, sitoplasma, dan organel-organel sel yang memiliki struktur dan fungsi
yang saling berterkaitan satu dengan yang lain. Pembelahan sel terdiri atas,
pembelahan secara mitosis dan pembelahan secara meiosis. Pembelahan secara
mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel somatis (sel-sel penyusun
tubuh). Bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi. Sedangkan pembelahan
secara meiosis adalah terjadi dalam peristiwa pembentukan sel kelamin
(gametogenesis). Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, dan untuk mempertahankan
homeostasis. Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera atau jejas sel
dikelompokkan menjadi 2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel)
dan jejas irreversible (kematian sel).

20
Daftar Pustaka

1. Priastini R, Hartono B. Biologi Kedokteran Blok 3 Dasar Biologi Sel 1.


Jakarta: FK UKRIDA; 2010.
2. Susilowarno G, Mulyadi SH, Mutirningsih EM, Umiyati. Biologi untuk
SMA/MA kelas XI. Jakarta: Grasindo; 2006.
3. Campbell NA. Biologi. Ed 5. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2002.
4. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW.Biologi 3 SMA dan MA untuk
kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.
5. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Ester M, editor. Jakarta:
EGC; 2002.
6. Underwood JCE. Patologi umum dan sistematik. Sarjadi, editor. Ed 2.
Jakarta: EGC; 1999.

21

Anda mungkin juga menyukai