OLEH:
KELOMOPOK 4
Tutor: drg. Bambang Ristiono,MKes
Anggota:1.Agung Putra Sakti
2.Clarisa Khairani
3.Dwiyatri
4.Lala Viodita
5.Melina Vania Elian
6.Muhammad Iqbal
Pahlawan
7.Nancy Valencia
8.Nurlaili Syafar Wulan
9.Shindy Olivia
10.Trisna Dewi Avriany
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2016/2017
MODUL 1
EXODONTIA
Skenario 1
Kontraindikasi :
o Kelainan jantung
o Kelainan darah,seperti leukemia,hemophilia,anemia
o Diabetes melitus tidak terkontrol
o Penyakit ginjal
o Penyakit syphilis
o Alergi pada anastesi lokal
o Riwayat hipertensi
o Ibu hamil
Senyawa ester
Anastesi lokal yang tergolong senyawa ester adalah
kokain,benzokain (amerikain),ametocain,
prokain(novocain),tetrakain(pontokain),kloroprokain(nesac
aine).
Senyawa amida
Lidokain,mepivacaine(carbocaine),prilokain(citanest),bupi
vacain)marcaine),etidocain(duranest),dibukain(nupercaine
),ropikaine(naropine),levobupivacaine(chirocaine).
Obat anastesi
-Kokain -Ropivakain
-Prokain -Amethokain
-Kloroprokain -Felipresin
-Lidokain -Dibukain
-Bupivakin -Tetrakain
Teknik anastesi:
Anastesi lokal
-Anastesi supraperiosteal(infiltrasi)
-Anastesi blok
-Anastesi topikal
STEP IV : SKEMA
Pasien laki-laki
Ke RSGMP dengan keluhan nyeri
RB setelah ekstraksi
Anamnesis
Pemeriksaan klinis
-Pasien merokok pasca -Suspect
alveolar osteitis
ekstrasi -Gigi 16 gangren
radix
dan sudah ditutupi
gusi
Anastesi Ekstraksi
Pasca ekstraksi
STEP V : MENENTUKAN LO
PEMBAHASAN LO
1.Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
tentang Anastesi
a) Bahan
b) Teknik
c) Komplikasi
a) Bahan Anastesi
Senyawa ester
Daya ikatan ester sangat menentukn sifat anastesi lokal
sebab pada degradasi dan inaktivasi didalam tubuh,
gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan
ester umumnya kurang stabi dan mudah mengalami
metabolisme dibandingkan golongan amida . Anastesi
lokal yang tergolong senyawa ester adalah
kokain,benzokain (amerikain),ametocain,
prokain(novocain),tetrakain(pontokain),kloroprokain(nesac
aine).
Senyawa amida
Lidokain,mepivacaine(carbocaine),prilokain(citanest),bupi
vacain(marcaine),etidocain(duranest),dibukain(nupercaine
),ropikaine(naropine),levobupivacaine(chirocaine).
-Lidokain/adrenalin
Lidokain(xilokain) digunakan secara luas dengan
pemberian Topikal dan suntikan. Anastesi terjadi lebih
cepat,lebih kuat,lebih lama dan lebih extensi yang di timbulkan
oleh prokain. Lidokain merupakan aminoetilamid. Pada larutan
0,5% digunakan untuk Anastesi infiltrasi, sedangkan larutan 1-
2% untuk anetesi blok dan topikal.Anestetik ini efektif bila
digunakan tanpa vasokontriktor, tetapi kecepatan absorbsi dan
toxisitasnya bertambah dan masa lebih pendek. Lidokain
merupakan obat terpilih bagi mereka yang hypersensitf
terhadap prokain dan epineprin. Lidokain dapat menimbulkan
kantuk.
-Dibukain
Derivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling
kuat, paling toksik dan mempunyai masa kerja panjang.
Dibandingkan dengan prokain, dibukain kira-kira 15x lebih kuat
dan toksik dengan masa kerja 3x lebih panjang. Sebagai
preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi, kecuali
untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim
0,5% atau salep 1%.
- Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk
mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit.
- Prokain (novokain)
Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5%
Blok saraf: 1-2%
Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menit.
Karena potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja
pendek maka penggunaannya sekarang hanya terbatas pada
anestesi infiltrasi dan kadang- kadang untuk anestesi blok
saraf.
- Kloroprokain (nesakin)
Derivat protein dengan masa kerja lebih pendek.
-Bupivakain (markain)
Merupakan anestetik lokal yang mempunyai masa kerja
yang panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih
besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih
populer digunakan untuk memperpanjang analgesia selama
persalinan dan masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif
yang sebanding, bupivakain lebih kardiotoksik daripada
lidokain.
Larutan bupivakain hidroklorida tersedia dalam konsentrasi
0,25% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk suntikan
paravertebra. Tanpa epinefrin, dosis maksimum untuk
anestesia infiltrasi adalah 2mg/kgBB.
- Felipresin
Felipresin adalah oktapeptid sintetik, yang sangat mirip
dengan hormon pituitari vasopresin. Zat ini ditambahkan pada
anestesi lokal pada kedokteran gigi dalam konsentrasi 0,03
IU/mL (0,54g/mL). Felipresin penggunaanya tidak sebagus
vasokonstriktor epineprin, karena tidak bisa mengontrol
hemoragi secara efektif.
-Mepivakain HCL
Anestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya
mirip lidokain. Mepivakain ini digunakan untuk anestesia
infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesia spinal. Sediaan
untuk suntikan berupa larutan 1 ; 1,5 dan 2%. Pada orang
dewasa indeks terapinya lebih tinggi daripada lidokain. Mula
kerjanya hampir sama dengan lidokain, tetapi lama kerjanya
lebih panjang sekitar 20%. Mepivakain tidak efektif sebagai
anestetik topikal.
-Tetrakain
Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada
pemberian intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik
daripada prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam
anestesia.
-Prilokain HCl
Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip
lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek
vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak
memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap SSP lebih
ringan, penggunaan intravena blokade regional lebih aman.
Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat toksik
yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan
methemoglobinemia.
b) Teknik Anastesi
I. Anastesi blok
Anastesi blok berfugsi untuk mengontrol daerah
pembedahaan. Kontraindikasi dari anastesi blok yaitu
pada pasien dengan pendarahan, walaupun perdarahan
terkontrol. Kesuksesan anastesi blok tergantung pada
pengetahuan anatomi local dan teknik yang baik.
Injeksi Infraorbital
Injeksi N. Nasopalatinus
Syringe digeser lagi kea rah posisi pertama namun tidak peuh,
sampai region caninus, kemudian jarum ditusukkan lebih dalam
menyusuri tulang kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa konta
jarum dengan tulang terlepas. Lakukan kebali aspirasi, bila
negative, larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk
menganestesi N. Alveolarius inferior.
Komplikasi Lokal
Komplikasi lokal
a. Jarum Patah
Penyebab utama jarum patah adalah kondisi jarum yang fatig
akibat dibengkokkan. Jarum patah dapat pula disebabkan oleh
kesalahan teknik saat administrasi, kelainan anatomi pasien,
serta jarum yang disterilkan berulang. Apabila kondisi ini
terjadi, pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak dan tangan
operator jangan dilepaskan dari mulut pasien dan pasang bite
block bila perlu. Jika patahan dapat terlihat, patahan dapat
dicoba diambil dengan arteri klem kecil. Namun, apabila jarum
tidak terlihat, insisi dan probing tidak boleh dilakukan dan
segera konsultasikan ke spesialis bedah mulut untuk diambil
secara surgical.
b. Rasa sakit
Rasa sakit saat administrasi anestesi lokal disebabkan oleh
penggunaan jarum yang tumpul, pengeluaran anestetikum
dengan terlalu cepat, serta tidak menguasai teknik anestesi
lokal. Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan anestesi
topikal sebelum insersi jarum dan mengeluarkan anestetikum
secara perlahan, serta anestetikum yang digunakan lebih baik
jika suhunya sama dengan suhu tubuh.
d. Paralisis Fasial
Paralisis fasial disebabkan oleh insersi jarum yang terlalu dalam
saat blok N. Alveolaris Inferior sehingga masuk ke kelenjar
parotis dan mengenai cabang saraf wajah, biasanya N.
Orbicularis oculi. Penanggulangan hal tersebut dilakukan
dengan memberitahu pasien bahwa hal tersebut akan
berlangsung selama beberapa jam dan mata pasien harus
dilindungi selama refleks berkedip belum kembali.
e. Trismus
Trismus merupakan salah satu komplikasi pemberian anestesi
akibat adanya trauma pada M. Mastikatorius atau pembuluh
darah pada intra temporal fossa. Trismus dapat pula
disebabkan oleh anestesi lokal yang bercampur alkohol dan
berdifusi ke jaringan sehingga mengiritasi M. Mastikatorius.
Penangulangan trismus dilakukan dengan cara pemberian
analgetik, kompes air panas selama 20 menit, latihan buka
tutup mulut selama 5 menit setiap 3-4 jam, dapat pula
diberikan permen karet untuk melatih gerakan lateral. Bila
trismus berlanjut lebih dari 7 hari, maka konsulkan pada
spesialis bedah mulut.
f. Hematom
Hematom sering terjadi pada komplikasi blok N. Alveolaris
Inferior, N. Alveolaris Superior Posterior, dan N. Mentalis/ Insisif.
Pencegahan hematom dapat dilakukan dengan mengetahui
anatomi sehingga tidak terjadi penyebaran darah ke ronga
ekstravaskuler. Penggunaan jarum pendek pada anestesi N.
Alveolaris superior posterior juga dapat dilakukan sebagai
upaya meminimalisasi hematom. Penanggulangan hematom
akibat administrasi anestesi lokal adalah dengan menekan
perdarahan dan jangan mengompres panas selama 4-6 jam
setelah kejadian, namun setelah satu hari dapat dikompres
hangat 20 menit per jam. Kompres dingin dapat dilakukan
segera setelah terjadi hematom untuk mengurangi perdarahan
dan rasa sakit.
g. Infeksi
Infeksi terjadi akibat kontaminasi jarum dan dapat
menyebabkan trismus. Bila infeksi berlanjut sampai lebih dari
hari ketiga, maka antibiotik diindikasikan untuk pasien tersebut.
h. Edema
Edema disebabkan oleh trauma selama anestesi lokal, infeksi,
alergi, perdarahan, dan penyuntikan anestetikum yang
terkontaminasi alkohol. Penanggulangan edema dilakukan
dengan observasi bila edema disebabkan oleh trauma injeksi
atau iritasi larutan, biasanya akan hilang 1- 3 hari tanpa terapi.
Sedangkan bila lebih dari 3 hari dan disertai rasa sakit atau
disfungsi mandibula, antibiotik sebaiknya diberikan untuk
pasien tersebut.
j. Lesi intraoral
Lesi intraoral umumnya disebabkan oleh trauma jarum pada
jaringan saat insersi. Penanggulangan lesi ini dilakukan dengan
pemberian topikal anestesi praanestesi, pemberian obat kumur,
dan pemberian antibiotik jika terjadi infeksi.
Komplikasi Sistemik
a. Reaksi psikis
Reaksi psikis yang sering terjadi sebagai komplikasi sistemik
akibat pemberian anestesi lokal adalah sinkop atau serangan
vasovagal. Hal ini merupakan gangguan emosional sebelum
penyuntikan. Pada saat terjadi reaksi psikis, arteri mengalami
vasodilatasi sehingga menyebabkan volume darah ke jantung
berkurang sehingga menyebabkan penurunan umpan balik
kardiak yang menyebabkan hilang kesadaran mendadak.
Tanda- tanda reaksi psikis ini adalah pucat, mual, pusing,
keringat dingin, dan jika tidak ditangani cepat kesadaran akan
hilang, pupil membesar, denyut nadi lemah dan tidak teratur.
Perawatan reaksi psikis ini adalah dengan penaganan
emergensi sinkop.
b. Reaksi toksik
Reaksi toksik pada administrasi anestesi lokal jarang terjadi bila
penyuntikan dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Apabila
aspirasi tidak dilakukan sebelum penyuntikan, maka
anestetikum akan masuk ke dalam intravaskuler sehingga
menyebabkan overdosis. Tanda- tanda reaksi toksik adalah
terjadi konvulsi, gangguan pernafasan, dan syok.
c. Reaksi alergi
Riwayat alergi pasien harus ditanyakan praanestetikum
sehingga meminimalisasi terjadinya reaksi alergi. Tingkat reaksi
alergi yang paling ringan adalah localized skin reaction dengan
gejala lokal eritema, edema, dan pruritus. Untuk tingkatan lesi
yang lebih parah yaitu reaksi pada kulit yang tergeneralisasi,
antihistamin perlu diberikan. Pada kasus alergi yang melibatkan
traktus respiratorius, diberikan epinefrin secara intramuscular
kemudian melakukan prosedur emergensi. Tingkat reaksi alergi
yang paling parah adalah syok anafilaktik yag perlu ditangani
dengan segera dengan pemberian epinefrin IM atau IV, serta
penaganan emergensi syok.
b. Nekrosis pulpa
Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak
diindikasikan untuk perawatan endodontik, perawatan
endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk
menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk
pencabutan.
d. Alasan orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering
membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk
keselarasan gigi. Gigi 9 yang paling sering diekstraksi adalah
premolar satu rahang atas dan bawah, tetapi pre-molar kedua
dan gigi insisivus juga kadang kadang memerlukan
pencabutan dengan alasan yang sama.
g. Pra-prostetik ekstraksi
Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang
tepat dari peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi
tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat sehingga perlu
dicabut.
h. Gigi impaksi
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan
pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka
oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak
memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi
impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang
impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi
medis, impaksi tulang penuh pada pasien 10 yang berusia
diatas 35 tahun atau pada pasien usia lanjut, maka gigi impaksi
tersebut dapat dibiarkan.
i. Supernumary gigi
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi
impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat
mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk
menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
k. Terapi pra-radiasi
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral
harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk
dilakukan pencabutan.
Kontraindikasi
1. Kontraindikasi relatif
a. Lokal
-Periapikal patologi
jika pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan menyebar
luas dan sistemik, jadi antibiotik harus diberikan sebelum
dilakukan pencabutan gigi.
-Adanya infeksi oral
seperti Vincents Angina, Herpetic gingivostomatitis. Hal ini
harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan
gigi.
-Perikoronitis akut
perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum dilakukan
pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi
bakteri akan menurun ke bagian bawah kepala dan leher.
-Penyakit ganas
seperti gigi yang terletak di daerah yang terkena tumor. Jika
dihilangkan bisa menyebarkan sel sel dan dengan demikian
mempercepat proses metastatik.
-Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah
dilakukan iradiasi
dapat menyebabkan osteoradionekrosis, oleh karena itu harus
dilakukan tindakan pencabutan yang sangat ekstrem atau
khusus.
b. Sistemik
-Diabetes tidak terkontrol, pasien diabetes lebih rentan
terhadap infeksi dan proses penyembuhan lukanya akan lebih
lama. Pencabutan gigi harus dilakukan setelah melakukan
diagnosis pencegahan yang tepat pada penyakit diabetes
pasien dan dibawah antibiotik profilaksis.
-Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal jantung, miokard
infark, dan penyait arteri koroner.
-Dyscrasias darah, pasien anemia, hemofilik dan dengan
gangguan perdarahan harus ditangani dengan sangat hati
hati untuk mencegah perdarahan pasca operasi yang
berlebihan.
-Medically compromised, pasien dengan penyakit yang
melemahkan ( seperti TB ) dan riwayat medis miskin harus
diberikan perawatan yang tepat dan evaluasi preoperatif
kondisi umum pada pasien adalah suatu keharusan.
-Penyakit Addisons dan pasien yang menjalani terapi
steroid dalam jangka waktu yang lama, krisis Hipoadrenal
dapat terjadi pada pasien karena terjadi peningkatan stress
selama prosedur perawatan gigi. Untuk mencegah terjadinya
hal tersebut dapat diberikan 100mg Hidrocortisone sebelum
dilakukan perawatan.
- Demam yang asalnya tidak dapat dijelaskan, penyebab
paling umum dari demam yang tak dapat dijelaskan sebabnya
adalah endokarditis bakteri subakut dan apabila dilakukan
prosedur ekstraksi dalam kondisi ini dapat menyebabkan
bakteremia, perawatan yang tepat harus dlakukan.
-Nephritis, ekstraksi gigi yang terinfeksi kronis sering
menimbulkan suatu nefritis akut maka sebelum pemeriksaan
gigi menyeuruh harus dilakukan.
-Kehamilan, prosedur pencabutan gigi harus dihindari pada
priode trimester pertama dan ketiga dan harus sangat
berhatihati apabila akan melakukan prosedur radiografi dan
juga dalam pemberian obat obatan.
-Selama masa mestruasi, karena ada perdarahan lebih
lanjut,pasien secara mental tidak begitu stabil.
-Penyakit kejiwaan, tindakan pencegahan yang tepat dan
obat obatan harus diberikan pada pasien neurotic dan
psychotic.
2.Kontraindikasi mutlak
a. Lokal Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous.
Jika pencabutan gigi dilakukan, maka dapat menyebabkan
kematian.
b. Sistemik
Leukemia
Gagal ginja
Sirosis hati
Gagal jantung
b) Teknik Ekstraksi
Gigi yang erupsi bisa diekstraksi dengan salah satu dari dua
teknik utama, yaitu tertutup danterbuka. Teknik tertutup juga
dikenal sebagai teknik simple forceps. Teknik terbuka dikenal
jugasebagai teknik operasi atau flap.
c) Komplikasi Ekstraksi
4. Fraktur
Fraktur dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, gigi tetangga
atau gigi antagonis, restorasi, processus alveolaris dan kadang
kadang mandibula. Cara terbaik untuk mengindari fraktur
selain tekanan yang terkontrol adalah dengan menggunakan
gambar sinar x sebelum melakukan pembedahan.
5. Pergeseran
2. Rasa sakit
3. Edema
1. Alveolitis
2. Infeksi
b) Pemberian resep
Bagian-bagian resep
1. Pembuka:
-Nama penulis resep,alamat,nomor telepon,nomor izin
praktik,nomor DEA dan NPI
-Informasi tentag pasien (nama,alamat,usia,berat badan)
-Tanggal resep
2. Batang tubuh :
-Simbol Rx
-Obat yang diresepkan (nama obat,kekuatan,dan
formula ) dan jumlah yang diberikan
-Instruksi kepada apoteker
3. Penutup :
-Tanda tangan ditunjukkan untuk pasien
-Tanda tangan pemberi resep
-Pengganti yang diperbolehkan
-Jumlah refil
4. -Label (menginformasikan kepada apoteker bagaimana
membeli label pada obat)