Oleh :
ENUR NUR JANAH
NIM. 13DB277059
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan
resiko tinggi, yaitu yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi
besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun pada masa
nifas (Hadijanto, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung meliputi perdarahan (11%), partus lama (9%),
dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung
diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial, ekonomi rendah, sistem
pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Manuaba, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis
bukan fatologis. Kehamilan juga merupakan proses alamiah untuk menjaga
kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang
wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya
menstruasi (Wulanda, 2011).
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Muminun: Ayat 12-14
adalah :
)(
)(
)(
1
2
(78,8%) yang mengalami partus prematur. Hal ini terjadi karena adanya
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian partus prematur selain
plasenta previa seperti kehamilan ganda, cacat bawaan, penyakit jantung,
diabetes melitus, hidramnion, pre eklampsi, ketuban pecah dini, servik
incompeten, riwayat abortus, riwayat persalinan prematur, kebiasaan
merokok, gizi ibu, jarak kahamilan < 2 tahun. Berdasarkan data yang
diperoleh dari 45 ibu yang mengalami plasenta previa, sebagian kecil
(21,2%) mengalami partus prematur dan dari 247 ibu yang tidak mengalami
plasenta previa, hampir seluruh (78,8%) mengalami partus prematur. Dari
hasil uji statistik didapat hubungan yang bermakna antara plasenta previa
dengan partus prematur. Hasil Odds Ratio sebesar 2,5 berarti ibu dengan
plasenta previa berpeluang 2,5 kali mengalami partus prematur. Hasil
penelitian di atas menjelaskan bahwa walaupun hanya beberapa kejadian
plasenta previa yang menyebabkan partus prematur, peluang kejadian
plasenta previa mempengaruhi partus prematur sangat besar.
Sebagian kecil ibu bersalin terjadi partus prematur, hampir separuh
ibu dengan plasenta previa mengalami partus prematur, hampir separuh ibu
yang berusia >35 mengalami partus prematur, terdapat hubungan yang
bermakna antara plasenta previa dengan partus prematur, dengan OR 2,5,
berarti ibu dengan plasenta previa berpeluang 2,5 kali mengalami partus
prematur (Jurnal Kesehatan Poltekkes Provinsi Bengkulu, Volume 1, No.2,
Nopember 2013).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan AKI di Indonesia
tergolong tinggi di dunia, pada tahun 2008 diantara kawasan Assotiation of
South East Asean Nation (ASEAN) dan South East Asean Region (SEARO).
Di Negara berkembang kejadian plasenta previa sebesar 3 dari 1000
persalinan. Penyebab plasenta previa di Indonesia masih sangat tinggi
karena di sebabkan oleh banyak melahirkan anak menurut Wardana dan
Karkata (2002). Paritas terhadap kejadian plasenta previa lebih besar karena
dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat seksio
saesarea, plasenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih
besar, multivaritas beresiko sebesar 1,3 kali, sedangkan riwayat abortus
resiko plasenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio saesarea tidak
ditemukan faktor resiko terjadinya plasenta previa (Sari, 2008).
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Lapora Tugas Akhir ini adalah Bagaimana
asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. I G 3P2A0 umur 41 tahun hamil 32
minggu dengan plasenta previa totalis di RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya?.
6
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
plasenta previa totalis di ruang 1 RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data dasar terhadap ibu hamil umur
41 tahun hamil 32 minggu dengan plasenta previa totalis
secara lengkap dan sistematis.
2) Melakukan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu hamil umur 41
tahun hamil 32 minggu dengan plasenta previa totalis.
3) Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil umur 41 tahun
hamil 32 minggu dengan plasenta previa totalis.
4) Melaksanakan antisipasi atau kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera pada ibu hamil umur 41 tahun hamil 32
minggu dengan plasenta previa totalis.
5) Merencanakan asuhan kebidanan menyeluruh pada ibu hamil
umur 41 tahun hamil 32 minggu dengan plasenta previa totalis.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
secara efisiensi pada ibu hamil umur 41 tahun hamil 32 minggu
dengan plasenta previa totalis.
7) Melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap asuhan
kebidanan yang diberikan pada ibu hamil umur 41 tahun hamil
32 minggu dengan plasenta previa totalis.
7
)(
)(
)(
Artinya: Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu
kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami
8
9
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian
kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah,
pencipta yang paling baik (QS.Al-Muminun: Ayat 12-14).
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dalam
kehamilan normal.
2. Tanda-Tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda dugaan hamil
1) Amenorea (terlambat datang bulan)
a) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus
Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan ovulasi.
2) Nausea (enek/mual) dan emesis (muntah)
a) Pengaruh ekstrogen dan progresteron terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan.
b) Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering
terjadi pada pagi hari (morning sickness).
c) Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
d) Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
3) Sering buang air kecil
a) Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang
mulai membesar.
b) Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
4) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanosfor pada kulit.
a) Sekitar pipi : cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi pada kulit.
b) Dinding perut
(1) Striae lividae
(2) Striae nigra
10
c) Sekitar payudara
(1) Hiper pigmentasi areola mamae
(2) Puting susu makin menonjol
(3) Kelenjar Montgomery menonjol
(4) Pembuluh darah menifes sekitar payudara
(5) Payudara menjadi tegang dan membesar
(a) Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron
yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae
glandula montgomerry tampak lebih jelas.
(b) Payudara membesar dan menegang.
(c) Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
(6) Obstipasi atau konstipasi terjadi karena tonus otot
menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid,
sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
(7) Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis.
(8) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
(a) Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone
terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama
bagi mereka yang mempunyai bakat.
(b) Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar
genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
(c) Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang
setelah persalinan.
(9) Mengidam wanita sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
(10) Sinkope atau pingsan
(a) Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan.
11
a. Bagi Ibu
1) Mengurangi dan menegakan secara dini komplikasi kehamilan
dan mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi
kehamilan.
2) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
3) Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat
memberikan ASI.
4) Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi.
b. Bagi Janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga
mengurangi persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan
kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya manusia.
b. Melahirkan Pervaginam
Perdarahan akan terhenti jika ada penekananan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan Akselerasi
Umunya dilakukan pada placenta previa lateralis /
marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala.
Dengan memecah ketuban akan mengikuti segmen bawah rahim dan
ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih
lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
2) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
3) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit keplala janin dijepit denngan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan terhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
11. Komplikasi Plasenta Previa
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil
yang menderita plasenta previa menurut Saifuddin AB (2008), yakni :
a. Komplikasi pada ibu
1) Anemia
Oleh karena pembekuan segmen rahim terjadi secara ritmik,
maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat
berulang dan semakin banak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak
dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2) Kelainan pada perletakan plasenta
Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim pada sifat segmen ini yang tipis mudahlah jaringan troboflas
dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium
bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah
28
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu :
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
oleh klien sebelumnya atau saat terdahulu. Riwayat kesehatan dahulu
seperti riwayat placenta previa sebelumnya dapat menjadi faktor resiko
seseorang menderita plasenta previa pada kehamilan berikutnya.
Operasi sesar sebelumnya (yang dapat menyebabkan cacat atau
jaringan parut pada endometrium). Pada ibu atau wanita yang pernah
menjalani operasi sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita
tersebut akan mengalami placenta previa. Resiko akan meningkat
setelah mengalami 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, (pada ibu
atau wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi saesar,
maka 1 dari 10 ribu atau wanita tersebut akan mengalami placenta
previa) (Yulianingsih, 2009).
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat haid :
Riwayat haid dikaji untuk mengetahui usia kehamilan yaitu dari
umur kehamilan tersebut bisa dilihat apakah umur kehamilannya
sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir)
karena apabila sudah diketahui umur kehamilannya maka dapat
ditentukan penatalaksanaannya akan dilakukan secara konservatif
atau aktif. Pada kasus placenta previa ibu hamil dengan placenta
previa akan timbul pada bulan ketujuh (FK UNPAD, 2008).
b) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
Dikaji untuk mengetahui keadaan klien saat kehamilan,
persalinan, dan nifas sebelumnya, adakah penyulit saat itu serta
pasien perlu dikaji antara lain:
1. Riwayat sektio sesaria sebelumnya.
Melahirkan dengan operasi sesar mengakibatkan parut di
dalam rahim. Kejadian meningkat pada wanita yang sudah
melakukan 4 kali atau lebih operasi sesar (Yulianingsih, 2009).
2. Lebih sering pada paritas tinggi dan paritas rendah.
34
3. Pada para 3 atau lebih yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 3
kali lebih besar dibandingkan dengan para 3 atau lebih yang berumur
kurang dari 25 tahun (Rustam, 2007).
c) Riwayat kehamilan sekarang
1. Keluhan selama hamil
Untuk mengetahui keluhan yang dirasa ibu pada ibu hamil
dengan placenta previa ibu akan mengeluh terjadi perdarahan tanpa
rasa nyeri dan biasanya perdarahan tersebut terjadi pada saat tidur,
perdarahan ini juga terjadi pada umur kehamilan 7 bulan dan
disebabkan oleh pergerakan plasenta dan dinding rahim (FK UNPAD,
2008).
2. Gerakan janin
Untuk mengetahui frekuensi janin bergerak dalam satu hari,
sebagai penilaian janin masih dalam keadaan baik.
5) Psikososial, kultural, dan spiritual
a. Psikososial
Mengkaji tentang respon klien terhadap kehamilannya dan janin
yang dikandungannya hal ini dapat memberikan informasi apakah klien
mengalami gangguan kehamilan yang nantinya akan berpengaruh
terhadap janin yang dikandungnya karena pasien / ibu dengan plasenta
previa ada yang berhari-hari bahkan berminggu-minggu dirawat, maka
seringkali pasien dan keluarga menjadi gelisah. Dalam hal ini bidan /
perawat harus memberikan motivasi kepada pasien / ibu dan keluarga
mengenai:
1) Mengapa terjadi perdarahan dan harus dirawat.
2) Kalau terjadi perdarahan ulang atau perdarahan baru, apa yang
akan dikerjakan oleh dokter.
3) Apabila pasien / ibu menolak untuk dirawat, komplikasi apa yang
akan terjadi.
4) Memberikan kekuatan mental pada pasien / ibu dan keluarga
dalam menghadapi ini (Yulianingsih, 2009).
35
B. Data Objektif
1) Keadaan umum :
Untuk menilai status keadaan ibu, untuk ibu dengan plasenta
previa totalis keadaan umum ibu pucat (Nugraheny, 2009).
2) Tingkat kesadaran :
Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan
menilai composmentis, apatis, somnolen, spoor, koma, delirium.
Pada ibu dengan placenta previa tingkat kesadaran ibu compos
mentis. Pada pasien yang mengalami syok maka ibu akan terlihat
gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran (Saifuddin, 2010).
3) Tanda vital
a) Tekanan darah : Pada kasus plasenta previa tekanan darah
rendah ( 90/70 mmHg 120/80 mmHg ).
b) Nadi : Pada kasus placenta previa nadi normal
(60 80 kali/ menit), kecuali apabila
pasien mengalami syok maka nadinya
akan cepat atau lambat (110 kali per
menit atau lebih) (Saifuddin, 2010).
c) Pernafasan : Pada kasus placenta previapernafasan ibu
masih normal (16-20 kali/menit), kecuali
apabila pasien mengalami syok maka
pernapasan akan cepat (30 kali per menit
atau lebih) (Saifuddin, 2010).
d) Suhu : Pada kasus placenta previa suhu normal
(360c- 370c).
4) Status presentasi
a. Muka : Pada pasien placenta previawajah terlihat pucat
b. Mata : Untuk mengetahui keadaan mata dengan
menilai sclera dan konjungtiva. Pada pasien placenta previa
konjungtiva terlihat anemis, ini dikarenakan perdarahan yang
dialami oleh ibu sehingga menyebabkan ibu terlihat anemis.
c. Mulut : Pada pasien placenta previa mulut terlihat pucat.
d. Abdomen : Untuk mengetahui bentuk abdomen, luka bekas
operasi (Yulianingsih, 2009).
36
5) Status Obstetrikus
Inspeksi
a. Abdomen : Dikaji untuk mengetahui bentuk, ada tidaknya striae,
linea, kontraksi uterus baik / tidak, dan TFU dengan palpasi.
Pada plasenta previa, uterus halus dan tidak lunak, biasanya
normal. Kelainan letak janin (bokong, oblig, lintang) merupakan
temuan yang sering berkaitan, tidak ada rasa nyeri tekan
uterus, bagian terendah janin belum masuk PAP. Bila
menggunakan palpsi atau rabaan:
Leopold 1 : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus
uteri masih rendah.
Leopold 2 : Sering dijumpai kesalahan letak janin.
Leopold 3 : Sering dijumpai kesalahan letak janin.
Leopold 4 : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di
atas pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman, dapat
dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama
pada ibu yang kurus (Nurgahaeny, 2009).
b.Genetalia : Untuk mengetahui adanya pengeluaran pervaginam,
banyak atau sedikit, warnanya kehitaman dan darah segar atau
tidak (FK UNPAD, 2007).
c.Pemeriksaan dalam : Pada kasus placenta previa tidak boleh
dilakukan pemeriksaan dalam, kecuali apabila pasien sudah
berada di meja operasi boleh dilakukan pemeriksaan dalam
(Achadiyat, 2008).
6) Pemeriksaan penunjang : Untuk memastikan bahwa perdarahan
yang dialami oleh ibu adalah dikeranakan oleh placenta previa yaitu
dengan dilakukan pemeriksaan USG, pemeriksaan Lab yaitu
haemoglobin untuk mengetahui kadar Hb (Achadiyat, 2008).
37
V. Perencanaan
Membuat suatu rencana asuhan yang menyeluruh atau komprehensif
adalah suatu pengembangan dari masalah atau diagnosa yang sedang
terjadi dan terantisipasi mengumpulkan informasi tambahan dan
berlandaskan teori yang berkaitan. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan yang diindentifikasikan atau diantisipasi. Rencana ini
meliputi:
Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pada pasien
a. Observasi keadaan umum dan tanda vital.
b. Observasi DJJ, His dan banyaknya perdarahan.
c. Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaan
kehamilannya.
d. Lakukan kolaborasi dengan dokter obgyne untuk pemberian terapi.
e.Lakukan penanganan secara konservatif atau secara aktif sesuai
dengan umur kehamilan.
VI. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan bidan dapat berkolaborasi dengan
dokter obgyne untuk pemberian terapi. Bidan juga ikut bertanggung jawab
atas pelaksanaan rencana perawatan komprehensif,
kolaboratif. Perencanaan yang biasa dilakukan oleh bidan adalah :
a. Mengobservasi tanda vital dan keadaan umum pasien.
b. Mengobservasi DJJ, His, dan pengeluaran pervaginam.
c. Memberi dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaan
kehamilannya.
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyne untuk pemberian
terapi.
e. Melakukan penanganan secara konservatif atau secara aktif.
1. Secara konservatif : Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu
a. Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai umur kehamilan aterm. Penanganan
berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his.
Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap.
Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh
pulang. Pasien dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja keras dan
39
VII. Evaluasi
Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk
melakukan pengkajian apakah asuhan kebidanan telah berhasil
keseluruhan atau belum sama sekali. Dari hasil situasi ini menentukan
sebagian rencana asuhan kebidanan relevan diterapkan, dihentikan, atau
direvisi. Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanann dituliskan
dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP yang terdiri dari 4
bagian yaitu data subyektif, data obyektif, assesment, dan planning.
Setelah rencana asuhan kebidanan dilakukan maka harus dievaluasi
keadaan penderita placenta previa. Pada penatalaksanaan ibu hamil
dengan placenta previa, maka hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain
tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan serta DJJ dan His.
40
5 Langkah
7 Langkah (varney) SOAP NOTES
(kompetensi bidan)
Data Data Subjektif & Objektif
Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah
potensial/diagnose Assesment/Diagnosa
lain
Assesment/Diagnosa
Menetapkan
kenutuhan segera
untuk konsutasi,
kolaborasi Plan : a. Konsul
b. Tes diagnostik
Perencanaan Asuhan Perencanaan Asuhan
c. Rujukan
Implementasi Implementasi d. Pendidikan
G
e. Konseling
a
Evaluasi Evaluasi
m f. Follow up
b
Gambar 2.1 Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan system
pendokumentasian SOAP Sumber: Muslihatun (2013)
42
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada aku kembalimu. (QS. Al-
Luqman :14)
Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sadiy rahmatullah berkata :
Al Quran Surat Al-Muminun Ayat 12-14 diterbitkan oleh PT. Sygma Examedia
Arkanleema.
Arsinah. 2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Yogyakarta :Salemba
Medika.
Danang. Jurnal Kesehatan Poltekkes Provinsi Bengkulu, Volume 1, No.2,
Nopember 2013.
Lisnawati, L. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini. Jakarta: Trans Jakarta info media.
Manuaba, IBG. 2008. Buku pengantar obstetric. Jakarta : ECG.
Deteksi Dini Terhadap Komplikasi. Available From :
http://masdanang.co.cc/?P=10, (2007) diakses, (15 april 2016).
Maryunani, dkk. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehamilan. Jakarta :
Trans info Medika.
Nurgroho, T. 2011. Buku Ajar obstetric untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Prawihardjo, S. 2011.Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sofian, A.2011. Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jogyakarta :
Salemba Medika.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : ECG.
www.kebidanan.org/plasenta-previa. Lusa Rochmawati. Jurnal kesehatan
Poltekkes Surakarta. Agustus 2015.
http://www.academia.edu/13034514/Plasenta_Previa_Parsialis_-
_Askeb_Komprehensif
http://nhunue.blogspot.co.id/2015/11/plasenta-previa-totalis.html
http://febisaja.blogspot.co.id/2012/08/kti-ibu-hamil-dengan-plasenta.html