Anda di halaman 1dari 43

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman di Wilayah Sub Urban Kota


Kendari
Analisis yang digunakan untuk kesesuaian lahan permukiman menggunakan
analisis overlay untuk mengetahui kawasan yang dapat digunakan untuk
pengembangan permukiman di wilayah sub urban Kota Kendari yaitu Kecamatan
Kambu. Untuk menganalisis kesesuaian lahan permukiman terdapat beberapa
indikator yang digunakan yang telah dirangkum dari beberapa literatur, peraturan
terkait, dan pengamatan lapangan.
Sebelum melakukan analisis kesesuaian lahan permukiman, perlu dilakukan
pemberian nilai dan pembobotan untuk masing-masing indikator. Pemberian nilai
dan bobot dilakukan dengan kisaran 1 sampai 5 untuk menunjukkan peranan
masing-masing indikator, semakin tinggi nilai indikator maka semakin tinggi
tingkat peranannya terhadap kesesuaian lahan permukiman. sama seperti nilai,
bobot juga diberi kisaran 1 sampai 5, semakin tinggi bobot maka semakin tinggi
peranannya terhadap kesesuaian lahan permukiman. Pemberian nilai dan bobot ini
dimaksudkan untuk menghindari subyektifitas penilaian terhadap unit lahan.
Indikator yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan permukiman yaitu
ketersediaan air bersih, aksesibilitas yang meliputi klasifikasi jaringan jalan dan
buffer jalan, drainase, fungsi kawasan, kawasan tidak terbangun, kemiringan
lereng, dan kawasan rawan banjir. Berikut nilai dan bobot yang diberikan pada
setiap kriteria dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Bobot untuk indikator kesesuaian lahan permukiman


No. Indikator Bobot
1 Ketersedian Air 5
2 Aksesibilitas 4
3 Arahan RTRW 3
4 Fungsi Kawasan 2
5 Sempadan sungai 4
6 Kawasan tidak terbangun 4
7 Kemiringan Lereng 4
8 Daerah Rawan Banjir 4
Sumber: Hasil Analisis 2016

74
Setelah memberikan nilai dan bobot terhadap masing-masing indikator,
selanjutnya dimasukkan ke data atribut software arcgis 10.3 dan kemudian
melakukan analisis overlay. Berikut indikator-indikator untuk mengananlisis
kesesuaian lahan permukiman.
1. Ketersediaan Air Bersih
Ketersediaan air sangat berpengaruh dalam pemilihan lokasi permukiman
karena air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk bertahan hidup.
Air yang sesuai standar dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
ada beberapa sumber air minum lainnya seperti air sumur dan sumur bor.
Pada kawasan penelitian sudah terlayani sumber air dari PDAM namun
belum semua lokasi yang terlayani, beberapa sudah berada dalam rencana
pengembangan pelayanan PDAM Kota Kendari. Untuk saat ini wilayah yang
sudah terlayani PDAM yaitu Kelurahan Kambu dan Kelurahan Lalolara. Selain
PDAM, sumber air yang digunakan saat ini berasal dari sumur dan sumur bor.
Untuk pengembangan pelayanan PDAM saat ini dilakukan di semua kelurahan di
Kecamatan Kambu, Hal ini dilakukan karena banyaknya pusat-pusat pertumbuhan
baru terutama di Kelurahan Mokoau dan Kelurahan Kambu. Bobot yang diberikan
untuk ketersediaan air bersih yaitu 5 karena mempunyai peranan yang sangat
penting karena salah satu kebutuhan dasar penduduk permukiman. Berikut kriteria
air bersih dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Zona Pelayanan PDAM Kota Kendari


Skor (bobot
Nilai Zona Pelayan PDAM Keterangan Bobot
X nilai)
5 Zona Pelayanan PDAM Sesuai 5 25
3 Zona Rencana Agak Sesuai 5 15
Pelayanan PDAM
1 Belum Terlayani PDAM Kurang Sesuai 5 5
Sumber: Rencana induk sistem penyediaan air minum Kota Kendari tahun 2011

75
Gambar 8. Peta Zona Pelayanan PDAM Kota Kendari

2. Aksesibilitas

76
Aksesibilitas atau jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap pemilihan
suatu kawasan. Faktor aksesibilitas sangat mempengaruhi nilai kestrategisan suatu
kawasan karena berhubungan dengan kemudahan dalam mencapai kawasan
tersebut. Aksesibilitas yang baik merupakan salah satu faktor pemilihan lokasi
permukiman dalam hal ini tersedianya jaringan jalan. Klasifikasi jaringan jalan
yang sesuai untuk permukiman yaitu jalan kolektor dan jalan lingkungan.
Klasifikasi jalan pada kawsan penelitian terdiri dari 4 klasifikasi berdasarkan
RTRW Kota Kendari tahun 2010-2030 yaitu jalan arteri primer, jalan arteri
sekunder, jalan kolektor primer dan jalan lokal.
Jalan arteri primer Kecamatan Kambu menghubungkan Kecamatan Kambu
ke pusat kota, jalan arteri sekunder menghubungkan pusat pemerintahan provinsi
dengan pusat pelayanan serta ke arah bandara dan Kabupaten Konawe Selatan.
Sedangkan untuk jalan kolektor dan jalan lokal menghubungkan permukiman
dengan kawasan pendidikan tinggi dan beberapa fasilitasi-fasilitas umum di lokasi
penelitian. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan dan Perkotaan, Peta jaringan jalan pada penelitian ini
menggunakan analisis proximity untuk mengetahui jarak lokasi permukiman
dengan jalan kolektor dan primer sebagai prasarana yang mendukung
aksesibilitas. Bobot untuk klasifikasi dan buffer jalan diberikan bobot 4 karena
mempunyai peranan yang penting dalam kesesuaian lahan permukiman. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19 dan gambar 9.

Tabel 19. Klasifikasi Jaringan Jalan dan Buffer Jalan di Lokasi Penelitian
Skor
Kriteria Jaringan Buffer
Nilai Keterangan Bobot (bobot X
Jalan Jalan
Nilai)
Jalan Kolektor dan
5 <500m Sesuai 4 20
Jalan Lingkungan
Jalan Kolektor dan 500m-
3 Agak Sesuai 4 12
Jalan Lingkungan 1000m
Jalan Kolektor dan
1 >1000m Kurang Sesuai 4 4
Jalan Lingkungan
Sumber: Modifikasi SNI 1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan permukiman

77
Gambar 9. Peta Buffer Jalan Kolektor dan Lokal Pada Lokasi Penelitian

3. Arahan Tata Ruang

78
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kendari tahun 2010-2030 yang
mengarahkan pembangunan permukiman di wilayah selatan. Kecamatan Kambu
yang berada di wilayah selatan merupakan salah satu pusat pengembangan
permukiman baru di Kota Kendari karena di Kecamatan Kambu terdapat kawasan
pendidikan tinggi, kawasan pusat pemerintahan provinsi dan pusat pelayanan
lainnya. Hal ini yang menjadi daya tarik dan pendukung dalam pengembangan
permukiman.
Dalam rencana pola ruang Kota Kendari, terdapat 9 arahan pemanfaatan
lahan di Kecamatan Kambu yaitu sebagai Kawasan pelayanan umum, kawasan
pendidikan tinggi, kawasan pertahanan, kawasan resapan air, hutan mangrove,
perdagangan dan jasa, perkantoran pemerintah, permukiman dan taman kota.
Permukiman merupakan pemanfaatan lahan yang paling luas di Kecamatan
Kambu dibandingkan dengan yang lainnya. luas kawasan peruntukkan lahan
permukiman dalam rencana pola ruang yaitu 950,64 Ha. Namun masih ada lokasi-
lokasi yang berpotensi untuk permukiman seperti pada kawasan perkantoran
provinsi, pusat pelayanan, dan kawasan perdagangan dan jasa. Untuk indikator
arahan RTRW diberi bobot 3 karena dianggap cukup penting. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 20 dan gambar 10.
Tabel 20. Arahan Tata Ruang Kota Kendari
Skor
Nilai Pola Ruang Keterangan Bobot (Bobot X Luas (Ha)
Nilai)
5 Permukiman Sangat Sesuai 3 15 950,64
4 Perdagangan dan jasa Sesuai 3 12 366,21
Pemerintahan Sesuai
4 3 12 460,6
provinsi
3 Pelayanan umum Agak sesuai 3 9 17,91
Kawasan pendidikan Tidak sesuai
2 3 6 253,05
tinggi
Kawasan resapan airSangat tidak
1 3 3 111,43
sesuai
Hutan mangrove Sangat tidak
1 3 3 5,42
sesuai
Taman kota Sangat tidak
1 3 3 20,83
sesuai
Kawasan pertahanan Sangat tidak
1 3 3 16,8
sesuai
Jumlah 2202,89
Sumber: RTRW Kota Kendari Tahun 2010-2030

79
Gambar 10. Peta Arahan Tata Ruang Kota Kendari

4. Fungsi kawasan
Fungsi kawasan pada lokasi penelitian berdasarkan hasil analisis terbagi
menjadi dua yaitu fungsi kawasan budidaya dan fungsi kawasan penyangga.
Untuk pengembangan permukiman hanya dapat dilakukan pada kawasan
budidaya. Pada kawasan penelitan, kawasan budidaya lebih dominan
dibandingkan dengan kawasan penyangga. Luas kawasan budidaya pada lokasi
penelitian yaitu 2125,39 Ha, sedangkan luas kawasan penyangga hanya seluas
77,22 Ha.
Secara fungsional kawasan budidaya pada kawasan penelitian memiliki
beberapa jenis pemanfaatan antara lain, tambak, kawasan pendidikan tinggi,
kebun campuran, permukiman, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan, dan pusat

80
pemerintahan provinsi. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan
permukiman di sekitarnya. Untuk meningkatkan pendayagunaan lahan pada
kawasan budidaya dalam hal ini kawasan permukiman, maka perlu diketahui
lokasi-lokasi permukiman yang sesuai pada kawasan budidaya agar tidak
mengganggu keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup disekitarnya.
Pemilihan indikator fungsi kawasan dalam analisis kesesuian lahan permukiman
untuk dijadikan sebagai pedoman arahan fungsi kawasan pada lokasi penelitian
dan untuk mengetahui pembagian fungsi kawasan yakni fungsi kawasan budidaya
untuk pengembangan kawasan permukiman serta membatasi pembangunan
kawasan permukiman pada kawasan penyangga. Bobot yang diberikan untuk
fungsi kawasan yaitu 2 karena dianggap sebagai indikator cukup penting. Berikut
fungsi kawasan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 21 dan gambar 11.

Tabel 21. Klasifikasi Fungsi Kawasan


Skor
Luas
Nilai Fungsi Kawasan Keterangan Bobot (bobot X
(Ha)
Nilai)
5 Kawasan Budidaya Sesuai 2 10 2125,39
1 Kawasan Penyangga Cukup Sesuai 2 2 77,22
Jumlah 2202,8
9
Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Keppres No.48/1981

81
Gambar 11. Peta Klasifikasi Fungsi Kawasan
5. Sempadan Sungai
Sempadan sungai termasuk dalam kawasan lindung setempat, oleh karena itu
adanya pembatasan pembangunan pada kawasan sempadan sungai. Penetapan
sempadan sungai didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai
dan garis sempadan danau. Pentapan garis sempadan sungai dilakukan agar fungsi
sungai tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di sekitarnya.
Pada lokasi penelitian terdapat dua sungai yaitu Sungai Wanggu dan Sungai
Kambu. Kedua sungai tersebut bermuara di Teluk Kendari dan masuk pada lokasi
penelitian. Sungai Wanggu memiliki panjang kurang lebih 75 km, hulu Sungai

82
Wanggu berada di Kabupaten Konawe Selatan dan bermuara di Teluk Kendari.
Sempadan pada sungai wanggu yaitu <50 meter tidak diperkenankan melakukan
pembangunan, dan untuk Sungai Kambu yang dekat muara juga <50 meter,
sedangkan untuk anak Sungai Kambu yang berada ditengah permukiman dan
memiliki tanggul, maka sempadannya <5 meter. Mengingat sempadan sungai
merupakan salah satu kawasan lindung setempat maka pembangunan permukiman
harus dibatasi agar tidak menggangu kondisi sungai oleh karena itu sempadan
sungai diberikan bobot 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 22 dan 23
serta gambar 12 dibawah ini.
a. Sungai Besar

Tabel 22. Sempadan Sungai Besar di Lokasi Penelitian


Skor
Sempadan Sungai tidak
Nilai Keterangan Bobot (bobot X
bertanggul
Nilai)
5 >100m Sesuai 4 20
3 50m-100m Agak Sesuai 4 12
1 <50 Tidak Sesuai 4 4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau.

b. Sungai Kecil
Tabel 23. Sempadan Sungai Kecil di Lokasi Penelitian
Skor
Sempadan Sungai
Nilai Keterangan Bobot (bobot X
bertanggul
Nilai)
5 >10m Sesuai 4 20
3 5-10m Agak Sesuai 4 12
1 <5 Tidak Sesuai 4 4
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau.

6. Kawasan Tidak Terbangun


Indikator kawasan tidak terbangun mempengaruhi pemilihan lokasi
pengembangan permukiman baru, kawasan terbangun di lokasi penelitian
memiliki fungsi beragam seperti permukiman eksisting, perdagangan dan jasa,
kawasan pendidikan tinggi, dll. Sedangkan untuk kawasan tidak terbangun
memiliki fungsi antara lain, tambak yang masih produktif, lahan terbuka, kebun
campuran, semak belukar, dan tegalan.

83
Untuk pengembangan kawasan permukiman baru dilakukan pada kawasan
tidak terbangun yang bukan merupakan kawasan budidaya produktif untuk
menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan di lokasi penelitian oleh
karena itu kawasan terbangun diberi bobot 4. Adapun klasifikasi dan luas kawasan
tidak terbangun di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 24 dan gambar 13
bawah ini.

Tabel 24. Kawasan Tidak Terbangun di Lokasi Penelitian


Skor
Nilai Fungsi Kawasan Keterangan Bobot (Bobot X Luas
Nilai)
Kawasan Tidak Sesuai
5 4 20 331,75
Terbangun
1 Kawasan Terbangun Tidak Sesuai 4 4 1871,15
Jumlah 2202,89
Sumber: Hasil Analisis, 2016

7. Kemiringan Lereng
Kondisi kemiringan lereng di lokasi penelitian bervariasi antara datar, landai
dan agak curam. Jika dilihat secara keseluruhan kemiringan lereng yang paling
dominan di kawasan penelitian yaitu datar dengan kemiringan 0-8%. Dataran
rendah hampir semua kelurahan di kawasan penelitian. Untuk dataran landai
berada di Kelurahan Padaleu dengan kemiringan 8-15%, sedangkan untuk
kemiringan yang agak curam 15-25% berada di Kelurahan Mokoau. Kemiringan
lereng merupakan salah satu indikator yang penting dan diberikan bobot 4.
Keterangan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 25 dan gambar 14.
Tabel 25. Kemiringan lereng lokasi penelitian
Kisaran Skor (bobot X
Nilai Kelas Keterangan Bobot Luas
Lereng Nilai)
5 0-8% Datar Sangat sesuai 4 20 1667,71
4 8-15% Landai Sesuai 4 16 457,97
15-25% Agak Agak Sesuai
3 4 12 77,22
Curam
25-40% Curam Kurang
2 4 - -
Sesuai
>40% Sangat Tidak Sesuai
1 4 - -
Curam
Jumlah 2202,89
Sumber: SK Menteri Pertanian No.837/KPTS/Um/11/1980 serta Keppres No.48/1981 (diolah)

84
8. Daerah Rawan Banjir
Kecamatan Kambu sebagian besar wilayahnya memiliki kemiringan lereng
rendah dan banyaknya alih fungsi lahan terhadap kawasan resapan air serta
dilewati oleh Sungai Wanggu. Dari alasan tersebut dapat menimbulkan potensi
banjir di Kecamatan Kambu. Sehingga potensi resiko banjir di Kecamatan Kambu
harus diperhatikan dan menjadi indikator untuk kesesuaian lahan permukiman.
Banyaknya terjadi alih fungsi lahan terhadap kawasan resapan air mengakibatkan
banjir setiap tahun yang terjadi di Kelurahan Lalolara dan sebagian Kelurahan
Kambu. Banjir yang terjadi tidak terlalu parah dan genangan air tidak terlalu
lama, akan tetapi hal ini harus menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi
permukiman.
Indikator daerah rawan banjir dibagi 2 klasifikasi berdasarkan peranannya
yaitu daerah rawan banjir dan daerah tidak rawan banjir Sehubungan dengan
kepentingan daerah rawan banjir merupakan salah satu indikator penting dalam
kesesuaian lahan permukiman maka diberikan bobot 4. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 26 dan gambar 15.
Tabel 26. Daerah Rawan Banjir Lokasi Penelitian
Skor (bobot
Nilai Klasifikasi Keterangan Bobot
X Nilai)
5 Daerah Tidak Rawan Sesuai 4 20
Banjir
1 Daerah Rawan Banjir Tidak Sesuai 4 4
Sumber: Rencana Penanggulangan Bencana Kota Kendari tahun 2013-2017

85
Gambar 12. Peta Sempadan Sungai Lokasi Penelitian

86
Gambar 13. Peta Kawasan Tidak Terbangun

87
Gambar 14. Peta Kemiringan Lereng Lokasi Penelitian

Gambar 15. Daerah Rawan Banjir Lokasi Penelitian


9. Penggabungan Indikator
Indikator-indikator dalam analisis kesesuaian lahan permukiman antara lain
adalah ketersediaan air bersih, aksesibilitas, fungsi kawasan, kawasan tidak
terbangun, arahan RTRW, sempadan sungai, kemiringan lereng dan daerah rawan
banjir. Sebelumnya diberikan bobot dan nilai, dari hasil perkalian bobot dan nilai
akan didapat kisaran skor yang menentukan kelas kesesuaian terhadap
permukiman di Kecamatan Kambu. Untuk skor minimum dan maksimum
kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Kambu dapat dilihat pada tabel 27 di
bawah ini.

88
Tabel 27. Skor Min dan Skor Maks Kesesuaian Lahan Permukiman
N Indikator Bobot Nilai Skor Min (bobot X Nilai Skor Maks
o Min. Nilai Min.) Maks (bobot X Nilai
. Maks.)
1 Ketersediaan Air 5 1 5 5 25
Bersih
2 Aksesibilitas 4 1 4 5 20
3 Arahan RTRW 3 1 3 5 15
4 Fungsi Kawasan 2 1 2 5 10

5 Sempadan Sungai 4 1 4 5 20
6 Kawasam Tidak 4 1 4 5 20
Terbangun
7 Kemiringan Lereng 4 1 4 5 20
8 Kawasan Rawan 4 1 4 5 20
Banjir
Jumlah 30 150
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Setelah menghasilkan skor minimal dan maksimal maka selanjutnya


mencari kelas klasifikasi kesesuaian lahan permukiman dengan menggunakan
metode aritmatika. Dengan rumus sebagai berikut:
IK= Range/K
IK=150-30/3
IK= 40

Keterangan: IK = Interval Kelas


Range = Skor minimum skor maksimum
K = Banyaknya kelas yang diinginkan

Dari perhitungan di atas maka diperoleh interval kelas kesesuaian lahan


permukiman yaitu 40 dan klasifikasi kesesuaian lahan permukiman terbagi
menjadi tiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 28 kelas kesesuaian
lahan permukiman.

Tabel 28. Kelas Kesesuaian Lahan Permukiman


No Klasifikasi Interval kelas
1 Sesuai 110-150
2 Cukup Sesuai 70-109

89
3 Tidak Sesuai <69
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Penggabungan variabel dilakukan dengan menggunakan aplikasi Arcgis
untuk memperoleh hasil yang menunjukkan kesesuiam lahan . Hasil ini dilakukan
dengan proses analisis overlay/superimpose, Penentuan kesesuaian lahan
permukiman berdasarkan nilai dan bobot dari seluruh aspek setiap Indikator.
Kemudian dilakukan penjumlahan semua skor indikator. Berikut persamaan untuk
menghitung tingkat kesesuaian lahan permukiman. Hasil yang diperoleh akan
menunjukkan kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Kambu.
Skor Variabel = (nilai Variabel x bobot Variabel)

Kesesuian Lahan Permukiman = Skor Air Bersih + Skor Aksesibilitas + Skor Fungsi Kawasan
+ Skor Sempadan Sungai + Skor Kawasan Terbangun + Skor Arahan RTRW+ Skor Kemiringan
Lereng+ Skor Kawasan Rawan Banjir

Gambar 16. Ilustrasi Analisis Overlay/superimpose

90
Tabel 29. Indikator Kesesuaian Lahan Permukiman
Nilai Skor Total
No Variabel Bobot
1 2 3 4 5
1 Air bersih 5 Belum Terlayani - Zona Rencana - Zona Pelayanan
PDAM PDAM PDAM
2 Aksesibilitas 4 Jalan Kolektor - Jalan Kolektor - Jalan Kolektor dan
dan Lingkungan dan Lingkungan <500 m
>1000 m Lingkungan
500-1000m
3 Arahan RTRW 3 Kawasan resapan Kawasan Pelayanan Perdagangan Permukiman
air, Hutan pendidikan umum dan jasa,
Mangrove, Taman tinggi Pemerintahan
1. <69 = tidak Sesuai
Kota, Kawasan provinsi
2. 70-109 = Agak
Pertahanan
Sesuai
4 Fungsi kawasan 2 Kawasan Lindung - Kawasan - Kawasan budidaya
3. >110 = Sesuai
Penyangga
5 Sempadan sungai 4 Sempadan Sungai Sempadan Sempadan Sungai
Besar: <50m Sungai Besar: >100m
Kecil: <5m Besar: 50- Kecil: >10m
100m
Kecil: 5-10m
6 Kawasan 4 Kawasan - - - Kawasan Tidak
terbangun Terbangun terbangun
7 Kemiringan 4 0-8% - 8-15% - 15-25%
Lereng
8 Kawasan Rawan 4 Daerah Rawan - - - Daerah Tidak Banjir
Banjir Banjir
Sumber: Hasil Analisis, 2016

92
Gambar 17. Kesesuaian Lahan Permukiman di Kecamatan Kambu
Dari hasil analisis maka dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan permukiman di
Kecamatan Kambu yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 30 dan gambar 17.

Tabel 30. Kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Kambu


No Kelurahan Luas wilayah Klasifikasi Kesesuaian
(Ha)
Sesuai Cukup Tidak
Sesuai Sesuai
1 Padaleu 567,86 129,60 132.67 -

93
2 Kambu 286,31 204,56 304,72 63,06
3 Mokoau 1086,46 627,10 375,42 83,93
4 Lalolara 262,27 30,49 134,14 121.72
Jumlah 2202,90 991,75 946,65 268,71
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Hasil penggambungan peta indikator kesesuaian lahan permukiman


menghasilkan kelas seperti pada tabel di atas. Ada dua kelurahan yang memiliki
kelas sesuai untuk lahan permukiman paling besar, yakni Kelurahan Mokoau dan
Kelurahan Kambu, dimana pada kedua kelurahan tersebut terdapat dua kelas
kesesuaian lahan yang paling besar yaitu kelas sesuai dan kelas cukup sesuai.
Sehingga kedua kelurahan tersebut dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi
prioritas pengembangan permukiman di Kecamatan Kambu.
Hasil analisis kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Kambu yang
menghasilkan tiga kelas kesesuaian lahan permukiman yakni sesuai untuk lahan
permukiman, cukup sesuai untuk lahan permukiman dan tidak sesuai untuk lahan
permukiman. Berikut penjelasan mengenai kelas kesesuaian lahan permukiman di
Kecamatan Kambu.
a. Satuan kawasan dengan klasifikasi sesuai
Kawasan dengan klasifikasi sesuai untuk permukiman memiliki luas sebesar
991,75 Ha. Kelurahan dengan kesesuaian paling besar berada di Kelurahan
Mokoau dengan luas 627,10 Ha, kemudian Kelurahan Kambu dengan luas 204,56
Ha, sedangkan kelas kesesuaian yang paling kecil yakni pada Kelurahan Lalolara
dengan luas 30,49 Ha.
Satuan kawasan dengan klasifikasi sesuai untuk lahan permukiman,
berdasarkan hasil analisis memiliki karakteristik berada pada kemiringan lereng 0-
8% dengan kelas lereng termasuk kategori landai, tidak berada pada kawasan
rawan banjir, dan berada pada kawasan budidaya untuk pengembangan
permukiman. Arahan rencana ruang Kota Kendari pada lokasi penelitian
menunjukkan lokasi peruntukan permukiman, perdagangan dan jasa, dan pusat
pemerintahan provinsi.
Klasifikasi sesuai untuk lahan permukiman terletak kurang dari 500 meter
termasuk kategori dekat dan mampu ditempuh dengan berjalan kaki, tidak berada

94
pada kawasan sempadan sungai, berada pada kawasan tidak terbangun yang tidak
produktif seperti tegalan, kebun campuran, alang-alang, dan lahan kosong sudah
tersedia air bersih yang bersumber dari PDAM dan termasuk dalam rencana
pengembangan air bersih PDAM.
b. Satuan kawasan dengan klasifikasi cukup sesuai
Kawasan untuk klasifikasi cukup sesuai untuk lahan permukiman seluas
946,65 Ha. Kelurahan yang memiliki luas paling besar terhadap kelas kesesuaian
lahan permukiman cukup sesuai yakni Kelurahan Mokoau dengan luas 375,42 Ha,
kemudian Kelurahan Kambu 304,72 Ha dan yang paling kecil Kelurahan Padaleu
132,67 Ha.
Klasifikasi lahan permukiman cukup sesuai berada pada kemiringan lereng 8-
15% yang termasuk dalam kategori datar, untuk kategori kemiringan lereng ini
butuh penanganan khusus untuk pengembangan permukiman, berada pada
kawasan resiko banjir, berada pada kawasan budidaya. Arahan rencana tata ruang
mengarahakan pada lokasi cukup sesuai untuk lahan permukiman berada pada
pusat pelayanan dan pendidikan tinggi.
Klasifikasi cukup sesuai untuk lahan permukiman aksesibilitasnya agak
rendah karena berada pada jarak 500-1000 meter dari jalan lokal, kawasan ini
berada sempadan sungai dengan jarak 50-100 meter untuk sungai besar dan 5-10
meter untuk sungai kecil di tengah permukiman, dan berada pada kawasan tidak
terbangun namun berada di kawasan pendidikan tinggi dan pusat pelayanan,
jaringan air bersih sudah terlayani di sebagian wilayah kelurahan, sehingga warga
menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur dan sumur bor. Untuk
klasifikasi cukup sesuai pada kesesuaian lahan permukiman dibutuhkan
penanganan atau pertimbangan khusus untuk melakukan pengembangan
permukiman.
c. Satuan kawasan permukiman dengan klasifikasi tidak sesuai
Kawasan yang tidak sesuai untuk lahan permukiman seluas 268,71 Ha. Kelas
tidak sesuai untuk lahan permukiman berada di tiga kelurahan yakni Kelurahan
Lalolara 121,72 Ha, Kelurahan Mokoau 83,93 Ha, dan Kelurahan Kambu 63,06
Ha.

95
Klasifikasi tidak sesuai untuk lahan permukiman ini berada pada kemiringan
lereng agak curam dengan kelas 15-25%, berada pada daerah resiko banjir, berada
pada kawasan penyangga sehingga tidak diperbolehkan untuk melakukan
pengembangan permukiman. Dalam arahan rencana tata ruang Kota Kendari
lokasi yang tidak sesuai untuk permukiman berada pada kawasan resapan air,
hutan mangrove , kawasan pertahanan, dan rencana taman kota.
Kawasan tidak sesuai untuk permukiman aksesibilitasnya mudah dijangkau,
namun berada pada kawasan tidak terbangun yang produktif yakni tambak, berada
pada kawasan sempadan sungai, dan belum terlayani sumber air dari PDAM dan
masih menggunakan sumur dan sumur bor untuk masing-masing rumah. Untuk
klasifikasi tidak sesuai ini, tidak dianjurkan untuk melakukan pengembangan
permukiman.

B. Analisis Lokasi Prioritas Pengembangan Permukiman di Wilayah Sub


Urban Kota Kendari
Berkembangnya Kecamatan Kambu sebagai pusat pengembangan
permukiman baru di Kota Kendari, didasari oleh perkembangan kawasan
pendidikan tinggi dan pusat pemerintahan provinsi. Permukiman berkaitan
langsung dengan aktivitas-aktivitas manusia. Setelah mengetahui lokasi yang
sesuai untuk pengembangan permukiman, selanjutnya menentukan lokasi-lokasi
prioritas untuk pengembangan permukiman di Kecamatan Kambu. Indikator yang
digunakan untuk penentuan lokasi prioritas pengembangan permukiman
berdasarkan kondisi eksisting lokasi penelitian yakni harga lahan, faktor
ketersediaan sarana dan prasarana, dan aksesibilitas. Berikut indikator yang
digunakan dalam lokasi prioritas pengembangan permukiman.

1. Analisis Harga Lahan


Salah satu pertimbangan penduduk dalam memilih lokasi permukiman yaitu
harga lahan. Seperti yang diungkapkan Richard M. Hurds dalam Haikal Ali (1996)
dengan teori Bid-Rent yang menyatakan bahwa nilai lahan sangat tergantung pada
kemauan dan kemampuan untuk membayar karena faktor ekonomi dan keinginan
tinggal di lokasi dan kedekatan.

96
Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) menjelaskan hubungan antara harga
tanah dengan pencapaian atau aksesibilitas yang diukur dengan jarak dari pusat
kota. Pencapaian atau akses akan semakin menurun secara bertahap ke semua arah
dari pusat kota, sehingga harga tanah akan semakin berkurang seiring dengan
makin jauhnya lokasi tersebut terhadap pusat kota. Tanah yang berada di
sepanjang jalan utama harga sewanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan
harga sewa tanah yang tidak berada di jalan utama.
Nilai lahan dapat dikatakan harga lahan yang diukur dari kemampuan
ekonomis penduduk untuk menempati suatu lokasi. Semakin tinggi ekonomi
penduduk, maka akan mampu menempati lokasi-lokasi strategis kota, karena
mampu membayar dengan harga yang tinggi. Lokasi-lokasi yang strategis
biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya.
Aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah
suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan
tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari
lokasi lain disekitarnya (Tarigan,2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas
dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai
sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta
kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.
Secara umum semua kelurahan di Kecamatan Kambu sudah memiliki
aksesibilitas yang baik karena sudah tersedia jaringan Jalan dan tersedianya
transportasi umum massal. Dalam pemilihan lokasi permukiman sangat
dipengaruhi dengan keberadaan aksesibilitas, karena menyangkut dengan
kemudahan untuk menjangkau pusat-pusat kegiatan atau fasilitas umum yang
berada di Kecamatan Kambu maupun yang berada di Kecamatan lainnya.
Harga lahan di Kecamatan Kambu dipengaruhi oleh ketersediaan jaringan
jalan, pusat aktivitas seperti kawasan pendidikan tinggi, pusat pemerintahan
provinsi, Rumah Sakit Abunawas Kendari, dan jarak capai terhadap pusat kota.
Kondisi harga lahan di Kecamatan Kambu sebagai salah satu wilayah sub urban di
Kota Kendari sangat bervariasi di setiap kelurahan. Semakin dekat dengan jalan
utama dan pusat aktivitas seperti kawasan pendidikan tinggi, dan pusat

97
pemerintahan provinsi maka semakin tinggi harga lahan. Untuk harga lahan di
Kecamatan Kambu dapat dilihat pada tabel 31 di bawah.
Tabel 31. Kisaran Harga Lahan di Kecamatan Kambu
No Kelurahan NJOP (Rp/m2)
1 Padaleu 200.000 500.000
2 Kambu 350.000 2.000.000
3 Mokoau 150.000 500.000
4 Lalolara 300.000 2.000.000
Sumber: Observasi Lapangan, 2016

Secara umum harga lahan di Kecamatan Kambu sudah sesuai dengan teori
lahan perkotaan. Harga lahan tertinggi di Kecamatan Kambu berada pada lokasi
yang memiliki kondisi aksesibilitas baik seperti lokasi yang tersedia jaringan jalan
dan transportasi umum massal. Harga lahan menurut NJOP paling tinggi di
Kecamatan Kambu yaitu Kelurahan Kambu dan Kelurahan Lalolara yakni
berkisar antara Rp350.000- Rp2.000.000/meter dan di Kelurahan Lalolara harga
lahannya berkisar antara Rp300.000 Rp2.000.000/meter. Karena pada Kelurahan
tersebut sudah tersedia jaringan jalan, transportasi umum massal, jarak capai
terhadap pusat aktivitas seperti kawasan pendidikan tinggi, pusat pemerintahan
provinsi, Rumah Sakit Abunawas Kendari dan jarak capai terhadap pusat kota
juga tergolong dekat. Kelurahan Kambu dan Kelurahan Lalolara memiliki jarak
kurang lebih 5 km dengan pusat Kota Kendari, dan harga lahan terus menurun bila
semakin jauh dari jaringan jalan, tidak tersedianya transportasi umum massal.
Sedangkan untuk Kelurahan Mokoau dan Kelurahan Padaleu merupakan
lokasi pembangunan pusat pemerintahan provinsi, ibukota Kecamatan Kambu.
Kelurahan Mokoau dan Kelurahan Padaleu Juga sudah tersedia jaringan jalan, dan
pada Kelurahan Mokoau sudah terlayani transportasi umum massal sehingga
mulai dilirik untuk pengembangan permukiman. Namun kondisi kelurahan yang
belum ramai dan lahan yang relatif miring antara 8-15% membuat harga lahan
saat ini di kelurahan tersebut masih tergolong murah karena membutuhkan biaya
lebih untuk membangun rumah. Harga lahan di Kelurahan Mokoau yaitu
Rp150.000-Rp500.000/meter dan harga lahan di Kelurahan Padaleu yang berada
dekat dengan Kelurahan Mokoau berkisar antara Rp200.000 - Rp500.000. Dalam

98
pemilihan lokasi prioritas permukiman salah satu pertimbangannya yakni harga
lahan, semakin dekat dengan jaringan jalan dan memiliki harga lahan murah maka
semakin menjadi prioritas untuk dijadikan pengembangan permukiman.

2. Analisis Pusat Kegiatan Permukiman


Penentuan pusat kegiatan permukiman, dengan melihat ketersediaan sarana
pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Kambu. Arahan RTRW Kota
Kendari, Kecamatan Kambu menjadi pusat kawasan pendidikan tinggi dan
kawasan pusat pelayanan pemerintahan. Penentuan pusat pelayanan permukiman
berdasarkan kelurahan di wilayah sub urban Kota Kendari Kecamatan Kambu
berdasarkan ketersediaan sarana. Analisis yang digunakan yaitu menggunakan
analisis skalogram dengan data-data sekunder mengenai sarana di Kecamatan
Kambu.
Penentuan pusat kegiatan permukiman berdasarkan kelurahan dimaksudkan
untuk menentukan lokasi-lokasi prioritas pengembangan permukiman. Sarana
yang mendukung kegiatan penduduk permukiman yaitu, sarana kesehatan, sarana
pendidikan, sarana peribadatan, sarana kesehatan dan sarana perdagangan dan
jasa. Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk juga dibutuhkan dalam
analisis ini. Berdasarkan data-data tersebut kemudian dinilai sarananya, semakin
lengkap sarananya maka kelurahan tersebut dapat menjadi lokasi prioritas
pengembangan permukiman. Berikut tabel jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk pada tabel 32.

Tabel 32. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Luas
Jumlah Kepadatan Penduduk
No Kelurahan Wilayah
Penduduk (Jiwa) (Jiwa/ha)
(ha)
1. Padaleu 567,86 5.104 9
2. Kambu 286,31 9.400 33
3. Mokoau 1086,46 3.070 3
4. Lalolara 262,27 13.859 53
Jumlah 2202,90 31.433 14

99
Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan

Akademi/
Kepadata

Puskesmas

Poskesdes
Posyandu
Luas Jumlah

Praktek
Tempat
Rumah

Dokter

Apotik

Bidan
Pustu
No Kelurahan n Per

Sakir
SMU
SMP
TK

SD
2
(Km ) Penduduk
Km2

Perguruan
Tinggi
1 Padaleu 3.44 5.104 1.483 3 2 1 2 1 1 1
2 Kambu 4.01 9.400 2.344 3 5 1 1 5 1 1 3 7 6
3 Mokoau 12.52 3.070 245 2 1 1 1 3 1 1
4 Lalolara 4.66 13.859 2.974 2 5 2 6 3 3 1
Sumber: Kecamatan Kambu dalam angka 2015

Sarana yang tersedia di Kecamatan Kambu pada tiap-tiap kelurahan yaitu


sarana pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, Akademi, dan Perguruan Tinggi), sarana
kesehatan ( Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Apotik dan Praktek Dokter), sarana
peribadatan (Masjid dan Gereja), dan sarana perdagangan dan jasa (minimarket,
warung, restoran dan rumah makan). Jumlah sarana di Kecamatan Kambu
berdasarkan kelurahan dapat dilihat pada tabel 33 dan tabel 34 serta pada gambar
18,19, dan 20.
Tabel 33. Jumlah Sarana Pendidikan dan Sarana Kesehatan di Kecamatan Kambu

Sumber: Kecamatan Kambu dalam angka tahun 2016

Tabel 34. Jumlah Sarana Peribadatan dan Sarana Perdagangan dan Jasa di
Kecamatan Kambu
Sarana Peribadatan Sarana Perdagangan dan Jasa Total
Surau Langgar/

Minmarket

Restoran

N Makan
Masjid

Vihara

Umum
Gereja

Kedai
Kelurahan
Pasar

Hotel
Pura

Mall

1 Padaleu 6 1 1 41 33
2 Kambu 9 5 4 1 117 169
3 Mokoau 14 21 46
4 Lalolara 13 1 5 109 153
Sumber: Kecamatan Kambu dalam angka tahun 2016

100
Gambar 18. Peta Sebaran Sarana Pendidikan Kecamatan Kambu

101
Gambar 19. Peta Sarana Kesehatan Kecamatan Kambu

102
Gambar 20. Peta Sarana Peribadatan Kecamatan Kambu

103
Dari data jumlah sarana di Kecamatan Kambu, selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui jumlah sarana yang tersedia di masing-masing kelurahan yang dapat
menjadi lokasi prioritas pengembangan permukiman di Kecamatan Kambu.
Selanjutnya masing-masing sarana dianalisis menggunakan analisis Skala
Gutmann dimana pada tabel, sarana yang tersedia diberi angka 1 sedangkan untuk
yang tidak tersedia diberi angka 0. Analisis Skala Gutmann dapat dilihat pada
tabel 35.
Sara
Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan
Periba

Dokter Tempat Praktek


Perguruan Tinggi Akademi/

Jamu/Obat Toko Khusus

Langgar/surau
Bidan Praktek
Rumah Sakit
Puskesmas

Poskesdes
Posyandu
No Kelurahan

Masjid
Apotik
Pustu
SMU
SMP
TK
SD

1 Padaleu 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1
2 Kambu 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
3 Mokoau 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
4 Lalolara 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Tabel 35. Analisis Skala Gutmann Sarana di Kecamatan Kambu

Sumber: Hasil Analisis, 2016

104
Berdasarkan hasil analisis skala gutmann pada tabel 36, kemudian
mengeluarkan kelurahan yang menjadi lokasi prioritas pengembangan
permukiman berdasarkan ketersediaan sarana. Untuk menentukan hirarki pusat
pelayanan dihitung menggunakan rumus aritmatika dengan rumus:
IK= Sarana tertinggi- sarana terendah/ jumlah hirarki
IK= 16-10/3
IK=2

Setelah mendapatkan interval hirarki pusat pelayanan, maka dihasilkan empat


tingkat hirarki pelayanan yaitu hirarki I dengan total sarana 16-14, hirarki II
dengan jumlah sarana 14 -12, dan hirarki III 12-10. Hirarki pusat pelayanan
permukiman di Kecamatan Kambu dapat dilihat pada tabel 36.

Tabel 36. Hirarki pusat pelayanan permukiman di Kecamatan Kambu


No Kelurahan Luas(Km2) Jumlah Jumlah Hirarki
. Penduduk sarana pelayanan
(jiwa)
1 Padalaeu 4.01 9.400 13 II
2 Kambu 12.52 3.070 16 I
3 Mokoau 3.44 5.104 10 III
4 Lalolara 4.66 13.859 12 II
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 36, Kelurahan Kambu merupakan pusat
pelayanan hirarki I, pusat pelayanan hirarki II yaitu Kelurahan Padaleu dan
Kelurahan Lalolara, dan pusat pelayanan hirarki IV yaitu Kelurahan Mokoau.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 22.

105
Gambar 21. Peta Hirarki Pelayanan Sarana di Kecamatan Kambu

106
3. Analisis Prasarana
Penentuan lokasi prioritas pengembangan permukiman, salah satu
pertimbangan utamanya yaitu tersedianya prasarana permukiman untuk
menunjang aktifitas penduduk permukiman. Pengembangan permukiman akan
mendorong penyediaan prasarana dasar, dan sebaliknya pembangunan prasarana
dilakukan karena berkembangnya permukiman. Untuk menentukan lokasi
prioritas pengembangan permukiman harus didukung oleh prasarana dasar.
Prasarana dasar yang dapat menujang kawasan permukiman ialah jaringan listrik,
jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan telepon, dan aksesibilitas.
a. Jaringan Listrik
Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana dasar yang menjadi
kebutuhan dasar dalam menunjang aktifitas masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat modern di perkotaan, sebagian besar kegiatan masyarakat bergantung
pada peralatan elektronik. Sehingga ketersediaan jaringan listrik sangat
dibutuhkan dalam kawasan permukiman. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan Lingkungan perumahan di
Perkotaan, setiap lingkungan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau
sumber lain.
Semua kelurahan di Kecamatan Kambu telah terlayani oleh listrik dari PLN,
namun ada sebagian wilayah kelurahan yang belum terlayani listrik seperti pada
penggunaan lahan kebun campura dan tegalan. Sehingga untuk lokasi yang sesuai
berdasarkan kesesuian lahan permukiman perlu dilakukan pengembangan jaringan
listrik untuk dapat dijadikan lokasi prioritas pengembangan permukiman di
Kecamatan Kambu.
b. Jaringan Drainase
Jaringan drainase merupakan prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan yang terdapat pada lingkungan perumahan. Untuk menghindari
genangan air pada permukiman, diperlukan jaringan drainase pada lingkungan
permukiman yang terintegrasi dengan jaringan drainase perkotaan.
Pada kawasan penelitian telah memiliki jaringan drainase, namun secara fisik
kondisi drainase yang sudah masih buruk dan sebagian belum terintegrasi dengan
baik, kurang terawat, dan belum semua jalan yang memiliki drainase. Pada saat ini

107
drainase hanya ada pada jalan arteri primer, arteri sekunder, jalan kolektor dan
sebagian jalan lokal. Kelurahan-kelurahan yang sebagaian besar wilayahnya sudah
memiliki drainase yaitu Kelurahan Kambu dan Kelurahan Lalolara, sedangkan
pada Kelurahan Padaleu dan Mokoau belum semua jalan memiliki drainase.
Kondisi drainase pada lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Kondisi eksisting drainase di lokasi penelitian

c. Jaringan Air bersih


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia. Sehingga,
ketersediaan air bersih pada lingkungan permukiman menjadi suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004
mengenai tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, setiap
lingkungan permukiman harus mendapatkan air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain.
Kondisi eksisting saat ini kelurahan di Kecamatan Kambu sebagian
wilayahnya sudah terlayani PDAM yang sumbernya berasal dari mata air dan air
permukaan Sungai Wanggu. Namun pada sebagian kelurahan pada lokasi
penelitian yang belum terlayani seperti Kelurahan Padaleu dan Mokoau,
penduduk menggunakan air yang berasal dari sumur. Sehingga diperlukan
pengembangan jaringan PDAM pada lokasi penelitian untuk menunjang aktifitas
penduduk.

108
Gambar 23. Peta Jaringan Prasarana di Kecamatan Kambu

109
4. Aksesibiltas
Salah satu pertimbangan dalam menentukan lokasi prioritas pengembangan
permukiman ialah aksesibilitas. Aksesibilitas yang tinggi dapat mempermudah
masyarakat untuk menjangkau fasilitas-fasilitas umum seperti sarana kesehatan,
sarana pendidikan, sarana perbelanjaan, sarana peribadatan, maupun fasilitas
lainnya. Dalam penentuan lokasi prioritas pengembangan permukiman indikator
aksesibilitas terbagi menjadi dua yaitu jaringan jalan dan moda angkutan yang
tersedia.
a. Jaringan Jalan
Ketersediaan jaringan jalan sangat mempengaruhi aksesibilitas untuk
menghubungkan lokasi prioritas pengembangan permukiman dengan kawasan
peruntukan lainnya. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004
mengenai tata cara perencanaan lingkungan di perkotaan, kawasan peruntukan
permukiman harus dilalui oleh jalan kolektor dan jalan lokal.
Kondisi saat ini permukiman-permukiman di lokasi penelitian yang sudah ada
tidak berada di jalan utama melainkan berada di jalan-jalan lokal dan kolektor, hal
ini sudah seseuai dengan SNI 03-1733-2004. Saat ini di Kecamatan Kambu pada
setiap kelurahan sudah tersedia jaringan jalan. Sehingga untuk lokasi prioritas
pengembangan permukiman indikator jaringan jalan sudah memenuhi untuk
pengembangan permukiman. Klasifikasi jaringan jalan yang terdapat di
Kecamatan Kambu yaitu jalan arteri primer yakni jalan Ahmad Nasution, jalan
arteri sekunder yakni Jalan Orinunggu, Jalan Boulevard, Jalan Haluoleo dan Jalan
Martandu, Jalan HEA Mokodompit yang memiliki fungsi kolektor primer, dan
jalan-jalan lokal yang mendukung lokasi prioritas pengembangan permukiman di
Kecamatan Kambu.

110
Gambar 24. Jalan Martandu (Jalan Arteri Sekunder)

Gambar 25. Kondisi Eksisting Jalan Lokal di Lokasi Penelitian

b. Transportasi Umum
Pertimbangan terhadap transportasi umum ini adalah dalam hal kemudahan
memperoleh angkutan umum, baik dari segi biaya, waktu maupun frekuensinya.
Moda angkutan merupakan suatu sarana yang mempengaruhi aksesibilitas suatu
kawasan permukiman. Moda angkutan umum juga mempengaruhi kemudahan
dalam menjangkau fasilitas-fasilitas umum dan pusat kota dari kawasan
peruntukan permukiman. Penentuan lokasi prioritas pengembangan permukiman
harus terlayani oleh moda angkutan umum untuk melayani penduduk permukiman
menjangkau fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Pada lokasi penelitian, semua kelurahan sudah terlayani transportasi umum
seperti angkutan kota (pete-pete), ojek, dan trans lulo. Angkutan kota (pete-pete)
dan Trans Lulo hanya melayani pada jalan-jalan utama saja yaitu pada jalan arteri
primer, arteri sekunder dan jalan kolektor. Angkutan kota (pete-pete) hanya
melayani dua kelurahan di Kecamatan Kambu yakni Kelurahan Lalolara dan
Kelurahan Kambu.
Transportasi umum Translulo saat ini berjumlah 8 unit yang melayani jalan-
jalan yang tidak dilalui oleh angkutan kota (pete-pete). Jalur Trans Lulo di lokasi
penelitian hanya melayani dua kelurahan yakni Kelurahan Kambu dan Mokoau.
Pada dua kelurahan tersebut terletak fasilitas kesehatan dan pusat pemerintahan
provinsi dan diletakkan beberapa halte di kedua kelurahan tersebut yaitu di Jalan
Martandu, Jalan Haluoleo, dan Jalan Boulevard untuk melayani permukiman di
Kecamatan Kambu dan menjangkau fasilitas umum dan sosial di Kota Kendari.

111
Gambar 26. Transportasi umum massal di Kota Kendari

Gambar 27. Peta Aksesibilitas di Kecamatan Kambu

112
Berdasarkan prasarana dan aksesibiltas pada gambar 24 dan 28, untuk
analisis lokasi prioritas pengembangan permukiman berdasarkan kelengkapan
prasarana dan aksesibilitas pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Kambu
menggunakan metode skor. Pemberian skor berdasarkan tingkat ketersedian
prasarana dan aksesibilitas di lokasi penelitian. Semakin tinggi skornya maka
semakin memenuhi untuk lokasi prioritas pengembangan permukiman dan
sebaliknya semakin rendah skornya maka semakin kurang memenuhi. Berikut
tabel pemberian skor terhadap ketersediaan prasarana dapat dilihat pada tabel 37.

Tabel 37. Skor ketersediaan prasarana dan aksesibilitas di Kecamatan Kambu


No. Klasifikasi Skor
1 3 Memenuhi
2 2 Cukup memenuhi
3 1 Kurang memenuhi
Sumber: Modifikasi dari Arief Hartadi (2009)

Tabel 38. Ketersediaan Prasarana di Kecamatan Kambu


N Keluraha Listrik Air bersih Draianse Jaringan Transportasi
o n Jalan umum
massal
1 Padaleu Terlayani Air Sumur, Tersedia Jalan Arteri
PLN sumur bor drainase pada sekunder,
sebagian jalan lokal
wilayah
2 Kambu Terlayani PDAM, Tersedia Jalan arteri Angkutan
PLN Air Sumur, draianse primer, arteri Kota,
sumur bor sekunder, Translulo
jalan lokal
3 Mokoau Terlayani Air Sumur Tersedia Jalan arteri Translulo
PLN dan sumur drainase pada sekunder,
bor sebagian jalan lokal
wilayah
4 Lalolara Terlayani PDAM, Tersedia Jalan arteri Angkutan
PLN Air Sumur, drainase primer, jalan kota
sumur bor arteri
sekunder,
jalan
kolektor dan
jalan lokal
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Setelah diketahui data ketersedian prasarana di Kecamatan Kambu,


selanjutnya dianalisis untuk mengetahui jumlah prasarana yang tersedia di

113
masing-masing kelurahan yang dapat menjadi lokasi prioritas pengembangan
pernukiman di Kecamatan Kambu. Selanjutnya masing-masing prasarana
diberikan skor berdasarkan tingkat pemenuhan prasarana. Perhitungan analisis
prasarana dan aksesibilitas pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel
39 sebagai berikut.
Tabel 39. Analisis ketersediaan prasarana dan aksesibilitas di Kecamatan Kambu
No Kelurahan Listri Air Draianse Jaringan Transportasi Total
k bersih Jalan umum
massal
1 Padaleu 3 2 1 3 0 9
2 Kambu 3 3 2 3 3 14
3 Mokoau 3 2 1 3 2 11
4 Lalolara 3 3 2 3 2 13
Sumber: Hasil Analisis, 2016

5. Lokasi Prioritas Pengembangan Permukiman di Kecamatan Kambu


Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan
Kambu, maka diketahui lokasi yang sesuai untuk lahan permukiman. Selanjutnya
menentukan lokasi prioritas pengembangan permukiman di Kecamatan Kambu.
Untuk menentukan lokasi prioritas pengembangan permukiman yaitu dengan
mempertimbangkan hasil analisis kesesuaian lahan permukiman, harga lahan ,
kelengkapan sarana, prasarana, dan aksesibilitas yang dapat mendukung aktifitas
penduduk di Kecamatan Kambu. Berdasarkan data pada masing-masing indikator,
kemudian indikator diberikan skor berdasarkan tingkat pengaruh terhadap
penentuan lokasi prioritas pengembangan permukiman. Berikut skor yang
diberikan untuk masing-masing indikator pada tabel 40.

Tabel 40. Skor indikator lokasi prioritas pengembangan permukiman


Skor Kelas
3 Baik
2 Cukup Baik
1 Tidak Baik
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Untuk penentuan interval skor pada masing-masing indikator menggunakan
rumus aritmatika sebagai berikut:
Interval kelas = Range/jumlah kelas
Keterangan: IK = Interval Kelas
Range = Skor minimum skor maksimum

114
Jumlah kelas = Banyaknya kelas yang di inginkan
No Kelurahan Luas (km2) Harga Lahan Sarana Jumlah
(Rp/meter) Prasarana d
aksesibilt
1 Padaleu 4.01 350.000-2.000.000 Hirarki 2 9

No Kelurahan 2 Kambu
Luas (km2) Harga Lahan 12.52
Sarana 300.000-2.000.000
Prasarana dan Hirarki 1 Kesesuaian Lahan
Kelas 14
aksesibiltas Permukiman
3 Mokoau 3.44 150.000-500.000 Hirarki 3 13
Sesuai Cukup
4 Lalolara 4.66 200.000-500.000 Hirarki 2 11
sesuai
1 Padaleu 4.01 1 2 1 2 1
2 Kambu 12.52 1 3 3 3 3
3 Mokoau 3.44 3 1 3 3 3
4 Lalolara 4.66 3 2 2 1 1

Tabel 41. Jumlah Ketersediaan Indikator Pendukung Lokasi Prioritas


Pengembangan Permukiman
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Tabel 42. Analisis Skor Indikator Lokasi Prioritas Pengembangan Permukiman


Sumber: Hasil Analisis, 2016

115
Pada tabel 42 diatas diketahui jumlah skor terhadap indikator pendukung
lokasi prioritas pengembangan permukiman. Kemudian semua skor indikator
dijumlahkan untuk mengetahui skor total untuk masing-masing kelurahan di
Kecamatan Kambu. Total skor tersebut kemudian dibagi menjadi 3 kelas dengan
menggunakan metode aritmatika untuk menentukan kelurahan-kelurahan mana
saja dapat menjadi prioritas untuk pengembangan permukiman di Kecamatan
Kambu. Berikut jumlah kelas yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis.
Interval kelas = 13-7/3
Interval Kelas = 2

Berdasarkan hasil analisis, maka diperoleh lokasi prioritas pengembangan


permukiman yang terbagi menjadi tiga kelas yaitu sebagai berikut:

Tabel 44. Rentang skor lokasi prioritas pengembangan permukiman


No Kelas Rentang Skor
1 Prioritas 1 >11
2 Prioritas 2 9-11
3 Prioritas 3 <9
Sumber: Hasil Analisis,2016

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh hasil untuk kelurahan-kelurahan


prioritas pengembangan permukiman di Kecamatan Kambu. Untuk prioritas
pertama terletak di dua kelurahan yakni Kelurahan Kambu dan Kelurahan
Mokoau. Untuk prioritas kedua terletak di Kelurahan Lalolara, sedangkan
Kelurahan Padaleu menjadi prioritas ketiga untuk pengembangan permukiman di
Kecamatan Kambu. Berikut peta hasil analisis lokasi prioritas pengembangan
permukiman dapat dilihat pada gambar 28.

116
Gambar 28. Peta lokasi Prioritas Pengembangan Permukiman di Kecamatan
Kambu

117

Anda mungkin juga menyukai