Blok 3.pbl
Blok 3.pbl
Pricillia
Nim : 10-2010-397
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: pricilliasantoso54@gmail.com
Abstrak
Sel merupakan unit terkecil dari suatu organism hidup. Sel tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang karena ukurannya sangat kecil. Secara singkat dapat
dinyatakan bahwa sel merupakan satuan minimum kehidupan. Sel mempunyai
struktur yang terdiri dari membran plasma atau membrane sel, inti sel,
sitoplasma, dan organel-organel di dalamnya. Setiap organisme di dunia ini
tersusun atas sel-sel yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi tertentu
dalam tubuh makhluk hidup.
Pendahuluan
Sel merupakan unit terkecil dari suatu organism hidup. Kehidupan dimulai
berawal dari dalam sel. Setiap organisme di dunia ini tersusun atas sel-sel yang
saling berinteraksi membentuk suatu fungsi tertentu dalam tubuh makhluk
hidup. Para ilmuwan hingga pada saat ini berusaha mengembangkan teknik yang
digunakan untuk meneliti dan mempelajari sel. Teori mengenai sel terus
berkembang hingga saat ini. Dengan menggunakan berbagai metode penelitian
dan teori-teori sel tersebut, para ilmuwan dapat mempelajari struktur dan fungsi
sel tersebut. Ukuran, bentuk, struktur dan fungsi sel bermacam-macam.
Misalnya, bentuk pipih, bentuk sel yang memanjang, dan bulat.
Membran Sel
Merupakan pemisah antara lingkungan luar sel dan dalam sel atau media keluar-
masuknya zat dari dalam dan ke dalam sel. Membran sel bersifat semipermeabel
dan selektifpermiabel karena hanya dapat dilalui zat-zat tertentu.
Sebagai sekat pembatas antara isi sel dan lingkungan luar sel.
Sebagai reseptor.
Sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, misalnya respirasi sel.
Sebagai pengontrol transportasi zat dari dalam keluar sel, maupun dari
luar ke dalam sel
Sebagai pelindung sel.
1
Menjaga kestabilan pH, menjaga konsentrasi ion, dan membuang sisa
metabolisme yang bersifat racun.
Model mosaik fluida merupakan model struktur membran sel yang berbentuk
pospolifid bilayer atau membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan bawah.
Sitoplasma
Sitoplasma atau cairan sel adalah matriks yang terdapat diantara membran
plasma dan nukleus. Tersusun atas sitosol yang bersifat koloid dan organel-
organel sel. Ukuran koloid 0,001 0,1 mikron, dengan adanya koloid
memungkinkan sitoplasma berada dalam dua fase yaitu fase gel (setengah
padat) dan fase sol (encer).
Fungsi Sitoplasma
2
Tempat proses pembentukan energi, sintesis asam lemak, asam amino,
protein dan nukelotida.
Menjamin berlangsungnya pertukaran zat, untuk menjaga berlangsungnya
metabolisme dengan baik.
Sitoplasma digunakan sebagai tempat bagi jaringan filamen protein yang
disebut sitoskeleton. Sitoskeleton ini akan membantu mempertahankan
bentuk dan konsistensi sel.
Organel-Organel Sel
Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak membelah
ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen ribosom
disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan
melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi
ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus, bergantung
pada spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.
3
2. Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis
protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati
manusia yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun
atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA. Organel ini
terutama disusun oleh asam ribonukleat dan terdapat bebas dalam
sitoplasma maupun melekat pada RE.
3. Retikulum Endoplasmik
4
retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum
endoplasma halus.
4. Badan Golgi
Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis,
sementara sisi yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi
5
cis, protein dimasukkan ke dalam lumen sisterna. Di dalam lumen, protein
tersebut dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat, ditandai
dengan penanda kimiawi, dan dipilah-pilah agar nantinya dapat dikirim ke
tujuannya masing-masing.
5. Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30
jenis enzim hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel
menggunakan kembali subunit molekul yang sudah diuraikan lisosom itu.
Bergantung pada zat yang diuraikannya, lisosom dapat memiliki berbagai
ukuran dan bentuk. Organel ini dibentuk sebagai vesikel yang melepaskan
diri dari badan Golgi.
6
6. Mitokondria
Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar dan
membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Luas
permukaan membran dalam lebih besar daripada membran luar karena
memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke dalam matriks
atau ruang dalam mitokondria.
Pembelahan Sel
Pembelahan Mitosis
7
Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel somatis (sel-
sel penyusun tubuh). Bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi. Pada
pembelahan mitosis setiap sel induk yang diploid (2n) menghasilkan dua sel
anak yang tetap diploid (2n). Jumlah kromosom sel anak sama dengan jumlah
kromosom sel induknya. Pada pembelahan mitosis, sel tidak langsung membelah
menjadi dua tetapi melalui beberapa fase (tahap), yaitu profase, metafase,
anafase, dan telofase.
1. Profase
Tahap ini merupakan fase pembelahan mitosis yang paling lama dan
paling banyak memerlukan energi.
a) Benang-benang kromatin yang terdapat dalam inti sel berkondensasi
membentuk kromosom.
b) Membran inti larut yang diikuti dengan menghilangnya anak inti
(nukleolus).
c) Kromosom menduplikasi diri menjadi sepasang kromatid.
d) Sentriol membelah dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Di
sekitar sentriol terbentuk benang-benang pembelahan (spindel) sehingga
menyerupai bentuk bintang yang disebut aster.
2. Metafase
3. Anafase
4. Telofase
8
c) Kromatid menjadi samar-samar dan anak inti (nukleolus) pun mulai
timbul.
d) Aster menghilang dan terjadi penebalan sitoplasma yang diikuti dengan
pembagian sitoplasma (sitokinesis) sehingga dihasilkan dua sel yang
identik dengan sel semula.
Siklus sel
9
G1 (gap 1) : merupakan akhir mitosis dan awal sintesis (presintesis), pada
fase ini sel mulai tumbuh membesar
S (sintesis) : terjadi duplikasi organel dan sintesis DNA, pada tahap ini sel
aktif melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang
Pembelahan Meiosis
10
Terjadi dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gametogenesis) pada
kelenjar kelamin (gonad)
Menghasilkan empat sel yang tidak identik dengan sel semula (diploid
menjadi haploid), karena terjadi pengurangan kromosom pembelahan ini
sering disebut pembelahan reduksi
Berlangsung dalam dua kali PMAT, yaitu PMAT I (pembelahan reduksi) dan
PMAT II tanpa diselingi interfase
a) Leptonema (Leptoten)
Pada tahap leptoten, kromatin berubah menjadi kromosom yang
mengalami kondensasi dan terlihat sebagai benang tunggal yang
panjang. Pada beberapa organisme, kromosom tersebut
mengandung bentukan seperti manik-manik, yang merupakan
daerah kromosom yang menyerap warna dengan kuat, yaitu
kromomer.
b) Zigonema (Zigoten)
Pada tahap zigoten, sentrosom membelah menjadi dua, kemudian
bergerak menuju kutub yang berlawanan. Kromosom homolog yang
berasal dari gamet kedua orang tua termasuk bagian kromomer
saling berdekatan dan berpasangan atau disebut melakukan
sinapsis.
c) Pakinema (Pakiten)
Pada tahap pakiten tiap kromosom melakukan penggandaan atau
replikasi menjadi dua kromatid dengan sentromer yang masih tetap
menyatu dan belum membelah. Tiap kromosom yang berpasangan
mengandung empat kromatid disebut tetrad atau bivalen.
d) Diplonema (Diploten)
Pada tahap diploten kromosom homolog terlihat saling menjauhi.
Saat kromosom homolog menjauh, terjadi perlekatan berbentuk X
11
pada suatu tempat tertentu di kromosom yang disebut kiasma
(jamak : kiasmata). Kiasma merupakan bentuk persilangan dua dari
empat kromatid suatu kromosom dengan pasangan kromosom
homolognya. Kiasma juga merupakan tempat terjadinya peristiwa
pindah silang (crossing over) pada kromosom. Peristiwa pindah
silang merupakan salah satu penyumbang keanekaragaman
individu makhluk hidup. Karena adanya peristiwa tersebut sel
gamet yang terbrntuk sama sekali tidak identik dengan susunan
kromosom sel induknya.
e) Diakinesis
Pada tahap diakinesis terbentuk benang-benang spindel dari
pergerakan dua sentriol (hasil pembelahan) ke arah kutub yang
berlawanan. Diakinesis diakhiri dengan menghilangnya nukleolus
dan membran nukleus serta tetrad mulai bergerak ke bidang
ekuator.
2. Metafase I
Pada metafase I terjadi tahap-tahap berikut ini
3. Anafase I
Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke kutub berlawanan tanpa
pemisahan sentromer
4. Telofase I
Pada telofase I terjadi tahap-tahap berikut ini
Sitokinesis I
Interkinesis
12
kandungan DNA-nya masih rangkap (2c). Tujuan meiosis II adalah membagi
kedua salinan tersebut pada sel anakan yang baru. Pada meiosis II terjadi tahap-
tahap yang serupa pada meiosis II.
5. Profase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.
6. Metafase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.
7. Anafase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.
8. Telofase II
Peristiwa yang terjadi sebagai berikut.
Sitokinesis II
Pada sitokinesis II tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel dan akhirnya
menghasilkan empat sel kembar haploid.3,4
13
Komunikasi Antar Sel
Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan
pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, dan untuk mempertahankan
homeostasis. Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel,
yaitu: wired system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non-wired system
(komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang
terjadi di dalam sel. Komunikasi intra sel merupakan proses pengubahan sinyal
di dalam sel itu sendiri. Komunikasi antar sel biasnya melewati enam tahap:
1)sintesis, 2) pelepasan hormon, 3) transpor ke organ target, 4) pengenalan
petunjuk (sering oleh reseptor protein yang spesifik), 5)
penerjemahan,6)respons.
14
dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan sisitem saraf (lengkung
refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik).
3. Autokrin: Sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri, contohnya komunikasi yang terjadi ketika pertukaran ion pada sel
dalam jaringan.
Kerusakan Sel
Sel dapat mengalami kerusakan ataupun kematian yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kerusakan sel dapat berupa faktor
15
ektrinsik (faktor-faktor yang terdapat di luar individu) dan faktor intrinsik (faktor-
faktor yang terdapat di dalam individu). Kerusakan atau kematian sel akibat
faktor ektrinsik dapat berupa trauma fisik, toksin, abnormalitas
ketidakseimbangan nutrisi, infeksi oleh virus, bakteri, jamur dan parasit. Faktor
intrinsik yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel diantaranya
yaitu mutasi gen secara spontan dan disfungsi immunologi. Salah satu faktor
yang paling sering mengakibatkan kerusakan sel yaitu defisiensi oksigen atau
zat gizi penting lainnya. Sel bergantung pada suplai oksigen yang kontinu,
karena oksigen merupakan energi pada reaksi-reaksi kimia oksidatif yang
mengerakkan mesin sel dan mempertahankan integritas berbagai komponen sel.
Oleh karena itu, tanpa oksigen berbagai aktivitas pemeliharaan dan penyintesis
sel berhenti dengan cepat. Mekanisme umum yang terjadi akibat dari kerusakan
sel melibatkan deplesi (penipisan) ATP (sering disebabkan oleh hipoksia),
kerusakan membran (disebabkan oleh banyak faktor diantaranya radikal bebas),
gangguan metabolisme sel dan kerusakan genetik
16
Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama
atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel
tersebut dan besar serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera,
maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.
17
Kontak dengan radiasi secara fantastis dapat menyebabkan jejas, baik
akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang dikandung dalam sel
maupun karena ionisasi air sel yang menghasilkan radikal panas
bebas yang secara sekunder bereaksi dengan komponen intrasel.
Tenaga radiasi juga menyebabkan berbagai mutasi yang dapat
menjejas atau membunuh sel.
e. Tenaga Listrik
Tenaga listrik memancarkan panas bila melewati tubuh dan oleh
karena itu dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengganggu
jalur konduksi saraf dan berakibat kematian karena aritmi jantung.
3) Bahan kimia dan obat-obatan
Banyak bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya
perubahan pada beberapa fungsi vital sel, seperti permeabilitas
selaput, homeostasis osmosa atau keutuhan enzim dan kofaktor.
Masing-masing agen biasanya memiliki sasaran khusus dalam tubuh,
mengenai beberapa sel dan tidak menyerang sel lainnya. Misalnya
barbiturat menyebabkan perubahan pada sel hati, karena sel-sel ini
yang terlibat dalam degradasi obat tersebut. Atau bila merkuri klorida
tertelan, diserap dari lambung dan dikeluarkan melalui ginjal dan usus
besar. Jadi dapat menimbulkan dampak utama pada alat-alat tubuh ini.
Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan jejas sel :
a. Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4) Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai virus,
ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini
menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi,
sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga. Sel tubuh
dapat mengalami kerusakan secara langsung oleh mikroorganisme,
melalui toksis yang dikeluarkannya, atau secara tidak langsung akibat
reaksi imun dan perandangan yang muncul sebagai respon terhadap
mikroorganisme.
5) Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6) Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan mengurangi
suatu enzim kelangsungan.
7) Ketidakseimbangan nutrisi: Defisiensi protein-kalori, Avitaminosis,
Aterosklerosis dan Obesitas.
8) Penuaan.
2. Hipertrofi
18
Peningkatan besar sel yang mengakibatkan perbesaran organ. Tidak
terdapat sel baru, hanya mengalami perbesaransel, perbesaran terjadi
karena peningkatan jumlah struktur protein dan organel sel.
3. Hiperplasia
Proses adaptasi dengan melakukan replikasi sel, sehingga penambahan
jumlah sel membuat organ membesar akibat peningkatan mitosis.
4. Hipoplasia
Pengurangan jumlah sel, organ menjadi kecil, ukuran sel tetap.
5. Metaplasia
Berbahan sel dari satu subtipe ke subtipe lainnya. Metaplasia terjadi
sebagai respon terhadap cidera atau iritasi continue yang menghasilkan
peradangan kronis pada jaringan.
6. Displasia
Kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya sel yang berbeda
ukuran, bentuk dan penampakannya dibandingkan sel asalnya dimana
jumlah bertambah, inti bertambah dan sel muda bertambah.
7. Aplasia
Tidak ada pembentukan sel atau organ.
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel ( cellular death ).
Kematian sel dapat mengenai seluruh tubuh ( somatic death ) atau kematian
umum dan dapat pula setempat, terbatas mengenai suatu daerah jaringan
teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Terdapat dua jenis utama kematian
sel, yaitu apoptosis dan nekrosis. Apoptosis (dari bahasa yunani apo = dari dan
ptosis = jatuh) adalah kematian sel terprogram (programmed cell death), yang
normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam
stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.
19
a) Apoptosis
Suatu proses yang ditandai dengan terjadinya urutan teratur tahap
molekular yang menyebabkan disintegrasi sel. Apoptosis tidak ditandai
dengan adanya pembengkakan atau peradangan, namun sel yang akan
mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh sel di sebelahnya.
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan
merupakan suatu mekanisme yang dapat mengeliminasi sel yang tidak
diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa transkripsi
DNA yang salah.
Kematian sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus
berlanjut sepanjang waktu hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan
apoptosis meliputi syarat hormon, rangsangan antigen, peptida imun, dan
sinyal membran yang mengidentifikasi sel yang menua atau bermutasi.
Virus yang menginfeksi sel akan seringkali menyebabkan apoptosis, yang
pada akhirnya akan menyebabkan kematian virus dan sel pejamu (host).
Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme hidup
untuk melawan infeksi virus.
Perubahan morfologi dari sel apoptosis diantaranya sebagai
berikut : sel mengkerut, kondesasi kromatin, pembentukan gelembung
dan apoptotic bodies dan fagositosis oleh sel di sekitarnya.
b) Nekrosis
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam
tubuh. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat
patologis. Faktor yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah
hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal
bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel.
Respon imun dan peradangan terutama sering dirangsang oleh nekrosis
yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis
sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan kematian pada
individu. Istilah nekrobiosis digunakan untuk kematian yang sifatnya
fisiologik dan terjadi terus-menerus. Nekrobiosis misalnya terjadi pada sel-
sel darah dan epidermis. Indikator Nekrosis diantaranya hilangnya fungsi
organ, peradangan disekitar nekrosis, demam, malaise, lekositosis,
peningkatan enzim serum.5,6
Kesimpulan
20
Daftar Pustaka
21