Anda di halaman 1dari 10

GASTER Vol. XV No.

1 Februari 2017

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS


CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

Riyani Wulandari, Siti Sholikah


STIKES Aisyiyah Surakarta
riyan1cute@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan; Pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi nosokomial sebesar 1,4 juta
infeksi setiap tahunnya. Infeksi nosokomial dapat dicegah dengan 10% lingkungan dan 90%
perilaku. Salah satu perilaku untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan
melakukan cuci tangan. WHO (2009) merumuskan strategi pencegahan infeksi nosokomial
Tujuan; Mengetahui gambaran
Metode;
Penelitian ini adalah jenis penelitian Deskriptif dengan teknik total sampling dengan subyek

ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisa yang digunakan yaitu analisa
univariat. Hasil; Hasil penelitian pengetahuan dengan hasil pengetahuan baik yaitu sebesar
22 responden (75,9%) dan pengetahuan cukup dengan 7 responden (24,1%). Sebagian besar

Kesimpulan;

Kata Kunci :

ABSTRACT
Background; Inpatients in the hospital experiencing nosocomial infections at 1.4 million
infections every year. Nosocomial infections can be prevented by condition of 10% and
behavior 90%. One of the behaviors for preventing the occurrence of nosocomial infections is
by hand hygiene. WHO (2009) explain that a strategy of prevention of nosocomial infections
Purpose; know the description

Method; This research is descriptive research with total sampling technique in which the

The research instruments using questionnaires and observation sheets. Analyzing of the data
using univariate analysis. Result; Results of research knowledge with good knowledge at 22

Conclusion

Keywords :

18 Pengetahuan dan Penerapan Five ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
A. PENDAHULUAN Safer Health Caredengan Save Lives Clean
You Hands, yaitu merumuskan inovasi
Angka kejadian infeksi nosokomial terjadi
strategi penerapan Hand Hygiene untuk
pada beberapa negara maju. Pasien rawat
petugas kesehatan dengan
inap di rumah sakit mengalami infeksi yang
for Hand Hygiene adalah melakukan cuci
baru selama dirawat sebesar 1,4 juta infeksi
tangan:sebelum bersentuhan dengan pasien,
setiap tahun. Suatu penelitian yang dilakukan
sebelum melakukan prosedur bersih/steril,
oleh WHO (World Health Organization)
setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55
pasien resiko tinggi, setelah bersentuhan
rumah sakit di 14 negara yang berasal dari
dengan pasien, setelah bersentuhan dengan
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan
lingkungan sekitar pasien (WHO, 2009).

nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak Penelitian yang dilakukan oleh Pateda
10,0%. Jumlah infeksi nosokomial di 10 dan Rabbani (2013) didapatkan hasil bahwa
RSU Indonesia pada tahun 2010 mencapai perilaku cuci tangan baik sebesar 16,7%,
6-16% dengan rata-rata 9,8% sedangkan di perilaku cuci tangan kurang baik sebesar
wilayah Jawa Tengah infeksi nosokomial 24,4% dan perilaku cuci tangan buruk dengan
mencapai 0,5%. Infeksi nosokomial dapat hasil paling banyak yaitu 59%. Perilaku yang
dicegah dengan 10% lingkungan dan 90% buruk terbentuk oleh 3 faktor, yaitu faktor
perilaku. Salah satu perilaku untuk mencegah predisposisi yang meliputi pengetahuan,
penyebaran penyakit dari orang ke orang sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-
atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan nilai. Faktor pendukung berupa lingkungan
dengan meletakkan penghalang diantara
mikroorganisme dan individu (pasien atau tangan serta faktor pendorong yang terwujud
petugas kesehatan). Penghalang dapat berupa dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
(Rumapea dan Saragih, 2010).
,2014). Five moments cuci tangan pada perawat
Cuci tangan menjadi salah satu langkah belum diterapkan dengan baik hal ini
yang efektif untuk memutuskan rantai didukung oleh penelitian Koeswo dan
transmisi infeksi, sehingga insidensi infeksi Pratama (2015) dimana didapatkan hasil
nosokomial dapat berkurang. Pencegahan perawat tidak melakukan cuci tangan pada
melalui pengendalian infeksi nosokomial di momen pertama sebesar 52%, momen kedua
rumah sakit ini mutlak harus dilaksanakan 50%, momen ketiga 75%, momen keempat
oleh seluruh jajaran managemen rumah sakit 69% dan momen kelima sebanyak 78%.
meliputi para dokter, bidan, perawat dan lain- Pengetahuan perawat tentang
lain (Darmadi, 2008) moments cuci tangan sangat berpengaruh
Pada tahun 2009, WHO mencetuskan terhadap perilaku cuci tangan
global Patient Safety a World Alliance for dimana dalam penelitian Rabbani (2013)

Pengetahuan dan Penerapan Five ... 19


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

pengetahuan perawat tentang sekitar pasien, 2 diantaranya melakukan


cuci tangan masih dalam kategori kurang setelah menyentuh pasien dan
baik dengan hasil tingkat pengetahuan setelah menyentuh lingkungan pasien.
moments cuci tangan masuk dalam kategori
kurang baik dengan presentase 70,5%. B. BAHAN DAN METODE
Kasus infeksi nosokomial di RSUD
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Sukoharjo yaitu sebanyak 81 kasus selama
penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi
satu tahun. RSUD Sukoharjo merupakan
penelitian adalah di RSUD Sukoharjo.
rumah sakit tipe B yang sudah menerapkan
Populasi yang digunakan adalah perawat
kebijakan cuci tangan untuk
di ruang ICU dan NICU dengan jumlah 29
petugas kesehatan yang berada di wilayah
responden. Sampel yang digunakan yaitu total
rumah sakit khususnya pada ruang ICU dan
sampling dimana semua populasi diambil
NICU.Hasil wawancara dengan tim PPI
sebagai sampel sebanyak 29 responden.
rumah sakit, meskipun sudah ada kebijakan
Instrumen yang digunakan yaitu lembar
cuci tangan masih ada perawat
kuesioner dan observasi. Analisa penelitian
yang belum mematuhi kebijakan tersebut, hal
yang digunakan yaitu analisa univariat.
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan
perawat tentang cuci tangan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil wawancara dengan 15 perawat di ruang
ICU dan NICU, 9 diantaranya tidak hafal Penelitian dilakukan untuk mengetahui
urutan langkah cuci tangan dan gambaran pengetahuan dan penerapan
cuci tangan dan 6 lainnya mengatakan moments cuci tangan perawat di RSUD
mengetahui langkah cuci tangan dan Sukoharjo dengan sampel sebanyak 29
moments dengan urut. Hasil observasi kepada perawat. Penelitian dilakukan pada bulan
15 perawat, 11 diantaranya melakukan cuci Mei-Juni 2016, dengan hasil penelitian
tangan menggunakan air mengalir dan sabun sebagai berikut:
tetapi tidak menerapkan SOP (Standart 1. Distribusi umur perawat
Operasional Prosedur) yang berlaku, 3 Tabel 4.1
diantaranya hanya menggosok telapak dan Distribusi Frekuensi Karakteristik
punggung tangan setelah itu membilasnya Responden Berdasarkan Umur
dengan air serta 1 diantaranya hanya Perawat di bangsal ICU dan NICU
menggosok telapak tangan, punggung tangan RSUD Sukoharjo
dan sela jari lalu membilasnya. Penerapan
No Umur Frekuensi Presentase
dari 15 perawat, 13 diantaranya 1 21-30 9 31,1
menerapkan cuci tangan pada momen 2 31-40 17 58,6
setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah 3 41-50 3 10,3
menyentuh pasien dan setelah menyentuh Jumlah 29 100
Sumber : data primer diolah, 2016
20 Pengetahuan dan Penerapan Five ...
GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan No Masa Kerja Frekuensi Presentase
bahwa dari 29 responden yang ada di 4 16-20 tahun 5 17,2
bangsal ICU dan NICU RSUD Sukoharjo Jumlah 29 100
mayoritas memiliki umur 31-40 tahun Sumber : data primer diolah, 2016
sebanyak 17 responden (58,6%) dan Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan
paling sedikit memiliki umur 41-50 tahun bahwa dari seluruh responden yang
yaitu sebesar 3 responden (10,3%). ada di bangsal NICU dan ICU RSUD
2. Distribusi Pendidikan Responden Sukoharjo, mayoritas responden memiliki
Tabel 4.2 pengalaman masa kerja 11-15 tahun yaitu
sebanyak 9 responden (31,0%) dan paling
Distribusi Frekuensi Karakteristik
sedikit masa kerja responden adalah 16-20
Responden Berdasarkan Pendidikan
tahun sebanyak 5 responden (17,2%).
Perawat di Bangsal ICU dan NICU
RSUD Sukoharjo 4. Distribusi pengetahuan perawat tentang
No Pendidikan Frekuensi Presentase cuci tangan
1 Ners 4 13,8 Tabel 4.4
2 Sarjana 2 6,9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
3 Diploma 3 23 79,3 Perawat Tentang Five Moments Cuci
Jumlah 29 100
Tangan di Bangsal ICU dan NICU
Sumber : data primer diolah, 2016
RSUD Sukoharjo
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan No Pengetahuan Frekuensi Presentase
bahwa dari 29 responden di bangsal ICU 1 Baik 22 75,9
dan NICU RSUD Sukoharjo, mayoritas 2 Cukup 7 24,1
responden mempunyai pendidikan 3 Kurang 0 0
Diploma 3 keperawatan sebanyak 23 Jumlah 29 100

responden (79,3 %) dan frekuensi Sumber : data primer diolah, 2016


pendidikan paling sedikit adalah sarjana Hasil penelitian pada tabel 4.4
sebanyak 2 responden (6,9%). menunjukkan bahwa dari seluruh
3. Distribusi masa kerja perawat responden yang ada dibangsal NICU
dan ICU RSUD Sukoharjo, mayoritas
Tabel 4.3
responden memiliki pengetahuan
Distribusi Frekuensi Karakteristik
baik sebanyak 22 responden (75,9%).
Responden Berdasarkan Masa
Mendukung hal tersebut menurut penelitian
Kerja Perawat di Bangsal ICU dan
Yulianti (2011) pengetahuan merupakan
NICU RSUD Sukoharjo
elemen yang sangat penting untuk
No Masa Kerja Frekuensi Presentase
terbentuknya tindakan seseorang. Dimana
1 1-5 tahun 7 24,2
2 6-10 tahun 8 27,6
didapakan hasil bahwa ada hubungan
3 11-15 tahun 9 31,0 antara pengetahuan perawat dengan

Pengetahuan dan Penerapan Five ... 21


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

penerapan universal precaution pada Hal tersebut didukung oleh teori dari
perawat. Salah satu penerapan universal Listiowati dan Widyanita (2014) dimana
precaution pada perawat adalah dengan faktor kurangnya pengetahuan akan
melakukan cuci tangan. mempengaruhi ketaatan petugas dalam
Seorang perawat dikatakan professional, melakukan praktek hand hygiene.
jika memiliki pengetahuan keterampilan Pengetahuan perawat di bangsal ICU
serta memiliki sikap professional sesuai dan NICU tentang cuci
kode etik profesi. Pengetahuan perawat tangan sebagian besar baik dikarenakan
dapat terus meningkat apabila rumah sakit perawat di RSUD Sukoharjo mendapatkan
dapat terus meningkatkan kemampuan sosialisasi dari tim Panitia Pengendalian
dengan berbagai pelatihan dan edukasi Infeksi (PPI) rumah sakit. Selain sosialisasi
berkesinambungan bagi seluruh karyawan yang dilakukan, tim PPI rumah sakit juga
pada semua aspek pencegahan infeksi mengingatkan pentingnya melakukan
adalah dengan menerapkan cuci tangan dengan media
cuci tangan. poster yang terdapat di dinding ruangan
Menurut teori dari Saragih dan dan yang dibagikan untuk seluruh
Rumapea (2012) upaya untuk meningkatkan jajaran petugas kesehatan di rumah sakit
pengetahuan dengan memberikan khusunya bangsal ICU dan NICU.
kesadaran melalui kegiatan yang disebut Pengetahuan perawat di RSUD
penyuluhan kesehatan. Sehingga dengan Sukoharjo sebagian besar baik, hal tersebut
pengetahuannya akan menimbulkan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana
dan akhirnya menyebabkan individu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
atau kelompok akan berperilaku yang menurut Wawan dan Dewi (2011) adalah
didasarkan pada kesadaran dan kemauan pendidikan, umur, pekerjaan, lingkungan
individu yang bersangkutan. Hal itu dan sosial budaya. Pendidikan perawat
didukung oleh penelitian Jamaluddin di bangsal ICU dan NICU tergolong
(2012) dimana didapatkan peningkatan mempunyai pendidikan yang tinggi
pengetahuan karena diadakannya dimana perawat memiliki pendidikan akhir
sosialisasi penyuluhan cuci tangan untuk ners sebanyak 4 perawat, sarjana sebanyak
perawat, sebelum dilakukan sosialisasi 2 perawat dan diploma 3 keperawatan
hanya sekitar 80% dan setelah dilakukan sebanyak 23 perawat. Menurut teori
sosialisasi meningkat menjadi 100% Mubarak (2011) mengatakan bahwa
pengetahuan perawat tentang pentingnya tingkat pendidikan berarti bimbingan
cuci tangan dan prosedur cuci tangan. yang diberikan oleh seseorang terhadap
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan perkembangan orang lain menuju ke arah
akan lebih langgeng daripada perilaku suatu cita-cita tertentu. Pendidikan adalah
yang tidak didasari oleh pengetahuan. salah satu usaha untuk mengembangkan

22 Pengetahuan dan Penerapan Five ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
kepribadian dan kemampuan di dalam Faktor lain yang mempengaruhi
dan di luar sekolah dan berlangsung pengetahuan adalah masa kerja, dimana
seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan hal tersebut sesuai dengan teori Riyanto
seseorang semakin mudah pula untuk dan Budiman (2013) pengalaman belajar
menerima informasi, dan pada akhirnya dalam bekerja yang dikembangkan
makin banyak pula pengetahuan yang akan memberikan pengetahuan dan
dimiliki oleh perawat tentang pencegahan keterampilan professional, serta dapat
infeksi nosokomial berupa mengembangkan kemampuan mengambil
cuci tangan. keputusan yang merupakan manifestasi
Selain pendidikan, faktor umur juga dari keterpaduan menalar secara ilmiah.
mempengaruhi pengetahuan perawat, Perawat di bangsal ICU dan NICU
dimana umur perawat di bangsal ICU sejumlah 9 perawat memiliki masa kerja
dan NICU termasuk dalam usia yang yang cukup lama yaitu 11-15 tahun, dimana
matang yaitu mayoritas memiliki umur hal tersebut mempengaruhi pengetahuan
31-40 tahun yaitu sebanyak 17 perawat, perawat tentang cuci tangan.
dimana tingkat kematangan dan kekuatan Perawat yang sudah memiliki masa kerja
perawat akan lebih matang dalam berpikir cukup lama akan lebih mengetahui tentang
dan bekerja yang akan mempengaruhi cuci tangan dibandingkan
pengetahuan perawat tentang dengan perawat yang baru saja masuk ke
moments cuci tangan. Semakin meningkat dunia kerja.
umur seseorang maka semakin banyak 5. Distribusi Penerapan Five Moments
pengalaman yang didapat dan banyaknya Cuci Tangan Perawat
ilmu pengetahuan yang diperoleh. Tabel 4.5
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Distribusi Frekuensi Penerapan Five
Mathuridy (2015) yang menyatakan Moments Cuci Tangan Perawat
bahwa umur perawat berhubungan di Bangsal ICU dan NICU RSUD
dengan banyaknya pengalaman yang Sukoharjo
diperoleh dalam hidup. Umur juga
Penerapan
No Five Moments Frekuensi Presentase
melaksanakan tugas dan kewajibannya Cuci Tangan
sebagai perawat. Dapat dikatakan 1 Menerapkan 17 58,6
semakin matang usia seseorang maka Tidak
2 12 41,4
semakin dapat menentukan hal-hal yang menerapkan
dianggap baik dan tidak baik yang akan Jumlah 29 100

semakin memperbaiki dan meningkatkan Sumber : data primer diolah, 2016


keterampilan dan pengetahuan perawat Hasil penelitian menunjukkan dari
tentang cuci tangan. 29 perawat di bangsal ICU dan NICU

Pengetahuan dan Penerapan Five ... 23


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
RSUD Sukoharjo, 17 responden sudah asuhan keperawatan kepada pasien perawat
menerapkan cuci tangan akan patuh mencuci tangan lima moment
dengan presentase 58,6%. Five moments untuk keselamatan diri perawat itu sendiri.
cuci tangan meliputi mencuci tangan Banyak hal yang mempengaruhi perilaku
sebelum bersentuhan dengan pasien, cuci tangan yang baik, diantaranya status
sebelum melakukan prosedur bersih/ petugas kesehatan yaitu non dokter, dan
steril, setelah bersentuhan dengan cairan juga pengenalan penggunaaan handrub
tubuh pasien, mencuci tangan setelah berbasis alkohol. Sedangkan untuk
bersentuhan dengan pasien dan mencuci perilaku cuci tangan yang buruk dapat
tangan setelah bersentuhan dengan dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas cuci
lingkungan pasien. tangan yang baik seperti wastafel, kran air,
Hasil penelitian menunjukkan sabun cuci tangan dan handuk atau tisu
sebagian besar perawat sudah menerapkan kering.
cuci tangan. Hasil ini Perawat belum sepenuhnya
didukung oleh Yulianti (2011) dimana melakukan cuci tangan
didapatkan hasil observasi penerapan dikarenakan beberapa faktor, dimana hasil
cuci tangan perawat di bangsal rawat wawancara dengan perawat didapatkan
inap RS PKU Muhammadiyah Yoyakarta faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan
tergolong baik dengan presentase 79,41%. dalam melaksanakan hand hygiene adalah
Penerapan cuci tangan perawat yang baik aktivitas yang terlalu sibuk, pasien yang
didukung oleh kesadaran dari perawat itu banyak, mementingkan pasien terlebih
sendiri dalam melindungi diri dan pasien dahulu, panduan dan pengetahuan hand
dari bahan infeksius serta kesadaran dalam hygiene yang tidak memadai, hand
menjalankan SOP yang benar. Kebiasaan hygiene dapat mengganggu hubungan
mencuci tangan perawat dirumah sakit, baik dengan pasien, memiliki anggapan
merupakan perilaku mendasar dalam resiko rendah untuk mendapatkan infeksi
upaya pencegahan cross infection (infeksi dari pasien, lupa untuk mencuci tangan.
silang). Selain kesadaran dari perawat, Faktor kurangnya pengetahuan juga ikut
pengetahuan juga mempengaruhi sikap mempengaruhi ketaatan petugas dalam
perawat dalam mencuci tangan. melakukan hand hygiene.
Hal ini didukung oleh penelitian Selain faktor diatas menurut
Hikmayanti (2015) pengetahuan perawat Jamaluddin (2012) secara umum alasan
akan mendasari perawat tersebut untuk kurangnya kesadaran mencuci tangan
patuh dan menyadari betul bahwa mencuci adalah tingginya mobilitas perawat dan
tangan lima moment merupakan hal yang dokter sehingga secara praktis lebih
penting untuk pencegahan penularan mudah menggunakan sarung tangan, hal
infeksi, sehingga pada saat melakukan tersebut memicu tingginya penggunaan

24 Pengetahuan dan Penerapan Five ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
sarung tangan yang didukung kelalaian hal yang sangat penting maka perawat
untuk cuci tangan sebelum dan setelah tersebut akan terbiasa melakukan cuci
menggunakannya. tangan dalam lima moment setiap harinya.
Dari pembahasan diatas dapat Faktor pendidikan juga mempengaruhi
disimpulkan banyaknya faktor yang perilaku seseorang dimana sebagian besar
menyebabkan penerapan cuci tangan perawat di RSUD Sukoharjo mayoritas
perawat di bangsal ICU dan NICU. memiliki pendidikan akhir diploma 3,
Penerapan cuci tangan yang baik di dimana menurut penelitian dari Puspasari
ICU dan NICU RSUD Sukoharjo (2015) perawat dengan tingkat pendidikan
dikarenakan fasilitas mencuci tangan D3, selama proses pendidikannya
yang sudah lengkap, mudah dijangkau lebih banyak mendapatkan materi dan
oleh perawat, pengetahuan perawat pengalaman praktek di rumah sakit apabila
yang baik dan kesadaran dari dalam diri dibandingkan dengan perawat pada
perawat tersebut. Pengetahuan perawat tingkat pendidikan S1 atau SPK, selain
yang baik akan memicu perawat untuk itu perawat D3 lebih banyak melakukan
lebih patuh melakukan cuci tangan. tindakan keperawatan sehingga perawat
Selain itu, masa kerja perawat juga ikut D3 lebih sering untuk berinteraksi dengan
mempengaruhi perilaku dari seseorang. pasien, yang mana ketika melakukan
Dimana didapatkan hasil bahwa sebagian interaksi dengan pasien, seorang perawat
besar perawat memiliki pengalaman masa diharuskan selalu melakukan upaya
kerja 11-15 tahun. Hal ini sesuai dengan perlindungan diri, yaitu dengan cara
teori Rivai dan Mulyadi (2010) masa melaksanakan praktik dalam pencegahan
kerja dapat mempengaruhi pengalaman infeksi nosokomial.
kerja seseorang, sehingga semakin lama
bekerja diharapkan seseorang memiliki D. SIMPULAN DAN SARAN
pengalaman kerja semakin banyak. Masa
1. SIMPULAN
kerja yang lebih lama menunjukkan
Berdasarkan hasil analisis dan
pengalaman kerja yang lebih pada
pembahasan pada bab sebelumnya, maka
seseorang dibandingkan dengan rekan
peneliti dapat memberikan kesimpulan
kerja yang lain. Jadi dapat disimpulkan
sebagai berikut:
bahwa semakin lama seseorang bekerja
maka semakin menguasai ketrampilan a. Tingkat pengetahuan cuci
yang dilakukannya secara berulang setiap tangan perawat di RSUD Sukoharjo
harinya dan menjadikan suatu kebiasaan, mayoritas memiliki pengetahuan baik.
seperti halnya mencuci tangan dalam lima b. Penerapan cuci tangan
moment, perawat yang sudah lama bekerja perawat di RSUD Sukoharjo, sebagian
dan menjadikan cuci tangan sebagai suatu besar sudah menerapkan
cuci tangan.
Pengetahuan dan Penerapan Five ... 25
GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
2. SARAN b. Bagi Tim PPI Rumah Sakit
a. Bagi Perawat Diharapkan pemberian informasi
Dengan hasil penelitian yang telah tentang cuci tangan dapat
diperoleh, diharapkan perawat tetap dilakukan secara rutin kepada semua
memperbarui pengetahuan tentang jajaran rumah sakit, khususnya perawat
cuci tangan dan selalu yang bekerja di ruang ICU dan NICU.
membiasakan diri untuk menerapkan
cuci tangan dalam
pencegahan infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media.
Darmadi, S.M. 2012. Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal
Vol 8. No 1. Maret 2012
Hikmayanti,K. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam
Mencuci Tangan 5 Moment di Ruang Perawatan Crysanthenum dan Orchid Siloam
Hospitals Cikarang Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang
Vol 5. No 1. Mei 2015.
Jamaluddin. 2012. Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan Intensif. Jurnal
Kedokteran Terapi Intensif Vol 2. No 3. Juli 2013.
Koeswo,M dan Pratama,B. 2015. Faktor Determinan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene
pada Perawat IGD RSUD dr. Iskak Tulungagung. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 28.
No 2.
Listiowati,E dan Widyanita,A. 2014. Hubungan Pengetahuan Hand Hygiene Dengan Kepatuhan
Pelaksanaan Hand Hygiene Pada Peserta Program Pendidikan Profesi Dokter. Jurnal
Biomedika Vol 6. No.1. Februari 2014.
Mathuridy,R. 2015. Hubungan Umur, Lama Kerja, Pendidikan dan Motivasi dengan Kepatuhan
Perawat Melakukan Enam Langkah Lima Moment Cuci Tangan di Ruang ICU RSUD
Ulin Banjarmasin. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Banjarmasin Vol 3. No 2. September 2015.
Mubarak,I. 2011. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam
Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu
Pateda,V dan Rabbani,I. 2013. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Cuci Tangan Petugas
Kesehatan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado.
Vol 3.No 5. Oktober 2013.

26 Pengetahuan dan Penerapan Five ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
Riyanto,A dan Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Rivai,V dan Mulyadi. 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Ketiga. Jakarta:

Saragih,R dan Rumapea,N. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan
Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan. Publikasi

WHO. 2009. World Alliance for Patient Safety Global Patient Safety Challenge: 2005-2006.
Switzerland: WHO Document Production Servies.
Yulianti. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Universal
Precaution Pada Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol5. No 2. Juni 2011.

Pengetahuan dan Penerapan Five ... 27

Anda mungkin juga menyukai