Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water),
dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu partikel dan gas. Limbah gas sangat berbahaya jika dikeluarkan
terlalu berlebihan, baik untuk kesehatan pada manusia, maupun untuk lingkungan
sekitar kita. Maka dari itu melalui makalah ini, kami akan berbagi sedikit tentang
pemaparan limbah gas dan penanganannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk media pembelajaran tambahan
kami agar lebih banyak mempunyai referensi tentang pengolahan limbah gas serta
jmakalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknologi Buangan
Industri.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pencemaran limbah gas?
2. Apa saja unsur-unsur dari limbah gas?
3. Bagaimana pengaruhnya limbah gas untuk kesehatan manusia?
4. Bagaimana cara penanganan limbah gas tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN LIMBAH GAS

1
2.1. Pengertian

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan
gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara.

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleb sumber
alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita
memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai
hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih
lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas
tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun
pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan ke atmosfir dapat pula diperkirakan
dengan berbagai macam pendekatan.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel
dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih rnungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran
berbentuk gas hanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu)
ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO 2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon
dan lain-lain.

Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena
suatu kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat
berubah menjadi gas. Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi
kesehatan,manusia seperti debu batubara, asbes, semen, belerang, asap
pembakaran,uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain.

2
Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang
lepas di udara bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran
melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim turut
mempengaruhi.Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke
bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus menerus jatuh
di atap rumah, di permukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara
mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan masam.

2.2 Proses Pencemaran Udara / Gas


Gambar 2.1 Pencemaran Udara Di Industri (Reni Desmiarti, 2014)

Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang "bersih"
disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat
mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi,
kontaminan disebat cemaran (pollutant).

Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk


atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder.
Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber
cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di
atmosfer.

Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan


bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran
udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap
(stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil,
pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source)
seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari
90% pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (NOx),
c. Hidrokarbon (HC),

3
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang
memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran
yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang
berbeda. Ada beberapa pencemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak
penting baik lokal, regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
d. CH4 (metana).

2.3 Unsur-Unsur Pencemar Udara / Gas

1) Karbon Monoksida (CO)


Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran
hutan, oksidasi dari terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh
vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO lainnya berasal dari sumber
antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan
sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3%
berasal dari pembakaran bensin pada otomotif.

2) Nitrogen Oksida (NOx)


Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu:
NO dan NO2. Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total 10,6%.

3) Sulfur Oksida (SOX)

4
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H 2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 garam-
garam sulfit, garam-garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran
tersebut yang paling penting adalah SO2 yang memberikan sumbangan 50% dari
emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal
dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.

4) Hidrokarbon (HC)
Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi
total hidrokarbon, dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan
tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%. Cemaran hidrokarbon lain yang
cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-Iimonene)
dari tumbuhan 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon
dari sumber antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran
bensin 1,8%, dari insineratc dan penguapan solvent 1,9%.

5) Partikulat
Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 m. Partikel
dengan ukuran > 10 m akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan
ukuran yang lebih kecil dari 0,1 m pada umumnya tidak menyebabkan masalah
lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan
kisaran ukuran 0,1 - 10 m. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan
bakar 13% - 59% dan insinerasi.

6) Karbondioksida (CO2)
Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami.
Sumber cemaran antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam
8,5%, dan kebakaran hutan 2,8%

7) Metana (CH4)

5
Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO 2, CFC, dan N2O
menyebabkan efek rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber
pencemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa (34%), hutan tropis (36%),
pertambangan dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30. Sinar
matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan
sebagian disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang
pendek (30%) dan sebagian dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan. Gas-gas
CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi inframerah
yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan
pemanasan global.

8) Asap kabut fotokimia


Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan
NOX membentuk senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN)
(RCNO5).

2.4 Permasalahan Akibat Limbah Gas

2.4.1 Global Warming

Seringkali kita mendengar orang bicara bumi yang kita huni menjadi panas atau
bumi kita tidak sejuk kembali. Kalimat tersebut adalah benar.

Sebelum era teknologi dan industri modern, bumi yang kita huni memiliki kualitas
udara yang lebih sejuk dibandingkan sekarang. Sebab di zaman itu, kota-kota
besar masih dipenuhi pepohonan dan hutan pun masih hijau nan lebat. Namun
dengan kemajuan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan
kebutuhan di lapisan demografi (lapisan kehidupan manusia) semakin meningkat,
yang bahkan menyebabkan tergesernya kelestarian alam yang menjadi sumber
kehidupan kita.

6
Menurut WWF (World Wildlife Fund) yang merupakan organisasi peduli
lingkungan dan penggalangan dana pelestarian alam dunia, Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki kawasan hutan terbesar kedua di dunia, yaitu di
Kalimantan, Papua dan Sumatera. Hutan kita adalah paru-paru dunia. Namun
semakin kesini, banyak sekali penebangan hutan yang dilakukan secara legal
maupun ilegal. Penebangan tersebut menyebabkan pasokan oksigen dari hutan ke
atmosfir semakin berkurang.

Selain kurangnya pasokan oksigen, kita sebagai penduduk bumi malah


mengemisikan polutan gas berbahaya ke atmosfir. Salah satu polutan yang paling
sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari adalah Karbon Dioksida (CO 2). Gas
karbon dioksida dihasilkan secara alami dari proses pernapasan dan pembakaran
sempurna dari berbagai macam senyawa hidrokarbon.

Bahan bakar kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang mengalami


pembakaran tak sempurna menghasilkan CO2, asap dan jelaga. Gas CO 2 apabila
terhisap dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan pingsan, karena
menggantikan fungsi oksigen di dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin.
Hal ini dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, kendaraan bermotor dan industri yang


menggunakan bahan bakar akan menghasilkan CO2 dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan kita tahu di Indonesia, populasi pepohonan semakin berkurang.
Padahal pepohonan memiliki fungsi sebagai pengikat CO2. Apabila ini terjadi
terus menerus, keseimbangan CO2 di alam menjadi terganggu.

Kadar CO2 yang berlebih akan membentuk lapisan CO2 di atmosfir. Lapisan ini
dapat meneruskan sinar ke Bumi namun ketika sinar matahari dipantulkan lagi
oleh Bumi, sinar tersebut akan dipantulkan kembali oleh lapisan CO 2 ke Bumi.
Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan meningkat secara
menyeluruh, atau kita sebut dengan pemanasan global. Jika lapisan tersebut
semakin meningkat seolah-olah berfungsi seperti lapisan kaca yang sukar melepas
panas. Dampak ini dinamakan efek rumah kaca (green house effect).

7
Efek rumah kaca ini sangat terasa sekali. Berdasarkan survei WWF, gunung es di
Afrika Selatan sudah mencair hingga setengahnya karena meningkatnya suhu
bumi. Bila es mencair, maka permukaan air laut semakin naik. Hal ini dikuatkan
oleh penduduk di garis pantai selatan pulau Jawa yang biasanya bisa berjalan di
pasir pantai di kejauhan kini harus semakin mundur ke utara, seperti di tempat
wisata Pangandaran.

Selain naiknya permukaan air laut, beberapa kota di negara Paraguay harus
terkena dampak dari pemanasan global ini. Paraguay memiliki iklim yang sama
seperti Indonesia, tapi ketika siang hari suhunya bisa mencapai 490C. Bahkan
dikabarkan bahwa penduduk disana sudah bisa menggoreng makanan di atas
aspal.

Di Indonesia, Jakarta yang di era 80-an masih dibilang sejuk. Namun semakin
kesini, jumlah penduduknya bertambah sehingga pepohonan dibabat habis.
Apabila kita mengunjungi Jakarta, udara yang kita hirup terasa kering dan panas.
Hal itu disebabkan karena banyaknya polutan gas di udara serta kurangnya
pasokan oksigen dari pepohonan. Belum lagi karena wilayahnya yang padat, maka
emisi polutan gas ke atmosfir lebih besar dibandingkan kota lainnya. Oleh karena
itu Jakarta panas seperti kota di dalam rumah kaca.

2.4.2 Emisi Karbon

Jumlah kendaraan di Indonesia semakin bertambah, terutama di kota-kota besar.


Dengan meningkatnya jumlah kendaraan, maka meningkat pula polutan gas yang
dikeluarkan knalpot ke udara. Gas-gas hasil pembakaran tersebut adalah karbon
dioksida dan karbon monoksida.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, senyawa karbon dioksida adalah hasil
pembakaran sempurna hidrokarbon. Meskipun senyawa ini masih dapat bisa
diserap oleh pepohonan, tetapi apabila masuk ke dalam tubuh dalam konsentrasi
yang berlebih (10-20%) dapat menyebabkan gangguan metabolisme dalam darah.

8
Berbeda dengan karbon monoksida. Senyawa ini adalah hasil pembakaran tidak
sempurna dari hidrokarbon. Senyawa ini memiliki sifat tidak berbau, tidak
berwarna dan sangat beracun, serta tidak dapat diserap oleh tanaman. Senyawa ini
dapat mengikat hemoglobin dalam darah. Seseorang yang keracunan gas ini akan
mati lemas karena kekurangan oksigen dalam darah untuk melakukan proses
metabolisme tubuh.

Hal ini merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Dengan semakin


bertambahnya jumlah kendaraan, maka emisi karbon monoksida semakin
bertambah. Bila hal ini terus menerus terjadi, maka manusia jadi kesulitan
mendapatkan udara segar bebas polutan. Dengan kesulitan tersebut dapat
memungkinkan orang tersebut sakit dan mengeluarkan biaya pengobatan.

Sebuah studi pada 2012 atas kerjasama Kementrian Lingkungan Hidup dan UNEP
memperkirakan besarnya biaya kesehatan penduduk Jakarta yang telah
dikeluarkan pada 2010 terkait pencemaran udara Dengan asumsi biaya perawatan
minimal hingga maksimal, biaya tersebut berkisar Rp.697,9 milyar hingga
Rp.38,5 triliun.

Biaya besar tersebut akibat penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara
seperti asma, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneunomia,
broncopneumonia dan penyempitan saluran pernapasan/paru kronis.

2.4.3 Hujan Asam

Hujan adalah bagian dari siklus hidrologi, dimana air laut menguap dan terbawa
ke daratan hingga turun hujan. Hujan secara alami memiliki nilai pH sedikit
dibawah enam dan karbon dioksida yang larut dalam air sehingga membentuk
asam lemah. Asam ini sangat bermanfaat untuk mineral dalam tanah karena
dibutuhkan oleh tanaman dan hewan.

Namun di era ini, jumlah industri semakin banyak. Industri melepas gas-gas
pencemar yang memberikan polusi di udara. Gas-gas tersebut tertiup berkilo-

9
kilometer dari tempat asalnya, namun jatuh di tempat lain dalam bentuk hujan.
Apabila hujan tersebut sangat asam, dapat menyebabkan kerugian seperti gatal-
gatal pada kulit, memudahkan proses perkaratan logam, tidak bisa dimanfaatkan
oleh tanaman dan hewan dalam tanah, serta menyebabkan penyakit paru-paru.

Hujan asam terdiri dari dua yaitu dekomposisi kering dan dekomposisi basah.
Hujan kering adalah pencemaran udara dalam bentuk kabut. Sedangkan hujan
basah adalah turunnya air hujan dimana air tersebut bersifat sangat asam dan
sangat merusak. Kota-kota di Indonesia yang terancam terkena hujan asam salah
satunya Bandung. Tanpa kita sadari, ternyata asap pabrik dari wilayah industri di
Jakarta berkumpul di kota kembang dan mencemarkan udara dalam bentuk
partikel-partikel kering.

Hujan asam terjadi karena terjadinya reaksi beberapa senyawa polutan, antara
lain:

1. Senyawa Belerang

Senyawa belerang merupakan gas pencemar udara dalam bentuk


oksida belerang (SO2, SO3, dan gas H2S). Oksida belerang dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, asap pabrik dan
pembakaran batu bara. Batas kadar SO2 pada udara bersih adalah 0,002
bpj. Dalam jumlah sedikit SO2 dapat menyebabkan batuk-batuk dan sesak
napas, dan dalam jumlah yang besar SO2 akan merusak sistem pernapasan
pada bronkus, tenggorokan dan paru-paru. SO2 dalam udara bebas
berbentuk SO3 sebagai oksida asam yang mudah bereaksi dengan air
membentuk asam sulfat. Reaksi pembentukan asam sulfat dapat terjadi di
udara sehingga air hujan yang bereaksi bersifat asam.

2. Senyawa Nitrogen

Senyawa Nitrogen merupakan gas pencemar misalnya oksida


nitrogen (NO, NO2) dan 2 Amoniak (NH3). Oksida nitrogen secara alami
dapat terbentuk dari reaksi gas nitrogen dan gas oksigen di udara dengan

10
bantuan petir. Batas gas NO2 adalah 0,001 bpj. Gangguan kesehatan akibat
gas NO2 yaitu gangguan sistem saluran pernapasan, mata terasa perih dan
menyebabkan hujan asam.

2.4.4 Kota Dengan Oksigen Kaleng

Pernahkah kita melihat tabung oksigen di rumah sakit yang digunakan untuk
membantu seseorang yang sulit bernapas agar bisa bernapas? Di China, oksigen
sudah dikemas dalam bentuk kaleng dan dijual bebas. Kita sebagai makhluk yang
diberi kesehatan harus bersyukur karena masih diberikan kemampuan untuk
bernapas, terutama karena oksigen yang masih berlimpah di Indonesia.

Jumlah Industri semakin bertambah sehingga polutan gas pun semakin banyak.
Begitupun dengan Beijing China. Kota metropolitan yang biasanya cerah kini
harus diselimuti kabut tebal setiap hari. Kabut ini berasal dari polusi pabrik-
pabrik. Bahkan tingkat polusi di Beijing sudah melampaui batas/skala.

Berdasarkan WHO, angka rata-rata konsentrasi partikel polusi terkecil tidak boleh
melebihi 25 mikrogram. Udara sudah dinyatakan berbahaya untuk dihirup bila
angkanya melebihi 100 mikrogram. Dan berdasarkan Pusat Pemantauan
Lingkungan Kota Beijing, angka polusi kota menunjukkan 393 mikrogram. Level
tersebut menandakan udara di ibukota sangat tercemar.

2.4.5 Penyakit yang Disebabkan Oleh Pencemaran Udara / Gas


Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh pencemaran udara adalah:
1) Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama.
Hal ini membuktikan bahwa prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam
pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan
40% dari angka mortalitas.
2) Emphysema pulmonum.
3) Bronchopneumonia.

11
4) Asthma bronchiale.
5) Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri di Republik Ceko umpamanya,
dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India
bagian utara di mana penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa
jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.
6) Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada nonsmokers
di daerah perkotaan 10 kali lebih besar daripada daerah pedesaan.
7) Penyakit jantung, juga ditemukan 2 kali lebih besar morbiditasnya
di daerah dengan pencemaran udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata
dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda
penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin
adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar COI-Ib sama
atau lebih besar dari 50%, akin dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar
lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung. Scharf dkk
(1974) melaporkan suatu kasus dengan infark myocard transmural setelah
terkena CO.
8) Kanker lambung, ditemukan 2 kali Iebih banyak pada daerah dengan
pencemaran tinggi.
9) Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya
banyak juga dihubungkan dengan pencemaran udara. Juga gangguan
pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia
pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza
vaccin di daerah kota dengan tingkat pencemaran tinggi, sedangkan di
daerah lain pembentukannya normal.

Di Jepang sekarang secara resmi telah diakui oleh pemerintah pusat


maupun daerah, sejumlah 7 macam penyakit yang berhubungan
dengan pencemaran (pollution related diseases). yaitu:
1) Bronchitis kronika
2) Asthma bronchiale
3) Asthrnatik bronchitis
4) Emphysema pulmonum dan komplikasinya
5) Minamata disease (karena pencemaran air dengan methyl-Hg)
6) Itai-itai disease (karena keracunan cadmium khronik)

12
7) Chronic arsenik poisoning (pencemaran air dan udara di tambang
tambang AS). Orang-orang dengan keterangan sah menderita
penyakit ini, yang dianggap disebabkan oleh salah satu macam
bahaya pencemaran, akan mendapat kompensasi akibat kerugian
dan
biaya perawatan dari penyakitnya oleh polluters.

2.4.6 Penanganan Limbah Gas


Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi
partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa
cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang
terbawah bersamanya.

1) Mengontrol Emisi Gas Buang


Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui
beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil
pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter
basah (wet scrubber). Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih
lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan
materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan
materi partikulat.

Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan


bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic
converter) untuk menyempurnakan pembakaran.

Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat
dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan
sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang
yang merupakan polutan.

2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan


Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk
penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah

13
absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan pembersihan
partikel. Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut :

1. Jenis bahan pencemar (polutan)

2. Komposisi

3. Konsentrasi

4. Kecepatan air polutan

5. Daya racun polutan

6. Berat jenis

7. Rekativitas

8. Kondisi lingkungan

Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh


tingkat efisiensi yang maksimum. Kesulitannya sering terbentuk pada
persediaan alat di pasaran. Pilihan desain yang diinginkan tidak sesuai
dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan
untuk mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini
merupakan masalah tersendiri pula. Disamping itu ada faktor lain yang
harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan. Tidakkah peralatan
mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga
pokok produksi. Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya
pengendalian menjadi beban konsumen.

Teknologi pengendalian harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat


tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai
dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan teknologi pengendalian dan rancangan sistemnya
adalah:

14
1. Sifat gas buang atau efluen

2. Tingkat pengurangan limbah yang dibutuhkan

3. Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran

4. Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi

Industri-industri di Indonesia terutama industri milik negara telah


menerapkan sistem pengendalian pencemaran udara dan sistem ini terutama
dikaitkan dengan proses produksi seta penanggulangan pencemaran debu.
Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan
karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih
baik, kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang
lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah
kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus diperhatikan
dalam pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar dan hal
tersebut bergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke
lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi meteorologis
lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas.
Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif
karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan
diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Didalam sebuah
pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.
Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari aliran gas
buang. Debu dpat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia,
densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu,
pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir
pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu
dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya :

15
a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara
bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang
dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah
jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan
yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat
gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu
banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain
sebagainya.

b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif
berat akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran
debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara
yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu
kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke
bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip
kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan
suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi


Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor
yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih.

16
Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara
yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada
waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah
akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri
(gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya
gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan
bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran yang lebih besar
dari 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat
akhir.

Di industri terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan debu dan gas
secara bersamaan (simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik
debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut dalam cairan. Beberapa metoda umum
yang dapat digunakan untuk pemisah secara simultan ialah :

1. Menara percik

Prinsip kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang


berkecepatan rendah dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam
bentuk butiran. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana dengan
kemampuan penghilangan sedang (moderate). Menara percik mampu
mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20
mikron dan gas yang larut dalam air.

2. Siklon basah

Modifikasi dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat
percikan air. Butiran air yang mengandung partikel dan gas yang terlarut
akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal.
Slurry dikumpulkan dibagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih baik

17
daripada menara percik. Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah
antara 3-5 mikron.

3. Pemisah venture

Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada
bagian yang disempitkan dan kemudian gas akan bersentuhan dengan butir
air yang dimasukkan di daerah sempit tersebut. Alat ini dapat memisahkan
ppartikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut di dalam air.

4. Tumbukan orifice plate

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini
membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan
bertumbukan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat
debu. Ukuran partikel paling kecil yang dapat sdiserap ialah 1 mikron.

5. Menara dengan packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan


gas diantara packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara co-
current, counter-current, ataupun cross-current. Ukuran debu yang dapat
diserap ialah debu yang berdiameter lebih dari 10 mikron.

6. Pencuci dengan pengintian

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan


partikel yang dapat ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01
mikron serta dikumpulkan pada permukaan filamen.

7. Pembentur turbulen

18
Pembentur turbulen pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara
mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel
dapat dipisahkan dari aliran gas karena bertumbukkan dengan bola-bola
tersebut. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang
digunakan.

e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor
udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif
bersih. Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah
(DC) yang mempunyai tegangan antara 25 100 kv. Alat pengendap
ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder,
sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan
tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di
daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah
olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan
menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada
di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar. Alat ini
mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang
berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan
secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu
yang kering dengan ukuran rentang 0,2 0,5 mikron. Secara teoritik
seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas
minimum.

19
Pada umumnya jenis pencemar melalui udara terdiri dari bermacam-macam
senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan beracun dan berbahaya yang
tersimpan dalam pabrik. Limbah gas, asap dan debu melalui udara adalah:
Debu : Berupa padatan halus
Karbon monoksida : Gas tidak berwarna dan tidak berbau
Karbon dioksida : Gas, tidak berwarna, tidak berbau
Oksida nitrogen : Gas, berwarna dan berbau
Asap : Campuran gas dan partikel berwarna hitam: CO2 dan
SO2
Belerang dioksida : Tidak berwarna dan herbau tajam
Soda api : Kristal
Asam chlorida : Berupa larutan dan uap
Asam sulfat : Cairan kental
Amoniak : Gas tidak berwarna, berbau
Timah hitam : Gas tidak berwarna
Nitro karbon : Gas tidak berwarna
Hidrogen fluorida : Gas tidak berwarna
Nitrogen sulfida : Gas, berbau
Chlor : Gas, larutan dan berbau
Merkuri : Tidak berwarna, larutan

f. Pemisah Brown
Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan
prinsip gerak partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan
debu dengan rentang ukuran 0,01 0,05 mikron. Alat yang
dipatenkan dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak anatar
filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata pertikel.
g. Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu


hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas
buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.

h. Pengumpul sentrifugal

Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal


yang dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini
melemparkan patikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga
debu akan menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat

20
yang menggunakan prinsip ini digunakan untuk pemisahan partikel
dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih.

i. Pemisah inersia

Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel
dalam aliran gas. Pemisah ini menggunakan susunan penyekat
sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat dan akan
dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja berdasarkan
prinsip inersia ini bekerja dengan baik untuk partikel yang berukuran
hingga 5 mikron.

Selain metode-metode di atas, dari literature yang ditulis oleh Desy Fatma tahun
2017, Berikut ini beberapa langkah pengolahan limbah gas agar dapat menangani
terjadinya pencemaran udara serta materi- materi partikulat yang terbawa limbah
gas tersebut:

1. Pengurangan gas buang

Gas- gas berbahaya yang terkandung di dalam limbah gas perlu untuk
dikontrol jumlahnya supaya tidak mencemari udara yang ada di sekitar
kita. ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengontrol jumlah gas
berbahaya ini, antara lain:

Desulfurisasi. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan


filter basah atau wet scrubber. Desulfurisasi ini dapat
menghilangkan gas sulfur oksida sebagai hasil pembakaran bahan
bakar. Selain sulfur oksida, cara ini juga dapat mengontrol jumlah
gas- gas buang lainnya seperti nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan hidrokarbon.

Menurunkan suhu pembakaran. Cara ini dapat dilakukan


dengan cara memasang alat pengubah katalitik dengan tujuan
menyempurnakan pembakaran. Gas gas buang yang dapat

21
dikontrol dengan menggunakan alat ini antara lain adalah nitrogen
oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon.

Menggunakan bahan bakar alternatif. Penggunaan bahan


bakar alternatif juga dapat menjadi cara menangani pencemaran
udara oleh adanya limbah gas. Pakailah bahan bakar yang lebih
ramah lingkungan dan tidak banyak mengandung bahan- bahan
kimia yang berbahaya.

2. Penggunaan metode fisik- kimia

Metode fisik dan kimia dapat dilakukan untuk memurnikan gas buangan
agar lebih ramah lingkungan. Metode fisik- kimia ini dilakukan
berdasarkan perubahan fase atau penyerapan pada suatu adsorban, yang
dijelaskan sebagai berikut:

Metode fase gas

Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau busuk yang tidak


disukai dengan memberikan bau- bauan yang enak. Pada dasarnya
metode ini bukan untuk menghilangkan gas, namun hanya untuk
menyamarkan saja.

Metode fase cair

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk penyerapan


gas yang memiliki tingkat kelarutan yang tinggi pada zat cair. Gas
buangan dialirkan kemudian dikontakkan dengan senyawa
penyerap gas (adsorban) yang mana pada umumnya menggunakan
air (baca: jenis-jenis air). Kemudian adsorban akan dimurnikan

22
kembali jika memungkinkan, dimanfaatkan untuk penggunaan
lainnya, atau dibuang.

Metode fase padat

Metode ini digunakan untuk penyerapan gas oleh senyawa


penyerap atau adsorban dalam bentuk padat. Proses ini dimulai
dengan melarikan gas dan mengontakkannya dengan dengan
adsorban padat. Molekul gas akan terserap dan terkondensasi di
permukaan adsorban secara fisik maupun kimia. Contoh salah satu
adsorban yang sering digunakan adalah arang aktif. Arang aktif ini
banyak bentuknya.

Arang aktif dalam bentuk granular banyak digunakan sebagai


penyerap bau dan juga warna. Arang aktif dalam bentuk serat
banyak digunakan untuk menyerap bau dan warna pula. Arang aktif
jenis serat ini mempunyai daya serap yang lebih tinggi daripada
jenis granular. Daya serap secara fisik dan kimia ini hanya
berlangsung selama 2 hingga 3 hari saja sebelum mencapai titik
jenuh.

Metode pembakaran

Metode ini dilakukan dengan cara membakar langsung gas


senyawa organik pada tingkat suhu yang cukup sehingga dapat
menghasilkan karbondioksida dan air. Namun metode ini
mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan biaya yang lumayan
besar, sehingga banyak orang menghindari metode ini.

Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengolah


limbah gas agar nantinya tidak terlalu mencemari udara. Cara- cara
tersebut dapat dilakukan secara indivial maupun kolektif. Sehingga
kita bisa memulainya dari diri sendiri kemudian kepada
masyarakat.

23
2.4.7 Siklus Biogeokimia

Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan Materi dasar makhluk
hidup dan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah
siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik
dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya
melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan
abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus-siklus tersebut antara lain:
siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Di sini
hanya akan dibahas 3 macam siklus, yaitu siklus nitrogen, siklus fosfor, dan siklus
karbon.

2.4.8 Siklus Nitrogen (N2)

Gambar 2.2 Siklus Nitrogen (Reni Desmiarti, 2014)

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas
dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya
jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi

24
dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh
nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat
(N03- ).

Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan
akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp.
yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan
Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.

Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil
penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh
bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan
nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri
denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi
nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang
dalam ekosistem.

Emisi karbon dioksida, suhu global yang semakin meningkat, lapisan es yang
meleleh dan perubahan iklim mewarnai pemberitaan di jagad raya ini setiap hari.
Tetapi apakah perhatian kita yang berlebihan untuk karbon dioksida telah
menutup mata kita terhadap ancaman yang disebabkan oleh unsur lain yang lebih
berbahaya? Unsur yang dimaksud disini, yang merupakan tersangka baru
pemanasan global, adalah nitrogen, dan mengabaikannya bisa mengarah pada
kerugian besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Nitrogen Alam

Nitrogen adalah bagian penting dari kehidupan. Tanaman, hewan dan bakteri
semuanya menggunakan nitrogen dalam satuan pembentuk fundamental yang
disebut asam amino, dan asam-asam amino ini bersatu membentuk protein.
Protein tidak hanya memungkinkan kita untuk tumbuh dan berfungsi dengan baik,
tetapi juga membentuk basis dari hampir setiap reaksi kimia dalam tubuh mausia.

25
Sumber nitrogen kita yang utama adalah atmosfer, dimana nitrogen terdapat
sebagai gas nitrogen (N2). Akan tetapi, dalam bentuk gas, nitrogen sangat lembam
(tidak reaktif) dan hanya sedikit organisme yang mampu memanfaatkannya.
Proses alami pengambilan gas nitrogen dan konversinya menjadi senyawa-
senyawa yang bermanfaat dikenal sebagai fiksasi nitrogen, dan dilakukan oleh
bakteri pengikat-nitrogen. Bakteri ini mengikat nitrogen menjadi senyawa yang
mengandung nitrogen lainnya: amonia (NH3).

Amonia lebih terjangkau secara biologis dibanding gas nitrogen dan digunakan
oleh bakteri penitrifikasi untuk membentuk nitrit (NO 2) dan kemudian nitrat
(NO3). Nitrat-nitrat ini adalah bentuk nitrogen yang bisa diolah tanaman, sehingga
merupakan bentuk yang menyalurkan nitrogen ke dalam rantai makanan. Tetapi
jika semua nitrogen atmosfer pada akhirnya mengakhiri perjalanan pada tanaman
atau hewan, maka akan segera terjadi kekurangan. Untungnya ada bakteri
denitrifikasi yang melengkapi siklus tersebut dan mengonversi nitrat kembali
menjadi N2 yang lembam.

Siklus ini secara alami diregulasi oleh kecepatan dimana bakteri bisa merubah
satu senyawa menjadi senyawa lainnya, dan oleh jumlah bakteri yang tersedia
dalam tanah. Di masa lalu, ini menyebabkan ketersediaan nitrogen berada pada
ambang batas alami untuk digunakan di biosfer setiap saat. Akan tetapi,
kemajuan-kemajuan teknologi secara dramatis telah meningkatkan batas alami ini,
dan konsekuensinya adalah ketidakterjangkauan nitrogen. Lalu apa yang akan
terjadi?

Nitrogen diambil dari atmosfer dan dikonversi oleh bakteri menjadi senyawa-
senyawa nitrogen yang bisa digunakan tanaman dan hewan.EPA

Penyebab overdosis nitrogen

Awal mula Revolusi Industri menorehkan perubahan besar yang sangat


mempengaruhi keseimbangan nitrogen. Pembakaran bahan bakar fosil besar-
besaran seperti batubara dan minyak melepaskan kadar nitrogen oksida yang
tinggi (termasuk oksida nitrat atau N2O) sebagai asap. Masalah nitrogen semakin

26
parah pada Perang Dunia I dengan dikembangkannya proses Haber-Bosch, yang
memungkinkan gas N2 lembam dibuat menjadi amonia tanpa menggunakan
bakteri pengikat nitrogen. Amonia yang dihasilkan menjadi sumberdaya yang
berharga dan bisa digunakan untuk membuat pupuk murah di perkebunan.
Kontributor lain bagi kadar nitrogen yang meningkat adalah pembakaran pohon
dan tanaman untuk pertanian, dan pembuatan pabrik nilon. Tetapi dengan
menganggap industri dan pertanian yang sukses sebagai faktor yang sangat krusial
di seluruh penjuru dunia, apakah kita benar-benar akan berhenti membuat
senyawa-senyawa nitrogen bermanfaat secara buatan dan Apakah kita ingin
kembali ke ambang batas alami siklus nitrogen.

Manusia perlu merasa khawatir karena Ada dua unsur pokok yang dipengaruhi
oleh senyawa-senyawa nitrogen ini, yaitu kesehatan manusia dan lingkungan. Jika
oksida nitrat (N2O) mencapai stratosfer, ia membantu merusak lapisan ozon,
sehingga menghasilkan tingkat radiasi UV yang lebih tinggi dan risiko kanker
kulit serta katarak yang meningkat. Ironisnya, jika N 2O lebih dekat ke permukaan
Bumi ia sebetulnya bisa membuat ozon, yang mana bisa menjadi kabut di siang
hari yang cerah. Kabut terkait dengan masalah-masalah pernapasan, kerusakan
paru-paru, risiko kanker yang meningkat dan melemahnya sistem kekebalan.

Seperti dampaknya pada ozon, nitrogen oksida terlarut dalam air atmosferik
membentuk hujan asam, yang mengkorosi batuan dan barang logam dan merusak
bangunan-bangunan. Pada tahun 1967, sebuah jembatan di Sungai Ohio ambruk
akibat korosi hujan asam; tanaman (termasuk tanaman pangan kita) dan bahkan
manusia juga berisiko. Hubungan-hubungan antara hujan asam, penyakit
Alzheimer dan kerusakan otak telah diduga, serta dengan berbagai masalah
pernapasan. Jadi secara keseluruhan, bukan berita baik!

Tapi masalah yang terjadi semakin luas. Penggunaan pupuk secara berlebihan di
lahan dan senyawa-senyawa nitrogen dalam pakan hewan menyebabkan
pelepasan nitrogen ke dalam arus air dan sungai. Alga, yang pertumbuhannya
biasanya dihambat oleh ketersediaan nitrogen, menggunakan banjir nitrogen ini
untuk tumbuh diluar kendali, sehingga mengarah pada kerumunan alga yang

27
besar. Ini menggunakan semua oksigen di air dan memblokir masuknya cahaya,
sehingga secara perlahan-lahan membunuh kehidupan akuatik dan mencegah
tanaman-tanaman bawah laut untuk berfotosintesis. Mengkhawatirkannya, kadar
nitrogen di danau-danau Norwegia telah bertambah dua kali lipat dalam sepuluh
tahun terakhir, dan di Eropa barat, jumlah senyawa nitrogen yang dideposisikan
lebih dari 100 kali kadar alami.

Kembali ke daratan, kadar nitrogen yang lebih tinggi dalam tanah berarti bahwa
sedikit tanaman yang mampu bertahan karena tidak dapat berkompetisi. Tanaman-
tanaman in cenderung adalah tanaman-tanaman yang mampu dengan cepat
memanfaatkan kelebihan nitrogen untuk pertumbuhan yang cepat, sehingga
menyisakan lebih sedikit sumberdaya dan lebih banyak naungan untuk spesies
lain. Ini bisa menyebabkan banyak spesies tanaman yang menjadi punah, dan pada
gilirannya akan memiliki efek insidental terhadap semua hewan, serangga dan
burung-burung yang menggunakannya. Banyak tanah tandus kaya spesies di
Belanda yang telah diambil alih oleh hutan-hutan yang kurang spesies karena
alasan ini.

Terakhir, nitrogen oksida berkontribusi bagi pemanasan global. Walaupun


konsentrasi oksida nitrat di atmosfer sangat rendah dibanding karbon dioksida,
potensi pemanasan global oksida nitrat adalah sekitar 300 kali lebih besar. Jadi
walaupun karbon dioksida menyebabkan perubahan iklim dan masalah-masalah
yang terkait dengannya, senyawa-senyawa nitrogen bisa menyebabkan masalah
yang lebih buruk. Senyawa-senyawa nitrogen memiliki potensi pemanasan global
yang lebih besar, bisa mengarah pada masalah perubahan iklim yang lebih besar,
dan menyebabkan malapetakan bagi kesehatan dan lingkungan. Jadi apa yang bisa
kita lakukan?

2.5 Cara mengatasi

Saat ini, 80% senyawa nitrogen di atmosfer berasal dari sumber manusia. Masalah
ini adalah produk sampingan dari masyarakat kita yang sangat tergantung pada
teknologi, tetapi didalamnya terdapat solusi. Inovasi teknologi yang serupa bisa
digunakan untuk mengurangi emisi, dan pengonversi katalitik bisa mengonversi

28
nitrogen oksida menjadi gas nitrogen yang tidak berbahaya. Pemerintah juga bisa
memegang peranan. Di California, ladang-ladang besar dengan lebih dari seribu
ternak sapi perah sekarang ini harus meminta lisensi ke Air Resources Board,
yang mengontrol kadar pelepasan dalam jumlah banyak dari hewan.

Sebenarnya ada satu solusi yang dijamin dapat mengatasi masalah nitrogen ini:
mengurangi jumlah nitrogen yang kita gunakan untuk bahar bakar dalam
kehidupan sehari-hari. Ini semuanya baik, tetapi seperti halnya dengan semua
solusi bagi masalah-masalah besar, solusi ini juga akan sangat sangat sulit
diterapkan.

a. Siklus Fosfor

Gambar 2.3 Siklus Fosfor (Reni Desmiarti, 2014)

Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).

Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat

29
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus.

b. Siklus Karbon dan Oksigen

Gambar 2.4 Siklus Karbon Dioksida (Reni Desmiarti, 2014)

Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber CO2 di


udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran
batubara, dan asap pabrik.

Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan


menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan
untuk berespirasi.

30
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk
batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar
yang juga menambah kadar C02 di udara.

Gambar 5. Siklus Oksigen (Reni Desmiarti, 2014)

Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan
terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air.

31
32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Salah satu limbah yang saat ini sangat diperhatikan adalah limbah gas yang
mencemarkan udara. Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan
udara sebagai media.

2. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu


partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan
pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk
gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO 2, NOX, CO,
CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

3. Terdapat berbagai macam kejadian merugikan yang diakibatkan oleh limbah


gas yaitu pemanasan global, hujan asam, asap tebal industri dan gangguan
alat pernapasan.

4. Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah gas.
Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif
karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan
diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan.

5. Didalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari


dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi
senyawa pencemar. Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu
dari aliran gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk,
komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda.
Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan
tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis.

33
3.2 Saran
Dalam penanganan limbah gas ini, selain mengkaji dari aspek teknologi dan
menerapkan teknologi pengolahan limbah gas, perlu juga kesadaran dari
masing-masing akan apa yang diemisikan ke atmosfir Bumi. Kita ketahui
paru-paru dunia saja sedang terancam karena banyaknya penebangan. Akan
tetapi penduduk semakin banyak yang didukung oleh perkembangan
teknologi penghasil karbon dioksida, seperti kendaraan bermotor. Emisi
karbondioksida semakin bertambah, tapi penyerap karbondioksidanya hampir
habis. Bila kita mau menyeimbangkan jumlah karbondioksida di atmosfir,
kita bisa memulainya dari diri sendiri seperti bepergian dengan kendaraan
umum dan menanam pohon di lingkungan yang gundul. Begitupun dengan
industri yang mengemisikan limbah gasnya ke udara. Seharusnya industri
memproduksi secara terjadwal sehingga produk-produknya dapat dijual
secara tidak cuma-cuma tapi terencana. Bayangkan bila industri memproduksi
terus-menerus tanpa memperhatikan limbah gas yang diemisikannya. Padahal
barang yang diproduksi melebihi permintaan pasar sehingga akhirnya barang
tersebut bisa menjadi gundukan sampah

34
35
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. dkk. 2008. Dan Alam pun Bertasbih. Merasakan Kebesaran Allah
via Biologi. Penerbit Balai Pustaka: Jakarta.

Hutagalung, Michael. 2008. Teknologi Pengolahan Limbah Gas. [Online].


Tersedia : http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-
gas/ . [September 13, 2014]

Marbun. 2004. Ensiklopedia Geografi Jilid I. Penerbit Yudhistira Ghalia


Indonesia: Bogor.

Rahayu, S. Suparni. 2009. Limbah Gas dan Partikel. [Online]. Tersedia:


http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/limbah-
gas-dan-partikel/.

Anatusa, Aldino. 2013. Waspadai Hujan Asam di Sejumlah Kota. Dalam


artikel berita Antara News. [Online]. Tersedia:
http://antaranews.com/berita/360390/ waspadai-hujan-asam-di-
sejumlah-kota.html [September 15, 2014]

RENI DESMIARTI. 2014. Pencemaran Udara oleh Industri


dan Pengendaliannya
Desy Fatma. 2017. http://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-
gas

36

Anda mungkin juga menyukai