Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN

(POE) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS IV


SD DI KELURAHAN BANYUASRI

1 2 3
Pt. Sudiadnyani , Dw. Nym. Sudana , Ni Nym. Garminah
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

1 2 3
e-mail: {adnyanianix , dewasudana245 , garninyoman }@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Predict-
Observe-Explain (POE) dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional (MPK). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
semu dengan rancangan Non equivalent post-test only control group design. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri tahun pelajaran
2012/2013 yang berjumlah 169 siswa. Sampel penelitian diambil dengan cara simple
random sampling dan berjumlah jumlah 70 siswa. Data pemahaman konsep
dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda yang disertai
penjelasan. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan analisis uji-t dengan bantuan
program SPSS-PC 16.00 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) berada pada kualifikasi sangat baik (M =
64,86; SD = 4,56), sedangkan pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berada pada kualifikasi baik
(M= 54,94; SD = 4,17). Hasil uji-t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan
model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dan kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (t hitung > ttabel yaitu 9,58 > 1,65)

Kata-kata kunci: model pembelajaran POE dan pemahaman konsep.

Abstract
This research aimed to analyze the differences in the understandings of science
concepts between the students group that learn by using Predict-Observe-Explain
(POE) learning model and the students group that learn by using conventional learning
model (MPK).The study was quasi-experimental research design with non equivalent
post-test only control group design. The population of this research were the fourth
grade students at the elementary schools in Banyuasri Village in the school year
2012/2013, with a total number of 169 students. Samples were taken by means of
simple random sampling method and consisted of 70 students. The data of concepts
understanding were collected by using concept comprehension test in the form of
multiple-choice items with explanations. The data were analyzed with descriptive
statistics and t-test analysis aided by SPSS-PC 16.00 for Windows computer program.
The result of the data analysis shows that the science concepts understanding of the
students group that learned by using Predict-Observe-Explain (POE) learning model is
on a very high achievement scale (M = 64,67; SD = 4,36), while the science concepts
understanding the students group that learn by using conventional learning model
(MPK) is on a good achievement scale (M= 54,55; SD = 4,74). The result of t-test
shows that there is a significant difference in the understandings of science concepts
between the students group that learn by using Predict-Observe-Explain (POE) learning
model and the students group that learn by using conventional learning model (MPK)
(tcount > ttable which is 9,39 > 1,65).

Keywords: Predict-Observe-Explain (POE) and understanding of concepts.

Kemampuan merekonstruksi
PENDAHULUAN pengetahuan oleh siswa sangat terkait
Mengajar bukan lagi suatu proses dengan latar belakang dan lingkungan dari
pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa itu sendiri. Pembelajaran Sains (IPA)
peserta didik, melainkan suatu proses yang memiliki karakteristik dekat dengan
memungkinkan peserta didik untuk
mengkontruksi pengetahuannya. Dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran siswa
tidak hanya meniru dan membentuk
bayangan dari apa yang diamati maupun
yang didengar dari guru, tetapi siswa
secara aktif menyaring, menyeleksi,
memberi arti, dan mencari kebenaran dari
informasi yang diterimanya. Jadi peranan
guru dalam kegiatan pembelajaran salah
satunya adalah sebagai fasilitator dengan
memberi peluang kepada peserta didik
untuk mengemukakan informasi yang
dimiliki, baik berupa gagasan atau
argumentasinya. Salah satu proses
pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
menuangkan gagasannya adalah proses
pembelajaran yang dilandasi paham
kontruktivisme.
Kontruktivisme merupakan proses
pembelajaran yang menjelaskan
bagaimana pengetahuan disusun dalam diri
manusia. Pembelajaran secara kontruktivis
bersifat membina pengetahuan yang baru
dengan melibatkan kejadian yang
sebenarnya, memperdayakan ide siswa
dan mempergunakannya sebagai panduan
untuk merancang pembelajaran
selanjutnya. Menurut pandangan
konstruktivisme, keberhasilan belajar bukan
bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan alam
siswa. Belajar melibatkan pembentukan
makna oleh siswa dari apa yang mereka
lakukan, lihat, dan dengar.
lingkungan, maka dari sangat penting produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan
mengarahkan siswa untuk mampu hukum; 4) aplikasi: penerapan metode
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
Pendidikan IPA merupakan salah satu sehari-hari.
cabang ilmu pengetahuan yang Jadi, dapat dikatakan bahwa
mengajarkan berbagai pengetahuan yang pembelajaran sains (IPA) dapat menjadi
dapat mengembangkan daya nalar, wahana bagi siswa mengembangkan dan
analisa, sehingga hampir semua menumbuhkan motivasi, inovasi, serta
persoalan yang berkaitan dengan alam kreativitas sehingga siswa mampu
dapat dimengerti. menghadapi masa depan yang penuh
Djojosoediro (2011:6) menyatakan, tantangan melalui pemahaman konsep
hakikat IPA meliputi empat unsur utama sains pada umumnya, sehingga salah satu
yaitu: 1) sikap: rasa ingin tahu tentang produk yang diharapkan adalah
benda, fenomena alam, makhluk hidup, pemahaman konsep siswa terhadap
serta hubungan sebab akibat yang pembelajaran Sains.
menimbulkan masalah baru yang dapat Ndraka (dalam Wirtha dan Rapi,
dipecahkan melalui prosedur yang benar; 2007:18) menyatakan, pemahaman konsep
2) proses: prosedur pemecahan masalah dalam pembelajaran Sains menuntut
melalui metode ilmiah. Metode ilmiah proses pembelajaran sains di sekolah tidak
meliputi penyusunan semata-mata menyiapkan anak didik untuk
hipotesis, perancangan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
eksperimen atau percobaan, evaluasi, lebih tinggi, namun yang lebih penting
pengukuran, dan penarikan kesimpulan; 3) adalah menyiapkan peserta didik untuk: 1)
mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari umpan balik dan tindak lanjut. Berdasarkan
dengan menggunakan konsep-konsep langkah-langkah model pembelajaran
Sains, 2) mampu mengambil keputusan konvensional terlihat bahwa langkah
yang tepat dengan menggunakan konsep- pembelajaran masih bersifat umum, aktivitas
konsep ilmiah, dan 3) mempunyai sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA
ilmiah dalam memecahkan masalah yang sangat minim yang berdampak pada
dihadapi sehingga memungkinkan mereka pemahaman siswa akan informasi yang
untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah. diterimanya sangat rendah.
Berbagai upaya telah dilakukan Penerapan model konvensional
pemerintah untuk meningkatkan kualitas dalam suatu kelas akan menjadikan kelas
pendidikan. Namun, upaya pemerintah pasif dan kegiatan pembelajaran menjadi
belum mencapai hasil yang diharapkan. tidak bermakna. Hal tersebut terjadi karena
Salah satu masalahnya yaitu guru masih siswa tidak diberikan kesempatan untuk
cenderung menggunakan model mengungkapkan ide ataupun
pembelajaran konvensional yang pada mengaplikasikannya dalam bentuk
akhirnya berdampak pada pemahaman demostrasi. Minimnya kesempatan siswa
konsep yang sangat rendah.. Secara garis dalam menuangkan gagasan akan sangat
besar kegiatan pembelajaran dengan model menghambat proses pemahaman konsep
pembelajaran konvensional meliputi 1) IPA pada diri siswa itu sendiri.
kegiatan pendahuluan yang meliputi Pengembangan pemahaman
apersepsi dan motivasi; 2) kegiatan inti konsep IPA dapat dilakukan dengan
yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan mengembangkan model tertentu dalam
konfirmasi; 3) kegiatan penutup yang kegiatan pembelajaran di kelas. Model
meliputi kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran Predict-Observe-Explain
pembelajaran, penilaian dan refleksi, (POE) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat mengembangkan
berpikirnya dengan menggunakan sumber-
pemahaman konsep siswa. Model ini
sumber yang dapat memudahkan dalam
melatih siswa untuk aktif terlebih dahulu
pemecahan masalah. Model pembelajaran
mencari pengetahuan sesuai dengan cara
Predict-Observe-Explain (POE) bertujuan
untuk mengajarkan siswa untuk belajar
mandiri dalam hal memecahkan suatu
permasalahan. Keunggulan dari model
pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) ini dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional adalah
keaktifan siswa dalam penggalian
informasi, dan pola interaksi yang baik
antar siswa maupun dengan guru dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian latar belakang,
maka tujuan penelitian ini, adalah untuk
mengetahui perbedaan pemahaman
konsep IPA yang signifikan antara siswa
yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) dan siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IV SD di
Kelurahan Banyuasri.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimental),
karena tidak semua variabel yang muncul
dan kondisi eksperimen dapat diatur dan
dikontrol secara ketat (Sukardi, 2004).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri tahun
pelajaran 2012/2013. Kelurahan Banyuasri
terdapat 5 Sekolah Dasar, yaitu SD No. 1
Banyuasri, SD No. 2 Banyuasri, SD No. 3
Banyuasri, SD No. 4 Banyuasri, dan SD No.
5 Banyuasri dengan masing-masing SD
hanya memiliki sebuah kelas IV.
Pemilihan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara simple random
sampling yaitu pemilihan sampel secara
bertahap dengan cara random. Teknik ini
digunakan sebagai teknik pengambilan
sampel karena individu-individu pada
populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-
kelas sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan pengacakan terhadap individu-
individu dalam populasi. Kelas sampelnya
SD No. 1 sebagai kelas kontrol, dan SD Rancangan penelitian yang
No. 4 sebagai kelas ekperimen dengan digunakan adalah non equivalent post-test
jumlah siswa sebanyak 70 orang.
only control group design yang bertujuan dasar dan menengah, dengan kegiatan
untuk menyelidiki perbedaan pemahaman pembelajaran yang meliputi kegiatan
konsep antara kelompok eksperimen dan pendahuluan (presensi, apersepsi, dan
kelompok kontrol. Variabel bebas yang motivasi), kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi,
digunakan adalah model pembelajaran dan dan konfirmasi), dan kegiatan penutup
variabel terikatnya adalah pemahaman (simpulan, evaluasi, dan efleksi).
konsep IPA. Pengembangan RPP disesuaikan dengan
Prosedur penelitian mencakup model pembelajaran.
penentuan tempat penelitian, observasi dan
orientasi, melakukan uji kesetaraan,
menentukan sampel penelitian, menyusun
perangkat pembelajaran dan instrumen,
melaksanakan uji coba instrumen,
melakukan revisi perangkat pembelajaran
dan instrumen, memberikan penjelasan
mengenai tahapan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) kepada
kelompok siswa yang menjadi kelompok
eksperimen, memberikan perlakuan pada
masing-masing kelompok sampel,
memberikan pada masing-masing
kelompok sampel, dan analisis data.
Pada kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE), sedangkan kelas kontrol diberingan
perlakuan dengan model pembelajaran
konvensional. Kelompok ekperimen dan
kelompok kontrol diberikan porsi waktu
yang sama. Materi yang digunakan dalam
penelitian adalah materi kelas IV semester
II, yaitu Gaya, energi panas, dan energi
bunyi. Cakupan materi dapat dipilah
menjadi 4 dimensi konseptual, yaitu: (1)
gaya mempengaruhi gerak benda, (2) gaya
mempengaruhi bentuk benda, (3) energi
panas, dan (3) energi bunyi.
Rencana pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian mengacu
pada kurikulum KTSP untuk mata pelajaran
IPA pada pokok bahasan gaya, energi
panas, dan energi bunyi. Tahapan
pembelajaran dalam RPP berdasarkan
pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 41 tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan
Data yang diperlukan dalam memperoleh masukan dari segi kedalaman
penelitian ini adalah data pemahaman isi, sistematika penulisan, maupun tatanan
konsep IPA siswa. Untuk mengumpulkan bahasa yang kemudian dilakukan proses
data pemahaman konsep IPA siswa revisi instrumen. Pertimbangan-
tersebut, dalam penelitian ini digunakan pertimbangan yang diberikan oleh para ahli
metode tes. Tes dilakukan pada akhir isi dan ahli desain dianggap representatif
pembelajaran yang bertujuan untuk dalam mengembangkan instrumen berupa
mengukur pemahaman konsep IPA siswa tes pemahaman konsep ditinjau dari
setelah diberikan perlakuan. validitas isi.
Instrumen penelitian yang Setelah mendapat pertimbangan dari para
digunakan pada penelitian ini adalah tes ahli, maka post-tes dapat diujicobakan
pemahaman konsep IPA. Tes pemahaman untuk mengetahui validitas, reliabilitas,
konsep ini dibuat dalam bentuk tes indeks daya beda, dan tingkat kesukaran
extended respon tipe pilihan ganda butir tes. Selanjutnya ditentukanlah 20 butir
diperluas. soal dari 30 butir soal yang benar-benar
Tes akan disusun dengan layak digunakan sebagai soal post-test.
mengikuti jenjang Taksonomi Bloom yang Data hasil post-test dianalisis
meliputi jenjang pemahaman, berdasarkan menggunakan teknik analisis statistik
cakupan materi, indikator yang tertuang deskriptif dan statistik inferensial (statistik
dalam kisi- kisi dan dengan parametrik). Teknik analisis deskriptif
mempertimbangkan jumlah jam pelajaran digunakan untuk mendeskripsikan skor
IPA di SD serta mempertimbangkan rata-rata atau mean (M), median, modus
kemungkinan ada item- item tes yang tidak dan standar deviasi (SD) pemahaman
memenuhi syarat dari hasil uji coba yang konsep IPA sesudah pembelajaran (post-
akan dilakukan. test). Statistik inferensial digunakan untuk
Sebelum instrumen digunakan menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali
terlebih dahulu dikonsultasikan untuk dengan analisis prasyarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
menggunakan model pembelajaran Predict-
Y : Observe-Explain (POE) dan Mo > Md > M
sebagai berikut. (1) H0: Y
m1
m2 (56,75 > 56,51 > 54,94) untuk kelompok
Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa yang belajar menggunakan model
konsep IPA yang signifikan antara
pembelajaran konvensional. Hal ini
kelompok siswa yang belajar dengan
menunjukkan bahwa sebagian besar skor
menggunakan model pembelajaran Predict-
siswa pada kelompok kelompok siswa yang
Observe-Explain (POE) dan kelompok
belajar menggunakan model pembelajaran
siswa yang belajar dengan menggunakan
Predict-Observe-Explain (POE) dan
model pembelajaran konvensional pada
kelompok siswa yang belajar menggunakan
siswa kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri,
m model pembelajaran konvensional
(2) m1 2 Y : Terdapat cenderung tinggi.
Y
H 1:
perbedaan pemahaman konsep IPA yang konvensional pada siswa kelas IV SD di
signifikan antara kelompok siswa yang Kelurahan Banyuasri.
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
(POE) dan kelompok siswa yang belajar Secara umum, hasil penelitian ini
dengan menggunakan model pembelajaran dapat dideskripsikan bahwa terdapat
perbedaan pemahaman konsep IPA siswa
kelas IV antara kelompok siswa yang Hasil konversi distribusi skor
dibelajarkan dengan menggunakan model pemahaman konsep IPA ke dalam PAP
pembelajaran Predict-Observe-Explain skala Lima diperoleh hasil sebagai berikut.
(POE) dengan kelompok siswa yang Pada kelas eksperimen 21,62% siswa
dibelajarkan dengan menggunakan model berada pada kualifikasi sangat baik,
konvensional. Hal ini terlihat dari hasil 70,27% siswa berada pada kualifikasi baik,
analisis data secara deskriptif yang telah dan 8,11% siswa berada pada kualifikasi
dilakukan, terungkap bahwa pemahaman cukup, sedangkan pada kelas kontrol
konsep IPA siswa kelas IV di kelas 55,88% siswa berada pada kualifikasi baik,
eksperimen lebih unggul dibandingkan dan 44,12% siswa berada pada kualifikasi
pemahaman konsep IPA siswa kelas IV di cukup.
kelas kontrol, dilihat dari segi rata-rata yang Hasil uji normalitas data dapat
diketahui bahwa semua nilai signifikansi
dicapai, modus, dan median. Dilihat dari
berada di atas 0,05 untuk statistik
perolehan Mean (M), Median (Me) dan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
Modus (Mo) pada masing-masing dengan bantuan SPSS PC 16.0 for
kelompok, tampak bahwa sebaran data Windows dipaparkan sebagai berikut. Pada
kelompok siswa yang belajar menggunakan kelas eksperimen diperoleh hasil
signifikansi 0,134 untuk uji statistik
model pembelajaran Predict-Observe-
Kolmogorov-Smirnov dan 0,053 untuk uji
Explain (POE) dan kelompok siswa yang statistik Shapiro-Wilk, sedangkan pada
belajar menggunakan model pembelajaran kelas kontrol diperoleh hasil signifikansi
konvensional sama-sama merupakan juling 0,52 untuk uji statistik Kolmogorov-Smirnov
negatif karena Mo > Md > M (66,51 > 66,46 dan 0,83 untuk uji statistik Shapiro-Wilk,
Hasil uji homogenitas dengan
> 64,86) untuk kelompok siswa yang belajar
bantuan SPSS PC 16.0 for Windows
diperoleh hasil statistik Levene sebesar
0,630. Jadi angka signifikasi yang
dihasilkan lebih besar dari 0,05 yang artinya
varians antar kelompok homogen.
Mengingat data hasil penelitian telah
memenuhi persyaratan normalitas dan
homogenitas varians, maka dapat
dilanjutkan dengan menguji hipotesis
dengan menggunakan uji-t. Berikut ini
disajikan hasil analisis uji-t pada Tabel 1,
untuk digunakan sebagai pengambilan
kesimpulan dalam uji hipotesis.
Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t dengan SPSS PC 16.00 for Windows

Independent Samples Test


Levene's
Test for
t-test for Equality of Means
Equality of
Variances
Std.
Mean 95% Confidence
Sig. (2- Error
F Sig. t df Differ Interval of the
tailed) Differ
ence Difference
ence

Lower Upper

Post Equal
10.213 12.31 1.054 8.109
test variances .23 .630 9.68 69 12.31775
83 775 63 91
assumed
Equal
10.213 12.30 1.050 8.117
variances 9.22 69.0 12.30985
not assumed
83 985 67 81

(POE) memang memberikan pengaruh


Berdasarkan rangkuman hasil yang lebih baik daripada model
analisis uji-t, menunjukkan bahwa thitung pembelajaran konvensional dalam
lebih besar dari pada ttabel (9,58 > 1,65), mencapai pemahaman konsep IPA yang
pada taraf signifikansi 5%, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Artinya, terdapat maksimal. Jadi, hasil penelitian eksperimen
perbedaan pemahaman konsep IPA antara ini dapat memberikan implikasi positif,
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan bahwa model pembelajaran Predict-
menggunakan model pembelajaran Predict- Observe-Explain (POE) telah mampu
Observe-Explain (POE) dengan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan memberikan suatu terobosan terbaru dalam
menggunakan model pembelajaran meningkatkan pemahaman konsep IPA
konvensional. khususny siswa kelas IV. Oleh karena itu,
Hasil penelitian ini telah model pembelajaran Predict-Observe-
membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu Explain (POE) dapat dijadikan suatu
terdapat perbedaan pemahaman konsep alternatif pembelajaran yang aktif, kreatif
IPA yang signifikan antara kelompok siswa dan mandiri dalam upaya peningkatan
yang belajar dengan menggunakan model kualitas pendidikan khususnya dalam mata
pembelajaran Predict-Observe-Explain pelajaran IPA.
(POE) dengan kelompok siswa yang belajar Beberapa alasan yang dapat
dengan menggunakan model pembelajaran dijadikan landasan berpikir bahwa model
konvensional dalam pembelajaran IPA pembelajaran Predict-Observe-Explain
siswa kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri. (POE) lebih baik dalam menyediakan
peluang pencapaian pemahaman konsep
PEMBAHASAN IPA yang maksimal dibandingkan dengan
Berdasarkan seluruh temuan yang
model pembelajaran konvensional adalah
diperoleh baik melalui hasil analisis
sebagai berikut.
deskriptif maupun analisis uji-t serta hasil
Pertama, beranjak dari teoretik
penelitian yang mendukung, maka dapat antara model pembelajaran Predict-
diberikan justifikasi bahwa model Observe-Explain (POE) dengan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain pembelajaran konvensional. Model
pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE) dikembangkan untuk
menemukan
kemampuan memprediksi siswa dan alasan Kemudian dari permasalahan-permasalahan
mereka dalam membuat prediksi tersebut yang telah diungkapkan, guru menetapkan
mengenai gejala sesuatu. Model satu
pembelajaran POE ini lebih menuntut keatifan
siswa dalam membuktikan suatu kebenaran
suatu konsep yang dipelajari. Dengan
kegiatan praktikum yang langsung dilakukan
oleh siswa akan meminimalisis adanya
miskonsepsi.
Model pembelajaran Predict- Observe-
Explain (POE) selalu melibatkan siswa dalam
meramalkan suatu fenomena, melakukan
observasi melalui demonstrasi, dan akhirnya
menjelaskan hasil demonstrasi dan ramalan
mereka sebelumnya (white & Gunstone dalam
Kriasa, 2012:28). Sedangkan Model
pembelajaran konvensional lebih ditekankan
pada kebebasan dalam keteraturan, artinya
guru bebas mendesain pembelajaran namun
tetap wajib mengikuti alur pembelajaran yang
telah ditetapkan dalam Permendiknas No. 41,
yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Model pembelajaran konvensional dalam
prakteknya kurang menekankan interaksi
yang baik dan seimbang antar siswa maupun
antar siswa dengan gurunya.
Dilihat dari tahapan-tahapannya yaitu
pada tahap pendahuluan, dalam model
pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE)
dan model pembelajaran konvensional adalah
sama, dimana guru melakukan apersepsi
yang terkait dengan materi yang akan
dibahas. Tujuan pelaksanaan apersepsi, yaitu
untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal
siswa terkait dengan materi yang akan
dibahas. Selain itu, pelaksanaan apersepsi
dilakukan untuk mengajak siswa mengingat
kembali materi sebelumnya dan mengarahkan
siswa untuk masuk ke materi pokok
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Tahap pembelajaran yang kedua, yaitu
tahap eksplorasi. Tahap eksplorasi dalam
model pembelajaran Predict- Observe-Explain
(POE) guru mengajak siswa untuk
mengungkapkan permasalahan-
permasalahan yang bersifat kontekstual yang
berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
permasalahan yang nantinya akan Predict (memprediksi) sebagai tahap
dipecahkan secara berkelompok. awal model pembelajaran Predict- Observe-
Tahap eksplorasi dalam model Explain (POE) menuntut siswa untuk mampu
pembelajaran konvensional lebih mengajak memprediksi jawaban dari permasalahan yang
siswa untuk mengingat kembali materi telah ditetapkan. Pada tahap ini siswa akan
sebelumnya yang masih ada kaitannnya dilatih dan diberikan kesempatan dalam
dengan materi yang akan dibahas. Selain itu, mengungkapkan gagasan atau ide yang
siswa kurang dihadapkan pada masalah- dimiliki, sehingga secara tidak langsung akan
masalah yang bersifat kontekstual. Aktivitas membangkitkan keaktifan siswa dalam
siswa dalam proses pembelajaran kurang mengikuti proses pembelajaran. Pebelajar
dioptimalkan, siswa kurang dilatih untuk sering mengalami masalah untuk memahami
menyusun praduga atau hipotesis mengenai konsep-konsep IPA yang sifatnya abstrak.
suatu konsep yang hendak dipelajari. Pada Melalui tahap memprediksi dengan
tahap eksplorasi dalam model pembelajaran mengaitkan konsep- konsep IPA yang sifatnya
konvensional, aktivitas guru cenderung lebih abstrak akan lebih mudah dipahami oleh
aktif, karena guru menjelaskan konsep- siswa. Selain itu, seseorang yang mampu
konsep disertai dengan demonstrasi terkait belajar dengan mengaitkan antara
dengan materi yang dibahas dan pengalaman lama dan pengalaman baru, aka
kesempatan siswa untuk ikut serta dalam memperoleh pemahaman konsep yang baik
kegiatan demontrasi sangat minim. dan pengetahuan mampu diingat dalam
Tahapan pembelajaran yang ketiga, jangka waktu yang relatif lebih lama.
yaitu tahap elaborasi. Tahap elaborasi dalam Tahapan kedua dalam model
model pembelajaran Predict- Observe- pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
Explain (POE) siswa diarahkan untuk yaitu Observe (mengobservasi). Pada tahap
melakukan tahapan pertama dalam model Observe siswa akan dituntun
pembelajaran Predict-Observe- Explain
(POE) yaitu Predict.
dalam melakukan suatu percobaan atau Sedangkan tahap elaborasi dalam
praktikum yang berkaitan dengan model pembelajaran konvensional, siswa
permasalahan yang telah ditetapkan. Dengan kurang dihadapkan pada aktifitas motorik yang
melakukan praktikum, maka secara langsung lebih mampu memicu keingintahuan siswa.
akan membangkitkan kegiatan motorik, Siswa hanya dihadapkan pada kegiatan diskusi
sehingga nantinya siswa akan memperoleh yang fokus pada pertanyaan-pertanyaan
pengalaman yang bermakna sekaligus berkaitan dengan kegiatan demonstrasi yang
mengatahui jawaban dari permasalahan yang dilakukan guru sebelum tahap diskusi. Siswa
telah ditetapkan. Aktivitas praktikum juga akan mencatat hasil diskusi dalam bentuk laporan
mengembangkan kesiapan siswa untuk diskusi yang dikerjakan bersama kelompoknya
memahami konsep yang sifatnya abstrak, masing-masing.
sehingga tercapainya pemahaman konsep Tahapan pembelajaran yang keempat,
yang baik. yaitu tahap konfirmasi. Tahap konfirmasi dalam
Explain (menjelaskan) sebagai tahap model pembelajaran Predict-Observe-Explain
terakhir dari model pembelajaran Predict- (POE) dan model pembelajaran konvensional
Observe-Explain (POE). Pada tahap explain adalah sama, dimana siswa diberikan
akan melibatkan siswa secara penuh, karena penguatan terkait dengan hasil diskusi
siswa sendiri yang mempresentasikan hasil kelompok dan memberikan kesempatan
kelompoknya. Selain itu, pada tahap ini akan kepada siswa untuk mengajukkan pertanyan
melatih siswa dalam meningkatkan tentang segala macam permasalahan yang
kepercayaan diri, yang nantinya juga akan dihadapi selama proses pembelajaran
berimplikasi pada kemampuan siswa dalam berlangsung.
mengungkapkan gagasan.
Tahapan pembelajaran yang terakhir,
pembelajaran yang diperoleh selama kegiatan
yaitu tahap penutup. Tahap penutup dalam
pembelajaran berlangsung. Selain itu, untuk
model pembelajaran Predict-Observe-Explain
mengetahui tingkat pemahaman siswa akan
(POE), siswa dibimbing dalam
konsep-konsep yang dipelajari, siswa
menyimpulkan hasil
diberikan soal evaluasi yang dikerjakan dalam
waktu tertentu serta Pekerjaan Rumah (PR)
sebagai tugas latihan siswa untuk
memperdalam konsep- konsep yang telah
dipelajari. Sedangkan tahap penutup dalam
model konvensional, siswa hanya sebagai
pendengar dan guru lebih dominan dalam
menyimpulkan hasil pembelajaran yang
diperoleh selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Selain itu, pada tahap penutup,
guru tidak memberikan soal evaluasi sebagai
bukti akademik siswa terkait dengan tingkat
pemahaman siswa terhadap konsep- konsep
yang telah dipelajari.
Secara keseluruhan, tahapan- tahapan
model pembelajaran Predict- Observe-Explain
(POE) mampu
mengarahkan siswa menuju pemahaman
konsep IPA yang baik. Model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar
mandiri dan berani mengungkapkan pendapat
tidak hanya sekedar menghafal, dan
menerapkan konsep, sedangkan tahapan-
tahapan model pembelajaran konvensional
lebih mengarahkan siswa untuk mengingat
dan menghafal konsep- konsep yang
diberikan tanpa adanya kesempatan untuk
siswa dalam mengungkapkan gagasan yang
berkaitan dengan materi yang dibahas.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat dikemukakan
simpulan bahwa terdapat perbedaan
pemahaman konsep IPA yang signifikan
antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas IV SD di
Kelurahan Banyuasri (thitung lebih besar dari
pada ttabel yaitu 9,58 > 1,65). Pemahaman
konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
dicapai oleh kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
menyarankan kepada peneliti selanjutnya
lebih baik dibandingkan dengan kelompok
untuk melakukan penelitian yang sejenis pada
siswa yang dibelajarkan dengan model
pokok bahasan yang lain.
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat
Kelima, agar diperoleh gambaran yang
dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep
lebih menyakinkan mengenai pemahaman
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dicapai
konsep siswa, peneliti menyarankan kepada
oleh kelompok siswa yang dibelajarkan
peneliti selanjutnya untuk melakukan
dengan model pembelajaran Predict-Observe-
penelitian dalam jangka waktu yang lebih
Explain (POE) lebih tinggi dibandingkan
lama dan menggunakan populasi yang lebih
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
bervariasi dilihat dari jumlah sekolah yang
dengan model pembelajaran konvensional (M
digunakan.
POE = 64,86, > M Konvensional = 54,94)
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diajukan beberapa DAFTAR RUJUKAN
saran, guna peningkatan kualiatas Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional.
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Bandung: ALFABETA
ke depan sebagai berikut.
Pertama, dengan bukti empiris dari Ardana, I Made. 2008. Peningkatan Kualitas
penelitian ini terungkap bahwa pemahaman Belajar Siswa Melalui Pengembangan
konsep siswa yang belajar dengan model Pembelajaran
pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Matematika Berorientasi Gaya Kognitif
lebih baik dibandingkan pemahaman konsep dan Berwawasan Konstruktivisme.
siswa yang belajar dengan model Jurnal Penelitian dan Pengembangan.
pembelajaran konvensional, sehingga para 1(1):1-14.
guru hendaknya menggunakan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi
sebagai alternatif untuk meningkatkan Pendidikan (Edisi revisi, cetakan ke-
pemahaman konsep IPA siswa. 5). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kedua, pada saat kegiatan Keempat, untuk mengetahui
pembelajaran siswa masih merasa canggung kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok
untuk menggunakan alat-alat praktikum, bahasan lainnya, peneliti
sehingga peneliti menyarankan agar siswa
lebih sering melakukan praktikum khususnya
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), agar siswa terbiasa melakukan kegiatan
pembuktian- pembuktian.
Ketiga, terkait dengan adanya kendala
mengenai alat praktikum yang kurang
memadai di sekolah tempat penelitian ini, oleh
karena itu peneliti menyarankan kepada pihak
sekolah untuk lebih memaksimalkan
penyediaan alat praktikum guna
memperlancar proses pembelajaran. Para
guru juga diharapkan mampu membimbing
siswa dalam merancang dan membuat alat
praktikum sederhana sesuai dengan materi
yang diajarkan.
Candiasa. 2010. Statistik Univariat dan /tpardede.wikispaces.com/file/view/i
Bivariat disertai Aplikasi SPSS. pa_unit_1.pdf&rct=j&sa=U&ei=pu3H
Singaraja: UNDIKSHA. UKRqgsmsB8EgKgI&ved=0CCEQFj
AH&q=&usg=
Daryanto, H. 2005. Evaluasi Pendidikan. AFQjCNHCKDjlPAwZgsCJksdz3rK
Jakarta: Rineka Cipta mH7jVgw. Diakses pada tanggal 11
Desember 2012.
Djojosoediri, Wasih. 2011. Pengembangan
dan Pembelajaran IPA SD. Koyan. 2012. Statistik Pendidikan: Teknik
Analisis Data Kuatitatif. Singaraja:
http://www.google.co.id/url?url=http:/
UNDIKSHA Press.
Kriasa. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran Predict-Observe-
Explain (POE) Berbantuan Media
Lingkungan untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
Semester II SD No. 2 Alasangker
Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran
2011/2012. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, UNDIKSHA
Singaraja.

Pusung, Supit. 2012. Meningkatkan


Pemahaman Siswa tentang Konsep
IPA dengan Menggunakan Alat IPA
Sederhana di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan. Volume 1, Nomor
01 (hlm 1-2).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian


Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian


Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Wirtha, I M. dan Rapi, N. K. 2007.


Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Penalaran Formal Terhadap
Penguasaan Konsep Fisika dan
Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4
Singaraja. Laporan penelitian (tidak
diterbitkan). Jurusan Fisika,
UNDIKSHA Singaraja.

Anda mungkin juga menyukai