Penyusun:
Monalisa
406151041
Pembimbing:
Dr. Siti Nurhikmah, Sp. THT
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
kuasaNya yang dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini. Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
periode 10 Januari 2017 10 Februari 2017 di RSUD RAA Soewondo Pati serta agar dapat
bermanfaat untuk menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ardhian Noor Wicaksono, Sp. THT-KL selaku SMF dan pembimbing kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
2. dr. Siti Nurhikmah, Sp.THT selaku pembimbing kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan yang telah memerikan waktu dan kesabarannya untuk
membimbing dengan penuh semangat
3. dan seluruh staff dan paramedis di RSUD RAA Soewondo Pati serta semua pihak
yang turut serta membantu baik dalam penyusunan laporan kasus, membimbing dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam penyelesaian laporan kasus ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Saya menyadari bahwa tugas laporan kasus ini jauh dari sempurna dan untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tugas laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, atas segala perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.
Monalisa
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 38 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Alamat : Raci, Batansan
II. ANAMNESA
Tanggal pemeriksaan : 12 Januari 2016
Keluhan utama : telinga kanan tiba-tiba mengalami penurunan pendengaran
sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat untuk keluhannya saat ini
Status Lokalis
Telinga
Tenggorokan
Leher
Level I Tidak teraba membesar
Level II Tidak teraba membesar
Level III Tidak teraba membesar
Level IV Tidak teraba membesar
Level V Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses Submandibula (-)
Abses Cervical (-)
IV. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 38 tahun datang ke poli THT
RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan telinga kanan yang tiba-tiba
mengalami penurunan pendengaran sejak 3 hari yang lalu. Keluhan tersebut tidak
disertai oleh otalgia, otorea, tinitus maupun vertigo. Riwayat korek kuping dan
trauma pada kepala maupun telinga disangkal. Riwayat mengkonsumsi obat-
obatan minum maupun tetes telinga dalam jangka waktu yang lama juga
disangkal. Riwayat terpapar suara bising disangkal. Riwayat menyelam atau
bepergian menggunakan pesawat disangkal. Riwayat hipertensi, diabetes melitus
tipe 2, stoke maupun kelainan hematologi disangkal.
Tes Penala
FREKUENS RINNE WEBER SCHWABACH
I (Lateralisasi)
512 R + Memendek
L + Kiri = pemeriksa
Kesan : Aurikula sinistra normal, aurikula dextra tuli sensorineural
Diagnosa : Suspect Sudden Deafness Auricula Dextra
Hipertensi grade 1
Diagnosis Banding : Malingering
V. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
- Tirah baring (total bedrest)
- Pemeriksaan audiometri
- Pemeriksaan arteriografi
- Pemeriksaan tekanan darah rutin
- Pemeriksaan darah rutin, gula darah dan profil lipid
- Pemeriksaan fungsi tiroid
- Diet rendah garam dan rendah kolesterol
Medikamentosa :
- Vasodilator
- Kortikosteroid
- Neurotonik
- Anti hipertensi
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
BAB I
PENDAHULUAN
Ketulian mendadak dapat menjadi pengalaman yang sangat menakutkan bagi seorang
pasien. Kelainan ini harus segera mendapat perhatian dokter. Penyebabnya dapat diketahui
ataupun idiopatik. Ketulian dapat ringan atau berat, sementara atau permanen. Gangguan ini
hanyalah suatu kompleks gejala dantidak terlalu sering ditemukan. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui patofisiologi atau keberhasilan relative dari berbagai regimen
terapi.1
Namun lebih sering penyebab tidak dapat ditemukan. Pasien harus diberitahu
mengenai prognosis serta pilihan pengobatan. Prognosis terbaik bila pasien segera mencari
pengobatan dalam 24 jam setelah awitan dan bila pendengaran masih pada tingkat yang
relatif baik. Prognosis mundur secara drastis pada pasien tua dengan masa-masa ketulian
berat berlangsung cukup lama dan disertai pusing.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
bagian dalam.
Gambar 1. Telinga Manusia
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang telinga sampai
membran timpani. Rangka daun telinga ini terdiri dari tulang rawan elastik dan kulit
yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara menuju saluran telinga luar. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan 1/3 bagian luar dengan rangka tulang rawan dan 2/3
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjang liang telinga luar ini 2,5-3 cm.
Saluran ini memiliki sejenis kelenjar sebaceae (sejenis minyak) yang menghasilkan
kotoran teling (cerumen). Cerumen dan rambut telinga ini dapat mencegah masuknya
benda asing ke dalam telinga.2
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.2
Telinga bagian tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani (gendang
telinga) yang didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri atas tulang-
tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan) dan stapes
(sanggurdi). Pada bagian telinga tengah ini juga terdapat saluran eustacius yang
menghubungkan telinga bagian tengah dengan faring. Antara telinga bagian dalam
dan telinga bagian tengah dibatasi oleh tingkap oval (fenestra ovalis) dan tingkap
bulat (venestra rotundra).
Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas koklea
(rumah siput) dan organ keseimbangan (vestibuler) yang terdiri atas kanalis semi
sirkularis, sakulus dan ultrikulus.2
Koklea ini terdiri atas dua ruangan atau saluran, canal vestibulat bagian atas
dan canal timpanik pada bagian bawah. Kedua ruangan tersebut berisikan cairan
perilimfe dan dibatasi oleh duktus koklea. Sedangkan duktus koklea berisikan cairan
endolimfe. Pada bagian dasar duktus koklea ini lah terdapat reseptor pendengaran
yang disebut dengan organ corti.2
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus
oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan
dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi,
maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan
rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu
duktus sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula
utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga
kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis
mempunyaiseatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel
rambut Krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan
endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya
akan membengkokkan silia sel-sel rambut Krista dan merangsang sel reseptor.3
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris
dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.2
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya adalah
sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya terjadi pada satu
telinga. Sebuah kriteria yang umum digunakan untuk memenuhi syarat untuk diagnosis tuli
mendadak ini adalah gangguan pendengaran sensorineural yang lebih besar dari 30 dB lebih
dari 3 frekuensi yang berdekatan yang terjadi dalam periode 3 hari. Sebagian besar kasus
kehilangan pendengaran mendadak unilateral dan prognosis untuk pemulihan pendengaran
cukup baik. Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat otologi, oleh karena
kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat permanen walaupun bisa
kembali normal atau mendekati normal.5,6
II.4. EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENSI TULI MENDADAK
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu telinga (unilateral)
dan hanya 1,7% - 2% kasus terjadi pada dua telinga (bilateral ). DiAmerika Serikat terjadi 5-
20 kasus tuli mendadak per 100.000 penduduk pertahun. Hadjar E melaporkan di sub bagian
Neurotologi THT FKUI/ RS CiptoMangunkusumo Jakarta pada tahun 1999 sampai dengan
tahun 2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24 % dari seluruh penderita
ketulian dan10% dari tuli sensorineural dan 36% dari penderita tuli akibat kelainan vaskuler.7
Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) terjadi di
USA setiap tahunnya.(pdf Moller). Insidens kejadian di US ini berkisar antara 5-20 kasus per
100.000 orang. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, sehingga sangat besar kemungkinan
angka tersebut bisa lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tuli mendadak dapat teratasi sebelum
pasien tersebut mengunjungi tempat pelayanan kesehatan.6
Distribusi antara pria dan wanita terlihat hampir sama. Berdasarkan data dari beberapa
penelitian, menyimpulkan bahwa sekitar 53% pria terkena tuli mendadak dibandingkan
wanita. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
kasus ini.6
Tuli mendadak dapat mengenai semua golongan usia, walaupun pada beberapa
penelitian, hanya sedikit ditemukan pada anak-anak dan lansia. Puncak insidensi muncul
pada usia 50an. Dewasa muda memiliki angka kejadian yang hampir sama dengan dewasa
pertengahan-tua. Usia rata-rata sekitar 40-54 tahun.6
Penyebab pasti kadang sulit untuk diketahui, umumnya diakibatkan gangguan pada
saraf telinga ( pada rumah siput / koklea ) oleh berbagai hal seperti trauma kepala, bising
yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan adanya kelainan darah., autoimun,
obat ototoksik, sindroma Meniere dan neroma akustik. Tetapi yang biasanya dianggap
sebagai etiologi adalah iskemia koklea dan infeksi virus.5
Gambar 6. Etiologi Tuli Mendadak
Penyakit gondok
Demam Lassa
Mycoplasma
Meningitis kriptokokal
Toksoplasmosis
Sipilis
Rubeola
Rubella
Manusia spumaretrovirus
Vertebrobasilar insufisiensi
Kolitis ulserativa
Kambuh polychondritis
Lupus eritematosus
Poliarteritis nodosa
Sindrom Cogan
Wegener Granulomatosis
Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat-obat ototoksik. Tuli ini
biasanya didahului oleh tinitus. Sebagai aturan umum, setiap obat atau zat kimia yang
menimbulkan efek toksik terhadap ginjal dapat dan biasanya juga bersifat ototoksik.1
Antibiotik - Aminoglikosida
Streptomisin
Dihidrostreptomisin
Neomisin
Gentamisin
Tobramisin
Amikasin
- Antibiotik lain
Vankomisin
Eritromisin
Kloramfenikol
Ristosetin
Polimiksin B
Viomisin
Farmasetin
Kolistin
Furosemid
Diuretik Asam etakrinat
Bumetanid
Asetazolamid
Manitol
Salisilat
Analgetik dan Antipiretik Kinin
Klorokuin
Bleomisin
Antineoplastik Nitrogen mustard
Cis-platinum
Pentobarbital
Lain-lain Heksadin
Mandelamin
Praktolol
Karbon monoksida
Zat kimia Minyak chenopodium
Nikotin
Zat warna anilin
Alkohol
Kalium bromat
Air raksa
Logam berat Emas
Timbale
Arsen
II.6. PATOGENESIS
Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral
labirin, gangguan vaskuler labirin, ruptur membran intrakoklear dan penyakit telinga dalam
yang berhubungan dengan imun. Suatu proses penyakit yang melibatkan salah satu dari
kemungkinan teoiritis ini dapat berakhir dengan tuli mendadak, namun tak satupun yang
dapat menjelaskan secara menyeluruh.9
II.6.A. Penelitian terhadap penderita tuli mendadak menunjukkan adanya suatu prevalensi
sedang penyakit viral. Juga ditemukan bukti serokonversi virus dan histopatologi
telinga dalam yang konsisten dengan infeksi virus.beberapa penelitian mencatat 17-
33% penderita tuli mendadak baru menderita penyakit virus. Pada pemeriksaan
histopatologis tulang temporal,gambaran kehilangan sel rambut dan sel
penyokong,atrofi membrana tektoria,atrofi stria vaskularis dankehilangan neuron
sesuai dengan kerusakan akibat virus. Pola kerusakan ini mirip dengan gambaran
yang ditemukan pada tuli sekunder akibat cacar,campak dan rubella maternal.9
II.6.B. Teori kedua menyangkut gangguan vaskular yang terjadi pada koklea.Koklea
merupakan suatu end organ karena suplai darahnya tidak ada kolateralnya. Fungsi
koklea sensitif terhadap perubahan suplai darah. Gangguan vaskuler koklea akibat
trombosis, embolus, penurunan aliran darah atau vasospasme adalah etiologi tuli
mendadak. Penurunan oksigenasi koklea kemungkinan akibat dari perubahan aliran
darah koklea. Perdarahan intrakoklea merupakan manifestasi awal yang diikuti
fibrosis dan osifikasi koklea. Pada suatu studi ditemukan kesamaan antara faktor
risiko koroner iskemik dan faktor risiko tuli mendadak. Penemuan keterlibatan
vaskuler dalam patogenesis tuli mendadak dapat dijadikan sebagai strategi preventif
dan terapeutik.9
II.6.C. Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea. Membran ini
memisah telinga tengan dan telinga dalam. Di dalam koklea juga terdapat membran-
membran halus memisah ruang perilimfe dan endolimfe.Secara teoritis, ruptur dari
salah satu atau kedua jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak.
Kebocoran cairan perilimfe ke ruang telinga tengah lewat round window dan oval
window telah diyakini sebagai mekanisme penyebab tuli. Ruptur membran
intrakoklea membolehkan bercampurnya perilmfe dan endolimfe dan merubah potensi
endokoklea secara efektif.9
II.6.D. Teori yang terakhir yaitu penyakit autoimun pada telinga dalam. Ketulian
sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun telinga dalam masih belum jelas,
tapi aktivitas imunologik koklea menunjukkan fakta yang tinggi.
Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus atau vertigo.
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai
dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti parotis
varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut. Pada
pemeriksaan klinis/otoskopis tidak terdapat kelainan telinga.5
Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat mendadak atau menahun secara tidak jelas.
Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya menetap.
Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak berlangsung lama. Kemungkinan
sebagai pegangan harus diingat bahwa perubahan yang menetap akan terjadi sangat cepat.
Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.5
II.8.1. Anamnesis
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan kelainan pada telinga
yang sakit. Sementara dengan pemeriksaan pendengaran didapatkan hasil sebagai
berikut:
- Tes penala :
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek.
Kesan : Tuli sensorieural
- Audiometri nada murni :
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
- Audiometri khusus
a. Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor : 100% atau kurang
dari 70%, kesan :dapat ditemukan rekrutmen.
b. Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif. Kesan : Bukan tuli retrokoklea.
- Audiometri tutur (speech audiometry) : SDS ( speech discrimination score): kurang
dari 100% Kesan : Tuli sensorineural.
- Audiometri impedans : Timpanogram tipe A (normal) reflek stapedius ipsilateral
negative atau positif sedangkan kolateral positif. Kesan : Tuli sensorineural
Koklea.
- BERA (Brainstem Evolved Responce Audiometry) Menunjukkan tuli sensori neural
ringan sampai berat.
- Pemeriksaan Laboratorium dapat digunakan untuk memeriksa kemungkinan
infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen, hipotiroid, penyakit
autoimun, dan faal hemostasis.5
- Tes Keseimbangan ENG (electro nystagmography) mungkin terdapat paresis
kanal.5
- Pemeriksaan tomografi computer (CT-scan) dan pencitraan resonansi magnetic
(MRI) dengan kontras diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma
akustik dan malformasi tulang temporal. Bila diduga kemungkinan adanya
neuroma akustik, pasien dikonsulkan ke bagian Saraf. Pemeriksaan arteriografi
diperlukan untuk kasus yang diduga akibat thrombosis.5
Pengobatan untuk tuli mendadak sampai saat ini merupakan suatu hal yang
kontroversi, tingginya angka perbaikan secara spontan ke arah normal maupun mendekati
normal menyulitkan evaluasi pengobatan untuk tuli mendadak. Tak ada studi terkontrol yang
dilakukan yang dapat membuktikan bahwa suatu obatsecara bermakna menyembuhkan tuli
mendadak. Seperti diketahui angka penyembuhan secara spontan tuli mendadak terjadi antara
40-70% kasus. Ada pendapat ahli menyatakan bahwa sebagian besar kasus tuli
mendadak mengalami proses penyembuhan secara partial terutama selama 14 hari pertama
setelah onset penyakit.
Tuli mendadak akibat infeksi virus dapat diterapi OHB. Mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi virus lebih banyak melibatkan imunitas seluler yaitu lekosit. OHB dapat
meningkatkan fungsi fagositosis lekosit sehingga meningkatkan imunitas.
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kecepatan pemberian
obat, respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor- faktor
predisposisi. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan
untuk sembuh, bila telah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil.
Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh.5
1. waktu onset
Penelitian menunjukkan bahwa semakin cepat pasien diobati maka semakin baik pula
pemulihan yang dicapai. Bila lebih 2 minggu kemungkinan sembuh kecil
2. usia rata-rata
Rata-rata usia yang mengalami pemulihan sempurna adalah 41, 8 tahun. Usia kurang dari 15
tahun dan lebih dari 60 tahun memiliki masa pemulihan yang buruk.
3. vertigo
penderita dengan vertigo berat menunjukkan prognosis buruk dibanding pasien tanpa gejala
vertigo.
4. pasien dengan kondisi yang memperberat penyembuhan al DM, riwayat minum obat
ototoksik lama, viskositas darah yang tinggi. Prognosis lebih buruk.
BAB III
KESIMPULAN
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya adalah
sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya terjadi pada satu
telinga. Tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat otologi, oleh karena
kerusakannya terutama di daerah koklea dan biasanya bersifat permanen walaupun bisa
kembali normal atau mendekati normal.
Penyebab pasti kadang sulit untuk diketahui, umumnya diakibatkan gangguan pada
saraf telinga ( pada rumah siput / koklea ) oleh berbagai hal seperti trauma kepala, bising
yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan adanya kelainan darah, autoimun,
obat ototoksik, sindroma Meniere dan neroma akustik. Tetapi yang biasanya dianggap
sebagai etiologi adalah iskemia koklea dan infeksi virus.
Gejala klinis tuli mendadak berupa tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai
dengan tinitus atau vertigo. Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu
telinga, dapat disertai dengan tinnitus dan vertigo. Pada iskemia koklea, tuli dapat bersifat
mendadak atau menahun secara tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang
dalam serangan, tetapi biasanya menetap.
Terapi untuk tuli mendadak adalah tirah baring sempurna (total bed rest) istirahat fisik
dan mental selama 2 minggu, Vasodilatansia yang cukup kuat, Prednison, Vitamin C,
Neurobion, Diit rendah garam dan rendah kolesterol, Inhalasi oksigen, Obat antivirus sesuai
dengan virus penyebab, Hiperbarik oksigen terapi (OHB).
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Higler, Boies, Adams. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Ed 6 Penyakit Telinga
Dalam hal: 128-133. Jakarta: EGC.
2. Soetirto Indro, Hendarmin Hendarto, Bashiruddin Jenny. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Dan Leher Ed 6 Gangguan
Pendengaran(Tuli) hal: 10-16. Jakarta: FK UI.
3. Higler, Boies, Adams. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Ed 6 Anatomi Telinga
Dalam hal: 33-35. Jakarta: EGC.
4. Gale Encyclopedia of Medicine. Copyright 2008 The Gale Group, Inc. diunduh dari
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/hearing+loss.
5. Soetirto Indro, Bashiruddin Jenny. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher Ed 6 Tuli Mendadak hal: 46-48: Jakarta: FK UI.
6. Neeraj N Mathur. 2011. Sudden Deafness. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview.
7. Abdilah F. 2004. Penatalaksanaan Satu Kasus Tuli Mendadak Unilateral dengan
Sindrom Anti Phospholipid. Jakarta. Bagian THT FK-UI RSUPN
Dr.CiptoMangunkusumo.
8. Alviandi W, Soetirto I. 2006. Tuli Mendadak dan Implikasinya. Jakarta. Bagian
THTFK-UI RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
9. Deafness Research. 1999. Sudden sensorineu ral hearing loss. UK.
Diakses dari:http://www.deafnessresearch.org.uk/Sudden%20sensorineural
%20hearing%20loss+1627.twl
10. Anias CR. 2007. Otorhinolaryngology. Sudden Deafness. University of RioDe
janeiro. Diakses dari: http://www.medstudents.com.br/otor/otor4.htm.
11. Danesh AA and Andreasen WD. 2007. Sudden hearing loss. Audilogical
diagnosis and management. Denver, colorado: prepared for American academyof
audiology convention. Diakses dari: www.coe.fau.edu/csd/SSHLPresAAA.pdf.
12. Griffith RW. 2004. Sudden Deafness On One Side Is It Diabetes. Diakses
dari:http://www.healthandage.com/public/health-center/16/article-home/2926/Sudden-
Deafness-on-One-Side-Is-It-Diabetes.html.
13. Betesda, 2003. Sudden Deafness. Diakses dari:
http://www.asha.org/public/hearing/disorders/prevalence_adults.htm