PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan evolusioner menunjukan suatu cara untuk menempatkan suatu
spesies dengan cara membandingkan dengan sifat-sifatnya dengan yang
dimiliki oleh calon-calon kerabat dekatnya. Misalnya, kaki sisik tidak
memiliki kelopak mata yang menyatu, rahang yang sangat mudah digerakan,
atau ekor pendek yang terletak posterior terhadap anus, tiga ciri yang dimiliki
oleh ular tersebut, menunjukkan bahwa meskipun ada kemiripan superfisal,
kaki sisik bukanlah ular. Lebih lanjut, pengamatan terhadap berbagai kadal
mengungkapkan bahwa kaki sisik tidak sendirian; kondisi tidak berkaki telah
berkembang berkali-kali pada kadal. Kebanyakan kadal yang tak berkaki
merupakan peliang atau penghuni padang rumput, dan seperti ular, spesies ini
tak berkaki selama beberapa generasi ketika beradaptasi dengan lingkungan.
Didunia ini organisme pada perage 26.1. walaupun mirip ular, hewan ini
sebenarnya seekor kadal yang tak berkaki Australia yang dikenal sebagai kaki
sisik biasa (pygopus lepidopodus). Mengapa kaki sisik ini tidak diangp seekor
ular? Lebih umum lagi, bagaimana cara ahli-ahli biologi membeda-bedakan
dan mengategorikan jutaan spesies dibumi?
Pemahaman tentang hubungan evolusioner menunjukan suatu cara untuk
menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini: kita dapat memutuskan dalam wadah
mana kita menempatkan suatu spesies dengan cara membandingkan dengan
sifat-sifatnya dengan yang dimiliki oleh calon-calon kerabat dekatnya.
Misalnya, kaki sisik tidak memiliki kelopak mata yang menyatu, rahang yang
sangat mudah digerakan, atau ekor pendek yang terletak posterior terhadap
anus, tiga ciri yang dimiliki oleh ular tersebut, menunjukkan bahwa meskipun
ada kemiripan superfisal, kaki sisik bukanlah ular. Lebih lanjut, pengamatan
terhadap berbagai kadal mengungkapkan bahwa kaki sisik tidak sendirian;
kondisi tidak berkaki telah berkembang berkali-kali pada kadal. Kebanyakan
kadal yang tak berkaki merupakan peliang atau penghuni padang rumput, dan
seperti ular, spesies ini tak berkaki selama beberapa generasi ketika
beradaptasi dengan lingkungan.
Ular dan kadal merupakan bagian dari keberlangsungan kehidupan yang
membentang dari organisme paling awal hingga berbagai macam spesies
yang masih hidup saat ini. Dalam unit ini, kita akan menyurvei
keanekaragman ini dan menjabarkan berbagai hipotesis tentang bagaimana
keanekaragaman berkembang. Sambil melakukan hal tersebut, penekanan kita
akan bergeser dari proses evolusi (mekanisme evolusi yang dijabarkan pada
unit empat menuju ke pola evolusi (observasi produk-produk evolusi seiring
waktu).
Untuk membangun suatu filogeni seperti kadal dan ular, para ahli biologi
mnggunakan sistematika (systematic), cabang ilmu yang berfokus pada
pengklasifikasian organisme-organisme dan penentuan hubungan evolusioner
mereka. Para ahli sistematika menggunakan data yang berkisar dari fosil
hingga molekul dan gen untuk menyimpulkan hubungan evolusioner (peraga
26.2). informasi ini memungkinkan para ahli biologi untuk membangun
pohon kehidupan yang komprehensif, yang akan terus diperbarui seiring
dengan penambahan data yang terkumpul.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah evolusi suatu organisasi tersimpan di dalam
genomnya?
2. Bagaimana jam molekular membantu melacak waktu evolusi?
3. Bagaimana informasi baru terus memperbaiki pemahaman kita tentang
pohon kehidupan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah evolusi suatu organisasi tersimpan di dalam genomnya
Sistematika molecular menggunakan asam nukleat atau molekul-molekul
lain untuk menarik kesimpulan tentang hubungan kekerabatan yaitu alat yang
berharga untuk menelusuri sejarah evaluasi. Pendekatan molecular membantu
dalam memahami hubungan filogenetik yang tidak dapat ditentukan oleh
metode-metode non molecular, misalnya anatomi perbandingan. Sebagian
contoh, sistematika molecular membantu kita menemukan hubungan
kekerabatan di antara kelompok-kelompok yang hanya memiliki sedikit
kesamaan untuk perbandingan morfologis, seperti hewan dan fungi. Selain itu
metode-metode molecular memungkinkan kita merekonstrusikan filogen di
antara kelompok-kelompok prokariota saat ini dan berbagai mikroorganisme
lain yang tidak memiliki catatan fosil sama sekali. Biologi molecular telah
membantu mengembangkan sistematika ke arah hubungan kekerabatan yang
jauh di atas dan di bawah tingkat spesies, mulai dari cabang-cabang utama
dari pohon kehidupan hingga ranting-ranting terkecilnya. Tetap saja, temuan-
temuan tersebut terkadang tidak memberikan kesimpulan apa-apa, seperti
pada sejumlah kasus yang beberapa taksonnya divergensi pada waktu yang
hampir sama si masa lalu..
Gen yang berbeda berevaluasi dengan laju yang berbeda-beda, bahkan
pada garis keturunan yang sama. Akibatnya, pohon molecular dapat
merepresentasikan kurun waktu yang pendek atau panjang, bergantung pada
gen apa yang digunakan. Misalnya, DNA yang mengkodekan RNA ribosom
(rRNA) berubah relative lambat, sehingga perbandinga sekuens-sekuens
DNA pada gen-gen ini berguna untuk menyelidiki kekerabatan di antara
berbagai takson yang berdivergensi ratusan juta tahun lalu. Penelitian
sekuens-sekuens rRNA mengindikasikan, misalnya, bahwa fungi berkerabat
lebih dekat dengan hewan dibandingkan dengan tumbuhan hijau. Sebaliknya,
DNA mitokondria (mtDNA) berevolusi relaif cepat dan dapat digunakan
untuk mempelajari peristiwa-peristiwa evolusi yang belum lama terjadi. Satu
tim peneliti telah melacak kekerabatan di antara kelompok-kelompok
penduduk asli amerika melalui sekuens mtDNA mereka. Temuan-temuan
molecular tersebut berkolaborasi dengan bukti lain bahwa suku Pima dari
Arizona,, orang-orang Maya dari Meksiko, dan kaum Yanomami dari
Vanezuela berkerabat dekat, mungkin merupakan keturunan grlombang
imigrasi yang melintas jembatan darat Bering dari Asia ke Amerika sekitar
13.000 tahun lalu.
1. Duplikasi Gen dan Keluarga Gen
Duplikasi gen, yang berperan penting dalam evolusi karena hal itu
meningkatkan jumlah gen dalam genom dan memberi lebih banyak
kesempatan bagi perubahan evolusioner lebih lanjut. Teknik-teknik
molecular kini memungkinkan dalam melacak filogeni dari duplikasi gen
dan pengaruhnya pada evolusi genom. Filogeni molecular ini harus
dapat menjelaskan duplikasi berulang-ulang yang menghasilakn family
gen, kelompok gen-gen yang berkerabat di dalam genom suatu organime.
Kita membedakan tipe gen-gen homolog yaitu:
Istilah gen ortolog (orthologous gene, dari kata yunani orthos,
lurus) mengacu pada gen-gen homolog yang di temukan pada
spesies_spesies berbeda akibat spesies. Gen-gen sitokrom c (yang
mengkodekan salah satu protein rantai transport electron) pada manusia
dan anjin merupakan ortolog. Gen-gen paralog (paralogous gene,
darikata yunani para, di samping) adalah akibat duplikasi gen, sehingga
di temukan lebih dari satu salinan pada genom yang sama, kita melihat
contoh gen-gen reseptor penciuman, yang telah mengalami banyak
duplikasi gen pada vertebrata. Manusia dan mencit memiliki lebih 1.000
famili gen paralog.
Kita dapat mendiskripsikan sebagian besar gen yang menyusun
genom sebagai salah satu dari kedua tipe homologi ini. Perhatikan bahwa
gen-gen ortolog hanya dapat berdivergensikan setelah spesiasi terjadi,
dengan hasil (gene pool) yang terpisah. Misalnya, walaupun gen-gen
yang sama, sekuens gen pada manusia telah berdivergensikan dari gen
pada anjing sejak kedua spesies ini terpisah dari gen paralog dapat
berdivergensikan di dalam suatu spesies karena mereka terdapat pada
lebih dari satu salinan gen-gen di dalam genom. Gen-gen paralog yang
menyusun family gen reseptor penciuman pada mnusia telah saling
berdivergensi selama sejarah evolusi kita yang panjang. Kini gen-gen itu
mengkodekan protin-protein yang memberikan sensitivitas terhadap
berbagai macam bau, mulai dari berbagai jenis makanan hingga feromon
seks.
2. Evolusi Genom
Sekarang, setelah kita dapat membandiingkan keseluruhan genom
dari organisme yang termasuk spesies kita sendiri, dua fakta yang
menakjubkan telah muncul. Pertama, gen-gen ortologi tersebar luas dan
dapat membentang melewati jarak evolusioner yang sangat besar.
Sembilan puluh Sembilan persen gen manusia dan mencit terdeteksi
sebagai ortolog, 50% gen ortolog dengan gen khamir. Kesamaan yang
mengagum ini menunjukkan bahwa semua makhluk hidup memiliki
banyak jalur biokimia dan perkembangan yang sama. Kedua, jumlah gen
tampaknya tidak meningkat melalui duplikasi dengan laju yang sama
seperti kompleksitas fenotipe yang terlihat. Manusia hanya memiliki gen
empat kali lipat lebih banyak dari pada khamir, eukoriota bersel tunggal,
walaupun tidak seperti sel-sel khamir kita memilik otak besar yang
kompleks dan tubuh yang mengandung lebih dari 200 tipe jaringa yang
berbeda. Muncul bukti bahwa banyak gen manusia lebih serba bisa dari
pada gen-gen khamir, karena protein-protein yang dikodekan oleh gen-
gen manusia membawa beranekaragam tugas pada berbagai jaringan
tubuh. Di depan kita terbentang sebuah tantang saintifik yang besar dan
menarik: membongkar mekanisme yang memungkinkan keserbabis
genomic ini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece., Lisa A. Urry., Michael L. Cain., Steven A.
Wasserman., Peter V. Minorsky., dan Robert B. Jackson. 2008.
BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga