( WAKTU LAYAR DIBUKA PANGGUNG GELAP DAN SUNYI, KEMUDIAN TERDENGAR SUARA)
(EMPAT KETUKAN, SETELAH ITU NENEK MASUK DENGAN LILIN MENYALA. DUHAI
GUGUPNYA)
(KAKEK TETAP MEMBATU, NENEK LALU PERGI MENYALAKAN LAMPU. LAMPU MENYALA
HIJAU, NENEK TERKEJUT )
NENEK : Kenapa kau buka jendela itu? Hawa di luar sangat dingin.
KAKEK : Malam musim gugur.
NENEK : Kau nanti masuk angin.
KAKEK : Bintang bertebaran dan bulan nampak pucat, sebentar lagi akan
datang angin-angin itu menbawa mendung, dan mendung itu akan membawa bulan
luput dari pandang mata.
NENEK : Tutuplah jendela itu.
NENEK : Sebentar lagi takkan hampa-hampa juga. Kita sekali bisa mengisi
hidup ini.
KAKEK : Aku tidak bertingkah, aku tidak berbuat apa-apa, hidupku sudah
kosong.
NENEK : Jiwa dan akal lebih luas dari kejemuan. Kebudayaan kita harus
menag dari kejemuan. Senyumlah sayang, senyum disaat seperti ini adalah
kebudayaan.
KAKEK : Aku senang jadi badut. Ingatkah kau ketika aku masih mahasiswa?
Aku pernah jadi juara lomba lawak.
NENEK : (BERDIRI) Engkau tertawa dan mukamu segar seperti buah apel.
Engkau mengalahkan kesempitan dan kekosonganmu, hiburan bukanlah pesta yang
mahal. Hiburan sejati adalah kebijaksanaan (BERTEPUK TANGAN) Badutku,
hore. Hore. (KAKEK MEMBUNGKUK HORMAT) Badut adalah raja kebudayaan
(APPLAUSE DARI NENEK)
KAKEK : Aku tidak mau. Tanganku yang tua tidak tangkas lagi main
sulapan.
NENEK : Dua !
KAKEK : (MEMASUKKAN GULA MENGADUKNYA DAN MEMBERIKANNYA KEPADA NENEK).
Teh dari timur untuk putri Zeba.
KAKEK : Kau pernah membuat bistik dari Jerman yang lezat untuk saya.
NENEK : Ah iya ! Waktu itu kita gemar piknik dan main tenis, kenapa
kita jadi tua.
NENEK : Dan Paris, manisku ? Paris yang dulu kau bela dengan senjata
itu ?
KAKEK : Dan Paris kota yang tercinta itu telah hancur, kota yang jaya
itu telah lebur manisku. Batu bata di atas batu bata telah punah.Eifel
terjungkir balik, Arc de Triumph hilang dengan jejaknya dan Noterdam dun
Paris telah terlibat oleh sangkala, hanya tinggal sebuah lagu di kota itu.
(KETUKAN PINTU)
(KETUKAN PINTU)
NENEK : Putra Perancis, bukalah pintu.
NENEK : Kunjungan paduka membuat kami bangga dan mendapatkan diri kami.
KAKEK : Kaisar ?
NENEK : Apa di Perancis ada Kaisar ?
KAKEK : Minggir semua, minggir, (SEMUA MINGGIR DAN KAKEK MENUJU KE
PINTU, IA BERHENTI, DAN KEMUDIAN JATUH KE LANTAI). Siapa tuan yangdatang
melangkah dengan cahaya gilang-gemilang ? cahaya tuan menyilaukan mata,
mata tuan bagaikan matahari tak kenal senja. Di depan tuan saya jatuh tak
berdaya Kaisar ? Bukan, Kekaisaran dari bumi.
Kekaisaran dari kerajaan yang terang dan benar.berlutut . Semua
berlutut ntuk kaisar (SEMUA BERLUTUT, KAKEK MEMPERSILAHKAN TAMUNYA).
Sri baginda, hamba tak pantas mendapat kunjungan paduka, tetapi berkata
sepatah kata saja tentu akan menjadi bersih. Hamba harap diampunkan, sebab
hamba terpaksa memasukkan baginda ke dunia dosa. Silahkan.. minggir,
minggir Sri bagind akan duduk di kursi goyang. (SETELAH BAGINDA DUDUK
KAKEK MENGANDENG NENEK MENGHADAP KAISAR). Baginda inilah istri hamba.
Ayolah manisku, sri baginda mintakita berdiri (KEDUANYA BERDIRI
BERGANDENGAN TANGAN). Kunjungan baginda berarti kehormatan bagi kami, lebih
dari itu, suatu karunia. Ya, ya hamba sudah menduga arti kedatangan
baginda ya seperti juga yang lain, memang hamba mengerti, kami telah
menanti. Demikianlah bila bulan telah pudar.. bila angin
mendayu ya, bulan tengah malam pukul dua belas. Ya, hamba percaya
percaya kereta itu pasti bagus, suatu kemulyaan. Tidak, kami tidak lagi
berkisah, cahaya telah datang permohonan terakhir.
(KAKEK LALU MENUTUP PINTU, LALU PERGI KE KURSI GOYANG, NENEK KE KURSI
PIANO)
NENEK : Apakah kau takut ?
KAKEK : Tidak, aku berdebar-debar.
NENEK : Perpisahan badan bukan berarti perpisahan jiwa.
KAKEK : Kita berdua tak akan dipisahkan.
KAKEK : Putri Zeba, inilah teh dari Timur. (MAJU DUA LANGKAH)
NENEK : Inilah kue Cherio untuk putra Perancis.
(KEDUANYA RUBUH, LONCENG BERDENTANGAN DUA BELAS KALI. LAMPU PADAM DAN
SELESAILAH SANDIWARA INI )