Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEMUDI, REM, DAN SUSPENSI

POMPA POWER STEERING TIPE VANE

Di susun oleh :
ERI SETYAWAN (14504241021)
YULIUS RONALDO D (14504241025)
RIFQI ARDIYANTO H (14504241027)
PANJI ANDIKO P (14504241040)

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
I . KOMPETENSI:
1. Membongkar dan memasang pompa power steering dengan prosedur yang benar.
2. Menganalisa kondisi benda kerja yang digunakan untuk praktikum.

II. SUB KOMPETENSI:


Setelah mengikuti praktik persiapan permukaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengidentifikasi tipe-tipe power steering.
2. Melepas dan memasang pompa power steering dengan cara yang benar.
3. Menjelaskan cara kerja pompa power steering dengan menggambarkan sirkulasi
hidrouliknya.
4. Mengidentifikasi gangguan dalam sistem dan cara mengatasinya.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Pompa power steering tipe vane (2 unit)
2. Tool box
3. Nampan
4. Buku manual

IV. KESELAMATAN KERJA


1. Menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
2. Bekerja dengan hati-hati dan teliti.
3. Selalu menjaga kebersihan pada tempat praktikum.

V. DASAR TEORI

Pengertian power steering

Power steering merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk meringankan memutar
sistem kemudi kendaraan sehingga menghasilkan putaran kemudi yang ringan tanpa
membutuhkan tenaga yang berarti untuk mengendalikan kemudi, terutama pada kecepatan
rendah dan menyesuaikannya pada kecepatan menengah serta tinggi.

Pompa Power Steering

Pompa berfungsi untuk membangkitkan tekanan


hidrolik yang diperlukan untuk tekanan kerja. Tipe
pompa banyak sekali, antara lain : pompa torak,
membran, plunger, roda gigi luar, roda gigi dalam, vane,
screw dan lain-lain. Tekanan yang diperlukan merupakan
tekanan secara menerus (continue), sehingga tipe pompa
yang digunakan adalah tipe Vane atau Rofda Gigi.
Pompa menghasilkan tekanan dengan memanfaatkan
putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding
dengan putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa
diatur oleh flow control valve, sehingga selalu konstant. Pada
kenyataannya, karena tahanan pengemudian pada kecepatan tinggi
berkurang maka jumlah aliran minyak juga harus dikurangi, supaya
stabilitas pengemudian tetap terjaga Pada power steering rpm
sensing dan power steering yang mempunyai flow control valve
dengan built-in control spool, jumlah aliran minyak akan diatur
sesuai dengan kecepatan kendaraan.

VI. LANGKAH KERJA

A. PEMBONGKARAN

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktik.


2. Melakukan pembongkaran pompa power steering dengan langkah yang efektif dan
efisien.
a. Melepas baut pengikat body pompa power steering.
b. Melepas body pompa bagian samping.
c. Melepas snap ring pada rotor shaft.

Gambar. Langkah kerja a,


b, dan c

d. Melepas rotor beserta


vane platenya. Berhati-hati
dalam mengambil vane
platenya,
karena mudah lepas.
e. Melepas cam ring.
f. Melepas body power steering dari rotor shaft.

Gambar. Langkah kerja d,e, dan f


g. Melepas flow control valve dan control spool.

3. Melakukan pemeriksaan dengan pengamatan dan pengukuran pada komponen-komponen


pompa yang sudah dilepas.
4. Mendiskusikan mengenai kondisi komponen, kemungkinan penyebab kerusakan,
kemungkinan perbaikan serta kemungkinan akibat jika kerusakan terjadi dan dibiarkan.
B. CARA KERJA POMPA POWER STEERING

Kerja pengaturan jumlah aliran fuida/ minyak oleh flow control valve dan control spool
adalah sebagai berikut :
a). Pada Putaran Rendah

Pada putaran rendah (650 s.d. 1250 rpm), tekanan yang dihasilkan oleh pompa akan
dialirkan ke dua saluran yaitu x (saluran ke flow control valve) dan y (saluran ke control
spool). Aliran yang melewati saluran x sebagian kembali ke pompa dan sebagian lagi keluar
(P1). Aliran P1 diteruskan melewati orifice 1 & 2 dan terbagi menjadi dua yaitu output
pompa dan dialirkan ke sebelah kiri flow control valve menjadi tekanan P2. Perbedaan tekan
P1 dan P2 tergantung putaran mesin. Pada saat putaran mesin naik maka terjadi kenaikan
perbedaan antara P1 dan P2.
Apabila tekanan P1 melebihi kekuatan pegas A, maka flow control valve akan
bergerak kek kiri, sehingga membuka saluran pengeluaran ke sisi pengisapan pompa
sehingga jumlah aliran pengeluaran tidak naik. Pada kondisi ini jumlah aliran minyak
dikontrol pada 6.6 ltr/ min.

b). Pada Putaran Menengah


Pada saat putaran menengah (1250 s.d. 2500 rpm) tekanan pengeluaran pompa (P1)
yang bekerja pada sisi kiri control spool valve mempunyai tekanan yang mampu
mengalahkan tekanan pegas B, sehingga control spool valve tergerakkan ke kanan. Dengan
bergesernya control spool valve maka besarnya lubang orifice 2 berkurang, sehingga tekanan
out-put pompa dan tekanan P2 berkurang yang menyebabkan flow control valve semakin
bergeser ke kiri. Jadi pada posisi putaran menengah control spool valve akan tergeser ke
kanan dan memperkecil orifice 2 sehingga mengurangi volume fluida yang melalui orifice.

c). Pada Putaran Tinggi

Jika putaran mencapai lebih dari 2500 rpm, control spool valve akan optimum
terdorong ke kanan sehingga menutup orifice 2 dengan sempurna. Pada kondisi ini out-put
pompa dan P2 hanya melalui orrifce 1, sehingga jumlah alirannya menjadi kecil, yaitu 3.3 ltr/
min.

Di dalam flow control valve terdapat relief valve yang berfungsi untuk mengatur
tekanan kerja. Jika tekanan kerja mencapai 80kg/ cm2, pegas relief valve akan terdorong
sehingga relief valve terbuka dan P2 turun.
C. DATA PRAKTIK

1. Memeriksa kondisi rotor dan vane plate

Data praktik : Kondisi rotor masih dalam kondisi


baik, tidak ada kerusakan seperti retak, ataupun aus.
Sedangkan kondisi vane plate mengalami keausan
pada bagian ujungnya.

2. Memeriksa kondisi tutup pompa

Data praktik : Kondisi tutup pompa masih dalam


kondisi baik, tidak ada keretakan, tidak ada
kebocoran.

3. Memeriksa kondisi rotor shaft dan pully

Data praktik : Kondisi pully ada bagian yang rusak


pada bagian alurnya. Sedangkan pada rotor shaftnya
masih dalam kondisi baik, tidak bengkok.

4. Memeriksa kondisi cam ring

Data praktik : Kondisi cam ring masih dalam


kondisi baik, tidak mengalami keretakan ataupun
keausan berlebih. Hanya terdapat kotoran.

5. Memeriksa kondisi body cam ring


Data praktik : Kondisi body cam ring masih dalam
kondisi baik. Tidak pecah ataupun retak.

6. Memeriksa kondisi flow control valve dan control spool

Data praktik : Kondisi flow control valve masih


dalam kondisi baik, hanya terdapat kotoran.
Sedangkan pada control spool masih dalam kondisi
baik, tidak buntu pada lubangnya.

VII. ANALISA DAN PEMBAHASAN


1. Memeriksa kondisi rotor dan vane plate

Pembahasan : Apabila rotor mengalami kerusakan misalnya rusak pada dudukan vane plate
maka akan berpengaruh pada kerja vane plate. Vane plate dapat menjadi kocak jika
dudukannya di rotor rusak. Berdasarkan data praktik, kondisi rotor masih baik, tidak
mengalami kerusakan. Sehingga masih bisa digunakan. Sedangkan untuk vane plate yang
sudah mengalami keausan pada bagian ujungnya dapat menyebabkan menurunnya tekanan
apabila keausan yang terjadi berlebihan. Berdasarkan pemeriksaan vane plate masih bisa
digunakan. Tidak mengalami keausan berlebih.

2. Memeriksa kondisi tutup pompa

Pembahasan : Berdasarkan data praktik kondisi tutup pompa masih dalam kondisi baik,
tidak ada keretakan ataupun kebocoran. Apabila tutup pompa mengalami keretakan maka
minyak power steering dapat keluar melalui celah-celah bagian yang retak. Jika
mengalami hal tersebut maka perlu dilakukan penggantian tutup pompa. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tutup pompa tidak perlu diganti.

3. Memeriksa kondisi rotor shaft dan pully


Pembahasan : Berdasarkan data praktik kondisi pully ada yang rusak pada bagian alurnya.
Sedangkan pada rotor shaftnya masih dalam kondisi baik, tidak bengkok. Apabila alur
pully ada yang rusak maka dapat menyebabkan kerusakan pada belt yang menyalurkan
putaran dari poros engkol, selain itu dapat menimbulkan selip jika alurnya mengalami aus
yang berlebihan. Jika mengalami hal tersebut maka pully pompa perlu diganti. Pully bila
perlu diganti walaupun rotor shaft masih dalam kondisi baik. Karena keduannya satu
kesatuan.

4. Memeriksa kondisi cam ring

Pembahasan : Berdasarkan data praktik kondisi cam ring masih dalam kondisi baik, tidak
mengalami keretakan ataupun keausan berlebih. Hanya terdapat kotoran. Kotoran yang
menempel pada permukaan cam ring dapat menimbulkan keausan pada permukaannya
karena terdapat vane ring yang berputar. Agar tidak menimbulkan hal tersebut maka cam
ring perlu dibersihkan dengan bensin/solar, lalu dibersihkan pakai majun. Berdasarkan
pemeriksaan cam ring tidak perlu diganti karena masih dalam kondisi baik dan tidak
mengalami kerusakan.

5. Memeriksa kondisi body cam ring

Pembahasan : Berdasarkan data praktik kondisi body cam ring masih dalam kondisi baik.
Tidak pecah ataupun retak. Apabila body cam ring retak maka dapat mengakibatkan
kebocoran minyak power steering, sehingga akan mempengaruhi kerja dari pompa power
steering tersebut. Selain itu dapat menyebabkan kekurangan minyak karena bocor dan
menyebabkan pompa menjadi rusak. Jika mengalami hal tersebut perlu dilakukan
penggantian body cam ring. Sedangkan boby cam ring yang kita gunakan untuk praktik
masih dalam kondisi baik, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian.

6. Memeriksa kondisi flow control valve dan control spool

Pembahasan : Berdasarkan data praktik, kondisi flow control valve masih dalam kondisi
baik, hanya terdapat kotoran. Sedangkan pada control spool masih dalam kondisi baik,
tidak buntu pada lubangnya. Kotoran yang berada di flow control valve perlu dilakukan
pembersihan dengan dicuci dengan solar lalu disemprot dengan udara bertekanan. Kotoran
dapat menyumbat lubang pada flow control valve sehingga mempengaruhi pengaturan
pembukaan katup berdasarkan kecepatan mesin. Katup flow control tidak perlu dilakukan
penggantian, karena masih dalam kondisi baik.

VIII. PERAKITAN
1. Memasang flow control valve dan control spool.

2. Memasang body power steering dari rotor shaft.


3. Memasang cam ring.
4. Memasang rotor beserta vane platenya. Berhati-hati dalam mengambil vane platenya,
karena mudah lepas.
5. Memasang snap ring pada rotor shaft.
6. Memasang body pompa bagian samping.
7. Memasang baut pengikat body pompa power steering.

IX. KESIMPULAN
1. Setelah melakukan praktik kami dapat mengidentifikasi tipe-tipe power steering, dapat
melepas dan memasang pompa power steering dengan cara yang benar, dapat menjelaskan
cara kerja pompa power steering dengan menggambarkan sirkulasi hidrouliknya, dan dapat
mengidentifikasi gangguan dalam sistem dan cara mengatasinya.

2. Pompa Power Steering berfungsi sebagai penyalur tenaga dari mesin dengan oli yang
bertekanan tinggi yang kemudian diteruskan ke bagian Rack Pinion/Gearbox melalui Selang
Tekan (Selang bertekanan tingi). Pompa menghasilkan tekanan dengan memanfaatkan
putaran mesin, sehingga volume pemompaan sebanding dengan putaran mesin.
Pengaturan jumlah minyak yang mengalir keluar dari pompa diatur oleh flow control valve,
sehingga selalu konstant.

3. Pada proses pembongkaran memperhatikan tanda-tanda yang terdapat pada komponen agar
dalam proses pemasangan/perakitan dapat terpasang dengan baik.

4. Jika pompa power steering itu akan digunakan pada kendaraan langsung maka perlu
dilakukan pembersihan dahulu dengan udara bertekanan agar kotoran yang menempel pada
komponen bisa bersih.

5. Berdasarkan data praktik sebagian komponen masih dalam kondisi baik, hanya yang perlu
diganti yaitu vane plate karena bagian ujungnya mengalami keausan, komponen yang kedua
yaitu pully power steerring perlu diganti karena mengalami kerusakan pada alur belt.

Anda mungkin juga menyukai