Berita mengenai kejuaraan Go Kart M Itenas Kart Racing Seri
III 2007, mengingatkan saya ke sebuah kota kecil bernama Kerpen di Jerman , perjalanan saya pada awal bulan Juli ke kota ini membawa sedikit cerita tentang Prestasi dan HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) Kerpen terletak kurang lebih 30 kilometer dari kota Koln/Cologne (merupakan wilayah Koln), saya tiba di Koln jam 10 pagi setelah menempuh 2 jam perjalanan dari Frankfurt melalui jalan bebas hambatan, Koln pada awal musim panas ini sangat indah, langit cerah kebiruan, udara berhembus sejuk, jalan-jalan bersih, pepohonan hijau, bunga-bunga mekar berwarna warni, deretan banguan tua berderet rapi, Koln berdiri ditepian sungai Rhein yang besar dan bersih, kapal dan perahu turis melintasi sungai sesekali membunyikan klaksonnya ketika melintasi jembatan Hohenzollern, jembatan dengan tiga lengkungan yang khas. Kota dengan penduduk 2 juta jiwa ini merupakan salah satu destinasi unggulan negara Jerman untuk wisatawan mancanegara. Koln (Cologne) adalah kota bekas koloni kekaisaran Romawi, Koln sangat terkenal dengan arsitektur bangunan bangunan tuanya, salah satu bangunan tua yang menjadi land mark kota Koln adalah Cathedral Dom, yang pembangunannya dimulai pada tahun 1248 dan baru selesai tahun 1888, katedral ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai world heritage (warisan dunia) merupakan salah satu katedral terbesar di dunia. Ketika saya berjalan-jalan di halaman katedral yang luas tampak jelas kekinian dan peninggalan masa lalu berdampingan dengan harmonis; anak-anak muda bermain skateboard, pengamen berambut gimbal dengan indah memainkan lagu lagu reaggae, orang asyik bermain pantomim, pelukis jalanan menggambari pelataran katedral dengan kapur, ada pula orang yang membagikan brosur tentang pembebasan Palestina. sementara seputar gereja berderet toko-toko (bangunan tua bukan mall) menawarkan barang-barang bermerek, orang-orang tua dan anak-anak muda duduk di caf caf sambil menikmati sinar matahari dan secangkir kopi. Koln juga menjadi bagian dari sejarah per minyak wangian dunia, pabrik minyak wangi yang berada di (jalan) Glockengasse dengan Nomor 4711 (berdiri tahun 1792), merupakan produsen minyak wangi yang terkenal dengan eau du Cologne 4711 banyak orang menyebut minyak wangi sebagai cologne. kini toko Cologne no. 4711 itu masih ada dan menjadi salah Icon kota Koln/Cologne, selain karena keindahannya , yang membuat Koln terkenal saat ini adalah Schumacher bersaudara.dan ini berkaitan dengan go kart ! Diawali dari kegemarannya mengikuti lomba go kart sejak usia dini, Michael Shumacher dan Ralph Shumacher memulai debutnya di Kerpen pinggiran kota Koln, go kart mendominasi kehidupan keseharian keluarga Schumacher, Schumy (panggilan Michael) menjadi juara II Kart World Championship pada usia 16 tahun , dua tahun kemudian menjadi juara Eropa, empat tahun kemudian (1988) Schumy beralih ke Formula 1.dan tak butuh waktu terlalu lama untuk menjadi juara dunia berkali kali Formula 1 bersama team Ferari nya, kemudian dia mengundurkan diri pada tahun 2006. Di Kerpen Keluarga Schumacher mengelola sebuah Kart Center yang bernama MS Kart and Event Center, MS Kart Center berdiri di lahan seluas kurang lebih 16.000.m2 terdiri dari dua sirkuit, (in door, out door), dengan segala kelengkapannya yang moderen, indoor track adalah tempat anak anak dapat belajar dan bermain (fun) mengemudikan go kart, sedangkan track outdoor digunakan untuk remaja/dewasa, kedua track tersebut mempunyai standard internasional, layout track dibuat sendiri oleh Michael Shumacher, semua nya didukung oleh management sirkuit dan instruktur balapan professional. Track ini dibuka untuk umum dari mulai jam 10 pagi hingga jam 11 malam, dengan tiket bervariasi, untuk tiket per tiga puluh menit, satu jam dan terusan, atau ikut dalam driving school, tiket ini belum termasuk sewa perlengkapan balap, untuk hal safety driving peraturannya sangat ketat dan tegas. Untuk kelas anak anak go kart yang digunakan dinamakan Michael Schumacher Junior Karts dengan menggunakan mesin Honda 160cc, sedang kan untuk kelas remaja menggunakan RIMO EVO 4 Mesin Honda GX 270 cc, tersedia puluhan go kart siap tanding, melihat rutinitas kompetisi go kart yang menjadi kegiatan olahraga sehari hari anak-anak di Kerpen, dengan fasilitas yang luar biasa, juga modal yang kuat tidak terlalu sukar untuk mereka (orang Jerman) melahirkan pembalap berprestasi sampai ke ajang Formula 1. Kegiatan Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Itenas ( Kejuaraan Nasional M Karting ) dengan hanya bermodal tekad, semangat, kreatifitas dan juga dukungan dari pihak Itenas, (bagi penulis) hal ini merupakan suatu prestasi, karena event ini adalah kelas kejuaraan nasional, dengan organizernya notabene mahasiswa (bukan professional) yang mana tugas utamanya adalah belajar bukan profesional.bukanlah suatu yang tidak mungkin dari event sekelas Itenas M Kart Racing ini akan mencetak pembalap pembalap berkelas internasional. siapa tau? Artinya kegiatan seperti ini tidak boleh berhenti, dan kalau mungkin menjadi agenda tahunan Itenas Outlet MS Paddock di kawasan MS Kart Center menjual berbagai macam souvenir dan memorabilia Scumacher bersaudara, dari mulai pin, t shirt, topi, baju, banner, stiker berlogo Ferari (Michael) dan BMW (Ralph) dimana dalam logo yang yang menempel dalam souvenir souvenir tersebut didalamnya terkait permasalahan HaKI untuk rezim merek dagang atau Trade Mark . Panasonic, Allianz, Fiat, Vodafone, Shell, Olympus, Brigdestone, Compaq, Castrol, Reuteurs, Michelin, Hot Whells, Accer, AMD, Brembo, BBS, SKF, dan banyak lagi merek merek dagang lain, adalah merek dagang (trade mark) yang terkait dengan bisnis Ferari dan BMW , semua merk itu terikat oleh hukum HaKI, yaitu adanya perjanjian lisensi untuk Merek.tidak asal menggunakan/memasang merek merek dagang produk orang lain (ada aturanya), merek dagang (trade mark) tersebut dapat menghasilkan keuntungan finansial bagi mereka yang terikat perjanjian lisensi merek tersebut yaitu dari royality penjualan barang barang yang menggunakan merek merek dagang tersebut. Mereka sangat menjaga reputasi merek dagang (perusahaan, produk) mereka, biasanya dalam setiap barang yang merupakan souvenir atau memorabilia (asli) akan mencantumkan official licence product, atau under licence by , rekan saya Franz Langecker (pemerhati Intellectual Property Rights / HaKI dari Koln) menceritakan tentang kejadian lucu (?) di Sirkuit Sepang Malaysia tahun 2004, Katanya .Ceritanya: Pit Crew Ferari yang berada di Paddock heran dan kaget karena ada penonton yang menggunakan baju yang sama dengan seragam pit crew Ferari, padahal baju itu terbatas dan tidak dijual bebas..pendek cerita, ternyata penonton dengan baju Ferari itu berasal dari Indonesia, nah under licence siapa? lhokok bisa? (apa yang tidak bisa untuk urusan meniru/menjiplak di negara kita) jangan jangan under licence by garment from Bandung, seperti kita lihat demikian banyak seragam Crew F 1 atau Crew Moto GP di jual di outlet2 di Bandung, atau seperti kaos team Liga Inggris, Italy, Spanyol, Jerman lengkap dengan logo merek dagang (adidas,nike,kappa,umbro,reebok,dll), nama team (Juventus, MU, Arsenal, AC Milan, Chelsea,dll) sponsor utama (AIG, Fly Emirates, Bewin, Samsung,T-Mobile,dll) plus nama pemainnya tertera dipunggung (Ronney, Van Persie, Drogba, Kaka..dll ) dengan harga kurang lebih 10% - 15% dari yang original (under licence) kira kira berharga 600 ribu rupiah perpotongLUAR BIASA sebenarnya ini adalah persoalan hukum HaKI yang cukup serius!!! Saya terseyum mendengar cerita (katanya) tentang kasus di Sepang Malaysia, saya yakin Franz Langecker pasti akan terkaget kaget jika saya ceritakan tentang kasus merek dagang Levi`Strauss & Co dan Piere Cardin, yang mana Merek Dagangnya secara hukum (legal) menjadi milik Mulyati Kusnadi (WNI), karena Mulyati adalah pemakai pertama/pendaftar pertama merek Levis di Indonesia. Kemudian Levis Strauss USA (catatan: Levi Straus adalah nama orang Amerika pembuat celana dan baju Blue Jeans yang ada sejak zaman wild wild west abad 18) menggugat Mulyati Kusnadi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hingga ke tingkat Makamah Agung Republik Indonesia (bukan republlik mimpi) keputusan badan peradilan Indonesia adalah : Levis Strauss (USA) di kalahkan, gugatannya ditolak!!! padahal kita semua tau dari mana asal Levi Strauss & Co (juga Piere Cardin) ini adalah salah satu dari sekian banyak kejadian lucu atau mungkin tidak lucu permasalahan HaKI khususnya Merk Dagang (Trade Mark) yang terjadi di Indonesia.kritik terhadap putusan MA datang dari praktisi dan akademisi hukum..memang yang mendaftarkan pertama kali di Indonesia adalah Mulyati Kusnadi, tapi apakah pendaftaran merk (Trade Mark) terkenal itu oleh Mulyati Kusnadi atas namanya dilandasi dengan itikad baik?? Pemerintah telah memperbaharui hukum merek dari waktu ke waktu seiring dengan diratifikasinya Konvensi Pembentukan WTO (World Trade Organization) yang didalamnya antara lain memuat ketentuan Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) telah dilakukan penyempurnaan UU No.19 Tahun 1992 melalui UU No.14 tahun 1997, untuk perlindungan merek terkenal diatur dalam pasal 6 ayat 1 UU tentang Merek, namun dalam kenyataannya praktek pelanggaran hak merek terus saja berlangsung Apa Merek Dagang (Trade Mark) itu? Menurut Pasal 1 UU Merek, Merek adalah tanda berupa gambar,nama, kata, huruf huruf, angka angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan dipergunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa. Dari ketentuan pasal 1 UU Merek ; jelas lah bahwa fungsi utama merek adalah untuk membedakan barang atau jasa produksi perusahaan lain yang sejenis, merek dagang merupakan roh bagi suatu produk barang dan jasa, merek menggambarkan suatu jaminan mutu (kualitas) juga reputasi suatu produk dagang dan jasa, merek digunakan juga untuk promosi barang dagangan untuk ekspansi pasar. Dari sisi konsumen merek diperlukan untuk melakukan pilihan barang yang akan di beli, kadang merek membawa image bagi pemakainya, biasanya suatu merek yang sudah terkenal selalu akan diikuti (membonceng kesuksesan suatu merek), ditiru, dibajak atau dipalsukan oleh produsen lain, tentunya hal ini merupakan pelanggaran etika bisnis dan hukum. Untuk menjadikan suatu merek menjadi terkenal dan bereputasi tidaklah mudah, memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit, reputasi itu harus terus di jaga dan terus di bangun, sebagai contoh, Coca Cola memerlukan waktu 100 tahun, Toyota 30 tahun, Mc Donald 40 tahun untuk membangun reputasi merek dagangnya, setelah menjadi terkenal suatu merek akan menjadi asset / kekayaan perusahaan yang amat bernilai secara finansial, akan tetapi tidak tercatat dalam neraca perusahaan, karena merek dagang adalah bagian dari Organization Assets, (Organization Assets lainnya adalah: budaya, leadership, inovasi, strategi, sistim, proses, dan HaKI ), hal ini disebut sebagai Hidden Value. ( sebagai contoh : Microsoft mempunyai Hidden Value $ 568,7 Billion yang tidak tercatat dalam neraca perusahaan, masih di bawah, Coca Cola yang 2 % lebih tinggi, salah satu komponen hidden value adalah Merek/Trade Mark). Cerita lain tentang merek adalah: merek suatu produk dapat menghasilkan suatu kata baru atau istilah umum dalam kehidupan manusia, hal ini terjadi karena demikian populernya merek tersebut, misalnya : Thermos (merek dagang tempat air panas), Kodak (identik dengan camera), Levis (dengan lidah sunda menjadi Lepis.. celana Jeans), Pampers ( merek popok bayi, istilah yang seharusnya diapers), Aqua (identik dengan air kemasan), Odol (sebenarnya adalah merek pasta gigi), Gillette (baca: Silet, merek pisau cukur), Jeep ( sebenarnya merek mobil, bukan jenis mobil), Kleenex (merek Tissue), Lysol (merek disinfektan), jika kita ingin mencat dengan spray paint kita menggatakan di-Pylox saja (merek spray paint), Tensoplast (merek plester kecil), Polo (kata lain untuk t shirt berkerah), Indomie (digunakan bila kita bicara mie instant), Nylon (merek kain), di Inggris ada merek penyedot debu (vacum cleaner) yang terkenal dengan merk Hoover, di negara tersebut jika seseorang ingin membersihkan lantai, mereka mengatakan Hoover the floor (maksudnya bersihkan lantai)walaupun alat yang digunakan bermerek Electroluxdan masih banyak lagi Perlindungan hukum merek yang diberikan kepada merek terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek terdaftar, perlindungan berupa perlindungan bersifat preventif yaitu melalui pendaftaran merek, sedangkan perlindungan represif muncul jika terjadi pelanggaran merek yaitu melalui gugatan perdata dan tuntutan pidana. Berdasar uraian diatas kiranya pelaku usaha perdagangan atau jasa (termasuk jasa pendidikan) harus lebih serius dan hati hati dalam menggunakan merek, jangan sampai digugat atau di pidanakan karena menggunakan merek dagang/jasa yang sudah terdaftar. Pelanggaran pelanggaran terhadap hukum HaKI nasional maupun internasional di Indonesia akan membawa dampak buruk terhadap dunia perdagangan Indonesia, (contohnya: pelarangan, pembatasan export produk produk Indonesia ke Amerika dan negara- negara Eropa dengan alasan pelanggaran HaKI yang dilakukan Indonesia) , citra Indonesia yang kurang baik dalam permasalahan HaKI akan terus melekat, dan Indonesia akan terus menjadi penghuni papan atas (ranking atas) negara negara pelanggar HaKI versi lembaga lembaga pemantau pelanggaran HaKI Internasional ( misalnya: Software Bussiness Alliance), citra kurang baik ini tidak akan berubah selama Penegakan hukum HaKI dan kesadaran tentang Hukum HaKI tidak bergerak kearah yang lebih baik, negara kita akan tetap menjadi negara yang selalu masuk kedalam Priority Watch (Prioritas untuk diawasi) dalam masalah masalah HaKI, stigma sebagai negara yang tak punya budaya malu akan terus melekat karena meniru, menjiplak/plagiatisme, membajak, memalsukan menjadi hal yang biasa, dan terus dibiarkan Bagaimana dengan Merek jasa pendidikan ? Sebagai contoh Harvard University telah mendaftarkan merek dagang Harvard di Dirjen HaKI, untuk bidang pendidikan, hal ini diumumkan di harian Kompas disertai pelarangan penggunaan nama Harvard untuk penggunaan nama tersebut di setiap bisnis yang berkaitan dengan jasa pendidikan. Bagaimana dengan ITENAS ? Itenas telah mendaftarkan Namanya juga Logo nya di Dirjen HaKI, Nama Itenas telah teregister dan terdaftar di Dirjen HaKI, Logo Itenas hingga saat ini masih menunggu sertifikasi Hak Cipta dari Dirjen HaKI (informasi ini saya peroleh dari Unit Pengelolaan Kekayaan Intelektual Itenas)ini merupakan langkah kecil yang positif tentang HaKI di Itenas.
Rizki W Soemadipradja Pemerhati Hak atas Kekayaan Intelektual Dosen Desain Produk FSRD ITENAS