Anda di halaman 1dari 4

Perjuangan Buruh Dalam Pusaran Demokrasi Korporasi

kspi.or.id /perjuangan-buruh-dalam-pusaran-demokrasi-korporasi.html

admin 11/17/2016

Muhamad Rusdi dan kawan-kawan korban kriminalisasi

Ratusan atau bahkan ribuan kali kaum buruh melakukan aksi unjuk rasa memperjuangkan kesejahteraan kaum
buruh dan juga rakyat Indonesia, namun hingga kini belum ada hasil yang maksimal sehingga 71 tahun bangsa
ini merasa sudah merdeka dari penjajahan atau imprealisme yang dilakukan oleh penjajah baik Belanda,
Jepang, atau penjajahan yang dilakukan oleh korporasi / company (baca kompeni).
Namun sayangnya 71 tahun merdeka belum membawa kesejahteraan bagi bangsa ini, kaum buruh, tani dan
nelayan masih hidup dalam keterbatasan.
Upah buruh Indonesia sangat kecil, Bila dibandingkan dengan upah minimum di Singapura sudah mencapai 40
jutaan, di Indonesia hanya dikisaran 1,3 juta 3,3 juta. Dan tidak di topang oleh kepastian kerja dan jaminan
sosial yang berkualitas. Bahkan upah rata rata Indonesia sudah dibawah Vietnam.

Kekayaan alam yang berlimpah ternyata masih dikuasai oleh segelintir korporasi, termasuk lahan lahan, tanah
dan air, sehingga muncul pertanyaan dari kita kaum buruh, apakah bangsa dan negeri ini sudah benar-benar
merdeka dari penjajahan ? Kalau sudah merdeka mengapa kita belum hidup sejahera dan mengapa
perusahaan dan lahan lahan kini dikuasai ole asing dan warga negara keturunan yang tidak jelas
nasionalismenya ? Sepertinya ada peralihan penajajahan dari Belanda dan Jepang kepada pihak lain.

Kalau belum merdeka, masih adakah penjajahan di negeri ini, kalau ada penjajahan siapa sebenarnya yang
melakukan penjajahannya, karena banyak yang tidak sadar dan tidak merasa kalau saat ini kita sedang dijajah
?

DEMOKRASI KORPORASI

Dalam proses perjalanannya hingga kini, bangsa ini kemudian mengadopsi sistem politik Demokrasi untuk
memilih pemimpin negeri ini secara langsung, membuka ruang partisipasi publik yang luas, dimana setiap warga
negara berhak untuk bisa dicalonkan dan mencalonkan, sepanjang ia mempunyai dukungan massa yang besar
baik melalui partai atau jalur independen.

Melalui demokrasi kita harapkan lahir pemimpin rakyat yang berasal dari rakyat dan berjuang sepenuhnya untuk

1/4
kepentingan rakyat wujudkan kesejahteraan kaum buruh, tani, nelayan dan elemen rakyat lainnya.

Dalam demokrasi, Selain dukungan massa yang besar, juga dibutuhkan financial yang besar untuk membiayai
kampanye yang tidak murah. Sehingga pada titik ini ruang dan hak publik untuk dicalonkan menjadi tertutup bagi
orang orang yang mempunyai kualitas namun ia tidak mempuyai massa yang besar atau akses ke partai politik.
Dan sebaliknya walau ia tidak mempunyai kualitas dan juga massa yang besar, namun jika didukung oleh
kekuatan financial yang kuat maka potensi menangnya jauh lebih besar. Tinggal memainkan opini publik melalui
lembaga survey dan iklan di media massa.

Pada titik ini, demokrasi yang sebelumnya bermakna dari, oleh dan untuk rakyat. Bisa berubah maknanya,
Demokrasi pada akhirnya bermakna dari, oleh dan untuk pemodal. Calon presiden atau calon gubernur yang
diusung pada akhirnya bukan muncul dari kalangan rakyat atau istilah yang tepat bukan dari inisiatif grass
root.

Calon Presiden/ calon gubernur berasal dari pemilik modal / korporasi dan bekerja untuk korporasi dan yang
bertarung bukan hanya para ( oleh) pemilih namun juga melibatkan para korporasi /pemilik modal atau pemilik
uang.

Maka istilah yang pas pada hari ini, demokrasi yang sedang berlangsung di negeri ini sesungguhnya adalah
Demokrasi Korporasi, yakni demokrasi dari, untuk dan oleh korporasi. Rakyat atau massa hanya menjadi objek
bukan lagi subjek dalam berpolitik atau bernegara.

PEMIMPIN & PENGUASA PALSU

Demokrasi Korporasi pada akhirnya hanya akan menghasilkan pemimpin palsu yang populer karena di
populerkan oleh media media yang berbasis korporasi atau industri.

Demokrasi Korporasi hanya akan menghasilkan penguasa dan pemerintahan palsu,karena kekuasaan
sesungguhnya di kontrol oleh para korporasi.

Sehingga program yang dijalankan oleh presiden dan gubernur palsu adalah program program untuk
kepentingan korporasi bukan untuk kepentingan rakyat. Dan apa yang mereka lakukan akan dibenarkan oleh
lembaga-lembaga survey dan lembaga kajian untuk mempengaruhi opini publik.

Presiden palsu ini juga akan dibela mati matian oleh wakil rakyat palsu, karena mereka mereka yang duduk di
parlemen bisa jadi bukan wakil rakyat tapi wakil korporasi yang akan bertugas menjalankan program program
titipan dari para pemilik modal yang telah menitipkan modalnya. Pada titik ini peran partai partai hanya
sebatassebagai kendaraan Politik, saja, tidak lagi mampu menyuplai kader-kader bangsa dan tidak juga
menyuplai gagasan-gagasan besar untuk kemajuan republik ini

Presiden dan gubernur palsu juga akan dibela oleh aparat-aparat bayaran yang bekerja bukan untuk rakyat
namun untuk korporasi yang telah memberikan insentif. Aparat yang berasal dari Rahim rakyat akhirnya lupa
kepada ibu kandungnya dan kadang rela memukul, menembak dan menangkapi atas perintah pemilik korporasi.

Karenaya tidak heran jika kita kemudian tidak sadar, bila semakin hari perekonomian bangsa ini termasuk uang
yang beredar dikuasai hanya oleh segelintir kororasi. Tidak heran jika 80% lahan daratan juga dikuasai oleh
korporasi.

Kerja kerja korporasi yang telah menguasai semua sendi kehidupan bangsa dan negara mulai dari industri
media, lembaga survey, perbankan, proverty, akses birokrasi dan wakil rakyat dan juga pemimpin partai dan
ormas membuat kita tidak sadar, bahwa kita sedang dijajah dan di rampok oleh korporasi yang bergerak atas
nama demokrasi dan konstitusi.

Penjajahan yang dilakukan oleh korporasi bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga dinegara lain, korporasi
korporasi tersebut ada yang berskala nasional juga international. Mereka korporasi yang melakukan praktek
penjajahan modern bisa berasal dari eropa, amerika, jepang, korea dan juga cina.

2/4
Sehingga perlawanan buruh, petani dan juga elemen rakyat lainnya pada korporasi korporasi yang terjadi hari
ini, baik kepada korporasibasing maupun korporasi yang kebetulan didominasi oleh korporasi yang dimiliki oleh
warga cina keturunan, bukanlah didasarkan pada Rasisme. Perlawanan terhadap korporasi juga pernah
dilakukan terhadap korporasi belanda ( VOC) , korporasi jepang ( Peristiwa malari th 1974 ) dan kini secara
samar juga terjadi perlawanan terhadap korporasi korporasi dari Cina.

Kritik dan perlawanan terhadap jokowi, Ahok dan Gubernur lainnya saat ini dalam isu upah, reklamasi,
pertanian, dan lainnab, menjadi sebuah potret perlawanan rakyat terhadap pemimpin palsu yang dihasilkan dari
Demokrasi Korporasi, karena mereka sesungguhnya tidak sedang menjalankan progran untuk rakyat melainkan
program untuk kepentigan korporasi.

Lahirnya Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan no 78 th 2015 yang membatasi kenaikan upah,
menghilangkan hak berunding buruh dan melanggar UU ketenagakerjaan no 13/2003 adalah salah satu bukti
bahwa jokowi dan para gubernur yang menetapkan upah berbasis PP 78 adalah Presiden dan gubernurnnya
korporasi bukan presiden rakyat atau gubernur rakyat.

Bukan hanya pada kebijakan upah, Jokowi bekerja untuk korporasi, jokowi juga menerbitkan kebijakan pensiun
terjelek sedunia melalui PP no 45 th 2015 tentang Jaminan Pensiun pada 1 Juli 2015 yang iurannya hanya 3% &
manfaat bulanannya hanya 15-40%. Pengusaha /korporasi dilindungi oleh jokowi karena hanya iur 2%, jauh
dibawah iuran pengusaha di Malaysia 11% dan Pengusaha di Singapura yang mengiur 13%.

Jokowi pada pertengahan 2016 juga menerbitkan kebijakan yang melindungi kepentingan korporasi yakni
dengan memberikan ampunan bagi para pengemplang pajak melalui UU Tax Amnesty. Jokowi juga membiarkan
berlangsungnya proses Reklamasi pantai jakarta yang merugikan nelayan.

GERAKAN REDISTRIBUSI

Presiden rakyat seharusnya bekerja untuk rakyat, bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
cara Redistribusi Profit dan Redistribusi Aset. Agar uang beredar dan tanah tanah yang beredar yang saat ini
dikuasai oleh korporasi bisa di share kepada buruh, tani, nelayan dan rakyat lainnya.

Presiden rakyat seharusnya membuat kebijakan pengupahan dan jaminan sosial yang pro buruh agar profit
korporasi bisa terdistribusi kepada buruh secara fair, tidak seperti saat ini yang di share hanya sisa sisa profit
saja. Termasuk harus menghapus kebijakan pengampunan pajak bagi para pengusaha dan korporasi dan
menjalankan kebijakan Reformasi pertanahan / Land Reform untuk petani secara sungguh sungguh bukan basa
basi agar Redistribusi aset atau lahan pertanian dan perkebunan benar benar terjadi.

Dengan demikian, sesungguhnya aksi aksi buruh terutama penolakan terhadap PP 78 adalah salah satu
gerakan yang dikenal sebagai Gerakan Redistribusi Profit melalui upah. Aksi yang dilakukan oleh buruh sejak
30 Oktober 2015 di Istana negara adalah upaya untuk meluruskan kebijakan yang salah dari Presiden yang
dilahirkan dari Demokrasi Korporasi yang memiskinkan kaum buruh.

Maka sesungguhnya yang harus diadili adalah bukan 26 aktivis buruh yang aksi menolak PP 78 pada 30
oktober 2015 lalu yang juga di aniaya oleh aparat bayaran saat aksi tersebut, yang seharusnya diadili dalam
sidang ini adalah Tuan Presiden si penandatangan PP 78 tersebut dan aparat aparat bayaran tersebut.

Wassalam

Muhamad Rusdi -Sekjend KSPI

Related

Catatan Akhir Tahun Gerakan Buruh Indonesia 31/12/2015In "Siaran Pers"

KSPI Tuntut Pemerintah Serius Perbaiki Kesejahteraan Buruh & Rakyat 02/10/2014In "Siaran Pers"
3/4
DEN KSPI: Ketimpangan dan Ketidakadilan Masih Terjadi08/02/2017In "Opini"

Comments

0 comments

4/4

Anda mungkin juga menyukai