Anda di halaman 1dari 15

Sumber: http://alchemist0308/2011/11/laporan-organikasetaldehid.

html

KARAKTERISTIK DAN CARA PEMBUATN ASETALDEHID

PENDAHULUAN

Asetaldehid merupakan senyawa organik yang terdiri dari satu gugus alkil dan
sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Aldehida lazim
terdapat dalam sistem makhluk hidup. Aldehida memiliki bau yang khas yang dapat
membedakannya dengan keton. Umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau
harum.
Salah satu aldehid yang penting adalah asetaldehid. Asetaldehid memiliki titik didih
sekitar temperatur kamar (20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam
bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehid digunakan sebagai zat antara dalam sintesis
asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
Sintesa aldehid dapat dilakukan beberapa metode, yakni oksidasi alkohol primer dengan
KMnO4 + H2O atau K2Cr2O7 + H2O, reduksi asilhalida dengan H2 yang dikenal reaksi
Rosenmund, suling kering garam alkanoat dengan garam formiat, adisi CO dan H2 pada
alkena, dan cara khusus dengan hidrasi katalitik dari asetilena.
Dalam percoban kali ini, dilakukan pembuatan asetaldehid dari oksidasi alkohol primer
(etanol) dengan larutan K2Cr2O7 dalam suasana asam menggunakan metode destilasi.
Dimana destilat yang dihasilkan akan direaksikan dengan Fehling A dan Fehling B untuk
membuktikan adanya aldehid dalam destilat.
Untuk mengetahui lebih lanjut proses pembuatan asetaldehid dengan cara oksidasi dan
memahami sifat kimia dari asetaldehid, maka dilakukan percobaan ini.
Prinsip percobaan ini adalah pembuatan asetaldehida dengan cara mengoksidasi etanol
dengan menggunakan zat pengoksid K2Cr2O7 yang dilakukan dalam suasana asam, dalam
hal ini etanol mengalami reaksi oksidasi dan K2Cr2O7 mengalami reduksi. Pembuatan
asetaldehid dilakukan dengan metode destilasi biasa pada suhu 60-80oC selama 3 jam
sehingga diperoleh destilat berupa asetaldehid, yang kemudian diuji dengan Fehling A dan B,
uji positif menandakan adanya asetaldehid ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata
Cu2O, dan di uji dengan uji Tollens, uji positif menandakan adanya asetaldehid ditandai
dengan terbentuknya cermin perak.

KAJIAN TEORI
Aldehid merupakan sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil. Aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon
karboninya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R dalam rumus di bawah ini) dapat berupa
alkil, aril atau H.
Aldehid lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina
progesteron merupakan contoh aldehid yang penting secara biologis. Banyak aldehid
mempunyai bau yang khas yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang.
Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enentiomer-
enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.
Dalam sistem IUPAC, nama suatu aldehida diturunkan dari nama alkana induknya
dengan mengubah huruf akhir a menjadi al. tak diperlukan nomor; gugus CHO selalu
memiliki nomor 1 untuk karbonnya.
Aldehid lazim, nama trivialnya untuk digunakan cara luas. Aldehid diberi nama menurut
nama asam karboksilat induknya dengan mengubah akhiran asam oat atau asam at
menjadi akhiran aldehida.
Asam karboksilat Aldehida
Asam formiat Formaldehid
Asam asetat Asetaldehid
Asam propionat Propionaldehid
Asam butirat Butiraldehid
Asam benzoat Benzaldehid

Salah satu aldehid penting, asetaldehida dengan titik didih sekitar temperatur kamar
(20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer
siklik. Asetaldehida digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat
dan senyawa-senyawa lain dalam industri. (Ralp J. Fessenden dan Joan S. Fessenden, 1982)
Aldehida mudah direduksi masing-masing menjadi alkohol primer dan sekunder. Reduksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, umumnya dengan hidrida logam.
Hidrida logam yang paling sering digunakan untuk mereduksi senyawa karbonil ialah lithium
alumina hidrida (LiAlH4) dan natrium borohidrida (NaBH4). Ikatan logam-hidrida
terpolarisasi, dengan muatan pada logam positif dn muatan pada hidrogen negatif. Dengan
demikian, reaksinya melibatkan serangan nukleofilik tak reversibel dari hidrida (H-) pada
karbon karbonil. Produk awalnya ialah aluminium alkoksida, yang selanjutnya terhidrolisis
oleh air dan asam menghasilkan alkohol. Hasil akhirnya ialah adisi hidrogen pada ikatan
rangkap karbon-oksigen.
Karena ikatan rangkap karbon-karbon tidak mudah diserang oleh nukleofilik, hidrida
logam dapat digunakan untuk mereduksi ikatan rangkap karbon-oksigen menjadi alkohol
padanannya tanpa mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon yang terdapat pada senyawa yang
sama.
Aldehid jauh lebih mudah dioksidasi dari keton. Oksidasi aldehida menghasilkan asam
dengan jumlah atom karbon yang sama. Karena reaksi ini terjadi dengan mudah, banyak zat
pengoksidasi seperti KMnO4, CrO3, Ag2O dan perasam dapat digunaka.
Ion perak sebagai pengoksidasi memang mahal tetapi dapat secara selektif mengoksidasi
aldehida menjadi asam karboksilat meskipun dengan kehadiran alkena.
Uji laboratorium yang membedakan aldehida dari keton didasarkan pada perbedaan
kemudahannya dioksidasi. Pada uji cermin perak Tollens, ion kompleks perak-amonia
direduksi oleh aldehida (tetapi tidak oleh keton) menjadi perak logam.
Jika bejana kaca tempat melakukan uji benar-benar bersih, perak pengendap sabagai
cermin pada permukaan kaca. Reaksi ini juga dilakukan pada kaca perak, dengan
menggunakan aldehida yang murah, yaitu formaldehida.
Aldehida begitu mudahnya dioksidasi sehingga sampel yang disimpan biasanya
mengandung sedikit asamnya. Kontaminasi ini disebabkan oleh oksidasi udara
RCHO + O2 2 RCO2H
(Harold Hart, 1983).

Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan
titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan apabila zat-zat
penyusunnya mempunyai perbedaan .titik didih cukup tinggi. Misalnya untuk memisahkan
natrium klorida dan air dari larutan garam NaCl, maka pelarut yang mempunyai titik didih
rendah dalam hal ini air diuapkan kemudian diembunkan (dikondensasikan) kembali untuk
mendapatkan air murni (aquades). Apabila proses ini dilanjutkan, maka semua air akan habis
menguap dan terkondensasi sehingga yang tertinggal hanya padatan zat terlarut natrium
klorida.
Pada pemisahan campuran dari dua cairan yang menguap atau titik didihnya berdekatan
lebih banyak persoalannya, sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara
yang sering digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat,
yaitu proses dalam mana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan
diembunkan.
Dalam proses ini campuran didihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan tetap. Uap
yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni berasal dari salah satu komponen tetapi masih
mengandung komponen dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan
yang mendidih. Kenyataan umum yang diperoleh adalah bahwa uap lebih banyak
mengandung komponen yang mudah menguap (atsiri).
Bila sebagian cairan yang telah didihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi
manjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan
yang mengandung lebih banyak komponen yang atsiri dibandingkan cairan aslinya. Bagian
kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen
yang sukar menguap. Bila destilat yang mula-mula diperoleh dipanaskan lagi sampai
mendidih, maka uap yang baru akan lebih banyak lagi komponen yang lebih atsiri. Hal ini
dapat diulangi lagi beberapa kali sampai akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang
mudah menguap.
Destilasi bertingkat dengan proses bertahap (batch) seperti dilakukan diatas agak
merepotkan. Pemisahan yang lebih efisien dapat dicapai melalui proses sinambung
(kontinyu) yang dapat dilakukan dengan cara cepat dalam suatu kolom fraksionasi. Dalam
kolom ini uap diembunkan dan tersuling ulang beberapa kali sebelum meninggalkan kolom
sampai akhirnya diperoleh destilat yang murni. Destilasi bertingkat dengan cara ini banyak
dipakai dalam industri, misalnya untuk memisahkan minyak mentah ke dalam berbagai
komponennya, termasuk bensin, minyak tanah, minyak pelumas dan parafin.
Pada pemisahan campuran yang membentuk larutan non ideal dapat menujukkan prilaku
yang lebih rumit.
Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan secara menyeluruh kedalam komponen-
komponennya, karena bila didihkan campuran akan mendidih dengan konstan. Campuran
semacam ini disebut azeotrop, yaitu campuran yang mendidih pada suhu konstan dan dengan
komposisi yang konstan. Campuran HCl dan air adalah contoh larutan non ideal yang
menunjukkan deviasi negatif besar.
Campuran ini memiliki titik didih maksimum yang konstan pada 1 atm dan suhu
108,5oC, dengan komposisi 20,22% HCl. Campuran lain yang mempunyai titik didih konstan
adalah etil alkohol dan air. Campuran ini menunjukkan deviasi positif besar dari sifat ideal,
sehingga mendidih dengan titik didih minimum 72,8oC pada 1 atm dengan komposisi 95,6%
etil alkohol. Untuk mengetahui hubungan antara titik didih dan komposisi uap dapat dibuat
diagram titik didih. (Estien Yazid, 2005)

PROSEDUR

Pembuatan Asetaldehid

- Dimasukkan 5 gr K2Cr2O7 yang telah dilarutkan dengan 100 ml aquadest kedalam labu
destilasi.
- Dirangkai alat destilasi.
- Dibuat campuran 25 ml etanol dengan 15 ml H2SO4 pekat kedalam beaker glass dan
dihomogenkan campuran tersebut.
- Dipabaskan alat selama kurang lebih 10 menit.
- Dimasukkan campuran etanol-H2SO4 kedalam labu destilasi, secara perlahan-lahan.
- Dipanaskan kembali alat destilasi sampai semua aldehid keluar (kira-kira 30 ml).
- Dinetralkan destilat dengan larutan Na2CO3, dan dicek pH-nya dengan kertas pH universal.

Uji Destilat dengan Pereaksi Fehling

- Dimasukkan destilat kedalam tabung reaksi sebanyak


- Ditambah 10 tetes Fehling A.
- Ditambah 10 tetes Fehling B.
- Dipanaskan larutan dan diamati.

HASIL PENGAMATAN
Perlakuan dan Pengamatan

Ditimbang 5 gr K2Cr2O7, ditambah dengan 100 ml aquades.

Disiapkan alat destilasi.

Disiapkan 25 ml etanol dan 15 ml H2SO4 pekat, kemudian dicampurkan.

Dimasukkan larutan K2Cr2O7 dalam labu destilasi.

Ditambahkan campuran etanol dan H2SO4 dalam labu destilasi secara perlahan-lahan.

Didestilasi selama 3 jam

Destilat yang didapatkan, dinetralkan dengan larutan Na2CO3.

Diambil 10 ml destilat, ditambah dengan Fehling A 10 tetes dan Fehling B 10 tetes.

Dipanaskan dan diamati.

Larutan warna orange

Larutan berwarna biru tua

Destilat bening pH = 3

V Na2CO3 = 3 tetes, pH = 7

Larutan berwarna biru

Terbentuk sedikit endapan coklat

KESIMPULAN
- Kegunaan asetaldehid antara lain:
a. Sebagai bahan baku pembuatan asam asetat.
b. Sebagai bahan baku dalam anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat.
c. Aldehid aromatik sering digunakan sebagai penyedap, parfum dan lain sebagainya.
d. Sebagai bahan untuk kareat atau damar buatan dan zat warna.
- Sifat kimia asetaldehid yaitu: larut dalam air, lebih reaktif daripada keton, dapat dideteksi
dengan uji Tollens, Benedict dan fehling, dan dapat bersifat sebagai pereduksi. Sedangkan
sifat fisis asetaldehid yaitu: merupakan cairan yang baunya sangat enak, mudah menguap dan
titik didihnya 20,2oC.
Pembuatan asetaldehid dilakukan dari oksidasi alkohol primer yakni etanol dengan larutan
K2Cr2O7 dalam suasana asam dengan menggunakan metode destilasi yang didasarkan pada
perbedaan titik didih masing-masing larutannya.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden R. J dan J. S Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.

https://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/02/aldehid-dan-keton/

ALDEHID DAN KETON

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton
dan penggunaan aldehid dan keton untuk identifikasi senyawa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom
hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran
ana dengan al. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan
dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).

Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama
pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah
sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi
alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).

Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer.
Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi
asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah
oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi
asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat
dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon
lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil
(Wilbraham, 1992).

Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir
semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO 3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na 2Cr2O7) dan kalium permanganat
(KMnO4) (Respati, 1986).

Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi,
sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator
yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi
menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).

Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada
alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik
menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah
molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah termometer 1 buah, water bath 1
buah, tabung reaksi 6 buah, tutup tabung reaksi, plat pemanas, pipet tetes 10 buah.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aseton, asetaldehid,


sikloheksanon, eter, benzaldehid, NaOH, HCl, es batu, KMnO4, Besi (III) klorida,
pereaksi tollens, pereaksi benedict, pereaksi fenilhidrazin, larutan iodin dalam KI,
larutan amoniak 10%, larutan asam kromat, pereaksi fehling (A dan B), Natrium
bisulfit, AgNO3, fuchsin, formal dehida.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Uji Fehling

a. Diisi masing-masing tabung reaksi 0,5 ml larutan reagen fehling A dan 0,5 ml
reagen fehling B.

b. Ditambahkan 0,5 ml asetaldehida dan dipanaskan selama 5 menit.

c. Diamati perubahan yang terjadi.

d. Diulangi percobaan dengan sampel aldehida dan keton lainnya.


2. Uji Tollens (Uji cermin Perak)

a. Dimasukkan 0,5 ml AgNO3 5%, 1 tetes larutan NaOH 6 N tetes demi tetes serta
amonia encer tetes demi tetes.

b. Diaduk kuat-kuat hingga tercampur sempurna.

c. Ditambahkan 0,5 ml sampel, dikocok, dan dibiarkan selama 5 menit.

d. Jika tidak ada reaksi, dipanaskan di dalam water bath suhu 400 C selama 5 menit.

e. Diamati perubahan yang terjadi.

3. Uji Iodoform

a. Dimasukkan 1 ml sampel dan 1 ml I2 dalam KI ke dalam tabung reaksi.

b. Ditambahkan NaOH 6 M tetes demi tetes sampai larutan iodin berwarna kuning
muda.

c. Didiamkan, bila dalam 5 menit belum terbentuk endapan, dipanaskan tabung reaksi dalam
penangas air bersuhu 600 C.

d. Diamati perubahan yang terjadi.

4. Oksidasi

a. Oksidasi dengan KMnO4

1. Dimasukan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 2 tetes
KMnO.

2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang


terjadi.

3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.

b. Osidasi dengan pereaksi fehling

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml asam format dan ditambahkan 0,5
ml fehling A dan B.

2. Dipanaskan dalam penangas selama 2 menit dan diamati perubahan yang


terjadi.

3. Diulangi percobaan dengan asam asetat.

5. Reaksi Garam Karboksilat


1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml
FeCl3 hingga terbentuk warna merah.

2. Diamati perubahan yang terjadi.

V. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil

1. Pembentukan asam karboksilat

No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan

1. Oksidasi Aldehid Panas, dari ungu menjadi cokelat,

2. 0,5 ml KMnO4 + 2 tetes H2SO4 Ada gelembung, ada endapan.


Pekat
3. Bau menyengat, 3 lapisan (putih,
Dikocok cokelat, cokelat muda)

Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid lalu Panas, warna bening, bau balon


dipanaskan dalam penangas air.
Warna bening, bau kapur barus.
Diperhatikan bau yang timbul.

Hidrolisis ester

0,25 ml H2SO4 + 0,5 ml etil asetat.

Diperhatikan bau yang timbul.

Reaksi garam karboksilat dengan


asam sulfat.

0,5 ml larutan Na-asetat + 0,5 ml


H2SO4 encer.

Diperhatikan bau yang timbul.

2. Pembentukan garam karboksilat

No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan


1. 0,5 ml larutan garam asetat + 0,5 ml Warna bening
NaOH.
2. Warna bening
Dikocok dan diamati perubahan yang
3. terjadi. Warna bening, ada gelembung.

Diulangi percobaan dengan asam


format

Diulangi percobaan dengan asam


propionat.

3. Esterifikasi

No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan

1. 0,5 ml etanol 70% + 0,5 ml asam Warna bening, setelah


asetat + 3 tetes H2SO4 pekat dipanaskan tetap, bau
2. Dikocok dan dipanaskan dalam menyengat.
penangas air selama 5 menit.
Warna bening, setelah
Dituang isi tabung reaksi ke dalam dipanaskan ada gelembung, bau
air dan dicatat bau ester yang timbul. menyengat.

Sampel asam format Warna bening, setelah


dipanaskan ada 2 lapisan (atas
Sampel asam propionat bening, bawah kuning), bau
sangat menyengat.
Diulangi percobaan dengan etanol
absolut. Warna bening, setelah
dipanaskan tetap, bau tidak
Sampel asam asetat menyengat

Sampel asam format Warna bening, setelah


dipanaskan bau menyengat
Sampel asam propionat
Warna bening, setelah
dipanaskan ada 2 lapisan (atas
bening, bawah kuning), bau
menyengat

4. Oksidasi
No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan

1. a. oksidasi dengan KMnO4 Warna cokelat

2. 0,5 ml asam format + 2 tetes KMnO. Warna bening, tidak ada


endapan.
3. Dipanaskan dalam penangas selama
2 menit dan diamati perubahan. Warna ungu, dipanaskan ada
1. endapan merah bata.
Diulangi percobaan dengan asam
2. asetat. Warna merah kekuningan,
dipanaskan ada endapan cokelat
3. Diulangi percobaan dengan asam tua.
propionat.
Warna biru
b. oksidasi dengan pereaksi fehling
Tetap
0,5 ml asam format + 0,5 ml fehling
A dan B. Warna biru, dipanaskan tetap.

Dipanaskan dalam penangas selama Warna biru, dipanaskan tetap.


2 menit dan diamati perubahan.

Diulangi percobaan dengan asam


asetat.

Diulangi percobaan dengan asam


propionat.

1. Reaksi garam karboksilat

No. Langkah Percobaan Hasil Percobaan

1. 0,5 ml Na-Asetat + 0,5 ml FeCl3 Warna orange


hingga terbentuk warna merah.
2. Dipanaskan Warna orange tua

Diamati perubahan yang terjadi.

B. Pembahasan

1. Pembentukan Asam Karboksilat


a. Oksidasi aldehid

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml KMnO 4 ke dalam
tabung reaksi dan menambahkan 2 tetes H2SO4 pekat. Kemudian dikocok agar larutan
homogen. Menambahkan 0,5 ml sampel asetaldehid lalu dipanaskan dalam penangas air,
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan
perubahan yang terjadi adalah larutan terasa panas, mengalami perubahan warna dari ungu
menjadi cokelat, muncul gelembung, dan bau menyengat. Percobaan di atas menunjukkan
adanya reaksi positif dari sampel asetaldehid karena terbentuknya asam karboksilat yang
dibuktikan dengan bau yang menyengat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

R C H + [ O ] RCO2H

b. Hidrolisis ester

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan ke dalam tabung reaksi
0,25 ml H2SO4 dan 0,5 ml etil asetat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan
terasa panas berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau balon. Hal tersebut
menunjukkan adanya reaksi positif dari etil asetat karena munculnya bau balon yang
menunjukkan ada proses pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

O
+
H / OH

R C OR + H2O RCO2H + HOR

c. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan 0,5 ml larutan Na-asetat
dan 0,5 ml H2SO4 encer. Kemudian mengocok agar larutan menjadi homogen dan dipanaskan
agar reaksi berlangsung lebih cepat. Maka didapatkan perubahan yang terjadi adalah larutan
berwarna bening, dan bau yang dihasilkan adalah bau kapur barus. Hal tersebut menunjukkan
adanya reaksi positif dari Na-asetat karena munculnya bau kapur barus yang menunjukkan
ada proses pembentukan asam karboksilat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2CH3CO2Na + H2SO4 Na2SO4 + 2CH3CO2H

2. Pembentukan Garam Karboksilat


Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan 0,5 ml larutan sampel (asam
asetat, asam format, asam propionat) ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,5 ml NaOH.
Kemudian dikocok agar larutan homogen. Maka didapatkan perubahan yang terjadi secara
berturut-turut adalah pada sampel asam asetat larutan berwarna bening, sampel asam format
larutan berwarna bening, sampel asam propionat larutan berwarna bening dan terdapat
gelembung. Hal tersebut menunjukkan hanya asam propionat yang bereaksi positif pada
pembentukan garam karboksilat, yang ditunjukkan dengan munculnya gelembung. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Asam asetat

HCOOH + NaOH HCOONa + H2O

Asam format

C2H5COOH + NaOH C2H5COONa + H2O

Asam propionat

3. Esterifikasi

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5
ml etanol 70% lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H 2SO4 pekat Kemudian
dikocok agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit,
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai
berikut pada sampel asam format warna larutan bening, ada gelembung, setelah dipanaskan
bau menyengat. Sampel asam propionat warna larutan bening, setelah dipanaskan tetap bau
sangat menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau
menyengat. Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif daripada sampel
yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Sampel asam asetat yang paling
tidak bereaksi.

Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
etanol absolut lalu ditambahkan 0,5 ml asam asetat dan 3 tetes H2SO4 pekat Kemudian
dikocok agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit,
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka didapatkan sebagai
berikut pada sampel asam format ada gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel
asam propionat warna larutan bening, ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning) setelah
dipanaskan tetap bau menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah
dipanaskan bau tidak menyengat. Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih
reaktif dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang menyengat. Asam asetat
paling tidak bereaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
+
,
H kalor

CH3CO2H + CH3CH2OH CH3CO2CH2CH3 + H2O

Asam asetat etanol H2SO4 etil asetat

Reaksi yang terjadi pada etanol 70% dan etanol absolut adalah sama seperti di atas. Bedanya
hanya pada bau yang dihasilkan. Etanol 70% baunya adalah bau balon dan sedikit bau asetat
(menyengat). Sedangkan pada etanol absolut berbau balon (keton) saja. Hal ini disebabkan
pada etanol 70% terdapat 30% air, yang berfungsi sebagai pengikat air, sehingga ketika
larutan dituangkan ke air menghasilkan bau yang menyengat.

4. Oksidasi

a. Oksidasi dengan KMnO4

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memasukan ke dalam tabung reaksi 0,5
ml asam format dan ditambahkan 2 tetes KMnO 4. Kemudian dipanaskan dalam penangas
selama 2 menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka
didapatkan utnuk sampel asam format warna cokelat, kemudian warna larutan menjadi
bening setelah ditambah sampel, setelah dipanaskan tidak ada endapan. Sampel asam asetat
didapatkan warna ungu, setelah dipanaskan ada endapan merah bata. Sampel asam propionat
didapatkan warna merah kekuningan, setelah dipanaskan ada endapan cokelat tua. Hal
tersebut menunjukkan bahwa asam asetat dan asam propionat lebih reaktif dari pada asam
format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Kalor

HCOOH + KMnO4 CO2+ H2O

Asam format

Kalor

CH3COOH + KMnO4 CH2 + CO2 + H2O

Asam asetat

Kalor

CH2CH3COOH + KMnO4 2CH2 + CO2 + H2O

Asam propionat
b. Oksidasi dengan pereaksi fehling

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml
asam format dan ditambahkan 0,5 ml fehling A dan B. Kemudian dipanaskan dalam penangas
selama 2 menit pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Pada
sampel asam format larutan terdiri atas dua bagian, lapisan atas berwarna biru tua dan lapisan
bawah berwarna kuning kecoklatan. Pada asam asetat, setelah dilakukan pemanasan pada
larutan, tidak terjadi perubahan secara fisik pada larutan, yakni larutan tetap berwarna biru
muda. Hal ini menunjukkan bahwa asam asetat tidak bisa dioksidasi oleh reagen fehling
disebabkan karena asam asetat tergolong asam lemah, sehingga memiliki daya oksidasi yang
lemah pula dan tidak dapat mereduksi larutan fehling. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut:

Fehling A dan B (Kalor)

HCOOH + 2CuO CO2 + H2O + Cu2O

Asam format

Fehling A dan B (Kalor)

CH3COOH + 2CuO CH2CO2 + H2O + Cu2O

Asam asetat

Fehling A dan B (Kalor)

CH2CH3COOH + 2CuO CH2CH2CO2 + H2O + Cu2O

Asam Propionat

5. Reaksi garam karboksilat

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 0,5
ml Na-Asetat dan ditambahkan 0,5 ml FeCl3 hingga terbentuk warna merah. Maka
didapatkan larutan berwarna orange setelah dipanaskan warna larutan berubah lagi menjadi
warna orange tua. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi reaksi positif dari na-asetat. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

3NaCH3COO + FeCl3 3NaCl + 3CH3COO + Fe3+

6CH3COO + 3Fe3+ + 2H2O [Fe (OH)2 (CH3COO)6]+ + 2H+


VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1. Percobaan dengan oksidasi aldehid didapatkan asetaldehid reaktif dalam pembentukan


asam karboksilat.

2. Percobaan hidrolisis ester didapatkan reaksi positif dari etil asetat karena timbulnya
bau balon yang menunjukkan proses pembentukan asam karboksilat.

3. Reaksi garam karboksilat dengan asam sulfat didapatkan reaksi positif dari Na-asetat
karena timbulnya bau kapur barus yang menunjukkan proses pembentukan asam
karboksilat.

4. Percobaan pembentukan garam karboksilat didapatkan asam propionat yang bereaksi


positif pada pembentukan garam karboksilat, ditunjukkan dengan munculnya
gelembung.

5. Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih reaktif
dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat menyengat. Asam
asetat yang paling tidak bereaksi.

6. Percobaan oksidasi dengan KMnO4 didapatkan asam asetat dan asam propionat lebih
reaktif dari pada asam format dalam reaksi Oksidasi dengan KMnO4.

7. Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari Na-asetat karena terjadi
perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya warna orange tua.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina Aksara.
Jakarta.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai