Anda di halaman 1dari 15

KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

KEPEMIMPINAN ADMINISTRASI

NAMA : LUH LINAWATI


NIM : 3261
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
SEMESTER VI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


STISPOL WIRABHAKTI DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper yang
berjudul KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Dalam penyelesaian paper ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan,


dan nasihat. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan
sudah membantu dalam penyelesaian paper ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam paper ini mungkin
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun.

Denpasar, Maret 2017

Penulis

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul ................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................ iii

BAB I. Pendahuluan ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II. Pembahasan ................................................................................ 3

A. Definisi Kepemimpinan Situasional..................................................... 3

B. Dasar Model Kepemimpinan Situasional............................................. 4

C. Pendekatan Situasional......................................................................... 4

D. Model Kepemimpinan Situasional....................................................... 4

BAB III. Penutup ................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................ 13

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Terry (1972) kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam
diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk
bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan
pemimpin. Menurut Stogdill (1950) kepemimpinan adalah proses

3
mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam
usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan.
Dalam kehidupan ini, semua orang adalah pemimpin terhadap dirinya
sendiri. Jadi semua orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Tetapi
kepemimpinan yang seperti apakah yang mereka miliki. Sulit untuk di ketahui
gaya kepemimpinan apa yang kita miliki. Ada beberap teori kepemimpinan
yang di ketahui antara lain, kepemimpinan karismatik, transpormasional,
situasional, transaksional, dan lain-lain.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan salah satu dari teori
kepemimpinan yaitu kepemimpinan situasional yang dimana kami menggali
teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan situasional ini. Mulai dari
pengertian hingga penyesuaiannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepemimpinan situasional?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan situasional?
3. Bagaimana keterampilan kepemimpinan situasional?
4. Bagaimana penyesuaian gaya kepemimpinan situasional?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian kepemimpinan situasional

2. Mengetahui gaya kepemimpinan situasional

3. Mengetahui model-model kepemimpinan situasional

4. Mengetahui keterampilan kepemimpinan situasional

5. Mengetahui untuk mengetahui kepemimpinan situasional

6. Mengetahui Penyesuaian gaya kepemimpinan situasional

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership


theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey,
penulis buku Situational Leader, dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The
Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of
Organizational Behavior (sekarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9). Teori
ini pada awalnya diintrodusir sebagai Life Cycle Theory of Leadership.
Sampai kemudian pada pertengahan 1970an Life Cycle Theory of

5
Leadership berganti dengan sebutan Situational Leadership Theory. Di
akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori
kepemimpinannya sendiri-sendiri. Herseymengembangkan Situational
Leadership Model dan Blancard mengembangkan Situational Leadership
Model II.
Definisi kepemimpinan situasional adalah a leadership contingency
theory that focuses on followers readiness/maturity. Inti dari teori
kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang
pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para
pengikutnya.
Jadi kepemimpinan situasional merupakan suatu proses, usaha, seni
membujuk dan mempengaruhi orang lain untuk bekerja bersama untuk
mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada situasi tertentu.

B. Dasar Model Kepemimpinan Situasional

1. Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan (perilaku


tugas).
2. Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperhatikan oleh anggota dalam
melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin
(perilaku hubungan).

C. Pendekatan Situasional
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya factor-faktor kontekstual
seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, sifat lingkungan
eksternal, dan karakteristik para pengikut. Pendekatan ini berasumsi tidak
satupun sifat yang secara umum dimiliki oleh pemimpin dan tidak satupun
gaya yang efektif untuk semua situasi oleh karena itu, para ahli mencoba
mencari beberapa faktor dalam setiap situasi yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan tertentu, seperti:
1. Tuntutan tugas

6
2. Harapan dan perilaku rekan
3. Karakteristik
4. Budaya organisasi dan kebijakannya.

D. Model Kepemimpinan Situasional


1. Model kepemimpinan Situasional menurut Hersey dan Blanchard
Hersey dan Blanchard mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang efektif bervariasi dengan kesiapan karyawan, yang disebut dengan
kematangan karyawan (pengikut). Hubungan pimpinan dan pengikut
bergeser melalui empat fase menurut tingkat kematangan pengikut dan
perubahan gaya kepemimpinan si pemimpin. Tingkat kematangan
pengikut diharapkan berkembang sedikit demi sedikit sehingga pemimpin
dapat mengurangi peranannya menurut fase perkembangan tingkat
kematangan para pengikut. Hubungan situasional dapat dilihat pada
gambar berikut:

Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard

Keterangan:

S1: Telling (Pemberitahu) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut
rendah (R1). Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang
terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah
karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan

7
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi
yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.

S2: Selling (Penjual) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat
(R2). Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada
tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun
ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional
terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut,
serta mendengarkan saran input terhadap keputusan yang akan diambil. Gaya ini
muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin
perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum
siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.

S3: Participating (Partisipatif) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut
tinggi dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku
hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini
mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus
memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini
muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya
sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap
memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung
untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya.
Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu
atau kelompok.

S4: Delegating (Pendelegasian) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut
tinggi (R4). Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan
perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung
mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada
level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif
karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk
mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah
memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.

8
Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental
yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut
dan gaya kepemimpinan.

Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)

Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan


individu atau kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam
notasi R1 hingga R4. Tingkat kesiapan/kematangan pengikut ditandai oleh dua
karakteristik sebagai berikut:

the ability and willingness for directing their own behavior : kemampuan dan
kemauan untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.

the extent to which people have and willingness to accomplish a specific task :
sejauh mana orang memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka diperoleh empat tingkat


kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:

Keterangan:

R1: Readiness 1 Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak


mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas.
Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri
(dikatakan Ken Blanchard sebagai The honeymoon is over).

R2: Readiness 2 Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas,


tetapi ia sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh

9
pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-
tugas.

R3: Readiness 3 Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan


dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi
pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.

R4: Readiness 4 Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan


dan keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai
dengan kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.

Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku/perilaku yang ditampilkan ketika


orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana mereka
sendiri menganggap demikian. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat
bervariasi dari satu situasi ke situasi lain. Tiga gaya kepemimpinan yang pokok
yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez Faire adapun
pengembangannya menghasilkan beberapa teori gaya kepemimpinan, yaitu:

Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber


kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai
orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima
instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau
pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal
keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh
pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.

1) Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan
wewenang kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam
organisasi, anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta

10
saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini
memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan
organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai
tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan
mengevaluasi serta mengkoordinasi.

2) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan
kebebasan mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam
pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada
bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak
memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim Purwanto,
1992:48-50)

3) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan
daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan
maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh
beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan
adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikapover-
protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai
kasih sayang yang berlebih lebihan.

4) Tipe Kepemimpinan Kharismatis

11
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha
Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.

5) Tipe Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan
kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

6) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta
sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.
Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan
teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.

Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut akan mempunyai tingkat


efektivitas yang berbeda-beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi
perilaku pemimpin. Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang berasal dari dalam diri pribadinya
maupun faktor yang berasal dari luar individu pemimpin tersebut.

12
Dalam kenyataannya tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang
terbaik karena:
a) Para pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu
menyesuaikan diri dengan situasi
b) Pemimpin yang mau berhasil harus mampu memilih/menggunakan
gaya yang mana pada suatu situasi tertentu.
c) Unsur-unsur yang mengurangi suatu gaya kepemimpipnan tertentu
menjadi tepat guna adalah:
Unsur waktu
Tuntunan tugas
Iklim organisasi
Atasan
Kerabat kerja
Keterampilan
Harapan-harapan bawahan

2. Model Kepemimpinan Situasional menurut Fiedler


Fiedler berasumsi bahwa cukup sulit bagi manager untuk mengubah
gaya managemen/kepemimpinan yang membuat mereka sukses. Alat ukur
yang digunakan Fiedler adalah Least Preferred Co-Worker (LPC) atau
teman sekerja yang paling tidak disukai dan sulit diajak bekerjasama. Cara
menyatakan /menguraikan rekan sekerja yang paling tidak disukai, ada 2
yaitu:
a. Relatif Menguntungkan
Indikatornya bahwa ia suka memberi kebebasan, berorientasi pada
hubungan antar manusia, dan memperhatikan perasaan anggota.
Orang yang bersikap semacam ini menandakan seorang dengan LPC
tinggi, yang mana orang ini menandakan sebagai pemimpin yang
lebih memperhatikan prestasi hubungan.
b. Relatif Merugikan
Indikatornya bahwa ia cenderung mengatur, mengendalikan tugas,
kurang memperhatikan aspek hubungan antar manusia dalam
pekerjaan. Orang yang semacam ini menandakan seorang dengan
LPC rendah, yang mana orang ini menandakan sebagai pemimpin
yang lebih memperhatikan prestasi tugas
Situasi yang dijadikan variabel dalam dalam menentukan gaya
kepemimpinan telah di identifikasikan oleh Fiedler, yaitu:

13
1) Hubungan pemimpin dengan anggota yang dinyatakan apakah
baik atau kurang baik.
2) Struktur tugas yang dinyatakan sebagai terstruktur (mempunyai
ketentuan, prusedur, langkah-langkah teratur), atau tidak
terstruktur (peran yang dirasa masih meragukan dalam komite
atau tim tertentu).
3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dinyatakan apakah kuat atau
lemah.

Ketiga situasi tersebut, dikombinasikan menjadi kombinasi-tiga, sehingga


diperoleh delapan kombinasi-tiga. Selanjutnya sikap terhadap LPC
dikombinasikan dengan delapan kombinasi. Suatu situasi yang dalam penelitian
Fiedler menggambarkan situasi mana yang cocok bagi seorang pemimpin tertentu.
Fiedler telah menjawab kecaman, dan perdebatan mengenai validitas model.
Namun, ketertarikan dalam teori ini telah melemah seiring waktu disaat teori
situasional yang lebih baik dikembangkan. Sebagai teori kepemimpinan
situasional yang pertama paling tidak model ini telah memberikan kontribusi yang
baik sebagai pendorong ketertarikan yang lebih besar pada variable situasional
dalam menjelaskan efektivitas seorang pemimpin.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan situasional merupakan suatu proses mempengaruhi yang
didasarkan pada situasi tertentu. Dimana menurut kepemimpinan situasional ini
tidak ada suatau gaya kepemimpinan yang paling efektif pada semua situasi,
karena menurut metode ini gaya kepemimpinan dapat disesuaikan dengan karakter
bawahan serta situasi yang dihadapi.
Gaya kepemimpinan situasional mempunyai tiga gaya kepemimpinan pokok,
yaitu demokratik, otokratik, dan laissez faire. Namun pada pengembangannya
timbul gaya kepemimpinan lain sesuai dengan perkembangan zaman. Model
kepemimpinan situasional ada 2, yaitu:
1. Model kepemimpinan situasional Fiedler
Fiedler berasumsi seorang manager sangat sulit untuk mengerahkan bawahan
sehingga muncul alat ukur untuk mengetahui tingkat loyalitas bawahan
dengan menggunakan metode LPC (Least preferred co-worker), teman sekerja
yang paling tidak disukai dan sulit diajak bekerja sama.
2. Model kepemimpinan Situasional Herley dan Blanchard
Menurut herley dan Blanchard gaya kepemimpinan bervariasi disesuaikan
dengan tingkat kesiapan karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, A.Pi., MM. Modul Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Sekolah Tinggi


Penyuluhan Pertanian Bogor, 2012.
Anonym. http://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-situasional.html di
unduh pada hari Senin, 03 Nopember 2014 tanggal 03 Nopember 2014
pukul 21.33.
Anonym. http://almaulidta.blogspot.com/2012/06/teori-kepemimpinan-
situasional-hersey.html diunduh pada hari senin tanggal o3 nopember 2014
pada pukul 21;41.
Anonym. http://firmansyahdsini.blogspot.com/2012/04/teori-
kepemimpinan-situasional.html diunduh pada hari senin, 03
nopember 2014 pukul 21:41.
Drs. Brantas, M. Pd. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai