Disusun oleh :
KELOMPOK 1
ADELITA NASUTION
HELENTINA MARBUN
IDOLA FEBRIAN S
JOHN A DEO
NAOMI LOLYTA S
NIA ANANDA
MEDAN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya yang memberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Mikrobiologi. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat menambah informasi
kepada kita mengenai Salmonella typhosa penyebab Demam Typoid
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis.Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kebaikan
kualitas makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ISI 2
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.Untuk Mengetahui Jenis dan Sifat Bakteri Salmonella typhosa sebagai penyebab Demam
Typhoid
2.Untuk Mengetahui Struktur antigen, Patogenitas, dan Faktor Virulensi pada Salmonella
typhosa
4
3.Untuk mengetahui cara pemeriksaan laboratorium bakteri Salmonella typhosa
4.Untuk Mengetahui cara pengobatan dari penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella typhosa
5.Untuk Mengetahui cara pencegahan dari pada bakteri Salmonella typhosa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Salmonella Sebagai Penyebab Demam Typoid
Tifoid atau tipus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi.
Penyakit ini banyak ditemui di Indonesia. Penyakit tifoid memang erat kaitannya dengan
higienitas atau kebersihan. Bakteri penyebab tifoid senang hidup di makanan kotor ataupun
tanah sehingga bila seseorang mengonsumsi makanan kotor dan saat daya tahan tubuhnya
turun maka ia dapat terserang tifoid. Penyebab penyakit ini ialah infeksi bakteri Salmonella
typhi. Bakteri menular melalui makanan yang terinfeksi atau mengandung kuman bakteri. Saat
seseorang mengonsumsi maknana tersebut dan daya tahan tubuhnya rendah, bakteri akan
menyerang usus orang tersebut. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam peredaran darah dan
terjadinya penyakit tifoid (Yatnita Prama Citra,2011).
Gejala
Gejala tifoid tidak khas. Sering kali gejala awal tifoid tampak seperti gejala flu atau
radang tenggorokan. Pada tahap lebih lanjut gejala tifoid juga sering kali seperti demam
berdarah. Gejala tifoid antara lain:
1. Demam suhu di atas 38 derajat Celsius
Demam pada tifoid cukup khas. Pada minggu pertama setelah seseorang terinfeksi
bakteri penyebab tifoid, orang tersebut akan mengalami demam ringan. Demam
semakin hari semakin meningkat. Demam tinggi akhirnya terjadi pada minggu ke dua.
Demam biasanya muncul pada waktu sore hari dimana pasien merasa menggigil. Kaki
dan tangan teraba dingin sedangkan badan teraba panas.
2. Bradikardia relatif yaitu jumlah nadi per menit yang tidak sesuai dengan kondisi
penderita. Normalnya, bila suhu badan meningkat maka kecepatan nadi akan
meningkat. Namun pada tifoid, kecepatan nadi tidak meningkat.
3. Lidah tifoid: lidah pada penderita tifoid cukup khas, yakni keputihan pada bagian
tengah lidah dan merah di bagian pinggir.
4. Keluhan pencernaan, seperti mual, sukar buang air besar, atau sebaliknya, buang air
besar encer.
5. Keluhan saluran pernapasan, seperti batuk, pilek.
6. Gejala lainnya, seperti mata merah, sakit kepala, sesak napas, pegal-pegal, nyeri sendi,
dan sebagainya (Nelwan,2012).
2.3 Struktur Antigen Salmonella
a. Antigen H
atau antigen flagel dibuat tidak aktif oleh pemanasan di atas 600C dan juga oleh
alcohol dan asam. Kuman ini paling baik disiapkan untuk tes serologi dengan menambahkan
formalin pada biakan kaldu muda yang bergerak dengan serum yang mengandung antibody
anti H. antigen demikian akan beraglutinasi dengan cepat dalam gumpalan besar menyerupai
kapas. Antigen H ini mengandung beberapa unsure imunologik. Dalam satu spesies
Salmonella antigen flagel dapat ditemukan dalam salah satu atau kedua bentuk yang
dinamakan fase 1 dan fase 2. organisme cenderung berubah dari satu fase ke fase lainnya. Ini
dinamakan variase fase anti bodi terdapat antigen H adalah terutama Ig C.
7
b. Antigen O atau antigen somatic
adalah bagian dari dinding sel pada 1000C terdapat alcohol dan terdapat asam yang
encer. Antigen O dibuat dari kuman yang tidak bergerak atau dengan pemberian panas dan
alcohol. Dengan serum yang mengandung anti O antigen ini mengadakan aglutinasi dengan
lambat membentuk gumpalan berpasir. Antigen terdapat antigen O terutama Ig M. anti
somatic O adalah Lipopolisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung gula yang
unik, diosiribosa.
c. Antigen V,
antigen kapsul K khusus yang terdapat pada bagian paling pinggir dari kuman. Strain-
strain yang baru diisolasi dengan anti sera yang mengandung agglutinin anti O . antigen
Vi dirusak oleh pemanasan selama satu jam pada 60C dan oleh asam fenol. Biakan yang
mempunyai antigen Vi cenderung lebih virulen. Antigen K mirip polisakarida kapsul
meningokokus atau Haemophilus sp. Gejala klinis yang timbul sangat bervariasi. Pada minggu
pertama ditemukan gejala dan keluhan serupa penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan
suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala tampak lebih jelas berupa demam, bradikardi
relatif (peningkatan suhu 1C tidak diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),
lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau
psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia (R.Susanti,dkk,2012).
8
(Nengah Kundera,2014).
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis
typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena
salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang. Penyakit Tipes dapat ditularkan melalui makanan dan
minuman yang tercemar dengan kuman Tipes. Bila anda sering menderita penyakit ini
kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya.
Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak setengah
matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri Tipes ,Salmonella
typhosa, kotoran, atau air kencing dari penderita Tipes. (Nengah Kundera,2014).
9
Akan tetapi tubuh mempunyai beberapa mekanisme pertahanan untuk menahan dan
membunuh kuman patogen ini, yaitu dengan adanya
(1) Mekanisme pertahanan non spesifik di saluran pencernaan, baik secara kimiawi maupun
fisik, dan
(2) Mekanisme pertahanan spesifik yaitu kekebalan tubuh humoral dan selular. Kuman
Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Setelah kuman sampai di lambung maka mula-mula timbul
usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya suasana asam oleh asam
lambung dan enzim yang dihasilkannya. Ada beberapa faktor yang menentukan apakah kuman
dapat melewati barier asam lambung, yaitu (1) jumlah kuman yang masuk dan (2) kondisi
asam lambung.
Untuk menimbulkan infeksi diperlukan S.typhi sebanyak 105-109 yang tertelan
melalui makanan atau minuman. Keadaan asam lambung dapat menghambat multiplikasi
Salmonella dan pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh dengan cepat. Pada
penderita yang mengalami gastrotektomi, hipoklorhidria atau aklorhidria maka akan
mempengaruhi kondisi asam lambung. Pada keadaan tersebut Salmonella.typhi lebih mudah
melewati pertahanan tubuh. Sebagian kuman yang tidak mati akan mencapai usus halus yang
memiliki mekanisme pertahanan lokal berupa motilitas dan flora normal usus. Tubuh berusaha
menghanyutkan kuman keluar dengan usaha pertahanan tubuh non spesifik yaitu oleh
kekuatan peristaltik usus. Di samping itu adanya bakteri anaerob di usus juga akan merintangi
pertumbuhan kuman dengan pembentukan asam lemak rantai pendek yang akan menimbulkan
suasana asam. Bila kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan tubuh di lambung, maka
kuman akan melekat pada permukaan usus. Setelah menembus epitel usus, kuman akan masuk
ke dalam kripti lamina propria, berkembang biak dan selanjutnya akan difagositosis oleh
monosit dan makrofag. Namun demikian Salmonella.typhi dapat bertahan hidup dan
berkembang biak dalam fagosit karena adanya perlindungan oleh kapsul kuman (Widodo
Suwito,2010).
10
komplementer pada sel inang. Adhesion berlokasi pada glikogaliks mikroorganisme atau pada
struktur permukaan mikroorganisme yang lain seperti pada fimbria. Bahan glikogaliks yang
membentuk kapsul mengelilingi dinding sel bakteri merupakan properti yang meningkatkan
virulensi bakteri. Kandungan kimiawi pada kapsul mencegah proses fogositosis oleh sel inang.
Virulensi mikroorganisme juga disebabkan oleh produksi enzim ekstraseluler (eksoenzim )
(Nengah Kundera,2012).
Banyak cara pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
demam tifoid. Salah satu cara dalam penegakan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan
IgM Anti Salmonella. Pada jurnal ini akan dibahas tentang tes TUBEX yang merupakan
nama produk dari pemeriksaan IgM Anti Salmonella. Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi
kompetitif semi kuantitatif yang sederhana, cepat (kurang lebih 5 menit) dan sangat akurat
dalam diagnosis infeksi akut demam tifoid karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM
Anti-Salmonella dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit. 1,2,8 Tes
TUBEX yang diproduksi oleh IDL Biotech, Sollentuna, Sweden mengeksploitasi
kemudahan dan kepraktisan seperti uji widal tetapi tes ini menggunakan partikel yang
berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. 1,5,6 Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella
segroup D.
Sampel
Pemeriksaan IgM Anti Salmonella Atau Tes TUBEX
Merupakan pemeriksaan serologis, Oleh karena itu sampel yang digunakan dalam
pemeriksaan tersebut biasanya berupa serum. Serum diperoleh dari darah utuh yang
dipisahkan setelah mengalami proses pemusingan. Serum disimpan pada suhu -20 oC sampai
dilakukan analisis. Darah utuh diambil sebanyak 3ml melalui venapuncture pada pasien yang
dicurigai menderita demam tifoid.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan antara lain:
a. Satu set tabung yang berbentuk V dengan model khusus yang dapat menampung enam
sampel dalam satu set tabung tersebut.
b. TUBEX Color Scale yang berisi skala warna sebagai panduan interpretasi hasil
c. Mikropipet
d. .Brown reagent yang mengandung partikel-partikel magnetik yang dilapisi dengan
antigen (Salmonella Typhi O9 lipopolysaccharide[LPS]).
e. Blue reagent yang mengandung partikel-partikel indikator yang berwarna biru dilapisi
dengan monoklonal antibodi (mAb) spesifik terhadap antigen Salmonella Typhi O9
LPS.
Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pengujian antibodi dari tes ini sesuai dengan instruksi pabrikannya (
11
IDL Biotech) yaitu sebagai berikut:
a. Penetesan Brown reagent sebanyak 25 l pada tabung reaksi yang berbentuk V
dengan jumlah dalam satu set terdapat enam tabung V identik.
b. Penetesan sampel serum yang di uji ke dalam tabung tersebut sebanyak 25 l atau
sekitar satu tetes.
c. Pencampuranselama 2 menit.
d. Penetesan Blue reagent sebanyak 50 l atau dua tetes.
e. Pencampuran selama 2 menit.
f. Meletakkan campuran reaksi tersebut pada penyangga magnet yang sudah tersedia
untuk memisahkan partikel indikator warna yang berikatan dengan partikel magnetik
dari partikel-partikel indikator yang tidak berikatan.
Pembacaan Hasil
Interpretsi Hasil Pembacaan Hasil Tes TUBEX
Berdasarkan atas warna yang terlihat setelah reaksi pencampuran tersebut. Rentang
warna yang muncul bisa dari merah hingga biru tua. Pada penyangga magnet sudah tercantum
skala warna sebagai panduan pembacaan hasil. Terdapat 0 sampai 10 skor, skor 0 menunjukan
semakin merah warna yang terlihat dan semakin negatif hasil yang didapat, sedangkan skor 10
menunjukan semakin biru warna yang muncul dan semakin positif hasilnya (Gambar 1). Kalau
di spesifikkan angkanya, skor 0-2 menunjukan hasil yang negatif dan skor 3-10 menunjukan
hasil yang positif. Tes TUBEX mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella O9 dari
serum pasien dengan kemampuan dari antibodi tersebut untuk menghambat ikatan antara
partikel indikator yang dilapisi monoklonal antibodi dengan partikel magnetik yang dilapisi
antigen (Salmonella Typhi LPS) tersebut (Gambar 2).
Mungkin timbul pertanyaan mengapa pada tes ini muncul warna merah untuk hasil
yang negatif dan biru untuk hasil yang positif. Dasar pemikirannya berdasarkan
Atas prinsip dari tes TUBEX tersebut yaitu sebagai berikut. Jika seandainya serum sampel
negatif terhadap antibodi Salmonella O9, partikel-partikel indikator yang dilapisi antibodi
monoklonal akan berikatan dengan partikel-partikel magnetik yang dilapisi dengan antigen.
Ketika diletakkan pada penyangga magnet, partikel-partikel magnetik mengendap pada
bagian bawah tabung karena adanya reaksi magnetik antara partikel magnetik dengan
penyangga magnet. Partikel-partikel indikator biru yang terikat dengan partikelmagnetik juga
ikut mengendap. Maka dari itu yang tersisa hanyalah warna merah yang merupakan latar
belakang dari larutan tersebut. Latar belakang yang berwarna merah disebabkan karena adanya
microspheres merah yang inert. Jika sebaliknya serum pasien mengandung antibodi
Salmonella O9, antibodi tersebut akan berikatan dengan partikel magnetik dan mencegah
partikel indikator berikatan dengan partikel magnetik. Partikel-partikel indikator biru yang
tidak berikatan tersebut masih melayang-layang sehingga menimbulkan warna biru pada
larutan tersebut. Rentang warnanya dari biru kemerah-merahan jika konsentrasi antibodi
rendah, sampai biru tua jika konsentrasi antibodi tinggi (Gambar 3).
12
(Laboratorium Nikki Medika, 2008)
Gambar 1.
Tes TUBEX Gambar 1 menunjukkan tabungreaksi yang berbentuk V dengan penyangga
magnet di bawahnya serta skala warna. Gambar tersebut memperlihatkan kemungkinan
hasilyang muncul, yang dapat dibaca pada skala warna.
Gambar 2.
Ilustrasi Tes TUBEX, Ilustrasi bagaimana tes TUBEX bekerja dalam mendeteksi antibodi
terhadap Salmonella Typhi O9 . Gambar 2 menunjukkan bahwa partikel indikator yang
dilapisi monoklonal antibodi (mAb) dan partikel magnetik yang dilapisi antigen (O9LPS)
yang dihambat ikatannya oleh antibodi pasien.
13
(Laboratorium Nikki Medika, 2008)
Gambar 3.Prinsip kerja tes TUBEX
Kiri mununjukkan hasil tes yang negatif.Partikel indikator yang dilapisi antibodi monoklonal
akan berikatan dengan partikel magnetik yang dilapisi dengan antigen. Gambar 3 kanan
menunjukkan hasil tes yang positif. Antibodi pasien akan berikatan dengan partikel magnetik
yang dilapisi dengan antigen dan mencegah partikel indikator berikatan dengan partikel
magnetik.
14
dibandingkan dengan tes serologis lainnya seperti Typhidot, SD Bioline, dan Mega
Salmonella. Hal ini disebabkan karena tes TUBEX memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang paling tinggi yaitu sebesar 94,7% dan 80,4%. 7 Sedangkan penelitian
oleh Sonja dkk (2004) di Vietnam Selatan mendapatkan hasil sensitivitas sebesar 78%
(CI/Confidence interval= 65 sampai 88) dan spesifisitas sebesar 94% (CI = 71 sampai
100) dengan positive predictive value(PPV) = 98% (CI = 87-100) dan negative
predictive value(NPV)= 59% (CI = 39-76). 9 Adapun penelitian yang terdahulu (Pak-
Leong dkk,1998) pernah mendapatkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas tes ini
mencapai 100%(Prasetyo, 2011).
Orang yang rentan mengalami dehidrasi sebaiknya diberikan cairan rehidrasi oral atau
dikenal dengan nama oralit. Oralit berfungsi menggantikan glukosa, garam, dan mineral
penting lain yang hilang akibat muntah dan diare. Untuk sementara waktu, sebaiknya Anda
menghindari makanan biasa hingga merasa lebih baik. Anda bisa mengonsumsi makanan yang
mudah dicerna seperti bubur (Purnawati, 2010).
Berikut ini beberapa kondisi yang mengharuskan Anda mendapat pengobatan karena
keracunan makanan:
Gejala yang dialami sangat parah dan tidak membaik hingga beberapa hari.
Mengalami gejala dehidrasi parah, misalnya urine beraroma tidak enak, berwarna
gelap, dan sangat sedikit.
Terjadi wabah keracunan makanan dan terkait dengan sumber kontaminasi tertentu.
Diare yang bertahan lebih dari tiga hari atau tinja bercampur darah (Tati Ariyanti,
2010).
15
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini
hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan
orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
Menurut jurnal pencegahan penyakit tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Vaksin parenteral
Vaksin demam tipus biasanya diberikan dalam serangkaian dua suntikan subkutan 0,5
ml diberikan pada empat interval mingguan. Tingkat perlindungan adalah 70%.
Dosis booster dianjurkan setiap 3 tahun di daerah endemis tifus.
Ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil dan merupakan kontraindikasi dalam pemulihan
mereka dari penyakit serius.
Vaksin oral
Vaksin hidup diberikan secara lisan dalam bentuk tiga kapsul diambil pada hari 1, 3
dan 5, dengan dosis booster setelah 3 + tahun.
Tidak harus diberikan sampai setidaknya seminggu telah berlalu sejak pasien telah diambil
setiap antibiotik yang efektif terhadap Salmonella. Tidak ada data mengenai keamanan pada
kehamilan atau kemanjurannya pada anak-anak di bawah 6 tahun (dan dalam hal apapun anak
harus cukup lama untuk dapat menelan kapsul utuh).
Bentuk oral paling tidak sama efektifnya dengan (dan dalam beberapa kasus lebih efektif
daripada) vaksin yang disuntikkan.
Ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil dan merupakan kontraindikasi dalam pemulihan
mereka dari penyakit serius (Inawati. )
Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut:
1.Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.
2.Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.
3.Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamis kebersihan dan kesehatannya.
4.Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh bakteri thypus.
5.Jangan menggunakan air yang sudah tercemar. Masak air hingga 100C.
6.Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan/jajanan.
7.Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.
8.Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami tentang penyakit ini,
maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri dan lingkungannya agar selalu bersih dan
sehat.
9.Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan agar tidak lengah
terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.
10.Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.
11.Jangan banyak jajan di luar rumah.
12.Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya terjamin.
13.Dalam pembuatan makanan dilakukan pemanasan dalam hal ini direbus, dan dalam
penyajiannya juga dalam suhu hangat(Yolanda Arlita,dkk.2012).
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Salmonella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, termasuk family
Enterobacteriaceae, terdiri dari 2300 serovar. Salmonella bersifat motil dan patogenik
2.Salmonella typhimurium merupakan mikroorganisme fakultatif intraseluler yang dapat hidup
bahkan berkembang biak dalam makrofag, tahan terhadap enzim-enzim di lisosom,
mempunyai kemampuan untuk mencegah dan menghambat fusi fagolisosom sehingga sulit
untuk dibunuh
3.Sifat Salmonella antara lain : dapat bergerak, tumbuh pada suasana aerob dan anerob
fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol dan
memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse, fenilalanin deaminase, urease, voges
proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa.
4.Tifoid atau tipus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi.
Penyakit ini banyak ditemui di Indonesia. Penyakit tifoid memang erat kaitannya dengan
higienitas atau kebersihan.
5.Bakteri menular melalui makanan yang terinfeksi atau mengandung kuman bakteri. Saat
seseorang mengonsumsi maknana tersebut dan daya tahan tubuhnya rendah, bakteri akan
menyerang usus orang tersebut. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam peredaran darah dan
terjadinya penyakit tifoid.
6.Gejala tifoid tidak khas. Sering kali gejala awal tifoid tampak seperti gejala flu atau radang
tenggorokan. Pada tahap lebih lanjut gejala tifoid juga sering kali seperti demam berdarah
7.Patogenesis demam tifoid secara garis besar terdiri dari 3 proses, yaitu :
(1) Proses invasi kuman S.typhi ke dinding sel epitel usus,
(2) Pproses kemampuan hidup dalam makrofag dan
(3) Proses berkembang biaknya kuman dalam makrofag.
8.Banyak cara pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
demam tifoid. Salah satu cara dalam penegakan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan
IgM Anti Salmonella.
10. Pada kebanyakan kasus, keracunan makanan tidak membutuhkan pengobatan khusus.
Untuk meredakan gejala yang terjadi, Anda bisa beristirahat secukupnya dan minum banyak
18
cairan karena jika mengalami dehidrasi, maka gejala yang terjadi akan bertambah parah dan
masa pemulihan akan menjadi makin lama.
3.2 Saran
Para pembaca harus membaca buku referensi yang berkaitan dengan makalah yang
telah penulis buat. Hal ini bertujuan agar pembaca lebih mudah memahami setiap materi yang
dijelaskan sehingga tidak terjadi sengketa pendapat. Selain itu,pembaca dapat membandingkan
tingkat perbedaan antara referensi dengan makalah untuk menemukan dimana letak kesalahan
masing-masing dan Adapun saran dari penulis yakni :Supaya kita selalu menjaga kebersihan
lingkungan hidup kita agar terhindar dari kontaminasi dengan bakteri salmonella typhi, Agar
mewaspadai sejak dini pencegahan dan pengobatan penyakit typhus, Dan yang paling penting
adalah Mencegah lebih baik daripada mengobati.
19
DAFTAR PUSTAKA
Garma,Henry dkk.2010.Perbandingan Kloramfenikol dengan Seftriakson terhadap lam hari
turun demam pada anak demam Thypoid.Majelis Pendidikan Dokter,Vol.24, no.1 tahun 2011.
Kundera,Nengah.2014.Ekspresi Protein ADHF36STRAIN Salmonella Typhi dari beberapa
daerah di Indonesia.Jurnal Kedokteran Hewan,Vol.8,No.1,Maret 2014
Nelwan,RHH.2012.Tata laksana terkini demam Thypoid. Jurnal Ilmu penyakit dalam.Vol.39,
no.4 tahun 2012
Parama,Yatnita.2011.Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Typhoid.Jurnal Kesehatan
Masyarakat,Vol.6,No.1 September-Maret 2011.
Prasetyo Ismoedianto.2011.Metode Diagnostik Demam Thypoid Pada Anak.Jurnal Ilmu
Kesehatan anak Surabaya,Vol.31,No.7 ,2011.
Rahmi,Erdiansyah.2014.Isolasi dan identifikasi Genus Salmonella dari feses Orang utan
Sumatera (Ponsu abelii) di pusat rentroduksi Orang utan,Jurnal Medika veterinasia,Volume.8
No.1,Februari 2014.
Standy,Yolanda dkk.2011.Identifikasi Bakteri Escherechia coli dan Salmonella sp pada
makanan jajanan bakso tusuk di kota Manado.Jurnal Kesehatan,Volume 11,No.2 Tahun 2011
Sujud,Purnawati. 2010 .Demam Pada Anak. Majelis Kedokteran, Volume 58, nomor 9,
September 2010
Susanti,R.2012.Aktivitas Reactive Oxygen species macrofag akibat stimulasi Gel lidah buaya
pada infeksi Salmonella Typhimurium.Jurnal MIPA,Volume 35,nomor 1,April 2012
Suwito,Widodo.2012. Tata Laksana yang sering mencemari susu: Deteksi, Patoenitas,
Epidemiologi dan cara pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian, volume 29, No.3 Tahun
2012
20