Anda di halaman 1dari 7

Skenario B Blok 2

Ny. A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum dikaruniai anak. Ny. A
datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang tidak teratur dan datang ke dokter bertujuan agar
segera memiliki anak.

Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya
segera di operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter menyarankan agar pasien
datang bersama suami untuk berkonsultasi.

Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Ny. A khawatir
suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A memiliki anak akan sangat kecil setelah
operasi pengangkatan ovarium. Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang
diderita sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan keadaan yang dialami Ny. A.

Analisis masalah

1. Nyonya A, berusia 30 tahun, tidak bekerja, setelah menikah selama 5 tahun belum
dikaruniai anak. Ny. A datang ke dokter kandungan dengan keluhan menstruasi yang tidak
teratur dan datang ke dokter bertujuan agar segera memiliki anak. Dari hasil
pemeriksaan,dokter menyatakan bahwa Ny. A menderita kanker Ovarium dan sebaiknya
segera di operasi untuk pengangkatan ovarium kiri tersebut. Untuk hal ini dokter
menyarankan agar pasien datang bersama suami untuk berkonsultasi.
a. Apakah tindakan Ny. A sudah benar dengan berkonsultasi atau datang ke dokter
kandungan tentang penyakit yang dideritannya selama 5 tahun tersebut ?
b. Bagaimana komunikasi dokter dengan pasien dalam penyampain suatu hasil
pemeriksaan ?
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,
yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam
usaha menggali informasi.

Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya,
dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri.
Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau
apapun secara jelas dan detil.

Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu
melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap
hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan
pesan-pesan kesehatan yang penting.
Sumber : KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA Indonesian Medical Council
Jakarta 2006 Muhammad Mulyohadi Ali , Ieda Poernomo Sigit Sidi , Huzna Zahir

c. Mengapa dokter menyarankan agar Ny. A datang bersama suami untuk


berkonsultasi ?.( informed consent )

Karena ny. A mengalami kanker ovarium dan dokter menyarankan ny. A segera di
operasi untuk pengangkatan ovarium kirinya . dokter juga meminta persetujuan
kepada suaminya agar pasien bisa menentukan sendiri

keputusannya sesuai dengan pilihannya sendiri. Karena itu, pasien juga berhak
untuk menolak tindakan medis yang dianjurkan. yang berhak memberikan
persetujuan atau menyatakan menolak tindakan medis pada dasarnya, pasien
sendiri jika ia dewasa dan sadar sepenuhnya. Namun, menurut Penjelasan Pasal 45
UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut di atas, apabila pasien sendiri berada di bawah
pengampuan, persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh
keluarga terdekat, antara lain suami/isteri, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung
atau saudara-saudara kandung.
Sumber : Jurnal TINJAUAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
(INFORMED CONSENT) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG oleh RATIH
KUSUMA WARDHANI tahun 2009
d. Apa yang dimaksud dengan informed consent atau persetujuan tindakan
medis ?.
Informed Consent dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 ditafsirkan sebagai
Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medik yang
dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1).
sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16619/4/Chapter
%20II.pdf oleh F Razi - 2010
e. Apa tujuan persetujuan tindakan medik / informed consent ?

Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan/ tujuannya dibagi


tiga, yaitu:18
a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek
penelitian).
b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis.
c. Yang bertujuan untuk terapi.
Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :
a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasien;
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang
tidak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of
treatment yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah
mengusahakan semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-
hati dan teliti.
sumber : Jurnal TINJAUAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
(INFORMED CONSENT) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG oleh
RATIH KUSUMA WARDHANI tahun 2009
2. Ny. A meminta dokter untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Ny. A
khawatir suaminya akan menikah lagi karena mengetahui kemungkinan Ny. A memiliki
anak sangan kecil setelah operasi pengangkatan ovarium.
a. Bagaimana sikap seorang dokter dalam menaggapi permintaan Ny. A untuk
merahasiakan penyakit yang dideritanya kepada suaminya ?.
b. Apakah permintaan Ny. A telah sesuai dengan hak dan kewajiban dari
seorang pasien ?.
c. Apa saja hak dan kewajiban seorang pasien ?.

Hak pasien :

1 Hak untuk hidup, ha katas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar
2 Memperoleh layanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran
3 Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobatinya
4 Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat
menarik diri dari kontrak terapeutik
5 Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya
6 Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi

Kewajiban pasien :

1 Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter


2 Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
3 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
4 Menandatangani surat-surat PTM , surat jaminan dirawat dirumh sakit dan lain-
lain
5 Yakin pada dokternya , dan yakin akan sembuh

Sumber : (Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.YM.02.04.3.5.2504 Tahun


1997 tentang pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit)

d. Apa saja etika kedokteran yang harus dimiliki oleh seorang dokter ?.

Untuk menjadi dokter yang profasional berdasarkan etika kedokteran, ada


beberapa kewajiban yang harus di laksanakan oleh seorang dokter, yaitu
kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter
terhadapan sejawatnya, dan kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya. Dan
harus memenuhi beberapa ciri para dokter untuk menjadi profesional.

Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tertulis : Setiap dokter


senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Namun
dalam sumpah dokter, terdapat pernyataan: Saya akan menghormati setiap hidup
insani mulai dari saat pembuahan.

Sumber : fk usu kode etik keokteran tahun 2004


http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf

e. Apakah ada batasan dalam merahasiakan informasi medis ?.


f. Bagaimana pandagan Islam mengenai sikap amanah yang harus dimiliki
oleh seorang dokter ?
Surat An-nisa ayat 58
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.

Ayat diatas menjelaskan bahwa amanat yaitu; segala sesuatu yang dipercayakan
kepada manusia dan diperintahkan untuk dikerjakan. Dalam ayat ini Allah
memerintahkan hambanya untuk menyampaikan amanat secara sempurna, utuh
tanpa mengulur-ulur/menunda-nundanya kepada yang berhak.
Sebagai seorang dokter muslim yang diberikan amanah oleh pasiennya hendaknya
bersikap jujur, dapat dipercaya, dan berusaha memenuhi sesuai dengan standar
keprofesian, serta kebutuhan pasien tanpa mengada-ngada yang sebenarnya.

3. Ny. A tidak memberikan penjelasan kepada suami mengenai penyakit yang diderita
sehingga suami Ny. A terus datang dan mendesak dokter menjelaskan kepada yang
dialami Ny. A.
a. Apa tindakan dokter ketika mendapat desakan untuk memberitahukan
penyakit yang diderita pasien kepada suami (keluarga) ?.
b. Dalam hal apa saja seorang dokter diperbolehkan membuka rahasia seorang
pasien ?.
BAB IV
PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN
Pasal 5
(1) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.

Pasal 6
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan kesehatan pasien
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan, dan
perawatan pasien; dan
b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan
kesehatan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dilakukan dengan persetujuan dari pasien.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dilakukan dengan persetujuan dari pasien baik secara tertulis maupun sistem
informasi elektronik.
(4) Persetujuan dari pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan
telah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.
(5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya.

Pasal 7
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan sidang pengadilan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan
ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis.
(3) Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar perintah
pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis seluruhnya dapat
diberikan.

Pasal 8
(1) Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar permintaan pasien sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan dengan pemberian data
dan informasi kepada pasien baik secara lisan maupun tertulis.
(2) Keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data dan informasi kesehatan
pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien.
(3) Pernyataan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan pada
waktu penerimaan pasien.

Pasal 9
(1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa
persetujuan pasien dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin,
serta kepentingan umum.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik
atau disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan
tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka identitas
pasien.
(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. audit medis;
b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang
akan datang; dan
e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
(5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka
kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10
(1) Pembukaan atau pengungkapkan rahasia kedokteran dilakukan oleh
penanggung jawab pelayanan pasien.
(2) Dalam hal pasien ditangani/dirawat oleh tim, maka ketua tim yang
berwenang membuka rahasia kedokteran.
(3) Dalam hal ketua tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan
maka pembukaan rahasia kedokteran dapat dilakukan oleh salah satu anggota
tim yang ditunjuk.
(4) Dalam hal penanggung jawab pelayanan pasien tidak ada maka pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dapat membuka rahasia kedokteran.

Pasal 11
Penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat menolak membuka rahasia kedokteran apabila permintaan
tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12
Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan informasi yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 13
(1) Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal dunia yang
menuntut tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan serta
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hak
rahasia kedokterannya kepada umum.
(2) Penginformasian melalui media massa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memberikan kewenangan kepada tenaga kesehatan dan/atau fasillitas
pelayanan kesehatan untuk membuka atau mengungkap rahasia kedokteran
yang bersangkutan sebagai hak jawab.

Pasal 14
Dalam hal pihak pasien menggugat tenaga kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan maka tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang digugat berhak membuka rahasia kedokteran dalam rangka
pembelaannya di dalam sidang pengadilan.
Sumber : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2012
TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN

c. Bagaimana cara dokter menjalankan

Anda mungkin juga menyukai