Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan jurnalistik sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Para sejarawan

memperhatikan zaman dahulu kala ada orang yang khusus melakukan pekerjaan

sebagai perantara dalam hal melaksanakan komunikasi antar manusia itu. Para

ahli sejarah menuturkan sebuah hasil penyelidikan perjanjian yang bersandar pada

buku Perjanjian Lama (Genesis 8 ayat 10-12), alkisah suatu hari dunia ini diguyur

hujan yang sangat lebat selama tujuh hari tujuh malam yang mengakibatkan

adanya air bah yang memusnahkan seluruh makhluk hidup sebagai azab Allah

terhadap perbuatan dosa manusia.

Sebelum Allah menurunkan banjir pada kaum kafir, Allah mengutus

malaikat yang mendatangi Nabi Nuh dan memberitahukan cara membuat kapal.

Kapal tersebut sangat besar, mampu menampung orang-orang beriman dan semua

hewan yang masing-masing berjumlah satu pasang. Akhirnya banjir datang dan

memusnahkan semuanya, kecuali makhluk hidup yang ada di dalam kapal Nabi

Nuh. Setelah beberapa puluh hari terlewati, persediaan makanan semakin menipis.

Kemudian Nabi Nuh mengutus seekor burung dara untuk memantau keadaan dan

kedalaman air. Namun, burung dara hanya dapat membawa ranting pohon zaitun.

Dari situlah Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai

menyusut. Demikianlah kabar tersebut yang dsampaikan Nabi Nuh kepada

penumpangnya. Atas dasar fakta tersebut, ahli sejarah menamakan Nabi Nuh

1
sebagai seorang pencari dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama di dunia

(Suhandang, 2016 : 24).

Praktik jurnalistik tersebut kemudian dikembangkan pada zaman Romawi.

Saat itu para budak belian orang Romawi kaya, diberi tugas untuk mengumpulkan

berita tentang negerinya setiap hari. Berita-berita tersebut disebut dengan acta

diurna. Dari sebutan diurna itu pula yang menjadi sumber istilah jurnalis.

Perkembangan jurnalistik diawali dengan komunikasi antar manusia yang

terbatas dari mulut ke mulut. Pada tahun 1540, Johannes Gutenberg, seorang

pandai logam berkebangsaan Jerman, membuat sebuah penemuan dalam bidang

penyebaran informasi. Gutenberg menciptakan mesin pencetak. Penemuanya itu

tentunya membawa angin segar bagi dunia jurnalistik. Tahun 1688, mesin cetak

pertama tiba di Indonesia yang dibawa dari Belanda. Keberadaan mesin tersebut

digunakan untuk mencetak surat kabar yang dibuat pada masa itu, seperti Medan

Priaji, Bintang Timoer, Bintang Barat, dan sebagainya.

Seiring perkembangan zaman, kegiatan jurnalistik kian berkembang pesat.

Dahulu, orang-orang yang mencari kabar harus bersusah payah dalam

mengumpulkan informasi. Pencarian informasi dapat dikatakan tidak aman karena

banyak ancaman bagi para pencari berita oleh berbagai pihak. Sekarang, berkat

perkembangan tekhnologi kegiatan jurnalistik semakin mudah. Ancaman yang ada

saat ini dapat diatasi dengan organisasi-organisasi kewartawanan dan Undang-

Undang Pers Nomor 32 Tahun 1999 yang telah diatur oleh negara. Jurnalistik

sekarang lebih ditegaskan lagi oleh para ahli sebagai kegiatan seni keterampilan

2
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang

peristiwa sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati

nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan

perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya (Suhandang, 2016:

19). Penegasan ini gunanya untuk memperjelas agar telihat batasan-batasan, ciri-

ciri, dasar-dasar dan gejala yang dilakukan dalam kegiatan jurnalistik.

Dalam kegiatannya jurnalistik menghasilkan beberapa produk jurnalistik,

Produk tersebut berupa berita. Dalam perkembangannya kini, berita dapat kita

temukan dalam berbagai media yakni televisi, radio, internet, majalah dan surat

kabar. Berita seakan menjadi kebutuhan pokok masyarakat, sehingga seringkali

kita menemukan istilah tiada hari tanpa berita. Berita (news) berasal dari kata

Sansekerta, yaitu Vrit (persamaan dalam bahasa Inggis dapat dimaknai dengan

write) yang artinya ada atau terjadi. Adapula yang menyebutnya dengan Vritta,

artinya kejadian atau peristiwa yang telah terjadi (Suryawati, 2011 : 67).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, berita adalah

laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Perkembangan dunia jurnalistik berpengaruh juga terhadap ideologi

jurnalisme. Berbagai ideologi muncul mengusung idealisme mereka sendiri.

Jurnalisme ini khusus menyoroti apa yang dianutnya. Beberapa paham jurnalisme

yang muncul dan tumbuh di universitas atau kampus-kampus seluruh dunia,

diantaranya jurnalisme partisipan pembangunan, jurnalisme liberal, jurnalisme

perdamaian, jurnalisme perang dan jurnalisme islam. Jurnalisme islam merujuk

pada proses atau aktivitas jurnalistik yang bernafaskan nilai-nilai Islam.

3
Jurnalisme islam dapat dirumuskan sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan

menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya

yang menyangkut agama dan umat Islam, serta berbagai pandangan dengan

perspektif ajaran Islam kepada khalayak melalui media massa (Romli, 2003: 117)

Saat ini Indonesia tidak memiliki suatu media massa arus utama yang

dapat menyuarakan aspirasi umat Islam. Banyak media masa Islam yang tidak

mampu bertahan dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman. Asep Syamsul

Romli dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Terapan mengatakan, kejayaan

pers Islam bergantung pada dua pihak, yakni pengelola dan pembacanya umat

Islam sendiri. Keduanya saling ketergantungan dan saling bantu untuk

mempertahankan eksistensi di industri media informasi (2003 : 124).

Meskipun saat ini jarang media arus utama yang bernafaskan keislaman,

bukan berati tidak ada sama sekali media yang bernafaskan keislaman. Salah

sataunya adalah Surat Kabar Republika. Republika merupakan salah satu media

massa yang menjunjung nilai-nilai keislaman. Didirikan pada tahun 1993,

Republika dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik Indonesia.

Koran atau Surat Kabar ini terbit dibawah perusahaan PT Abdi Bangsa sebagai

perusahaan induk, dan Republika merapakan bagian dari PT Republika Media

Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Pada tahun 2000 mayoritas

saham perusahaan ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Meskipun berganti

kepemilikan, namun visi misi koran ini tetapa sama. Visi Republika adalah

Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan dan Kerakyatan. Sedangkan Misi

Republika adalah sebagai koran baru yang maju, cerdas dan beradab. Koran

4
Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk

komunitas muslim.

Salah satu rubrik dalam koran ini adalah rubrik Hikmah. Rubrik ini

membahas mengenai masalah sosial dari sudut pandang keislaman. Hikmah

merupakan salah satu rubrik tetap yang ada sejak pertama kali Republika ini

terbit. Rubrik ini merupakan salah satu karakteristik atau ciri khas dari Republika

sebagai surat kabar yang syarat akan nilai keislaman.

Dalam rubrik Hikmah inilah penulis ingin menganalisa tentang

jurnalisme Islam. Apakah jurnalisme Islam telah diterapkan oleh Republika dalam

rubrik Hikmah atau belum? Sebab sebagai media yang bervisikan Muslim,

setidaknya ada enam prinsip komunikasi diterapkan dalam melakukan kegiatan

jurnalisme Islam. Dari sinilah penulis ingin meneliti rubrik Hikmah ditinjau dari

enam prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran. Enam aspek yang dimaksud

adalah : Qaulan Marufa, Qaulan Baligha, Qaulan Masyura, Qaulan Layyina,

Qaulan Karima dan Qaulan Marufa.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif

deskriptif dengan pendekatan analisis isi model Pearsons.

1.2. Rumusan dan Identifikasi Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan

suatu masalah sebagai berikut :

5
Bagaimana Penerapan Prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

Rubrik Hikmah di Surat Kabar Republika

1.2.2. Identifikasi Masalah

Untuk memperjelas dalam melakukan pembahasan, dari rumusan masalah

diatas dapat dibagi menjadi beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan Sadida?

2. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan

Baligha?

3. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan

Masyura?

4. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan

Layyina?

5. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan

Karima?

6
6. Bagaimana Surat Kabar Republika menerapkan prinsip-prinsip komunikasi

menurut Al-Quran dalam rubrik Hikmah ditinjau dari aspek Qaulan

Marufa?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat diturunkan menjadi tujuan

penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Sadida.

2. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Baligha.

3. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Masyura.

4. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Layyina.

5. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Karima.

7
6. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran dalam

rubrik Hikmah pada Surat Kabar Republika ditinjau dari aspek Qaulan

Marufa.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan panduan atau

referensi bagi semua orang yang ingin melakukan penelitian lebih dalam

tentang jurnalisme Islam, prinsip-prinsip komunikasi menurut Al-Quran

ataupun perbedaan jurnalisme islam dengan jurnalisme konvensional. Selain

itu juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan

studi ilmu komunikasi khususnya ilmu jurnalistik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan pedoman atau pegangan

bagi semua orang yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya dengan

menggunakan kaidah-kaidah keislaman, sehingga menjadi suatu tulisan yang

memiliki kekhasan jurnlaisme islam.

1.5. Ruang Lingkup dan Pengertian Istilah

1.5.1 Ruang Lingkup

Untuk mempermudah dan mencari fokus penelitian serta mempersempit

lingkup pembahasan, maka dalam laporan penelitian ini dilakukan beberapa

pembatasan, yaitu :

8
1. Penelitian hanya dilakukan terhadap rubrik Hikmah

2. Media yang diteliti adalah Surat Kabar Republika

3. Tulisan yang diteliti dibatasi hanya yang dimuat di Surat kabar Republika

4. Penelitian pada Surat Kabar Republika dilakukan selama periode edisi bulan

Januari sampai dengan Februari 2017.

1.5.2 Pengertian Istilah

1. Jurnalisme Islam dapat dikatakan sebagai proses meliput, mengolah, dan

menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam,

khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam. Dengan kata lain

jurnalisme islam dapat dikatkan sebagai proses pemberitaan atau pelaporan

tentang berbagai hal yang sarat muatan dan sosialisasi nilai-nilai Islam.

(Romli, 2003 : 118)

2. Rubrik Hikmah merupakan salah satu rubrik yang ada dalam Surat Kabar

Republika. Rubrik ini hanya dimuat pada hari Jumat. Dalam rubrik mengupas

berbagai permasalahan sosial yang dibahas secara Islami merujuk pada Al-

Quran dan nilai-nilai keislaman.

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Kerangka Pemikiran

9
2.1.1. Komunikasi Massa

Mass communication is the tehnologically and institutionally based

production and distribution of the most broadly shared continuous flow of

messages in industrial societies. Dari definisi yang diungkapkan Gabner tersebut

mengungkapkan bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk berupa

pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada

khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya

harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak

dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan

membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak

dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 3)

Pendapat lain datang dari Joseph A. Devito. Devito merumuskan definisi

komunikasi massa merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang

media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua hal, yakni :

Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berati tidak berarti bahwa

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi,

tetapi ini berati bahwa khalayak itu besar dan pada umunya sukar didefinisikan.

Kedua, komuniksi massa adalah komunikasi yang disalurkan pemancar-pemancar

audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis

bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar,majalah

dan film (Ardianto, 2004 : 6)

10
2.1.2. Pengertian Jurnalistik

Ilmu jurnalistik tentunya bukan lagi menjadi ilmu yang dipertanyakan saat

ini. Banyak universitas-universtitas di luar negeri maupun di tanah air yang

membuka jenjang pendidikan untuk siapapun yang ingin mendalami ilmu ini.

Bahkan jurnalistik seringkali dikatakan sebagai pembuka informasi. Hal itu

terlihat dari tugas seorang jurnalis yang harus mencari-cari informasi pada suatu

kejadian atau peristiwa secara akurat agar dapat disampaikan kepada khalayaknya.

Kata jurnalistik juga sering diartikan sebagai kegiatan menulis berita oleh seorang

wartawan. Persepsi mengenai jurnalistik memang seringkali dihubungkan dengan

surat kabar, media massa, berita dan wartawan.

Secara etimologis, istilah jurnalistik berasal dari kata journalism, yang

berasal dari bahasa Prancis yaitu journal yang berarti catatan harian. Catatan

harian pada dasarnya dilakukan melalui berbagai tahapan, seperti proses

mengumpulkan, mengolah, dan menyiarkannya. Oleh karena itu, orang yang

bekerja untuk jurnalistik disebut sebagai jurnalis atau journalist (Yunus, 2010 :

17)

Sumber lain mengatakan istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda,

journalistiek. Dalam pendekatan bahasa juga ditemukan istilah journalistic atau

journalism dalam bahasa Inggris yang berarti harian atau setiap hari. Sedangkan

menurut Onong Uchjana Effendi, seorang tokoh komunikasi mengatakan,

jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita, mulai

11
dari peliputan sampai penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat

(Muhtadi, 2016 : 16)

Pada dasarnya jurnalistik merupakan sebuah proses. Proses tersebut

meliputi kegiatan pencarian data, pengumpulan data, pengolahan dan hasil akhir

dari produk jurnalistik tersebut disiarkan atau dibagikan pada khalayak umum.

Atas dasar tersebut jurnalistik kini hadir bukan hanya berfungsi sebagai sumber

informasi, namun jurnalistik dihadapkan pada fungsi-fungsi lainnya. Beberapa

fungsi tersebut diantaranya adalah untuk menyebarkan informasi, untuk mendidik,

untuk menghibur dan untuk memengaruhi.

2.1.3. Jurnalisme Islam

Dunia jurnalistik kian berkembang pesat di Indonesia maupun di dunia.

Sebagai sebuah seni dalam komunikasi, jurnalistik dimunculkan oleh orang-orang

yang menganutnya sebagai sebuah ideologi. Kemunculan berbagai ideologi atau

paham dalam jurnalistik, akhirnya membuat umat Muslim mengangkat suatu

paham jurnalistik juga. Paham tersebut dinamai dengan jurnalisme Islam.

Jurnalisme Islam memang bukan menjadi sebuah mata kuliah wajib yang harus

dipelajari oleh semua kalangan. Di fakultas Ilmu Komunikasi universitas-

universitas di Indonesia pun tidak semua mempelajari paham ini. Namun, sebagai

Universitas Islam, Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba memasukan jurnalisme

islam sebagai materi perkuliahan. Hal tersebut tentunya memiliki tujuan sendiri,

yakni agar mahasiswa Fikom Unisba mengatahui bagaimana perspektif jurnalistik

dalam sudut pandang agama Islam.

12
Jurnalisme Islam bukanlah media massa Islam atau pers Islam. Sebuah

media yang mengklaim sebagai media massa Islam belum tentu bermuatan

jurnalisme Islam. Jurnalisme Islam dengan media massa Islam adalah dua dunia

yang berbeda meskipun ada kaitan erat antara keduanya. Jurnalistik Islami

merujuk pada proses atau aktivitas jurnalistik yang bernafaskan nilai-nilai Islam

(Romli, 2010 : 117)

Jurnalistik Islam yaitu jurnalisme yang memperjuangkan nilai-nilai

tertentu, yaitu nilai-nilai Islam. Maka dari itu, jurnalisme Islam mengemban

tanggung jawab besar dalam kandungan nilai-nilai keislaman. Jurnalisme Islam

dipercayai harus bermisikan amar maruf nahyi munkar. Hal tersebut tertuang

dalam firman Allah SWT yang berbunyi :

Dan hendaklah ada sebagian diantara kamu sekelompok orang yang senantiasa

mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang maruf dan mencegah yang

munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS 3 : 104),

Dari penggalan ayat tersebut dapat kita lihat bahwa jurnalisme Islam juga

merupakan sebuah upaya dakwah. Misi dari amar maruf dan nahyi munkar

sendiri memiliki ciri khas yakni menyebarluaskan informasi yang diperintahkan

oleh Allah SWT dan apa yang dilarang oleh Allah SWT.

2.1.4 Prinsip-prinsip Komunikasi Menurut Al-Quran

Al-Quran menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk

mengetahui bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi. Al-Quran

memberikan beberapa kata kunci yang berhubungan dengan komunikasi, salah

13
satunya adalah Al-Qoul yang artinya perkataan, pendapat atau pandangan. Dengan

memperhatikan kata qaul dalam konteks printah (amr), kita dapat menyimpulkan

enam prinsip komunikasi, diantanya :

1. Prinsip Qaulan Sadida

Qaulan Sadida artinya pembicaaraan yang benar, jujur, lurus, tidak

bohong, dan tidak berbelit-belit. A-Quran menyatakan bahwa berbicara yang

benar dan menyampaikan pesan dengan benar adalah prasyarat untuk kebesaran

(kebaikan, kemaslahatan) amal. Masyarakat akan menjadi rusak apabila isi pesan

komunikasi tidak benar dan menyembunyikan kebenaran karena takut

menghadapi rezim penguasa.

Ada beberapa cara menutupi kebenaran dengan komunikasi. Pertama,

menggunakan kata-kata yang sangat abstrak, ambigu, atau menimbulkan

penafsiran yang sangat berlainan apabila kita tidak setuju dengan pandangan

oranglain. Kedua, menciptakan istilah yang diberi makna lain berupa eufimisme

atau pemutarbalikan makna. Pemutarbalikan makna terjadi bila kata-kata yang

digunakan sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan makna yang

lazim.

Arti kata qaulan sadida dalah tidak bohong. Nabi Muhammad SAW

bersabda, Jauhi dusta, kaarena dusta membawa kamupada dosa, dan dosa

membawa kamu pada neraka. Lazimkanlah berkata jujur karena jujur membawa

kamu pada kebajikan dan membawamu kamu pada surga. Mengutip dari Al-

Quran, Nabi Muhammad menjelaskan bahwa orang yang beriman tidak akan

14
berdusta. Dalam perkembangan sejarah, umat Islam sering dirugikan karena

berita-berita dusta. Yang paling parah ketika bohong memasukiAl-Quran

(Saefullah, 2007 : 72).

2. Prinsip Qaulan Baligha

Kata baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan

apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, prinsip qaulan baligha dapat

diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif. Al-Quran

memerintahkan kita berbicara yang efektif. Semua perintah hukumnya wajib

selama tidak ada keterangan lain yang meringankan. Al-Quran pun melarang kita

melakukan komunikasi yang tidak efektif. Keterangan lain yang memperkokoh

larangan ini, yaitu perkataan Nabi Muhammad saw, Katakanlah dengan baik, bila

tidak mampu, diamlah. (Saefullah, 2007 : 82)

3. Prinsip Qaulan Marufa

Qaulan Marufa dalam Al-Quran disebutkan 5 kali dalam ayat yang

berbeda. Akan tetapi, kata marufa yang diungkapkan beberapa ayat tersebut

memiliki maksud yang berbeda, bergantung pada konteks ayatnya. Dalam Tafsir

Maraghi, kata qaulan dimaknai dengan perkataan yang enak dirasa oleh jiwa dan

membuat kita menjadu penurut. Ibnu Zaidi mengatakan, makna yang dimaksud

dengan qaulan marufa adalah ucapan yang baik, pantas lagi tegas. Dengan

demikian, perkataan yang baik itu adalah perkataan yang menimbulkan rasa

tentram dan damaibagi orang yang mendengarkannya, baik pada saat

berkomunikasi berdua antara seseorang dengan orang lain (interpersonal

15
communication), berkomunikasi dengan banyak orang (group communication)

maupun berkomunikasi melalui media massa (mass communication).

Qaulan marufa berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan

pengetahuan, mencerahkan pemikiran, dan menunjukan pemecahan kesulitan.

Kata-kata yang tidak pantas akan melahirkan perasaan tidak senang karena pada

umumnya setiap orang memiliki perasaan yang relatif sama, yaitu sensitif dan

sentimental. (Saefullah, 2007 : 84)

4. Prinsip Qaulan Karima

Qaulan Karima berarti perkataan yang baik, enak didengar dan manis

dirasakan. Al-Mawardi (2002:35) dalam buku Lidah Tak Bertulang, mengartikan

qaulan kariman adalah perkataan dan ucapan-ucapan yang baik yang

mencerminkan kemuliaan. Sedangkan Wahab Al-Zuhaily dalam Tafsir Munir

mengartikan qaulan kariam adalah, Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang

lemah lembut dan baim yang disertai dengan sikpa sopan santun, hormat, ramah

tamah dan bertatakrama Qaulan Karima dibagi atas tiga kriteria, yakni : kata-kata

bijaksana (fasih,tawaduk), kata-kata berkualitas dan kata-kata bermanfaat

(Saefullah, 2007 : 90)

5. Prinsip Qaulan Layyina

Qaulan Layyina dalam Tafsif Al-Maraghi berarti pembicaraan yang lemah

lembut agat lebih dapat menenyentuh hati dan menariknya untuk menerima

dakwah. Dengan perkataan yang lemah lebut, hati orang-orang yang durhaka akan

menjadi halus, dan kekuatan orang-orang sombong akan menjadi hancur. Qaulan

16
Layyina memiliki maksud hendaklah menggunakan kata-kata yang lemah lembut,

suara yang enak didengar, sikap yang bersahabat dan perilaku yang

menyenangkan dalam menyerurakan agama Allah.

Dengan kata-kata qaulan layyina, orang yang diajak berkomunikasi akan

merasa tersentuh hatinya, tergerak jiwanya, dan tentram batinnya sehingga ia akan

merasakan kedamaian dan kesenangan dalam hatinya. Dalam konteks komunikasi,

model komunikasi demikian disebut komunikasi yang efektif. Komunikasi yang

efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan dengan feedback yang

positif (Saefullah, 2007 : 90)

6. Prinsip Qaulan Maysura

Secara etimologis, kata maysura berasal dari kata yasara yang artinya

mudah atau gampang. Ketika kata maysura digabungkan dengan kata qaulan

menjadi qaulan maysura yang artinya berkata dengan mudah dan gampang.

Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah

dicerna, dimengerti dan dipahami oleh komunikasn. Kata-kata yang mudah

dipahami adalah kata-kata yang mengandung makna denotatif, yaitu kata-kata

yang mengandung arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary

meaning), bukan kata-kata konotatif, yaitu kata-kata yang mengandung makna

emosional atau mengandung penilaian tertentu (emosional or evaluative

meaning).

Pengertian maysura adalah mudah lagi lembut (mudah dicerna). Dengan

demikian, istilah qaulan maysura merupakan tuntunan yang diajarkan dalam Al-

17
Quran untuk melakukan komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti dan

melegakan perasaan sehingga mudah dicerna (Saefullah, 2007 : 98)

Dari kerangka pemikiran di atas dapat penulis gambarkan dalam bentuk

bagan sebagai berikut :

Komunikasi Massa

Media Massa

Surat Kabar
18
Media Islam

Republika

Jurnalisme Islam

Rubrik Hikmah

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Kuantitatif

adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa

angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.

Penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan dengan penelitian deskriptif, penelitian

19
hubungan/korelasi, penelitian, kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental.

(Martono, 2013 : 37). Data-data yang di dapatkan dalam penelitian ini adalah

rubrik hikmah di Republika.

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

teknik analisis isi. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk

menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi

yang menyajikan data-data menganalisis dan mengintrepetasi. Tujuan penelitian

deskriptif adalah untuk mengambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian deskriptif mendeskripsikan

hal-hal yang saat ini berlaku. Penelitian tidak menguji hipotesis melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti

(Darmawan, 2013 : 38). Sifat deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan isi pesan yang ada dalam rubrik hikmah yang

dibagi terhadap beberapa kontruksi kategori. Analisis dilakukan terhadap beberapa

sampel rubrik hikmah yang telah ditentukan.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Seperti yang dijelaskan diatas, pendekatan yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini adalah pendekatan analisis isi. Pendekatan dalam analisis

isi dibagi kedalam tiga bagian besar yakni : analisis isi deskriptif, aksplanantif dan

deskriptif. Analisis isi deskriptif sebatas hanya menggambarkan pesan. Analisis isi

20
deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara

detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis ini tidak dimaksudkan

untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan antara variabel.

Metode ini semata untuk deskriptif, menggambarkan aspek-aspek dan

karakteristik suatu pesan (Eriyanto, 2011 : 47)

Secara umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di

balik data yang disajikan di media atau teks. Analisis isi dapat didefinisikan

sebagai sebuah teknik mengumpulkan data dan menganalisis isi dari suatu teks.

Isi dalam hal ini berupa kata , arti (makna), gambar, simbol, ide, tema, atau

beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan (Martono, 2016 : 92)

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua rubrik Hikmah di Surat Kabar

Republika edisi Januari sampai dengan Februari 2017. Jumlah keseluruhan Rubrik

Hikmah dari rentang waktu tersebut berjumlah 50 buah, tetapi untuk penelitian

ini sampel yang diambil hanya ... edisi.

Teknik pengambilan sampel yang yang digunakan yaitu pengambilan

sampel random sederhana. Teknik pengambilan anggota sampel dan populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (). Karena

sampel dalam penelitian ini ada beberapa hari rubrik Hikmah tidak tebit, maka

peneliti mengambil sampel dengan cara random sederhana.

21
Dalam penelitian ini, perlu ada tingkat kesepakatan antara pelaku koding

dengan kontruksi kategori yang digunakan adalah hal yang penting. Kesamaan

hasil pengukuran, menunjukan tingkat reliabilitas alat ukur atau kategori.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan antara

coder (seseorang yang melakukan pengkodingan). Agar didapatkan reliabilitas

yang tinggi, analisis isi harus bersifat sistematis dan objektif. Maka dalam

penelitian ini terdapat 3 (tiga) coder yang terdiri dari tiga orang, yaitu :

1. Wilma Dwi Nurfitriani, mahasiswi jurnalistik Unisba angkatan 2013

2. Nida, wartawan Radar Bandung

3. Selvy Fitrianawati S, mahasiswi jurnalistik Unisba angkatan 2013

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dengan studi kepustakaan,

dokumentasi dan wawancara.

1. Dokumentasi

Menurut kepustakaan Indonesia, dokumentasi adalah penerapan ilmu

pengetahuan seperti pengadaan dokumen, pengolahan, penyebaran serta perluasan

jasa perpustakaan. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

22
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen

yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013:240)

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka, mendengarkan

secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Tujuan

wawancara adalah untuk mengumpulkan informasi., bukannya untuk merubah

ataupun mepengaruhi pendapat responden (Achmadi & Narbuko, 2015 :83)

3. Studi Kepustakaan

3.4. Teknik Analisis Data

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian kuantitatif, masalah pengukuran merupakan hal yang

paling penting untuk diperhatikan. Pengukuran dalam penelitian kuantitatif

merujuk pada bagaimana variabel yang akan diuji dapat diukur dengan tepat.

Masalah pengukuran berkaitan erat dengan masalah validitas dan reliabilitas data.

23
validitas

Pengukuran

reliabilita
s

Gambar 3.1 Hubungan pengukuran validitas dan reliabilitas

Validitas merujuk pada sejauh mana definisi yang digunakan mengukur

apa yang akan diukur. Hal ini juga menyangkut masalah indikator variabel yang

diopersionalkan. Validitas merujuk pada sebuah pertanyaan bagaimana kita

mengukur dan apa yang ingin kita ukur?. Menurut Weber (1990), validitas dalam

analisis isi berbeda dengan penelitian lain. Makna validitas dalam analisis isi

bukanlah hubungan antara dua variabel atau teori, melainkan validitas ini berada

diantara klasifikasi skema atau variabel yang berasal dari sebuah intrepetasi yang

menghubungkan isi dengan sebab-sebabnya. (Martono, 2016 : 99).

24

Anda mungkin juga menyukai