PEMBAHASAN
3
Neon Ne 0,0018
Helium He 0,0005
Hidrogen H 0,00005
Kripton Kr Sangat kecil
Xenon Xe Sangat kecil
Kategori polutan
Methana CH4 0,00015
Karbon monoksida CO 0,00001
Nitrogen oksida NO2 0,0000001
Dinitrogen oksida N2O 0,000033
Ozon O3 0,000002
Amoniak NH3 0,000001
Belerang dioksida SO2 0,00000002
4
konsentrasinya relatif tinggi sehingga proses penghilangannya tidak secepat
proses pembentukannya.
Pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah
pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat
disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan
oleh proses alam disebut biogenik emissions, sebagai contoh gas methane (CH 4)
yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai.
Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions
contohnya adalah emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil
pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar, batubara), pemakaian zat- zat kimia
yang disemprotkan ke udara dan sebagainya. Pencemaran udara disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor alam (internal) yang bersumber dari aktivitas alam.
Contoh : - abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi.
- gas-gas vulkanik.
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin.
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik.
2. Faktor manusia (eksternal) yang bersumber dari hasil aktivitas manusia.
Contoh: - hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor.
-bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang
menggunkan zat kimia organik dan anorganik.
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
- pembakaran sampah rumah tangga.
- pembakaran hutan.
Aktivitas manusia dapat mengganggu proses alam, contohnya: proses
pembakaran bahan bakar berlangsung cepat dan menghasilkan suhu tinggi, proses
pembusukan dan respirasi merupakan proses alami yang berlangsung lambat dan
pada suhu rendah. Gas dan partikulat yang dihasilkan dari aktivitas manusia
tersebut dapat mengganggu alam. Bahan-bahan ini akan menjadi polutan jika
konsentrasinya relatif tinggi sehingga proses penghilangannya tidak secepat
proses pembentukannya. Senyawa-senyawa yang termasuk sebagai polutan udara
diantaranya: partikulat, oksida belerang, karbon monoksida, oksida nitrogen,
hidrokarbon, oksidan fotokimia, hidrogen sulfida, logam berat, dan asbes. Setiap
5
polutan mempunyai sifat yang unik, dan berbeda dengan sifat polutan lainnya
(Prodjosantoso dan Tutik, 2011:15).
2.4. Jenis dan Sumber Pencemaran Udara
Menurut Sunu (dikutip dalam Tim Usu, 2014: 2-6) beberapa jenis
pencemaran udara, yaitu:
1. Berdasarkan bentuk
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.
b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari molekul
kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun
padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut.
2. Berdasarkan tempat
a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga
udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit,
dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap
yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.
b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara
bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan bermotor.
3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan
a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak
mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H 2S,
NH3, dan CH4.
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya
merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya: formaldehide dan
alkohol.
d. Toksik, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti timbal, cadmium, fluor, dan insektisida.
6
a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon seperti
asbestos, amonia, asam sulfat, dan lain-lain.
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida,
herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
5. Berdasarkan asalnya
a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang
menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya:
CO2, yang meningkat diatas konsentrasi normal.
b. Sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi
antara zat polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy
Acetil Nitrat (PAN), pembentukan ozon dalam oksida fotokimia.
Pencemaran udara dapat bersumber dari aktivitas manusia, alam, sumber lainnya.
1) Pencemaran udara dari kegiatan manusia:
Transportasi.
Industri.
Pembangkit listrik.
Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis
bahan bakar).
2) Pencemaran udara dari sumber alami :
Gunung berapi.
Rawa-rawa.
Kebakaran hutan.
Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi.
3) Pencemaran udara dari sumber-sumber lain :
Transportasi amonia.
Kebocoran tangki klor.
Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah.
Uap pelarut organik.
2.5. Klasifikasi Polutan di Udara
Menurut Mukono (dikutip dalam Tim Usu, 2014: 3-5) bahan pencemar udara
atau polutan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
1. Polutan Primer
7
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu
dan dapat berupa:
a. Gas, terdiri dari:
1) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, dan karbon oksida (CO dan CO2).
2) Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
3) Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
4) Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon
terklorinasi dan bromin.
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber
kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan
antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas
NO2, SO2, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin
yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil.
b. Partikulat
Partikulat dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat
berasal dari proses kondensasi, proses dispersi (proses menyemprot (spraying)
maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk
menunjukkan campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas
dan kabut (mist).
1) Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan
merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
2) Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan
merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.
3) Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi,
distilasi atau reaksi kimia.
4) Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.
Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu:
a. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron.
b. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron.
c. Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia
di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO 2 yang
8
menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Konsentarsi relatif dari bahan reaktan
2) Derajat foto aktivasi
3) Kondisi iklim
4) Topografi lokal dan adanya embun
Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.
Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN)
dan Formaldehida.
Menurut Wardhana (dikutip dalam Tim Usu, 2014: 15) CO adalah suatu gas
yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk
cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Selain itu, gas
CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri. Sedangkan secara alamiah, gas
CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain
walaupun dalam jumlah yang sedikit. CO yang terdapat di alam terbentuk melalui
salah satu reaksi berikut:
a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon : 2 C + O2 2 CO
2 CO + O2 2 CO2.
b. Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi: CO2+ C 2CO.
c. Penguraian CO2 menjadi CO dan O : CO2 CO + O.
Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO,
misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-
lain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri. sebagian
besar gas CO yang ada diperkotaan berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini
menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain
yang ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer. Gas CO terhadap tubuh
9
manusia dapat menimbulkan toksik (racun) yang disebabkan oleh reaksi antara
CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Gejala-gejala keracunan CO antara
lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah detak
jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-
otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia. Menurut Pohan (2002: 7) reaksi antara
gas CO dengan darah (hemoglobin):
Hemoglobin + O2 O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO COHb (karboksihemoglobin)
10
O3 + NO NO2 + O2
Gas NO seperti juga CO dapat menurunkan kapasitas darah dalam
mengangkut oksigen. Gas NO2 dapat mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, dan
paru-paru. Daya rusak gas NO2 terhadap daun pada tanaman meningkat dengan
adanya gas SO2. Secara umum oksida nitrogen dapat menyebabkan korosi pada
logam dan bahan-bahan lain dengan cepat. Oksida nitrogen juga dapat menjadi
pencetus terjadinya reaksi fotokimia, yang pada akhirnya menghasilkan smog30
(kabut). Gas NO dan NO2 dapat bertahan di udara selama 5 hari, sedangkan N2O
dapat bertahan relatif lebih lama, yaitu antara 4 sampai 8 tahun. Gas NO dapat
teroksidasi menjadi NO2, yang kemudian dapat bereaksi dengan air hujan atau uap
air membentuk asam nitrat (HNO3). Gas N2O bergerak ke atas dan dapat mencapai
lapisan stratosfer, serta mengalami oksidasi menjadi NO. Gas NO berperan besar
dalam menjaga kestabilan jumlah ozon di stratosfer. Di udara, oksida nitrogen
dapat pula mengalami pengurangan jumlah sebagai akibat larut dalam air hujan,
kontak dengan tanah, bangunan dan batuan, terserap oleh air dan tanaman
(Prodjosantoso dan Tutik, 2011: 30).
11
Belerang dioksida merupakan gas yang berbau sangat menyengat. Gas ini dapat
bereaksi dengan oksigen, amoniak, dan senyawa lainnya, misalnya uap air,
membentuk embun dan larutan asam sulfat serta senyawa sulfat lainnya. Polutan
belerang yang paling dominan di daerah perkotaan adalah gas SO 2 dan embun
asam sulfat. Secara alami belerang dioksida di udara banyak dihasilkan oleh
proses letusan gunung berapi dan oksidasi gas H2S. Sumber lain yang berkaitan
dengan kegiatan manusia adalah proses pembakaran batubara dan minyak serta
proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Proses-proses tersebut
banyak terjadi pada peleburan biji logam nonbesi, pembangkit tenaga listrik,
penyulingan minyak bumi, pembuatan kertas, semen, tekstil, platik dan
pembuatan karet. Menurut Pohan (2002: 5) belerang dalam batu bara
berupa mineral besi peritis atau FeS 2 dan dapat pula berbenruk
mineral logam sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS 2 dan
Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak
dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak terikat
dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam
diubah menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus
menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang
merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam
mudah dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2
Menurut Prodjosantoso dan Tutik (2011: 28) oksida belerang dapat
menyebabkan iritasi pada mata, tenggorokan dan saluran pernafasan lainnya.
Kondisi pasien asma, bronkitis, dan empisema dapat menjadi semakin parah
dengan adanya oksida belerang. Oksida belerang dapat juga menyebabkan daun
tanaman mengalami klorosis. Selain itu, oksida belerang dapat menyebabkan
terjadinya korosi pada logam dan bahan bangunan, merusak (mudah sobek)
barang-barang yang terbuat dari kulit, kertas dan tekstil, serta memudarkan warna
cat dan pewarna lainnya. Belerang dioksida hanya dapat bertahan di udara selama
4 hari, sedangkan aerosol belerang oksida dapat bertahan sampai beberapa
minggu. Belerang dioksida tidak dapat bertahan lama di udara karena terjadinya
12
reaksi oksidasi menghasilkan SO3 yang dengan segera bereaksi dengan uap air
menghasilkan asam sulfat (H2SO4) dan mungkin akan bereaksi lebih lanjut
membentuk amonium sulfat dan garam lainnya. Asam dan garam sulfat berada
dalam bentuk aerosol. Bila terjadi hujan, aerosol akan terbawa oleh air hujan dan
terjadi kontak dengan tanah, bangunan dan bahan lainnya, serta terserap ke dalam
tanaman.
4. Partikulat
13
interaksi dengan daun suatu tanaman dan bangunan atau bahan lainnya, serta
terbawa oleh air hujan. Macam-macam partikulat, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara.
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara.
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan
melayang berhamburan di udara.
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara
(Prodjosantoso dan Tutik, 2011: 26-27).
5. Hidrokarbon (HK)
Hidrokarbon merupakan salah satu polutan udara yang senyawanya terdiri
dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Biasanya hidrokarbon sebagai polutan
udara berbentuk gas pada suhu ruang. Senyawa hidrokarbon dapat berinteraksi
dengan nitrogen oksida menghasilkan smog yang berwarna gelap. Senyawa
hidrokarbon banyak dihasilkan pada proses kebakaran hutan, pembakaran bahan
bakar (misalnya minyak, kayu, dan batu bara) secara tidak sempurna, penyulingan
minyak, pabrik petrokimia, penguapan pelarut organik, peruraian senyawa organik
(terbentuk CH4), dan proses lain pada tanaman yang belum dapat diketahui
dengan jelas. Senyawa hidrokarbon aromatik, seperti benzena dan benzopirena
dapat menyebabkan kanker pada hewan dan bersifat karsinogenik terhadap
manusia. Senyawa hidrokarbon berperan besar pada reaksi fotokimia. Pada reaksi
fotokimia, hidrokarbon (HK) bersama dengan NOx dan O 2 membentuk smog,
reaksinya adalah sebagai berikut:
HK + NO + 02 smog (kabut asap)
14
Di udara gas metana (CH4) dapat teroksidasi oleh radikal hidroksil menghasilkan
gas CO. Gas CH4 dapat bertahan selama 1 sampai 2 tahun di udara (Prodjosantoso
dan Tutik, 2011: 30-31).
15
logam kuningan serta logam perak. Di udara, gas H 2S mudah teroksidasi
menghasilkan gas SO2, sehingga gas H2S hanya berumur antara satu sampai dua
hari saja (Prodjosantoso dan Tutik, 2011: 32).
8. Logam berat
Logam berat meliputi timbal (Pb), berilium (Be), kadmium (Cd), air raksa
(Hg), dan nikel (Ni). Logam-logam ini perlu dipelajari secara khusus karena
toksisitasnya yang tinggi terhadap manusia dan organisme lainnya. Timbal di
udara secara alami diakibatkan oleh sebaran debu dari tanah yang mengandung
timbal (sekitar 16 ppm) ke udara. Logam Pb di udara juga berasal dari buangan
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, pembakaran batu bara, dan industri
cat. Logam Cd dihasilkan oleh industri pupuk, cat, dan plastik. Air raksa terdapat
dalam limbah pembakaran batu bara dan arang.
Logam Be dan Ni dihasilkan pada berbagai proses industri dan pembakaran
batu bara. Logam Pb dapat menyebabkan kerusakan otak, perubahan tingkah laku,
dan kematian pada manusia. Berilium dapat menyebabkan kerusakan pada paru-
paru, pembengkakan limpa, dan badan menjadi kurus. Kadmium dapat
menyebabkan kerusakan ginjal dan paru-paru. Air raksa dapat menyebabkan
tremor, kulit terkelupas, dan halusinasi. Nikel dapat menyebabkan dermatitis,
pusing, sakit kepala, mabuk, dan kanker. Logam berat dapat berada di udara
selama beberapa hari, tergantung dari ukuran partikelnya. Logam berat relatif
tidak bereaksi selama di udara. Pengurangan kadar logam berat di udara
disebabkan adanya pengendapan akibat air hujan dan grafitasi (Prodjosantoso dan
Tutik, 2011: 32).
9. Asbes
Asbes adalah mineral yang berbentuk seperti benang yang biasanya
digunakan untuk isolator panas dan produk-produk tahan gesekan. Asbes secara
praktis tidak mudah rusak dan strukturnya sangat rumit. Chrysotile merupakan
salah satu bahan yang umum terdapat dalam asbes mengandung sekitar 40%
silika, 40% magnesium oksida, 14% air, sejumlah kecil besi, aluminium oksida,
dan kalsium. Asbes di udara berasal dari proses pembuatan berbagai produk
seperti kampas rem kendaraan, isolator panas, semen, keramik, dan pada proses
pelapisan dinding tahan api. Serat asbes dapat menyebabkan iritasi mekanis dalam
16
jaringan paru-paru, yang kemudian dapat menyebabkan tumor yang sering disebut
mesothelioma dan kanker paru-paru. Asbes dapat berada di udara dalam waktu
yang sulit ditentukan. Asbes tidak mengalami perubahan selama di udara. Serat
asbes sangat stabil dan tidak dapat bergabung satu sama lain membentuk partikel
yang lebih besar. Oleh karena itu asbes dapat kembali melayang-layang di udara
meskipun sebelumnya telah diendapkan oleh air hujan (Prodjosantoso dan
Tutik, 2011: 33-34).
Chrysotile
10. Ozon
Ozon merupakan oksidan fotokimia penting dalam trofosfer. Terbentuk
akibat reaksi fotokimia dengan bantuan polutan lain seperti NOx, dan Volatile
organic compounds. Dalam jangka pendek dapat menginduksi peradangan pada
paru-paru dan menggangu fungsi pertahanan paru dan kardiovaskular. Dalam
jangka panjang dapat menginduksi terjadinya asma, bahkan fibrosis paru
(Prodjosantoso dan Tutik, 2011: 35).
Menurut Masithah (2013: 5) reaksi Pembentukan Ozon
adalah Sinar Ultra Violet O O + O O 3. Pada kondisi normal,
tanpa adanya Bahan Perusak Ozon (BPO), reaksi pembentukan
dan penguraian molekul Ozon terjadi dalam keadaan seimbang
sehingga jumlah molekul Ozon di stratosfir relatif stabil.
Reaksi Penguraian Ozon :
Sinar UV+O3 ===>O2 + O
O+ O3 ===> O2 + O2
2O3 <===> 3O2
Konsentrasi ozon terbesar sekitar 90 % berada di stratosfer dan 10 % berada
di troposfer. Ozon yang terdapat di lapisan stratosfer, terletak pada ketinggian
antara 17 dan 40 km di atas permukaan Bumi yang kita kenal sebagai 'lapisan
17
ozon'. Ozon terbentuk dengan berbagai proses reaksi kimia, tetapi mekanisme
utama pembentukan dan perpindahan dalam atmosfer adalah dengan penyerapan
tenaga sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Ozon dihasilkan apabila O 2 menyerap
sinar UV pada panjang gelombang 242 nanometer dan dipisahkan dengan proses
fotokimia dari panjang gelombang yang besar pada 290 run. Penggabungan
proses-proses ini efektif dalam membentuk molekul ozon dalam lapisan statosfer
dan penyerapan sinar UV. Lapisan ozon di stratosfer menyerap energi radiasi UV
yang sangat tinggi dan mengubahnya menjadi energi panas sebelum mencapai
Bumi. Proses pengubahan energi ini sangat penting, karena hampir 80 % radiasi
UV terurai dalam proses ini. Bila lapisan ozon menipis atau populer dengan istilah
ozon berlubang, maka radiasi UV akan mencapai permukaan Bumi dalam paparan
yang lebih tinggi. Itulah peran penting lapisan ozon stratosfer untuk semua
kehidupan di Bumi. Di lapisan troposfer ozon bersifat sebagai gas rumah kaca
sehingga dapat menyokong perubahan iklim. Pada konsentrasi tertentu ozon di
permukaan yang berasal dari polusi udara bersifat racun pada tanaman, binatang
maupun manusia (Masithah, 2013: 5-7).
18
Energi matahari yang seakan-akan tak akan habis tersebut, menarik
untuk diamati karena sumber energi matahari tersebut ternyata berasal dari
reaksi thermonuklir yang sangat dahsyat dan menghasilkan panas dalam
orde jutaan derajat celcius. Oleh karena sumber energi matahari berasal
dari reaksi thermonuklir, berarti energinya bisa berkurang dan pada
akhirnya akan habis manakala reaktan yang terlibat dalam reaksi
thermonuklir telah habis bereaksi. Apabila reaktan yang bereaksi telah
habis, maka matahari akan padam dan ini berarti kematian bagi semua
makhluk hidup yang ada di bumi ini.
2. Suhu Matahari
Menurut para ahli astronomi modern yang mempelajari keberadaan
bintang-bintang di jagat raya ini, matahari kita adalah salah satu bintang
diantara 100.000.000 bintang yang ada pada suatu kelompok atau galaksi
yang disebut dengan kelompok bintang "Milky Way". Matahari
sebenarnya adalah suatu bintang yang besarnya termasuk rata-rata
dibandingkan dengan ukuran bintang-bintang lainnya. Banyak bintang
lainnya yang ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran matahari kita.
Diameter matahari 1.400.000 kilometer yang berarti 100 kali diameter
19
bumi. Gravitasi matahari lebih kuat dari pada gravitasi di bumi, yaitu 28
kali lebih kuat dari pada gravitasi bumi. Cahaya bintangpun ada yang jauh
lebih terang yang berarti suhunya juga jauh lebih panas dari pada suhu
matahari kita. Matahari tampak sangat besar dibandingkan dengan
bintang-bintang yang tersebar di jagat raya ini karena letaknya yang relatif
sangat dekat dengan bumi, yaitu sekitar 150.000.000 kilometer. Bintang
yang paling dekat dengan bumi adalah bintang Alpha Centauri yang
jaraknya 40.000.000.000.000 kilometer dari bumi. Bagaimana kedudukan
matahari terhadap bumi dan planet-planet lainnya dalam tata surya kita
dapat dilihat pada Gambar 1. Matahari sebagai dapur nuklir menghasilkan
panas yang sangat amat tinggi hasil dari reaksi thermonuklir yang terjadi
di matahari. Suhu pada pusat matahari (pada inti) diperkirakan mencapai
lebih dari 14.000.000 C, sedangkan suhu permukaannya relatif dingin,
yaitu sekitar 5.000 - 6.000 C. Struktur matahari terdiri atas beberapa
bagian, yaitu yang ada di pusat disebut "inti matahari", kemudian bagian
antara inti matahari sampai dengan permukaan matahari disebut
"photosphere". Pada permukaan terdapat bagian yang disebut dengan
"sunspots" yang tampak lebih gelap, karena suhunya memang relatif lebih
dingin dibandingkan dengan bagian lain. Sunspots bersuhu sekitar 4000
C, lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu pada permukaan matahari,
sehingga wajar bila tampak lebih gelap kalau dilihat dengan
"coronagraph".
3. Atmosfer Matahari
Atmosfir matahari terletak di atas permukaan matahari yang sebagian
besar berupa gas Hidrogen. Atmosfir matahari terdiri atas 2 bagian utama,
yaitu "chromospher" dan "corona". Bagian chromosphere dapat mencapai
ketebalan 12.000 kilometer dari permukaan matahari, sedangkan bagian
corona tampak bagaikan mahkota berwarna putih yang melingkari
matahari. Corona dapat mencapai ketinggian ratusan ribu bahkan dapat
sampai jutaan kilometer dari permukaan matahari.
20
Suhu pada chromosphere dan pada corona sangat jauh berbeda.
Chromosphere yang terletak pada permukaan matahari bersuhu kurang
lebih 5.000 C, sedangkan suhu pada daerah corona dapat mencapai sekitar
10.000 - 100.000 C, atau bahkan dapat lebih tinggi lagi. Suhu corona
yang jauh lebih panas dari pada suhu chromosphere, padahal letaknya
lebih jauh dari inti matahari sempat menimbulkan pertanyaan diantara para
ahli astronomi dan astrofisika. Suhu yang lebih tinggi pada bagian corona
ternyata disebabkan karena adanya "kejutan gelombang yang sangat kuat"
yang berasal dari gerakan turbulen photosphere yang memanaskan lapisan
gas pada corona. Selain dari itu, pada permukaan chromosphere sering
terjadi lidah api akibat letusan ataupun ledakan gas yang ada pada
permukaan chromosphere. Letusan atau ledakan yang menimbulkan
lidah api ini sering disebut dengan "prominence". Lidah api ini dapat
mencapai ketinggian ratusan ribu kilometer dari permukaan
chromosphere. Prominence ini dapat dilihat jelas pada saat terjadi
gerhana matahari total.
Peristiwa lain yang terjadi pada permukaan chromosphere adalah
timbulnya filament gas akibat gerakan gas chromosphere yang panas.
Filament gas ini tampak pada permukaan chromosphere sebagai sel-sel
kasar yang disebut "supergranulation". Peristiwa-peristiwa tersebut di atas
terjadi silih berganti yang menyebebkan timbulnya "plage" dan "flare".
Plage adalah keadaan matahari pada saat panas dan bercahaya terang.
Sedangkan flare adalah semburan energi tinggi dari permukaan matahari,
berupa radiasi partikel sub atomik. Radiasi partikel sub atomik ini dapat
sampai ke atmosfir bumi dan memicu terjadinya reaksi inti yang
merupakan sumber radiaasi kosmogenis.
4. Reaksi Thermonuklir Dapat Terjadi Di Matahari
Sudah sejak lama orang memikirkan dari mana asal energi matahari
yang begitu panas dan setiap hari dipancarkan ke bumi, namun sampai saat
ini belum juga habis sumber energi tersebut. Sampai dengan pertengahan
abad ke 19, pada saat orang belum mengenal reaksi nuklir, orang masih
menganggap bahwa energi matahari berasal dari bola api besar yang sangat
21
panas. Kalau benar bahwa matahari berasal dari bola api besar, lantas timbul
pertanyaan apa yang menjadi bahan bakar bola api tersebut? Para ilmuwan
pada saat itu belum bisa menjawab dengan tepat. Mungkinkah kayu,
batubara, minyak atau bahan bakar lainnya yang terdapat di matahari yang
dibakar berdasarkan reaksi kimia biasa sehingga timbul bola api besar
tersebut? Kalau benar bahan-bahan tersebut dibakar untuk menghasilkan
energi matahari, maka berdasarkan perhitungan reaksi kimia, energi yang
dihasilkan hanya dapat bertahan beberapa ribu tahun saja. Setelah itu
matahari akan padam. Padahal matahari telah memancarkan energinya sejak
ratusan juta bahkan orde milyard tahun yang lalu. Dengan demikian maka
anggapan bahwa sumber energi matahari tersebut berasal dari kayu,
batubara, minyak atau bahan bakar lainnya adalah tidak benar.
Para ahli astronomi dan juga astrofisika pada saat ini telah
memperkirakan bahwa unsur-unsur kimia yang ada di bumi juga terdapat di
matahari. Akan tetapi sebagian besar unsur kimia yang terdapat di matahari
tersebut, sekitar 80% berupa gas Hidrogen. Sedangkan unsur kedua yang
banyak terdapat di matahari adalah gas Helium, kurang lebih sebanyak 19 %
dari seluruh massa matahari. Sisanya yang 1 % terdiri atas unsur-unsur
Oksigen, Magnesium, Nitrogen, Silikon, Karbon, Belerang, Besi, Sodium,
Kalsium, Nikel serta beberapa unsur lainnya. Unsur-unsur kimia tersebut
bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub atomik yang terdiri atas inti
atom, elektron, proton, neutron dan positron. Gas sub atomik tersebut
memancarkan energi yang amat sangat panas yang disebut "plasma".
Energi matahari dipancarkan ke bumi dalam berbagai macam bentuk
gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio yang panjang
maupun yang pendek, gelombang sinar infra merah, gelombang sinar
tampak, gelombang sinar ultra ungu dan gelombang sinar -x. Secara visual
yang dapat ditangkap oleh indera mata adalah sinar tampak, sedangkan sinar
infra merah terasa sebagai panas. Bentuk gelombang elektromagnetis
lainnya hanya dapat ditangkap dengan bantuan peralatan khusus, seperti
detektor nuklir berikut piranti lainnya. Pada saat matahari mengalami
plage yang mengeluarkan energi amat sangat panas, kemudian diikuti
22
terjadinya flare yaitu semburan partikel sub atomik keluar dari
matahari menuju ke ruang angkasa, maka pada sistem matahari
diperkirakan telah terjadi suatu reaksi thermonuklir yang sangat
dahsyat. Keadaan ini diduga pertama kali pada tahun 1939 oleh seorang
ahli fisika Amerika keturunan Jerman bernama Hans Bethe.
Menurut Bethe, energi matahari yang amat sangat panas tersebut
disebabkan oleh karena terjadi reaksi fusi atau penggabungan inti ringan
menjadi inti yang lebih berat. Adapun Reaksi fusi nuklir di dalam inti
Matahari ini seperti gambar berikut:
23
Be7 + Beta+ -> Li7 + Gamma + v
------------------------------------ +
Li7 + H1 -> He4 + He4
Terbentuknya gas Helium berdasarkan reaksi thermonuklir tersebut di atas
juga menghasilkan energi yang amat sangat panas. Kemungkinan lain, gas Helium
juga dapat terbentuk melalui reaksi nuklir berikut ini :
Be7 + H1 -> B8 + Gamma
B8 -> Be8 + Beta+ + v
Be8 -> He4 + He4
Walaupun reaksi inti tersebut di atas sudah dapat menghasilkan energi
yang amat sangat panas, ternyata masih ada kemungkinan lain untuk terjadinya
reaksi thermonuklir matahari yang menghasilkan energi yang jauh lebih dahsyat
dan lebih panas lagi. Reaksi thermonuklir tersebut akan mengikuti reaksi inti
rantai Karbon - Nitrogen sebagai berikut:
C12 + H1 -> N13 + Gamma
N13 -> C13 + Beta+ + v
C13 + H1 -> N14 + Gamma
N14 + H1 -> O15 + Gamma
O15 -> N15 + Beta+ + v
N15 + H1 -> C12 + He4
Reaksi ratai Karbon - Nitrogen tersebut di atas, menghasilkan panas yang
jauh lebih panas dari pada reaksi rantai Proton - Proton maupun reaksi fusi
Hidrogen menjadi Helium. Reaksi-reaksi thermonuklir tersebut di atas dapat
terjadi di matahari dan juga di bintang-bintang yang tersebar di jagat raya ini.
Reaksi thermonuklir sejauh ini dianggap sebagai sumber energi matahari maupun
energi bintang. Bintang yang bersinar lebih terang dari pada matahari kita yang
berarti pula bahwa suhunya jauh lebih panas, maka reaksi thermonuklir yang
terjadi pada bintang tersebut pada umumnya akan mengikuti reaksi rantai Karbon
- Nitrogen.
24
Pertanyaan kapan matahari akan padam adalah suatu pertanyaan yang
sulit dijawab dengan pasti, apalagi kalau harus membuktikan kebenarannya.
Namun sama halnya dengan keingintahuan manusia untuk mengetahui berapa
umur bumi atau kapan terbentuknya bumi ini, maka para ahlipun berusaha
dengan akalnya untuk memperkirakan kapan matahari akan padam. Seperti
telah diterangkan di muka, bahwa matahari akan padam manakala reaksi
thermonuklir di matahari telah berhenti. Apabila matahari padam, maka
kehidupan di muka bumi akan berhenti. Secara empiris telah dapat dibuktikan
bahwa ada bintang yang pada mulanya bersinar terang, akan tetapi kemudian
sinarnya makin redup dan akhirnya padam. Keadaan ini telah direkam oleh
teleskop angkasa luar hubble. Atas dasar ini maka dapat saja matahari pada
suatu saat akan padam.
Seorang fisikawan Jerman, Hermann von Helmholtz, pada tahun 1825
mengamati perkembangan matahari yang ternyata diameter matahari setiap
tahunnya menyusut 85 m. Kalau pengamatan Helmholtz benar, maka
berdasarkan perhitungan penyusutan diameter matahari, umur matahari hanya
akan bertahan untuk waktu 20.000.000 sampai dengan 25.000.000 tahun sejak
matahari mengalami penyusutan. Untuk kurun waktu itu, teori Helmholtz ini
cukup memuaskan para ilmuwan, sebelum akhirnya digugurkan oleh teori
reaksi thermonuklir yang masih bertahan sampai saat ini. Atas dasar teori
thermonuklir sudah barang tentu teori Helmholtz menjadi tidak benar, karena
dalam kenyataannya matahari telah bersinar sejak orde 5.000.000.000 tahun
yang lalu atau bahkan lebih dari itu, suatu umur yang melebihi perkiraan
Helmholtz.
Reaksi thermonuklir yang dikemukakan oleh Hans Bethe seperti yang
telah diuraikan di muka, sebenarnya mirip dengan reaksi kimia konvensional
dalam arti bahwa reaksi masih dapat berlangsung selama masih tersedia unsur
atau reaktan yang menyebabkan terjadinya proses reaksi thermonuklir tersebut.
Pada reaksi thermonuklir yang terjadi di matahari, sebagai reaktan utama
adalah gas Hidrogen. Para ahli astronomi dan astrofisika berpendapat bahwa
dengan bertambahnya umur matahari, maka pemakaian Hidrogen untuk reaksi
thermonuklir dalam rangka mendapatkan energi yang amat sangat panas makin
25
bertambah. Pada peristiwa ini energi yang dihasilkan oleh reaksi thermonuklir
juga bertambah, sehingga energi radiasi yang dipancarkan matahari juga
bertambah. Hal ini berarti pula suhu atmosfir bumi akan naik dan bumi akan
terasa makin panas.
Apabila pendapat para ahli astronomi dan astrofisika tersebut benar, yaitu
dengan bertambahnya umur matahari akan membuat persediaan gas Hidrogen
pada permukaan matahari berkurang, maka jelas bahwa cepat atau lambat
matahari pada akhirnya akan padam. Berdasarkan teori ini energi radiasi
matahari diperkirakan masih dapat bertahan untuk jangka waktu kurang lebih
10.000.000.000 tahun lagi, setelah itu matahari padam. Contohnya adanya
bintang yang pada saat ini sedang dalam proses menuju ke keadaan padam,
telah dapat direkam gambarnya oleh teleskop ruang angkasa Hublle. Hal ini
secara empiris menunjukkan kemungkinan yang sama dapat terjadi pada
matahari kita. Namun apa yang terjadi akan terjadi sebelum waku
10.000.000.000. tahun tersebut terjadi? Secara teori dalam perjalanan menuju
waktu 10.000.000.000. tersebut, suhu atmosfir bumi akan naik terus karena
energi radiasi yang datang dari matahari bertambah panas. Keadaan ini akan
menyebabkan es yang ada di kutub utara dan selatan akan mencair yang
mengakibatkan tenggelammnya beberapa daratan atau garis pantai akan
bergeser ke arah daratan. Kota-kota yang berada di pantai akan tenggelam. Ini
baru merupakan bencana awal bagi kehidupan manusia di muka bumi ini.
Bencana berikutnya adalah menguapnya semua air yang ada di bumi ini,
karena suhu atmosfir bumi makin panas yang pada akhirnya tidak ada lagi air
di muka bumi ini. Bumi yang menjadin kering kerontang tanpa air sama sekali
dan suhunya yang panas menyebabkan berakhirnya kehidupan di muka bumi
ini. Keadaan ini aka terjadi menjelang waktu mendekati 10.000.000.000 tahun
yang akan datang.
Pada saat matahari kehabisan reaktan gas Hidrogen, maka reaksi
thermonuklir benar-benar akan berhenti dan ini berarti matahari padam.
Matahari yang telah padam ini akan mengeci;l (menyusust) menjadi suatu
planet kecil yang dingin membeku yang disebut "White dwarf" atau si kerdil
putih yang bukan matahari lagi! Contoh bintang atau planet yang sudah
26
menjadi "white dwarf" di jagat raya ini cukup banyak, salah satunya planet
bintang yang pada saat ini sedang menuju kematian seperti yang direkam oleh
teleskop ruang angkasa Hubble. Sekali lagi keadaan tersebut akan terjadi
10.000.000.000 tahun yang akan datang. Keterangan ini merupakan jawaban
untuk pertanyaan kapan reaksi thermonuklir di matahari berhenti atau matahari
padam (Zulkifli, 2012).
Petir merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan
dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan dan beberapa
saat kemudian disusul oleh suara yang menggelegar yang disebut guruh.
Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan
suara dan kecepatan cahaya.
Terdapat beberapa definisi dari petir, antara lain :
a) Fenomena alam yang merupakan Pelepasan muatan elektrostatis yang
berasal dari badai guntur. Pelepasan muatan elektrostatis adalah arus listrik
yang mengalir tiba tiba dan sangat cepat karena adanya kelebihan muatan
listrik yang tersimpan pada sebuah benda yang isolator ke benda yang
berbeda potensial, misalnya tanah. Badai guntur yang disebut juga badai
listrik, merupakan suatu karakter cuaca dimana terjadi petir dan guntur,
biasanya disertai dengan hujan lebat atau hujan es.
27
b) Pelepasan muatan ini disertai dengan pancaran cahaya dan radiasi
elektromagnetik lainnya. Plasma adalah stilah ilmu fisika, Gas yang
terionisasi sehingga fase materinya berbeda dengan gas itu sendiri.
c) Arus listrik yang melewati saluran pelepasan muatan tadi dengan cepat
memanaskan udara dan berkembang sebagai plasma yang menimbulkan
gelombang bunyi yang bergetar ( guntur ) di atmosfir. Bunyi dari getaran
gelombang yang disebabkan oleh petir yang memanaskan udara sampai
30.000 oC. Udara yang sangat panas itu mengembang dengan cepat dan
mengerut ketika dingin. Proses ini menimbulkan gelombang bunyi.
Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi.
Proses terjadinya muatan pada awan karena pergerakannya yang terus menerus
secara teratur, dan selama pergerakan itu dia akan berinteraksi dengan awan
lainnya sehingga muatan negative akan berkumpul pada salah satu sisi, dan
muatan positif pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan
bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (electron) untuk
mencapai kesetimbangan. Pada proses ini, media yang dilalui electron adalah
udara, dan pada saat electron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah
akan terjadi ledakan suara yang menggelegar. Petir lebih sering terjadi pada
musim hujan karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang
lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir.
Karena adanya awan yang bermuatan positif dan negatif, maka petir juga bisa
terjadi antar awan yang berbeda muatan. Petir jenis ini dapat mengganggu
aktifitas penerbangan.
28
Awan, pada umumnya kurang lebih mengandung listrik. Secara mekanik,
thermodinamika, energi kimia diubah menjadi energi listrik dengan kutub yang
terpisah. Kebanyakan petir memiliki fase waktu, antara lain:
1. Fase Waktu Pertumbuhan, sekitar 10 - 20 menit
2. Fase Waktu Puncak, sekitar 15 - 30 menit
3. Fase Waktu Menghilang, sekitar 30 menit
Dalam kondisi cuaca yang normal, perbedaan potensial antara permukaan bumi
dengan ionosphere adalah sekitar 200.000 sampai 500.000 Volts, dengan arus
sekitar 2x10-12 Amperes/m2 . Perbedaan potensial ini diyakini memberikan
kontribusi dalam distribusi badai petir (Thunderstorm) di seluruh dunia.
Pada lapisan atmosphere bertebaran gumpalan-gumpalan awan yang diantaranya
terdapat awan yang bermuatan listrik. Awan bermuatan listrik tersebut terbentuk
pada suatu daerah dengan persyaratan :
1. Kondisi udara yang lembab (konsentrasi air yang banyak)
2. Gerakan angin ke atas
3. Terdapat inti Higroskopis
Kelembaban terjadi karena adanya pengaruh sinar matahari yang
menyebabkan terjadinya penguapan air di atas permukaan tanah (daerah laut,
danau). Sedangkan pergerakan udara ke atas disebabkan oleh adanya perbedaan
tekanan akibat daerah yang terkena panas matahari bertekanan lebih tinggi atau
karena pengaruh angin. Di samping itu terdapat Inti Higroskopis sebagai inti
butir-butir air di awan akibat proses kondensasi. Ketiga unsure inilah yang
diperlukan untuk menghasilkan awan guruh/awan Commulonimbus yang
bermuatan negative yang karakteristiknya berbeda-beda sesuai dengan kondisi
tempatnya. Muatan awan bawah yang negative akan menginduksi permukaan
tanah menjadi positif maka terbentuklah medan listrik antara awan dan tanah
(permukaan bumi). Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar
pula medan listrik yang terjadi dan bila kuat medan tersebut telah melebihi kuat
medan tembus udara ke tanah, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik sesuai
dengan hokum kelistrikan, peristiwa inilah yang disebut petir.
Rata rata setiap petir negative mempunyai 4 hingga 5 jalur utama akibat
ionisasi. Persiapan pelepasan elektron melalui jalur ini membutuhkan waktu
29
sekitar 0,01 detik, setelah itu terjadi petir dengan waktu trasfer sekitar 0,0004
detik. Setelah terjadinya petir, membutuhkan waktu istirahat (0,03 0,05 detik )
untuk mempersiapkan kembali petir berikutnya. Diketahui pernah terjadi hingga
42 petir terus menerus tanpa henti. Rata rata kuat arus dalam petir sebesar 20.000
ampere. Dengan kekuatan arus ini, mengalir elektron dari awan menuju
permukaan tanah. Kadang dijumpai locatan listrik pendek dari permukaan tanah
(ujung pohon, ujung menara dll). Ini disebut petir positive. Petir positive diketahui
hanya mempunyai satu jalur utama terjadinya loncatan. Tapi petir positive
mempunyai kuat arus yang lebih tinggi dari petir negative (sebesar 300.000
Ampere). Terjadinya petir positive hanya sekitar 5% dari total terjadinya petir.
Loncatan petir dapat terjadi sejauh beberapa kilo meter, antara awan dengan
permukaan tanah.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak,
rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian
30
Pupuk urea yang diproduksi oleh Pabrik Pupuk Sriwijaya (PUSRI) jenis
pupuk tunggal berkadar Nitrogen 46%. Hal ini menunjukkan bahwa,
Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam proses menyuburkan
tanah. Dan gas Nitrogen N2 ini tersedia melimpah di udara dengan
kandungan hingga 72% dari udara (Coloumb, 2012). Adapun reaksi
reaksi kimia yang berlangsung dalam siklus nitrogen:
1) Fiksasi Nitrogen
Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik
yang mengubah nitrogen di udara menjadi ammonia (NH3).
Mikroorganisme yang mem-fiksasi nitrogen disebut diazotrof.
Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenaze yang dapat
menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi untuk fiksasi
nitrogen biologis ini dapat ditulis sebagai berikut
N2 + 8 H+ + 8 e 2 NH3 + H2
2) Asimilasi
Tanaman mendapatkan nitrogen dari tanah melalui absorbsi
akar baik dalam bentuk ion nitrat atau ion amonium. Sedangkan
hewan memperoleh nitrogen dari tanaman yang mereka makan.
Tanaman dapat menyerap ion nitrat atau amonium dari tanah melalui
rambut akarnya. Jika nitrat diserap, pertama-tama direduksi menjadi
ion nitrit dan kemudian ion amonium untuk dimasukkan ke dalam
asam amino, asam nukleat, dan klorofil. Pada tanaman yang
memiliki hubungan mutualistik dengan rhizobia, nitrogen dapat
berasimilasi dalam bentuk ion amonium langsung dari nodul.
Hewan, jamur, dan organisme heterotrof lain mendapatkan nitrogen
sebagai asam amino, nukleotida dan molekul organik kecil.
3) Amonifikasi
Jika tumbuhan atau hewan mati, nitrogen organik diubah menjadi
amonium (NH4+) oleh bakteri dan jamur.
4) Nitrifikasi
Konversi amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh
bakteri yang hidup di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya.
31
Tahap utama nitrifikasi, bakteri nitrifikasi seperti spesies
Nitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan mengubah
amonia menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter,
bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-).
Proses konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit
merupakan racun bagi kehidupan tanaman. Proses nitrifikasi dapat
ditulis dengan reaksi berikut ini :
i. NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas NO2- + H2O + H+
ii. NO2- + CO2 + 0.5 O2 + Nitrobacter NO3-
iii. NH3 + O2 NO2 + 3H+ + 2e
iv. NO2 + H2O NO3 + 2H+ + 2e
5) Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali
menjadi gas nitrogen (N2), untuk menyelesaikan siklus nitrogen.
Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri seperti Pseudomonas dan
Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan nitrat
sebagai akseptor elektron di tempat oksigen selama respirasi.
Fakultatif anaerob bakteri ini juga dapat hidup dalam kondisi aerobik.
Denitrifikasi umumnya berlangsung melalui beberapa kombinasi dari
bentuk peralihan sebagai berikut:
NO3 NO2 NO + N2O N2 (g)
Proses denitrifikasi lengkap dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks:
2 NO3 + 10 e + 12 H+ N2 + 6 H2O
6) Oksidasi Amonia Anaerobik
Dalam proses biologis, nitrit dan amonium dikonversi
langsung ke elemen (N2) gas nitrogen. Proses ini membentuk
sebagian besar dari konversi nitrogen unsur di lautan. Reduksi dalam
kondisi anoxic juga dapat terjadi melalui proses yang disebut oksidasi
amonia anaerobik
NH4+ + NO2 N2 + 2 H2O (Taiz, L. & E. Zeiger, 2002).
b) Manfaat Petir untuk Memproduksi Ozon (O3)
32
Kita tentu tahu bahwa bumi diselimuti oleh lapisan ozon. Lapisan
ozon adalah sekumpulan udara di atmosfer yang melindungi bumi dari
radiasi sinar matahari yang berbahaya bagi kehidupan di bumi seperti sinar
ultraviolet (UV) sehingga sinar UV yang sampai di bumi dalam jumlah
yang tidak berbahaya. Hubunganya petir dengan lapisan ozon adalah
bahwa lapisan ozon berperan membentuk lapisan ozon. Lapisan ozon
merupakan senyawan O3. Petir berperan memicu terjadinya reaksi kimia
dari O2 menjadi O3. Sederhanya tiga senyawa O2 akan pecah menjadi
enam senyawa O dan akhirnya terbentu 2 senyawa O3. Proses tersebut
tidak akan terjadi tanpa bantuan dari petir.
Reaksi Pembentukan Ozon :
Sinar Ultra Violet OO + O O3
Ozon 90% terdapat pada lapisan stratosfer yang dikenal dengan
nama lapisan ozon adalah kumpulan ozon yang terjadi dari hasil proses
alamiah photolysis. Lapisan ozon ini berada pada ketinggian 19 48 km
(12 30 mil) di atas permukaan bumi. Selain terjadi proses pembentukan
molekul ozon, secara alamiah terjadi juga proses penguraian O3. Sinar
ultraviolet yang mempunyai energi tinggi dapat memutus ikatan rantai
molekul ozon, sehingga molekul ozon tersebut kembali menjadi atom
oksigen bebas (O) dan molekul oksigen (O2). Pada kondisi normal, tanpa
adanya Bahan Perusak Ozon (BPO), reaksi pembentukan dan penguraian
molekul Ozon terjadi dalam keadaan seimbang sehingga jumlah molekul
Ozon di stratosfir relatif stabil.
Reaksi Penguraian Ozon :
Sinar UV + O3 ===> O2 + O
O + O3 ===> O2 + O2
2O3 <==> 3O2 ( Rost, 2006).
c) Petir bermanfaat untuk Membunuh Kuman dan Bakteri
Jumlah kuman dan bakteri yang beterbangan bersama udara
diperkirakan sampai dengan jutaan. Apalagi jika berdekatan dengan
tempat-tempat sumber penyakit seperti sampah, rumah sakit, pabrik dan
lain-lain. Pada kondisi akan turun hujan, dimana awan melingkupi
33
permukaan bumi, maka di permukaan akan terasa panas. Kondisi ini
cenderung menjadi semakin lembab, dengan meningkatnya kandungan
uap air di udara. Kondisi seperti ini sangat potensial untuk tumbuh
berkembangnya bakteri-bakteri juga kuman-kuman yang beterbangan di
udara. Maka ketika terjadi Kilat dan sambaran petir di udara, akan
membunuh kuman-kuman dan bakteri ini. Hal ini karena kilat dan
sambaran petir merupakan aliran muatan listrik. Pada saat muatan listrik
ini mengalir melesat di udara akan memanaskan udara disekitarnya.
Oleh karena itu, saat terjadi hujan disertai dengan kilat dan petir
yang menggelegar, juga sedang terjadi proses pembersihan udara dari
kandungan kuman dan bakteri yang melayang, disebabkan oleh plasma
petir yang sangat tinggi. Setelah hujan reda, petir sudah selesai, maka
udara akan terasa nyaman. Mari kita rasakan dengan seksama, karena apa
yang terjadi di sekitar kita termasuk hujan dan petir, pasti ada manfaat
yang sangat besar, dibalik ancaman yang sangat menakutkan(Coloumb,
2012).
34
rumah kaca maka akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-zat
tersebut.
35
Pada dasarnya, reaksi yang terjadi ketika peristiwa hujan asam terdiri dari
tiga:
1) Reaksi asam sulfat (H2SO4). Gas sulfur dioxide(SO2), bersama dengan radikal
hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di atmosfer, akan membentuk
asamnya. Berikut ini reaksi yang terjadi:
SO2 + OH HSO3
HSO3 + O2 HO2 + SO3
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
Secara sederhana pembentukan zat asam tersebut melalui proses
kimia, dengan reaksi seperti berikut:
2) Reaksi Asam Nitrat (HNO3). Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara
gas Nitrogen dioksida dengan radikal hidroksil. Berikut reaksinya:
NO2 + OH HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida
dengan ozon. Berikut ini reaksi yang terjadi:
NO2 + O3 NO3 + O2
NO2 + NO3 N2O5
N2O5 + H2O HNO3
3) Reaksi Asam Klorida (HCl). Asam klorida biasanya terbentuk di
lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon
(CFC) dan radikal oksigen O*. Berikut ini reaksi yang terjadi:
CFC + hv(UV) -> Cl* + produk
CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4-> HCl + CH3
36
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya
species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan
mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Jika
danau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan
hilang. Ini dikarenakan rantai makanan dari plankton dan bakteri akan
terputus. Kemudian proses rantai makanan akan berhenti.
b. Tanah Kehilangan Nutrisi
Pada tanah, hujan asam akan berakibat menghilangnya nutrisi yang
dibutuhkan dari tanah. Hujan asam akan mampu melarutkan mineral
dalam tanah sehingga tanah tidak subur lagi.
c. Tumbuhan dan Hewan Akan Mati
Hujan asam yang terjadi akan melarutkan mineral dalam tanah
sebelum tumbuhan dapat menyerapnya, sehingga tumbuhan akan mati.
Sedangkan pada hewan, terjadi gangguan pencernaan ketika meminum air
yang asam ini. Sehingga tumbuhan dan hewan terancam mati.
d. Gangguan Kesehatan Pada Manusia
Dampak dari hujan asam telah banyak diteliti, salah satu akibatnya
ialah sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi
secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate,
yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan
menyebabkan penyakit pernapasan.
e. Korosi Pada Logam
Hujan asam dapat mempercepat proses pengkaratan logam.
Terjadinya korosi pada logam ini menyebabkan cepat rusaknya material
tersebut. Bahkan korosi pada logam ini juga menyebabkan rusaknya
monumen-monumen bersejarah.
37
Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah.
Mengurangi kandungan belerang dalam bahan bakar
Mengendalikan pencemaran selama pembakaran
Mengendalikan zat sisa setelah pembakaran
Mengurangi konsumsi/penggunaan bahan bakar
Mengaplikasikan prinsi Reuse, Recycle, dan Reduce (Mahfuzh, 2015).
.
38