Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMASI FISIKA I

SIFAT TURUNAN SERBUK

OLEH KELOMPOK 5:

Dellaviana Ariska

Edo saputra azra

Hajrah Miranda

Heni hariani ardi

Kurnia ulfa h

Mitha serli yuliana

Sharifah shaniyah

Riza luthfia sari

Rani fauziah

DOSEN : Rahmadona, M.Si Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan

volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis adalah perbandingan antara

bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan. Dan

Massa jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu

tertentu (biasanya 250).

Density merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan merupakan

perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari

suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan

massa suatu senyawa,kerapatannya makin besar. Kerapatan dan bobot jenis dari tiap senyawa

berbeda-beda.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat berbeda satu

dengan yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat,

berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena

kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan

kejadian lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut.

Kerapatan merupakan rasio massa suatu senyawa dengan volumenya. Bila kerapatan suatu

senyawa lebih besar daripada kerapatan air, maka senyawa tersebut akan tenggelam dalam air.

Namun, apabila kerapatannya lebih kecil maka senyawa tersebut akan mengapung di atas air.

Perbedaan kerapatan suatu zat terkadang dapat pula dilihat dari kemampuannya

untuk bercampur. Kerapatan merupakan defenisi lama dari bobot jenis. Bobot jenis yaitu

perbandingan antara bobot sejumlah volume zat dengan bobot


Dalam dunia kesehatan, cairan merupakan salah satu bahan dasar untuk pembuatan obat.

Zat aktif dapat larut dalam cairan dipengaruhi oleh massa jenis. Dengan demikian maka

penentuan bobot dan massa jenis merupakan salah satu kegiatan yang sangat substansial

dilakukan untuk memformulasikan obat sehingga dapat diperoleh suatu sediaan farmasi yang

ideal dan sempurna.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa itu density


1.2.2 Metode penentuan bobot jenis dan rapat jenis
1.2.3 Apa itu density benar ( sejati )
1.2.4 Apa itu density nyata
1.2.5 Apa itu density mampet
1.2.6 Apa itu factor hausner

1.3. TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Mengetahui defenisi density

1.3.2 Mengetahui metode penentuan bobot jenis dan rapat jenis

1.3.3 Mengetahui defenisi density benar ( sejati )

1.3.4 Mengetahui defenisi nyata

1.3.5 Mengetahui defenisi mampet

1.3.6 Mengetahui apa itu factor hausner

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan

volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25 C). Rapat jenis (specific gravity) adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai

25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25/25 C.

Rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat

terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang

sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan

padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama

menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai

standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat

menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu

yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk

menghitung bobot jenisnya.


2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya

juga menjadi lebih besar.


3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula

dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta

kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.


4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
2.2. METODE PENENTUAN BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS

Metode penentuan bobot jenis dan rapat jenis untuk cairan

1. Metode Piknometer.

Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang,

yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang

dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga

mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.

Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik.


Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan

ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal.

Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh

menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan

penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang

singkat dan mudah dlaksanakan.

4. Metode areometer.

Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam, sumbu)

didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak

diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

2.3. DENSITY BENAR ( SEJATI )

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.

2.4. DENSITY NYATA

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi

termasuk pori yang tertutup.

2.5. DENSITY MAMPET


Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti

titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran

spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan

senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi

2.7. FACTOR HAUSNER

Perbandingan antara bobot jenis mampat (Dt) dan bobot jenis murni (Do) dinamakan

faktor Hausner :

Makin menigkat kemampuan untuk dikempa ( bj rendah ), makin kurang daya

mengalirnya. Makin berkurang kemampuan untuk dikempa ( BJ tinggi ), makin besar daya

mengalirnya.

BAB III
KESIMPULAN

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat

pada suhu tertentu (biasanya 25 C). Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara

bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25 o /25o, 25o/4o, 4o,4o).

Untuk bidang farmasi biasanya 25/25 C.

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994):

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan

tertutup.

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi

termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif

Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti

titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan

besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan

kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (Lachman, 1994).

Factor hausner
Perbandingan antara bobot jenis mampat (Dt) dan bobot jenis murni (Do). Makin

menigkat kemampuan untuk dikempa ( bj rendah ), makin kurang daya mengalirnya. Makin

berkurang kemampuan untuk dikempa ( BJ tinggi ), makin besar daya mengalirnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI Press
Dirjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Departemen kesehatan RI
Lachman, Leon. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: Universitas Indonesia
Muda, M. 2011. Laporan Kimia Analisis. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Kebangsaan
Parrot. 1971. Pharmaceutical Technology. Lowa: University of Lowa
Pratama, T. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar: Jurusan Farmasi UNHAS
Suharno, D. 2011. Laporan Penentuan Bobot Jenis Percobaan 2. Kendari: Universitas

Haluoleo
Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Anda mungkin juga menyukai