Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

MORBILI

Disusun oleh:
dr. Dinar Wulan Haeruddin

Pembimbing:
dr. Arifian Wijaya

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


RSUD SAMARINDA MEDIKA CITRA
2016
BAB I
LAPORAN KASUS

Identitas pasien :
Ruang perawatan : RPA
Nama : An. HS
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 6 Tahun
Alamat : Separi

Anamnesis
Anamnesis didapatkan dari Heteroanamnesia terhadap ibu pasien yang
dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2016 pukul 09.00 WITA.

Keluhan Utama
Demam dan timbul bintik bintik merah di badan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami demam selama 5 hari SMRS yang disertai dengan muncul
bintik- bintik kemerahan disertai rasa gatal diseluruh tubuh 1 hari SMRS. Bintik
merah tersebut muncul pertama kali didaerah wajah lalu menyebar hingga ke seluruh
tubuh. Pasien juga mengalami nyeri menelan, batuk , pilek dan BAB cair 2x.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien pernah dirawat di RS dengan diagnosa demam Tifoid pada tanggal 27 Maret
2016

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat Sosio-ekonomi
a. Pasien tinggal bersama bapak, ibu, dan neneknya.
b. Rumah terbuat dari beton, terdapat 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur,
kamar mandi dengan wc di dalam rumah. Ventilasi cukup.
c. Jarak rumah satu dengan yang lainnya cukup dekat.
d. Kesadaran untuk menjalankan hidup bersih dan sehat cukup.
e. Sumber air minum : air yang dimasak. Sumber air untuk MCK : air
PDAM.
f. Listrik dari PLN.
g. Pasien memiliki jaminan kesehatan BPJS

Riwayat Imunisasi

Pasien hanya mendapatkan imunisasi saat berusia 0 bulan

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 04 Agustus 2016 (pukul 09.00 WITA)
Keadaan Umum
Kesan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 104 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu aksiler : 39,4 C
BB : 14,6 kg
Kepala
Mata :Cowong (-), edema preorbita (-/-), anemis
(-), ikterik (-), pupil 3 mm / 3 mm, Reflek cahaya +/+
Hidung : sumbat (-), bau (-), selaput putih (-)
Telinga : Bersih, Bau (-), sakit (-)
Mulut : Lidah bersih, tonsil dan faring hiperemis (+).
UUB : Cembung

Leher
Pembesaran kelenjar : (-)
Kulit
Kering dengan turgor kulit baik, terdapat makula dan papula eritematosa di seluruh
tubuh .

Dada
Inspeksi : Dinding dada simetris D et S, retraksi
suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Palpasi : krepitasi (-), fremitus suara simetris D et S.
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada ICS V MCL Sinistra
Perkusi : Batas Kiri = ICS V MCL Sinistra
Batas Kanan = ICS IV PSL Dextra
Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)

Abdomen
Inspeksi : Flat, massa (-),
Palpasi : soefl, nyeri tekan (-),
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas
Akral hangat, edem (-).
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap

Tanggal 25 Februari 2017


Hb ( g/dl) 12.5
Ht (%) 41,2
Trombosit/ mm3 259.000
Leukosit / mm3 4.800
Diagnosis Kerja : Morbili
Terapi :
- IVFD RL 14 tpm
- Inj. Sanpicillin 4 x 300mg
- PCT syrup 3 x 1 1/4 cth
- Lapifed DM 3 x 1 cth
- VItamin A 200.000 IU 1x

Prognosis : Dubia ad bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa
Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam
bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Dampak penyakit campak di
kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan
pasca campak, sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru
menjadi lebih parah setelah sakit campak berat.

ETIOLOGI
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan
virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah,
urin paling tidak selama masa prodormal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.
Virus campak adalah orgaisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada
di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilanga 60%
sifat infektifnya. Virus aan tetap aktif minimal 34 jam pada temeratur kamar, 15
minggu di dalam oengaetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35o, beberapa
hari pada suhu 0 oC dan tidak aktif pada pH rendah/.

PATOGENESIS
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi
virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring Infeksi virus pertama pada
saluran nafas sangat minimal, Kejadian yang lebih penting adala peneybaran oertama
virus campak ke jaringan limfatik regoinal yang menyebabkan viremia primer.
Setelah itu terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan
limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Setelah 5-7 hari infeksi
terjadi viremia sekunder yang ekstensf dan menyebabkan terjadinya infeksi campak
secara umum. Kulit, konjungtiva dan saluran nafas aadalah temoat yang jelas terkena
infeksi,. Dari hari ke11-14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas dan
organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat
dalam waktu 2-3 hari. Selama bereplikasi infeksi virus campak akan bereplikasi di
dalam sel endotel, sel epitel, monosit dan makrofag.
Tabel patogenesis infksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan oermukaan epitel


nasofaring/ konjungtiva; infeksi pad sel epitel dan multiplikasi
konjungiva

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

3-5 Multiplikasi virus campak apada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7 Viremia sekunder

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

MANIFESTASI KLINIK

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:


A. Stadium kataral (prodormal) Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari
dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul
bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul
pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-
kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa
mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza.
B. Stadium erupsi Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya
terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum
durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam
atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-
mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada
dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
C. Stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih
tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

DIAGNOSIS
a. Anamnesis
- Adanya demam tinggi terus meneus 38,5oC atau lebih disertai baatuk, pilek, nyeri
meenlan, mata merah dan silau bila terkena cahaya dan seringkali dikuti diare.
- Pada hari ke4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih
tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam.
Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami
sesak nafas atau dehdrasi. Adanya kulit khitaman dan bersisik dapat menrupakan
tanda penyembuhan.
b. Pemeriksaan Fisik
- Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri danri tida stadium:
1. Stadium prodormal: 2-4 hari, demam yang diikuti dengan abtuk,pilek,faring
merah, nyeri telah, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patonomonik timbunya
enantema mukosa pipi didepam molar tida disebut bercak koplik.
2. Stadium erupsi: timbulnya ruam makulopapular yang berthaan selama 5-6 hari.
Timbul ruam dari batas rambut ke belakang telinga kemudian menyebar ke wajah,
leher, dan akhirnya ke estremtas.
3. Stadium penyembuhan: setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai
urutan tibulnya. Uam kulit enjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu.
c. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri
- Peeriksaan untuk komplikasi:
1. Ensefalopati dilakukan pemeriksan caiiran serebros[inalis, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah
2. Enteritis: Feses lengkap
3. Bronkopneumonia: foto dada dan analisa gas darah
DIAGNOSA BANDING
1. Rubella
2. Miliaria
3. Scalret fever
4. Exantema cubitum
5. Demam berdarah

PENATALAKSANAAN
- Pengobatan bersifat suportif: pemebrian cairan yang cukup, suplemen nutrisi,
antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikovulsi bila terjadi
kejang dan pemberin vitamin A.
- Tanpa komplikasi:
A. Tirah baring di temoat idur
B. Vitamin A 100.000 IU, abila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU/ hari
C: Diet makanan cukup cairan kalori yang memadai.
- Pengobatan dengan komplikasi
A: Ensefalopati:
- Kloramfenicol 75 mg/kgBB/hari dan Ampicilin 100mg/kgBB/hari selama 7-10
hari
- Kortikosteroid: deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan
0,5mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis sampai kesardan membaik
- Kebutuhan jumlah cairan dikurangi 3/4 kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
B: Bronkopneumonia
- Kloramfenicol 75 mg/kgBB/hari dan ampiilin 100 mg/kgBB/hari selama 7-19
haro
- Oksigen 2 lpm

Indikasi Rawat
Pasien dirawat di ruang isolasi bila:
A. Hiperpireksia
B. Dehidrsai
C. Kejang
D. Asupan oral sulit
E. Adanya komplikasi
KOMPLIKASI

Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai


akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain.
- Otitis Media Akut Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder.
- Ensefalitis Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita
campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus
campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan
sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis
setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi
dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. SSPE jarang terjadi
hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi dimana lebih
dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur
kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak
memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi
campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
- Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian
bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit
menahun misalnya tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara
- Kebutaan Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A
yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.

PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK


1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan
dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan
bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama ini
merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai
jangka waktu 4-5 tahun.\
3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua
ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat
atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi
kemungkinan kecatatan, yaitu :
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau
darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah
selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada
stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash
yang dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya.
c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan
bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak
yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis
yang reversibel.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga
bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun
tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara
cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien dengan nama An. HS berusia 6 tahun datang dengan keluhan pasien
mengalami demam selama 5 hari SMRS yang disertai dengan muncul bintik- bintik
kemerahan disertai rasa gatal diseluruh tubuh 1 hari SMRS. Bintik merah tersebut
muncul pertama kali didaerah wajah lalu menyebar hingga ke seluruh tubuh. Pasien
juga mengalami nyeri menelan, batuk , pilek dan BAB cair 2x.

Anamnesa

Fakta Teori

Demam selama 5 hari SMRS - Adanya demam tinggi terus meneus 38,5oC atau
Bintik- bintik kemerahan lebih disertai baatuk, pilek, nyeri meenlan, mata
disertai rasa gatal diseluruh merah dan silau bila terkena cahaya dan seringkali
tubuh 1 hari Bintik merah dikuti diare.
tersebut muncul pertama kali - Pada hari ke4-5 demam timbul ruam kulit, didahului
didaerah wajah lalu menyebar oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula.
hingga ke seluruh tubuh. Nyeri Pada saat ini anak dapat mengalami kejang demam.
menelan, Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah
Batuk parah sehingga anak mengalami sesak nafas atau

Pilek dehdrasi. Adanya kulit khitaman dan bersisik dapat


menrupakan tanda penyembuhan
BAB cair 2x.
Analisis

Pada kasus ini didapatkan hasil anamnesa yang sesuai dengan mengarah kepada
manifestasi klinis morbili dimana dari anamnesis didapatkan pasien mengakami
demam diikuti dengan timbulnya bercak bercak kemerahan yang dimana bintik-bintik
tersebut pertama kali muncul dari belakang telinga lalu menyebar ke seluruh tubuh.

Pemeriksaan Fisik

Fakta Teori

Suhu : 39,4 o C Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari,
terdiri danri tida stadium:
Faring hiperemis
1. Stadium prodormal: 2-4 hari, demam yang
Tampak makula dan papul eritematosa diikuti dengan abtuk,pilek,faring merah, nyeri
diseleuruh tubuh. telah, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda
patonomonik timbunya enantema mukosa pipi
didepam molar tida disebut bercak koplik.
2. Stadium erupsi: timbulnya ruam
makulopapular yang berthaan selama 5-6 hari.
Timbul ruam dari batas rambut ke belakang telinga
kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya
ke estremtas.
3. Stadium penyembuhan: setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan
tibulnya. Uam kulit enjadi kehitaman dan
mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2
minggu.

Pemeriksaan Penunjang

Fakta Teori
Laboratorium
Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
Hb: 12,5 ada komplikasi infeksi bakteri
Hct: 41,2%
Leukosit: 4.800
Trombosit: 259.000

Analisis

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesesuaian antara gejala yang diderita pasien
dan teori, dimana pada pameriksaan fisik didapatkan suhu badan pasien 39,5 dan
disertai dnegan timbulnya ruam makulopapular yang timbul pertama kali dari daerah
wajah lalu menyebar ke seluruh badan. Salah satu tanda yang khas pada penderita
morbili ada ditemukannya bercak koplik, namun pada pasien tidak ditemukan bercak
koplik.. sedangkan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yang dalam batas
normal dimana menurut teori pada pemeriksaan darah tepi dapat didapatkan hasil
yang normal atau cenderung meningkat ( leukosit) kecuali jika pada pasien telah
mengalami komplikasi.

Penatalaksanaan

Fakta Teori

- IVFD RL 14 tpm
- Pengobatan bersifat suportif: pemberian cairan
- Inj. Sanpicillin 4 x 300mg
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik
- PCT syrup 3 x 1 1/4 cth
diberikan apabila terjadi infeksi sekunder,
- Lapifed DM 3 x 1 cth
antikovulsi bila terjadi kejang dan pemberin
- VItamin A 200.000 IU 1x
vitamin A.
- Tanpa komplikasi:
A. Tirah baring di temoat idur
B. Vitamin A 100.000 IU, bila disertai
malnutrisi dilanjutkan 1500 IU/ hari
C: Diet makanan cukup cairan kalori yang
memadai.
Analisis

Terapi yang diberikan terhadap pasien ini merupakan tatalaksana suportif yaitu
terapi cairan dan terapi simtomatis sesuai dengan keluhan pasien. Pasien juga tidak
mengalami komplikasi morbili sehingga tidak membutuhkn penangana khusus. Terapi
suportif yang diberikan berupa IVFD RL dan obat-obat batuk, demam dan vitamin A.
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien An. HS berusia 6 tahun dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang didapatkan penegakan diagnosis yang telah sesuai dengan
literatur dalam mendukung diagnosis morbili.

Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari terapi suportif dan konservatif
yang bertujuan untuk mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki KU pasien. Dari
diagnosis dan penaatalaksanaan pasien tersebut telat sesuai dengan teori .
DAFTAR PUSTAKA

1. Rozalia, Maris.2013. Diagnosis dan Manajemen Morbili. Lampung: FK


Lampung.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010. Panduan Pelayanan Medis (Jilid I). Jakarta:
Penerbit IDAI.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Badan Penerbit IDAI : Jakarta
4. WHO.2005. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : WHO Indonesia

Anda mungkin juga menyukai