Anda di halaman 1dari 132

TUGAS KELOMPOK

FARMASI RUMAH SAKIT

MAKALAH
PENYAKIT TUBERCOLOSIS,
BRONKHITIS, SINUSITIS, INFLUENZA, FLU BABI, DAN FLU BURUNG

OLEH:
KELAS C
KELOMPOK 4

Ummy Kalsum Darwis N21116940


Fahijratin Nur Kamariah N21116942
Anintia Nitami Faradillah N21116938
Athiyah N21116939
Putri Atthohiriyah B. M N21116944
Ilham Akbar Amiruddin N21116941

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

BAB I
TUBERCULOSIS
DEFINISI

Tuberculosis atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang

menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular

dari penderita kepada orang lain.

Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel, tonjolan kecil dan keras yang

berbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri TBC

(Zubaidi, 1995).

Menurut Depkes, tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman

TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

PATOGENESIS

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.

Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,

dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit

ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan

sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus yakni tahan

terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara

mikroskopis sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium

tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

pada tempat yang gelap dan lembab.

Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa

tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di

dalam sel-sel fagosit. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di

udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi

melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur. Setelah kuman TB

masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat

menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan

dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Secara klinis, TB

dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer terjadi saat

seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi

melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan.

Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek

primer adalah sekitar 4-6 minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari

banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan

perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan

pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai persister atau dormant,
sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan kuman

akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB dalam beberapa bulan.

Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung

tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan

sistem imun lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan

bersifat sangat menular. Masa inkubasi sekitar 6 bulan. Infeksi pasca primer

terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas TB

pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura. Seseorang yang terinfeksi kuman TB belum tentu sakit atau tidak

menularkan kuman TB. Proses selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor resiko

kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada :

Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara


Lamanya kontak dengan droplet nuklei tersebut
Kedekatan dengan penderita TB

Resiko terinfeksi TB sebagian besar adalah faktor risiko external, terutama

adalah faktor lingkungan seperti rumah tak sehat, pemukiman padat & kumuh.

Sedangkan resiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah faktor internal dalam

tubuh penderita sendiri yg disebabkan oleh terganggunya sistem kekebalan dalam

tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS, pengobatan dengan

immunosupresan dan lain sebagainya. Pada penderita TB sering terjadi

komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita

stadium lanjut :
1) Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.


4) Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.


5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal

dan sebagainya.
6) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu perawatan di rumah

sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA

Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan

dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak

diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat,

penderita harus dirujuk ke unit spesialistik. Resistensi terhadap OAT terjadi

umumnya karena penggunaan OAT yang tidak sesuai. Resistensi dapat terjadi

karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai atau patuh dengan jadwal

atau dosisnya. Dapat pula terjadi karena mutu obat yang dibawah standar.

Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman

pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping

kemungkinan terjadinya penularan kepada orang disekitar penderita, juga

memerlukan biaya yang lebih mahal dalam pengobatan tahap berikutnya. Dalam

hal inilah dituntut peran Apoteker dalam membantu penderita untuk menjadi lebih

taat dan patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat (Depkes, 2005).
CARA PENULARAN

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC

batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC

dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan

berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh

yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah

bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ

tubuh seperti : paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah

bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena

yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka

dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).

Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha

dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi

jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk

dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto

rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap

dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem

kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan


sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk

sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber

produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat

diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif

terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak

dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial

ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,

meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan

adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang

lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang

peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC (Zubaidi, 1995).

KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PENDERITA

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan

suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe

penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan

untuk menetapkan paduan pengobatan yang sesuai (Zubaidi, 1995).

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus,

yaitu :

1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru


2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : Batang Tahan

Asam (BTA) positif atau BTA negatif


3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
4. Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat

Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberkulosis

dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru dan Tuberkulosis Ekstra Paru.

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil

pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam :

1) Tuberkulosis Paru BTA Positif.


a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.


2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto

rontgendada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.


TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat

keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru

yang luas (misalnya proses "far advanced" atau millier), dan/atau keadaan

umum penderita buruk.

Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ

tubuh lain selain paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung

(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran

kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada

tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :


1) TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya : TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.


2) TB Ekstra Paru Berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativ

aduplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat

kelamin.

Sedangkan berdasarkan riwayat pengobatan penderita, dapat digolongkan

atas tipe; kasus baru, kambuh, pindahan, lalai, gagal dan kronis.

Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

pernah mengonsumsi OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian

kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan

disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten yang baru.

Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB.

09).

Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah

berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang

kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan

dahak BTA positif.

Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi

positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih;
atau penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada

akhir bulan kedua pengobatan.

Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah

selesai pengobatan ulang kategori 2.

TANDA-TANDA DAN GEJALA KLINIS

Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan

berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah

batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak

nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa

kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan,

demam meriang lebih dari sebulan.

Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.

Gejala umum meliputi :

1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan

tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang

baik.
2. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria

atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
3. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering

didaerah leher, ketiak dan lipatan paha.


4. Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah

disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
5. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh

dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda

cairan dalam abdomen.


DIAGNOSIS

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala

klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik. Pada program tuberkulosis

nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan

diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai

dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya

berdasarkan pemeriksaan fototoraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan

gambaran yang khas pada TB paru.

PEMERIKSAAN PENEGASAN TB

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan

dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3

spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) (WHO, 2003).

1. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua.


2. P (pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi hari. Pemeriksaan mikroskopisnya (BTA) dapat


dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan mikroskopis biasa di mana

pewarnaannya dilakukan dengan Ziehl Nielsen dan pemeriksaan

mikroskopis fluoresens di mana pewarnaannya dilakukan dengan

auramin-rhodamin.

Hasil pemeriksaan kesimpulan


3 kali (+) atau 2 kali (+), 1 kali (-) BTA +
1 kali (+), 2 kali (-) Ulangi uji BTA 3 kali
Bila, hasil 1 kali (+), 2 kali (-) BTA +
3 kali (+) BTA -
pengulangan
Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi

ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada

pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa

kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila :

1. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)


2. Hemoptisis berulang atau berat
3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA
Alur Diagnosis TB Paru
Uji Tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk

menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering

digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC

dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji

tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%,
dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin

besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara

mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada

bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam

kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan

diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC

batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC

dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan

berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh

yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah

bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ

tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah

bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena

yaitu paru-paru.

1. Pembengkakan : 04mm, uji mantoux negatif. Arti


(Indurasi) klinis : tidak ada infeksi

Mikobakterium tuberkulosa.
2. Pembengkakan : 39mm, uji mantoux meragukan.

(Indurasi) Hal ini bisa karena kesalahan

teknik, reaksi silang dengan

Mikobakterium atipik atau setelah

vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan : 10mm,uji mantoux positif.

(Indurasi) Arti klinis : sedang atau pernah

terinfeksi Mikobakterium

tuberkulosa.

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis karena lebih 95%

infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.

Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan

diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya (WHO,

2003).

PRINSIP PENGOBATAN TB

Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan

maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah :

a. Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk

mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.


b. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan

dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed

Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).


c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
a. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.


b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.


c. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama


b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant)

sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

REGIMEN PENGOBATAN TB

Penggunaan obat anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah

antibotik dan anti infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium.

Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme yaitu aktifitas membunuh

bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai

adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin.

Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Isoniazid adalah obat TB yang

paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan dengan rifampisin dan

streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme

sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para
Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan

Rifabutin. Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan

Kanamisin umumnya mempunyai efek yang lebih toksik, kurang efektif, dan

dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan Rifabutin

digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti

TB (Bimfar, 2005).

Rejimen pengobatan TB mempunyai kode standar yang menunjukkan

tahap dan lama pengobatan, jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan

kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/4H3R3 atau

2HRZES/5HRE. Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai

yakni :

H = Isoniazid

R = Rifampisin

Z = Pirazinamid

E = Etambutol

S = Streptomisin

Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau

frekwensi. Angka 2 didepan seperti pada 2HRZE, artinya digunakan selama 2

bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf,

seperti pada 4H3R3 artinya dipakai 3 kali seminggu ( selama 4 bulan).

Sebagai contoh, untuk TB kategori I dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya :

Tahap awal/intensif adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing masing

OAT (HRZE) diberikan setiap hari.


Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan, masing masing

OAT(HR) diberikan 3 kali seminggu.

Paduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia

Paduan pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional

Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia :

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.

Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan

untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)

pengobatan sampai selesai. 1 paket untuk 1 penderita dalam 1 masa pengobatan

(Bimfar, 2005).

KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan.

Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga

kali dalam seminggu selama 4 bulan (Bimfar, 2005).


Obat ini diberikan untuk :

- Penderita baru TB Paru BTA Positif


- Penderita baru TB Paru BTA negatif Rntgen Positif yang sakit

berat
- Penderita TB Ekstra Paru berat

KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan

HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu

diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan

tiga kali dalam seminggu.

Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya

pernah diobati, yaitu:

Penderita kambuh (relaps)

Penderita gagal (failure)

Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).


KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan

(2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan

diberikan 3 kali seminggu (Bimfar, 2005).

Obat ini diberikan untuk :

Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan


Penderita TB ekstra paru ringan
OAT SISIPAN (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori

2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)

setiap hari selama 1 bulan (Bimfar, 2005).

Paduan OAT Sisipan untuk penderita dengan berat badan antara 33 50

kg

1 tablet Isoniazid 300 mg, 1 kaplet Rifampisin 450 mg, 3 tablet

Pirazinamid 500mg, 3 tablet Etambuto l 250 mg

Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam 1 dos

kecil.

Pengobatan TB Pada Anak

Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak berbeda dengan pada orang

dewasa, tetapi ada beberapa hal yang memerlukan perhatian:


Pemberian obat baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan diberikan

setiap hari.
Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak

Susunan paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR : Tahap intensif terdiri

dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) selama 2 bulan diberikan

setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid(H) dan Rifampisin (R)

selama 4 bulan diberikan setiap hari (4HR).

Pemantauan kemajuan pengobatan pada anak dapat dilihat antara lain

dengan terjadinya perbaikan klinis, naiknya berat badan, dan anak menjadi lebih

aktif dibanding dengan sebelum pengobatan.

Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Tetap

Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix

Dose Combination(FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak,

yaitu rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah

berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.


WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC karena beberapa

keunggulan dan keuntungannya dibandingkan dengan OAT dalam bentuk

kombipak apalagi dalam bentuk lepas.

Keuntungan penggunaan OAT FDC :

a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT sudah dalam satu

kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan dengan berat badan

penderita.
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah

pemberiannya dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan penderita.


c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita

tidak bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.


d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih mudah

pengelolaannya dan lebih murah pembiayaannya.

Beberapa hal yang mungkin terjadi dan perlu diantisipasi dalam

pelaksanaan pemakaian OAT-FDC : salah persepsi, petugas akan menganggap

dengan OAT-FDC, kepatuhan penderita dalam menelan obat akan terjadi secara

otomatis, karenanya pengawasan minum obat tidak diperlukan lagi. Tanpa

jaminan mutu obat, maka bio-availability obat, khususnya Rifampisin akan

berkurang. Jika kesalahan peresepan benar terjadi dalam OAT-FDC, maka akan

terjadi kelebihan dosis pada semua jenis OAT dengan resiko toksisitas atau

kekurangan dosis (sub-inhibitory concentration) yang memudahkan

berkembangnya resistensi obat. Bila terjadi efek samping sulit menentukan OAT

mana yang merupakan penyebabnya. Karena paduan OAT-FDC untuk kategori-1

dan kategori-3 yang ada pada saat ini tidak berbeda maka dapat menurunkan
nilai pentingnya pemeriksaan dahak mikroskopis bagi petugas. Pemakaian OAT-

FDC tidak berarti mengganti atau meniadakan tata laksana standar dan

pengawasan menelan obat.

Paduan pengobatan OAT-FDC yang tersedia saat ini di Indonesia terdiri

dari :

2(HRZE)/4(HR)3 untuk Kategori 1 dan Kategori 3


2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3 untuk Kategori 2

Dosis Pengobatan

Pada tabel 7 berikut ini disampaikan Dosis Pengobatan Kategori -1 dan

Kategori-3 : {2(HRZE)/4(HR)3}

Sedangkan untuk Dosis Pengobatan Kategori 2 disampaikan pada tabel

berikut{2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3}:
Jumlah standar Dosis pemakaian OAT-FDC sebulan

Pemakaian harian : 28 dosis diselesaikan dalam sebulan

Pemakaian 3 kali seminggu : 12 dosis diselesaikan dalam sebulan

Satu blister tablet FDC (4FDC atau 2FDC) terdiri dari 28 tablet
PERHATIAN KHUSUS UNTUK PENGOBATAN

Beberapa kondisi berikut ini perlu perhatian khusus :

Wanita Hamil

Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada wanita hamil tidak berbeda

dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk wanita

hamil, kecuali streptomisin karena dapat menembus barier placenta dan dapat

menyebabkan permanent ototoxic terhadap janin dengan akibat terjadinya

gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada janin tersebut.

Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat

penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan

dilahirkannya terhindar dari kemungkinan penularan TB.

Ibu Menyusui dan Bayinya

Pada prinsipnya paduan pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda

dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.

Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduanOAT secara


adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah

penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan

bayi tersebut dapat terus menyusu. Pengobatan pencegahan dengan INH dapat

diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya selama 6 bulan.

BCG diberikan setelah pengobatan pencegahan.

Wanita Penderita TB Pengguna Kontrasepsi.

Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan

KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.

Seorang wanita penderita TB seyogyanya mengggunakan kontrasepsi non

hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).

Penderita TB dengan Infeksi HIV/AIDS

Prosedur pengobatan TB pada penderita dengan infeksi HIV/AIDS adalah

sama seperti penderita TB lainnya. Obat TB pada penderita HIV/AIDS sama

efektifnya.

Penderita TB dengan Hepatitis Akut

Pemberian OAT pada penderita TB dengan hepatitis akut dan atau klinis

ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan

dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan SE selama 3 bulan

sampai hepatitisnya sembuh dan dilanjutkan dengan RH selama 6 bulan, bila

hepatitisnya tidak sembuh seharus dilanjutkan sampai 12 bulan.

Penderita TB dengan Penyakit Hati Kronik

Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal

hati sebelum pengobatan TB. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali
OAT harus dihentikan. Pirazinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan obat yang

dapat dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE atau 9RE.

Penderita TB dengan Gangguan Ginjal

Isoniazid, Rifampisin dan Pirazinamid dapat diberikan dengan dosis

normal pada penderita-penderita dengan gangguan ginjal. Hindari penggunaan

Streptomisin dan Etambutol kecuali dapat dilakukan pengawasan fungsi ginjal

dan dengan dosis diturunkan atau interval pemberian yang lebih jarang. Paduan

OAT yang paling aman untuk penderita dengan gangguan ginjal adalah

2RHZ/6HR.

Penderita TB dengan Diabetes Melitus

Diabetesnya harus dikontrol. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan

Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea)

sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Hati-hati dengan penggunaan etambutol,

karena mempunyai komplikasi terhadap mata.

Pengobatan atau Tindak Lanjut Bagi Penderita yang Sembuh, Meninggal,

Pindah, Lalai / Drop Out dan Gagal

1. Penderita Yang Sudah Sembuh

Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) paling

sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif (yaitu pada AP dan/atau sebulan

sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya). Tindak lanjut :

penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri

dengan mengikuti prosedur tetap.


2. Pengobatan Lengkap

Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi

tidak ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak

lanjut : Penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan

diri dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA

positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai dengan petunjuk.

3. Meninggal

Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab

apapun.

4. Pindah

Penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain. Tindak

lanjut : penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah (Form TB.09) dan

bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita dikirim

kembali ke UPK asal, dengan formulir TB.10.

5. Defaulted atau Drop Out

Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai. Tindak lanjut : lacak penderita tersebut dan

beri penyuluhan pentingnya berobat secara teratur. Apabila penderita akan

melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak. Bila positif mulai

pengobatan dengan kategori-2 ; bila negatif sisa pengobatan kategori-1

dilanjutkan.
6. Gagal

Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada

akhir pengobatan. Tindak lanjut :

- Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 mulai

dari awal.
- Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK

spesialistik atau berikan INH seumur hidup.


- Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan

kedua menjadi positif. Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 mulai

dari awal.
Daftar Obat Antituberkulosis

Nama Obat Dosis Mekanisme Kerja Indikasi Efek samping Nama Paten Pabrik BP
Isoniazid (H) Untuk pencegahan, Mekanisme kerja Tuberkolosis Neuritis perifer (untuk Bacbutinh Armoxindo

dewas 300 mg/hari, berdasarkan dalam pencegahan diberikan tablet Farma

anak-anak 10 terganggunya kombinasi suplemen vit B6) INH Sandoz


Ikterus (harus dimonitor
mg/KgBB/hari sintesa mycolic dengan obat cibatablet Mersifarma
fungsi hati antara lain
sampai 300 mg. acid, yang lain INHA 400tab TM
Untuk pengobatan TB transaminase minimal
diperlukan untuk profilaksis. Inoxin tablet Dexa medica
dalam kombinasi, 1x /bulan terutama
membangun Kapedoxin Erlimpex
dewasa 300 mg/hari bilaterdapat tanda tanda
dinding bakteri. tablet Ikhapharmindo
atau 15 hepatitis)
Hipersensitivitas Niacifort- GMP
mg/KgBB/hari Lain-lain : mulut kering,
6tablet Nufarindo
sampai 900 mg. nyeri epigastrik,
Niazitolkapsu Landson
Anak-anak 10-20 methemoglobinemia,
l Sanbe
mg/KgBB/hari tinitus, retensi urin.
Nufadoxin Armoxindo
sampai 900 mg. fortetablet farma

Pulnatablet

Santibitablet

Suprazidtable

Rifampisin (R) Bruselosis, Menghambat Bruselosis, Ikterus Corifarmkaps Coronet


legionelosis, Flu like sndrome
legionelosis, infeksi sintesa RNA infeksi berat sindrom Redman ul Landson
Lain-lain: nyeri
berat stafilokokus bakteri dengan stafilokokus Lanarif kapsul Mersifarma
tuberkolosis epigastrik, reaksi
dalam kombinasi mengikat subunit Merimackaps TM
hipersensitivitas,
dengan obat lain, oral beta DNA dendent ul Sanbe
supresi imunitas
atau intravena 0,6- RNA polymerase, Rifamtibikaps Sandoz

1,2g/hari (dalam memblok transkipsi ul

dosis terbagi 2-4) RNA Rimactanekap

Tuberkolosis 10 mg/kg sul


(8-12 mg/kg) perhari,

maksimum 600

mg/hari, dua atau tiga

kali seminggu.

Etambutol (E) Dewasa dan anak >13 Menekan Tuberkolosis neuritis optik Bacbutol Armoxindo
Gout
thn: 15-25 multiplikasi dalam Lain-lain: nyrei sendi, tablet farma

mg/kgBB/hari mikobakteria kombinasi nyeri epigastri, nyrei Corsabutoltab Corsa


Pengobatan awal: 15
dengan cara dengan obat perut, malaise,sakit let GMP
mg/KgBB/hari
Pengobatan lanjutan: menggaggu sintesa lain kepala, sempoyongan, Niazitolkapsu Hexpharm

50 mg/KgBB/hari RNA, juga linglung, bingung, l Mersifarma

sampai total 2,5 g 2 menghindarkan halusinasi Tibigonkapsul TM

kali seminggu terbentuknya Tibitol tablet

mycolic acid pada

dinding sel.
Pirazinamid (Z) Untuk 2 atau 3 bln Pirazinamid Tuberculosis gangguan hati
Gout
pertama : 25 berubah menjadi dalam Lain-lain:

mg/kg/hari (20-30 asam pyrazinoik, kombinasi obat artralgia,anorexia,


mg/kg/hari) sehinggah terjadi lain. mual muntah, disuria,
35 mg/kg (30-40
penurunan pH malaise, demam
mg/kg) tiga kali
lingkungan bakteri.
seminggu
50 mg/kg (40- Bersifat

60mg/kg) dua kali bakteriostatik atau

seminggu bakterisid

tergantung pada

konsentrasi obat

ditempat infeksi.
Streptomisin Stiap hari 15 mg/kg Mekanisme kerja Tuberculosis Hipersensitivitas
Maks 1 g Dapat menurunkan
(S) Dua kali/ seminggu berdasarkan dalam
fungsi ginjal
25-30 mg/kg penghambatan kombinasi obat mempengaruhi saraf
Maks 1,5 g sintesa protein lain. otak ke-8, dapat
Tiga kali/ seminggu
kuman menimbulkan
25-30 mg/kg
Maks 1 g dengan jalan gangguan vesikuler

pengikatan pada seperti sempoyongan,

RNA ribosomal vertigo dan tuli


BAB II

BRONKHITIS

DEFINISI

Bronkhitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran bronkhus.

Bronkhitis merupakan penyakit pernapasan yang lebih serius dibandingkan batuk-

pilek, karena kalau dibiarkan akan timbul pneumonia atau radang paru. Penyakit

ini lebih sering terjadi pada udara lembab.

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh

sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa

bersifat serius.

Apabila daya tahan tubuh menurun maka kuman akan menerobos jaringan

jaringan dan mulai berinteraksi. Bronkhitis ini juga dapat juga muncul akibat

dari campak, demam berdarah, batuk rejan, flu, demam thypus dan infeksi

lainnya.

PATOFISIOLOGI

Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat

timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya

virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi saluran nafas

bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronik jika pasien mengalami

batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu

tahun atau paling sedikit dua tahun berturut- turut.


Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi

maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan

menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi,

kongesti, edema mukosa dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis

lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam

keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami

hambatan.

Pasien dengan bronchitis kronik akan mengalami :

a. Peningkatan ukuran dan jmulah kelenjar mucus pada bronkus besar sehingga

meningkatkan produksi mucus.


b. Mucus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliar yang dpaat menurunkan mekanisme pemberian mucus.

Pada keadaan normal paru-paru memiliki kemampuan yang disebut

mucocilliary defence yaitu system penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh

mucus dan siliari. Pada pasien bronchitis akut, system mucocilliary defence paru-

paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi

timbul kelenjar mucus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia (ukuran membesar

dan jumlah bertambah) sehingga produksi mucus akan meningkat.

Mucus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan

napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan

udara terperangkap pada bagian distal di paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan

penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis.

Pada saat penyakit makin parah, sering ditemukan produksi sputum yang

hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.


Infeksi bronkus dan trakea menyebabkan membran mukosa udem dan

merah serta peningkatan sekresi bronkus. Kerusakan epitel saluran pernafasan

dapat bervariasi dari ringan-berat dan dapat berpengaruh pada fungsi mukosiliari

bronkus. Selain itu peningkatan sekresi bronkial yang kental dan lengket akan

mengganggu aktifitas mukosiliari.

Pada bronkhitis kronis, dinding bronkus menebal dan jumlah mucus yang

disekresi sel globet dipermukaan epitel bronkus besar dan kecil meningkat nyata.

Hipertropi kel mucus dan dilatasi saluran kelenjar mucus juga ditemui. Akibatnya

pasien dengan kronis bronkhitis mempunyai lebih banyak mukus secara nyata di

saluran nafas perifer dan seluruhnya akan mengganggu pertahanan paru normal

dan menyebabkan penyumbatan mukus di saluran pernafasan yang lebih kecil.

Selanjutnya kondisi patologis ini dapat menyebabkan parut pada bronkus kecil

dan meningkatkan obtruksi saluran nafas dan perlemahan dinding bronkus.

KLASIFIKASI DAN GEJALA

a Bronkhitis Akut

Gejala yang timbul pada bronkhitis akut antara lain yaitu : terasa sakit pada

sendi-sendi, lemas seperti saat flu, demam ringan atau demam tinggi, dada terasa

tidak nyeri terutama di belakang tulang dada, sesak nafas, sering diiringi batuk

keras dan kering yang hampir terus menerus, dan terdapat lendir kental/ludah

dalam tenggorokan. Apabila ludah yang dikeluarkan berwarna kuning ketika

batuk, maka hal tersebut menandakan adanya infeksi.

Penderita bronkhitis akut harus lebih banyak istirahat dan menghindari

kelelahan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi, hindari debu, dan zat-zat
kimia yang merangsang, hentikan menghisap rokok, dan gunakan antibiotik alami

seperti misalnya bawang putih, virgin coconut oil, atau bee propolis untuk

memberantas infeksi bacteria.

b Bronkhitis Kronis

Bronkhitis kronis atau menahun ditandai dengan tersumbatnya saluran

pernafasan secara kronik, terjadi secara lamban dan lama-lama menjadi parah, bila

tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit paru-paru yang lebih serius.

Penyakit ini menyebabkan paru-paru mengalami perubahan-perubahan sehingga

menjadi tidak normal lagi, misalnya ada pembentukan jaringan-jaringan ikat atau

komplikasi serius lainnya.

Perubahan tersebut menyebabkan gangguan gerak paru-paru normal

sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam dan keluar seperti biasanya.

Bronkhitis kronis biasa terdapat pada orang yang suka merokok dan pada usia

menengah sampai lanjut. Penyakit ini sering berhubungan atau berjalan

bersamaan dengan penyakit paru-paru lainnya seperti empisema dan

bronkhiektasis.

Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok, kandungan

tar pada rokok bersifat merangang secara kimiawi sehingga dapat menimbulkan

kerusakan selaput lendir saluran-saluran pernafasan. Bronkhitis kronik juga

dapat disebabkan karena infeksi saluran pernafasan yang terjadi secara berulang-

ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Faktor keluarga dan genetis/keturunan juga

berperan membuat seseorang terkena bronkhitis kronik.


Bronkhitis kronis tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru terasa

setelah usia setengah baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan sering batuk-

batuk. Keadaan tersebut akan semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia

dan perkembangan penyakit, sehingga menyebabkan kesukaran bernafas,

kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi paru-paru.

Jika semakin parah dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan jantung,

kelumpuhan, kegagalan pernafasan yang parah, serta kematian. Oleh karena itu

untuk mengurangi berlanjutnya penyakit agar tidak menjadi parah dan sebelum

kerusakan paru-paru semakin meluas, perlu menghentikan merokok dan hal-hal

yang mengganggu pernafasan, menghindari cuaca yang terkena polusi, menjaga

agar ruangan tetap hangat dan tidak pengap/lembab, mengkonsumsi makanan

yang bergizi dengan diet yang seimbang, istirahat yang cukup, gunakan suplemen

dan antibiotik alami untuk mengobati infeksi bakteri dan virus.

MANIFESTASI KLINIK

a Bronkitis adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri dan jarang

menyebabkan kematian. Bronchitis akut biasanya diawali dengan infeksi

saluran pernapasan atas. Pasien mengalami gejala yang tidak spesifik

seperti: tidak enak badan dan sakit kepala, ingusan, sakit leher.
b Batuk adalah penanda bronchitis akut yang terjadi awal dan akan menetap

walaupun keluhan nasal dan nasofaring menghilang. Seringkali, awalnya

batuk nonproduktif tapi berkembang menghasilkan sputum yang

mukopurulen.
c Pemeriksaan dada menunjukkan adanya ronki dan bunyi tidak normal

bilateral (rale moist bilateral). Foto sinar X menunjukkan hasil normal.


Kultur bakteri sputum umumnya digunakan secara terbatas karena

ketidakmampuan untuk meniadakan flora normal nasofaring dengan teknik

sampling.
d Uji deteksi virus dapat digunakan bila diagnosa spesifik dibutuhkan.

Kultur atau diagnose serologi M. pneumonia dan kultur atau deteksi Ab

langsung secara fluoresensi untuk B. pertusis seharusnya dilakukan pada

kasus berat dan lama bila perkiraan epidemologi menunjukkan keterlibatan

patogen tersebut.
PENATALAKSANAAN PENGOBATAN
a Terapi Non-Farmakologis

Penanganan bronkhitis bisa dilakukan dengan berobat jalan atau di rumah

sakit. Bila pengobatan dilakukan dengan baik, bronkhitis sebetulnya bisa

diatasi dengan segera. Beberapa hal yang dapat dilakukan :

1 Perlu menghentikan merokok (bagi perokok) dan hal-hal yang

mengganggu pernafasan.
2 Menghindari cuaca yang terkena polusi,
3 Menjaga agar ruangan tetap hangat dan tidak pengap/lembab,
4 Mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan diet yang seimbang,
5 Istirahat yang cukup, gunakan suplemen dan antibiotik alami untuk

mengobati infeksi bakteri dan virus.

Selama sakit hindari mengkonsumsi karbohidrat tinggi, manis-manis

(kecuali dari madu, stevia dan gula jawa) , kentang, susu, junk food, donat, soft

drink, alkohol dan gorengan.

Untuk pengobatan secara alami dan tanpa efek samping, gunakan

suplemen yang mengandung antiradang (anti-inflamasi), anti-infeksi, antibiotik,

antibakterial, meredakan batuk (anti-tussif), seperti misalnya minyak ikan,


bawang putih, virgin coconut oil, bee propolis, madu murni yang mengandung bee

pollen, dan sebagainya.

b Terapi Farmakologi
1 Terapi simtomatis dan suportif. Antipiretik tunggal seringkali cukup.

Istirahat dan analgesik-antipiretik lemah sering dapat mengatasi

keluhan lemah dan demam. Aspirin atau parasetamol (650 mg untuk

dewasa dan atau 10-15 mg/kg bb/dosis pada anak dengan dosis harian

maksimum dewasa 4 g dan 60 mg/kg).


2 Atau gunakan ibuprofen 200-800 mg pada dewasa, anak 10 mg/kg. Dosis

maksimum dewasa 3,2 g dan 40mg/kg/dosis pada anak. Berikan stiap 4-6

jam.
3 Pasien dianjurkan untuk minum cairan untuk mencegah dehidrasi dan

kemungkinan penurunan sekresi respirasi dan kekentalan mukus. Pada

anak pemberian aspirin harus dihindari karena adanya hubungan antara

penggunaan aspirin dengan munculnya sindrom Reye. Parasetamol lebih

dianjurkan.
4 Terapi embun dan atau penggunaan uap dapat mengencerkan seret. Batuk

ringan yang menetap yang mengganggu dapat diterapi dengan

dekstromethorphan. Terapi batuk yang lebih berat mungkin

membutuhkan kodein atau obat yang sejenis.


5 Penggunaan rutin antibiotik tidak dianjurkan, tetapi pada pasien dengan

demam menetap dan gejala pernafasan lebih dari 4-6 hari., kemungkinan

adanya infeksi bakteri harus dicurigai.


6 Bila mungkin terapi antibiotik ditujukan terhadap patogen yang

diantisipasi (misalnya Streptococcus pneumonia dan Haemophilus


influenza) dan atau bakteri yang dominan tumbuh pada kultur

kerongkongan.
7 M. pneumonia bila dicurigai atau positif aglutinin dingin (titer > 1:32)

atau dipastikan oleh kultur/serologi. Terapi dengan eritrosmisi atau

nalognya (klaritomisisn atau azitomisin)/fluorokuinolon juga

menunjukkan aktivitas terhadap pathogen tersebut (misalnya

gatifloksasin atau levovofloksasin dosis tinggi) dan dapat digunakan pada

orang dewasa.
8 Selama epidemik yang melibatkan virus influenza A, amantadin atau

rimantadin mungkin efektif untuk meminimkan gejala-gejala terkait bila

diberikan di awal penyakit.

Tabel Terapi Awal Pada Bronchitis

PENGOBATAN TRADISIONAL
Pengobatan tradisional pada penderita bronkhitis dapat menggunakan

salah satu ramuan dibawah ini secara teratur 2 kali sehari.

Nama Tanaman Bagian Yang


Kandungan Kimia Cara Pemakaian
(Simplisia) digunakan
Bayam duri Amaranthin, rutin, Daun yang Daun

(amaranthus kalium, nitrat, segar atau genggam dicuci

spinosus,Linn) piridoksin, dan kering dan digiling

garam-garam fosfat halus, diberi air

masak 3 sendok

makan dan

garam sedikit,

diperas, dan

disaring lalu

diminum 2x

sehari.
Pegagang Asiaticoside,meso- Daun 30 gram daun

(centella asiatica) inosetol, centellose, pegagan atau

caretenoid, garam, antanan dan 15

Ka, Na, Ca cc air hingga

tersisa 250 cc,

kemudian

diminum selagi

hangat.
Patikan kebo Flavanoid, glikosida, Herba atau Herba patikan

(hirtae herba) sterol, seluruh bagian kebo segar yang


enfosterol,jambulol, tanaman belum berbunga

asam melisat. 10 gram, air

secukupnya,

dipipis,

diminum 1 kali

sehari

cangkir
Senggugu Ka, Na, dan Daun, kulit Akarnya

(clerodendrum alkoloid, kulit akar batang, dan diseduh dengan

serratum) mengandung bunga air hangat lalu

glikosida fenol, kulit diminum

batang mengandung

triterpenoid, kulit

akar mengandung

glikosida fenol,

manitol, dan

sitosterol
Komfrey (Symphytum Simphytidin, Daun dengan Daun segar 4

officinale) echimidine, atau tanpa lembar dilalap,

anacodine, alkoloid tangkai atau setelah

pyrilozidine, tanin, akar dilemaskan

dan minyak atsiri dengan garam

dan dicuci

untuk 2x. Daun


segar 4 lembar

di buat juice,

sarinya

diminum untuk

2x, atau daun 4

lembar direbus

dengan 4 gelas

air hingga

tersisa 3 gelas,

minum 2x

sehari
Kitold (isotoma longi Alkoloid, saponin, Daun, bunga, 3 lembar daun

flora) flavanoid, poliverol dan seluruh dicuci bersih

tanaman lalu direbus

dengan 2 gelas

air bersih

sampai tersisa 1

gelas. Setelah

dingin disaring

lalu diminum.

Lakukan 2x

sehari pagi dan

sore
Tunjung (nymphacea Flavanoid, glikosida, Akar, bunga, Bunga 3 - 5
lotus L) triterpen pemakaian kuntum

segar atau yang ditambahkan

telah digunakan dengan akar 6 -

9 gram lalu

direbus
Taki kotok (tagetes Bunga mengandung Bunga yang 15 bunga

erecta) tagetin 0,1%, kering tagetes erecta +

terthienyl, halenian gula enau,

0,74%, flavoxantin direbus lalu

diminum
Sambiloto Herba kering Herba kering

(andrographis sebanyak 10

paniculata) 20 gr direbus

atau herba

kering digiling

haus menjadi

bubuk lalu

diseduh, minum

atau 3 4 kali

sehari
Kembang teleng Saponin, flavanooid, Seluruh Gadokan

(clitoria ternatea) alkoloid, ca-oksalat, tanaman akarnya direbus

sulfur utamanya lalu diminum

akarnya
PENATALAKSANAAN TES

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya

lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi

ronki atau bunyi pernapasan yang abnormal. Pemeriksaan lainnya yang biasa

dilakukan tes fungsi paru-paru, rontgen dada.

Kelainan laboratorium.

Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat

ditemukan polisitemia sekunder. Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya

normal. Sering ditemukan anemia yang menunjukan adanya infeksi kronik, atau

ditemukan leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif.

Urin umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan

ditemukan proteiuria. Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap

antibiotic perlu dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.

Kelainan radiologist

Gambaran foto dada (plain film) yang khas menunjukan adanya kista-kista

kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada daerah yang

terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau kolaps.

Gambaran bronchitis akan jelas pada bronkogram.

Kelainan faal paru

Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital ( KV ) dan kecepatan

aliran udara ekspirasi satu detik pertama ( FEV1 ), terdapat tendensi penurunan,

karena terjadinya obstruksi aliran udara pernafasan. Dapat terjadi perubahan gas
darah berupa penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas regional ( maupun

difus ) distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi paru.\

PENCEGAHAN PENYAKIT BRONKHITIS

Jika sering mengalami serangan bronkitis atau berulang, penyebabnya

mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab - khususnya

dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat anda lebih

rentan terhadap bronkitis akut. Ketika masalah menjadi berat, anda mungkin

perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana anda hidup

dan bekerja.

Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan

melindungi paru-paru anda secara umum adalah :

1. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau

meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.


2. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu.

Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin

rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama

musim flu.
3. Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat

lembab sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan

peningkatan produksi secret.


4. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Misalnya telur, susu, daging dan sebagainya.


5. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari

influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu


melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko

bronkitis.
6. Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari

60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit

jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis.

Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi

anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di

bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada

pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki

kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia

sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan

ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda

memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan

shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu

lagi.
- Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk

mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan

membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok

hidung atau mata Anda.


- Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak

waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk

memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi

risiko infeksi.
Daftar Obat Bronkhitis

No Nama Obat Golongan Indikasi Efek Samping Dosis Nama Nama Paten Pabrik

(gram) Generik
1. Ampisilin Antibiotik Infeksi saluran Ruam kulit, Dosis Ampisilin Binotal Bayer

(BPJS) golongan saluran kemih, urtikaria, Lazim:0,25 kapsul, farma

penisilin otitis media, gangguan -0,5 Indonesia.

spectrum sinusitis, slauran cerna Dosis / Kalpacilin Kalbe

luas. bronkhitis hari: 4 kapsul farma

kronis, Ampex Pharmac

salmonelosis kapsul Apex

invasive, Pharocillin Pharos

gonore. kaptab

Ambiopi Mesifarm

kaptab a
2. Amoksisilin Antibiotik Infeksi kulit dan Ruam Dosis Amoksisilin Amoxsan Sanbe
(BPJS) golongan jaringan lunak, makulopapular Lazim: 0,5 kapsul

penisilin saluran nafas, eritematosa, Abamcx Kresna

spectrum saluran kemih urtikaria, serum kapsul Karya

luas. kelamin, GO. sickness, Alphamox Pharmac

anafilaksis, kapsul Apex

gangguan Kimoxil Kimia

gastrointestinal kapsul Farma

(saluran cerna),

reaksi

hematologik.
3. Doksisiklin Antibiotik Eksaserbasi Infeksi saluran Dosis Doxycline Dotur Novaris

golongan bronchitis nafas, GI, Lazim : 0,1 kapsul Indonesia

Betalaktam kronis, saluran kemih, Dosis /

bruselosis, kulit, dan hari: 2 Doxin Medifarm

klamida, mikro- jaringan lunak. kapsul a


plasma dan interdoxin

riketsia, efusi kapsul Interbat

pleura karena Siclidon

keganasan atau kapsul Sanbe

sirosis, Viadoxin

aknevulgaris, kapsul Pyridam

sinusitis kronis.

4. Levofloksasi Golongan Terapi sinusitis Reaksi Dosis Levofloksasi Cravit Kalbe

n Kuinolon maksilaris akut, hipersensitif, Lazim : n tablet Farma

(BPJS) bronchitis insomnia, pusing 0,5-0,75 Reskuin Dankos

kronis atau sakit Dosis / hari tablet

eksaserbasi kepala, :1

akut, peningkatan
pneumonia ureum dan

yang di dapat kreatinin, SGOT

dari lingkungan, dan SGPT,

ISK, infeksi leukoopenia,

kulit dan anemia,

jaringan lunak eosinofilia,

tak trombositipenia,

terkomplikasi. mual, rasa tidak

nyaman pada

abdomen, diare,

anoreksia,

dispepsia, jarang

kolitis

pseudomembran
, kejang dan

psikosis toksik.
5. Cefaklor Golongan Infeksi sal nafas Gangguan GI, Dosis Cefaclor Cefabiotic Prapta

Sefalosforin bag atas dan reaksi alergi. Lazim : tablet Nirmala

bwh, infeksi 0,25-0,5 Ceclor Tempo

kulit dan Dosis / hari kapsul

jaringan lunak, :3 Cloracef Ethica

sinusitis, kapsul

uretritis GO. Especlor Darya

kapsul Varia

Medikoncef Medikon

kapsul
6. Cefprozil Golongan Infeksi saluran Diare, colitis, Dosis / hari Cefrozil Cefzil Squibb

Sefalosforin nafas atau kulit, sakit kepala, : 0,5 Indonesia

infeksi jaringan ruam, pruritus,


lunak, Brokhitis urtikaria, serum

kronik, Otitis sickness,

media. anafilaksis,

gangguan fungsi

hati, gangguan

darah seperti

trombositopenia,

leucopenia dll
7. Cefuroksim Golongan Infeksi saluran Diare, colitis, Dosis Cefuroxime Anbacim Sanbe

Sefalosforin nafas atau kulit, sakit kepala, Lazim : Cefurox Prafa

infeksi jaringan ruam, pruritus, 0,25 Kalcef Kalbe

lunak, Brokhitis urtikaria, serum Dosis / hari Sharox Farma

kronik, Otitis sickness, : 0,5 Pratapa

media.Profilaksi anafilaksis, (untuk Zinnat Nirmala

s tindakan gangguan fungsi kasus berat Glaxo


bedah. hati, gangguan dapat Operation

darah seperti ditingkatka UK

trombositopenia, n dua kali

leucopenia dll lipat)


8. Ciprofloksazi Golongan Infeksi saluran Mual, muntah, Dosis Ciprofloksasi Baquinor Sanbe

n (BPJS) Kuinolon nafas, saluran diare, sakit Lazim : n Bernoflox Bernofarm

kemih, saluran perut, sakit 0,25-0,75 Cetafloxo Soho

cerna dan kepala, ruam, Dosis / hari Ciflos Guardian

gonore. pruritus, : 0,5-1,5 Ciproxin Bayer

anafilaksis, Farma

disfagia, tremor, Corsacin Indonesia

konvulsi, Gurolone Corsa

ikterus, hepatitis Darya Varia

dengan

nekrosis,gagal
ginjal,

vaskulitis,

urtikaria,
9. Azitromisin Golongan Infeksi saluran Fotosensitivitas Dosis Azitromisin Aztrin Pharos

(BPJS) Makrolida nafas, otitis dan neutropenia Lazim : Mezatrin Sanbe

media, infeksi ringan pada 0,25-0,5 Zifin Prapta

klamidia daerah wanita hamil. Dosis / hari Zithrax Nirmala

genital tanpa Mual, muntah, : Zithromax Dankos

komplikasi. nyeri perut, 1 Pfizer

diare, urtikaria, Zitrin Indonesia

gangguan Bintang

pendengaran, Toedjoe

gangguan

jantung(aritmia

dan nyeri dada),


ikterus

kolestatik.
10. Klaritromisin Golongan Infeksi saluran Gangguan Dosis Klaritromisin Abbotic Abbot

(BPJS) Makrolida pernafasan, fungsi ginjal, Lazim : Indonesia

pada dosis 0,25-0,5 Bicrolid Sanbe

tinggi. Dosis / hari Clambiotic Bintang

: Toedjoe

2 Pharos

Claros Combiphar

Comtro Soho

Heltic Kalbe

Klarid Farma
11 Salbutamol -2 Agonis Kejang Bronkus Pada pemakaian Dosis : Salbutamol Salbron Dankos

(BPJS) pada semua Dosis besar Dws> Salbuven Pharos

asma bronkial, kadang 12thn 2- Virtolin Afi Farma

Bronkitis ditemukan 4mg sehari Varsebron Varia Sekata

Kronis, dan terjadi tremor, 3-4x atau Fahrenheit

enfisema palpitasi, kejang 1-2 sendok, Fartolin Euro Med

otot, takikardi, (5-10ml) Hivent

sakit kepala dan sehari 3-4

tegang. kali. Anak :

2-6 tahun

1-2mg

sehari 3-4x

atau

sendok
(0,25-5ml)

sehari 3-4x

12 Ipratropium Antikolinerg Mencegah dan Tremor Ringan, Dosis : Ipratropium Berodual Boehringar

Bromida ik mengobati pd otot rangka, Dws dan Bromida Atrovent Ingelhim

(BPJS) gejala ggn sal gelisah, anak usia

nafas obstruksi palpitasi, mulut sekolah,

kronis yang kering, iritasi saat

disertai tenggorokan, serangan 2

brokospasme atau reaksi semprot,bil

reversible spt alergi, batuk, a tidak ada


asma bronchial, memperberat perbaikan

khususnya retensi urin, pd setelah

bronchitis penderita 5mnt

kronis, dengan obstruksi sal berikan 2

atau tanpa kemih semprot

enfisema. lagi.

13 Metilpredniso Kortikostero Pengobatan Ggn Dosis : Metilprednis Metidrol Medikon

lon (BPJS) id inflamasi, dan keseimbangan awal 4-48 olon Prima

kondisi alergi, elektrolit dan mg,

kelainan cairan kemudian Metisol Hexpharm

rematik yg tubuhkelemahan dikurangi

berespon otot, penurunan bertahap Metrison Dexa

terhadap terapi resistensi thdp sampai Medica

kortikosteroid, infeksi, ggn dosis


asma bronchial, penyembuhan efektif

sindrom steven luka, terendah

johnson meningkatnya untuk

TD, katarak, terapi

gangguan pemelihara

pertumbuhan pd an, anak

anak, 0,8-1,1

osteoporosis. mg/BB/har

i
BAB III

SINUSITIS

DEFINISI PENYAKIT

Sinusitis adalah peradangan dan atau infeksi pada sinus paranasal mucosa.

Istilah rinosinusitis digunakan oleh beberapa ahli karena sinusitis biasanya juga

melibatkan mucosa hidung. Meskipun sebagian besar infeksi ini adalah berasal

dari virus, antimikroba sering diresepkan pada penyakit ini. Dengan demikian

penting untuk membedakan antara virus dan bakteri sinusitis untuk membantu

dalam mengoptimalkan keputusan pengobatan.


Sinusitis virus dan sinusitis bakteri sulit untuk dibedakan

karena presentasi klinis mereka mirip. Infeksi virus, cenderung untuk

menyelesaikan dengan 7 sampai 10 hari. Gejala di luar waktu ini atau

memburuknya gejala cenderung menunjukkan infeksi bakteri. Bakteri sinusitis

akut berlangsung kurang dari 30 hari dengan resolusi gejala lengkap, sedangkan

sinusitis kronis didefinisikan sebagai episode peradangan yang berlangsung lebih

dari 3 bulan dengan gejala pernapasan.


Tidak ada temuan klinis dapat secara akurat mendiagnosa penyakit ini

dibandingkan dengan standar terbaik, aspirasi sinus (>10 5 organisme/mL). Antara

5% dan 13% infeksi virus saluran pernapasan atas pada anak-anak yang

disebabkan oleh bakteri sinusitis, sedangkan hanya 0,5% sampai 2% dari

pernapasan atas virus infeksi saluran pada orang dewasa yang disebabkan oleh

sinusitis. Faktor-faktor lainnya yang dapat dikaitkan dengan penyakit sinus

termasuk peradangan alergi, penyakit sistemik, trauma, paparan lingkungan, dan


anatomi abnormalities. Komplikasi termasuk osteitis, orbital selulitis, meningitis,

dan abses otak, tapi sangat jarang.

Tanda Klinik dan Diagnosis Bakteri Sinusitis


Umum
Tidak ada tanda infeksi pernapasan atas setelah 7-14 hari
Gejala dan Tanda

Akut

Dewasa

Nasal discharge/kongesti
Sakit rahang gigi, wajah atau nyeri sinus yang (unilateral dalam) tertentu serta

kerusakan setelah perbaikan awal


Tanda semakin parah atau berkelanjutan (setelah 7 hari) dan gejala yang paling

mungkin karena bakteri dan harus ditangani dengan antimikroba

Anak-anak

Nasal discharge dan batuk selama lebih dari 10-14 hari atau tanda-tanda parah

dan gejala seperti suhu di atas 39C (102,2F) atau wajah bengkak atau nyeri

indikasi untuk terapi antimikroba.

Kronis.

Gejala mirip dengan sinusitis akut tetapi lebih spesifik


Rhinorrhea dikaitkan dengan eksaserbasi akut
Kronis batuk tidak produktif, radang tenggorokan, dan sakit kepala dapat

terjadi
Infeksi kronis/berulang terjadi tiga sampai empat kali setahun dan responsif

terhadap panas dan dekongestan

ETIOLOGI
Virus bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus sinusitis akut,

namun, bila gejala yang sering ( 7 hari) atau berat, bakteri mungkin penyebab

utama atau penyebab infeksi sekunder. Sinusitis akut disebabkan oleh bakteri

yang sama dengan bakteri penyebab otitis akut S.pneumoniae dan H.influenzae.

Organisme ini menyebabkan sekitar 70% dari bakteri penyebab sinusitis akut pada

orang dewasa dan anak. M.catarrhalis juga penyebab pada anak (sekitar 25%). S.

pyogenes, S.aureus, jamur, dan anaerob kurang sering dikaitkan dengan sinusitis

akut sinusitis.

PATOFISIOLOGI

Mirip dengan otitis media akut, sinusitis bakteri akut biasanya didahului

oleh infeksi saluran pernapasan karena virus yang menyebabkan peradangan

mukosa. Ini dapat menyebabkan obstruksi ostium sinus pada jalur yang

mengalirkan sinus. Sekresi mukosa menjadi terperangkap, pertahanan lokal

terganggu, dan bakteri dari permukaan yang berdekatan mulai untuk berkembang

biak. Patogenesis sinusitis kronis belum diteliti dengan baik. Apakah itu

disebabkan oleh patogen atau ada kecacatan dalam fungsi kekebalan inang,

beberapa pasien mengalami gejala kronis setelah infeksi akut mereka.

DIAGNOSIS

Diagnosis melibatkan serangkaian tes dibawah ini termasuk :

Tes darah rutin. Ini membantu dalam deteksi infeksi . Infeksi ini dapat

menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih. Alergi atau demam


menimbulkan sinusitis dapat menyebabkan kenaikan dalam jenis tertentu

dari sel darah putih yang disebut Eosinofil.


Spesialis THT menggunakan sinar khusus untuk memeriksa bagian dalam

hidung. Hal ini membantu dalam deteksi polip hidung, taji tulang hidung,

septum hidung menyimpang dan cacat anatomi lainnya yang dapat

menyebabkan penyempitan saluran hidung dan menyebabkan rentan

terhadap sinusitis.
Sebuah cahaya yang bersinar terhadap sinus. Biasanya sinus muncul

berongga dan cahaya bersinar melalui pemberian cahaya kemerahan. Ketika

cahaya meradang dan diblokir dengan cairan dan lendir gagal sinus melalui

dan sinus muncul buram. Tes ini disebut tes transiluminasi.


Sinus ditekan lembut. Sebuah sinus normal memberikan suara berongga

sementara sinus diblokir memberikan suara lambat. Ini mungkin

menyakitkan bagi radang sinus.


Sinar-X untuk semua sinus. Sinus normal muncul sebagai rongga hitam

berongga di kedua sisi dahi, hidung, di belakang mata dan di bawah tulang

pipi. Ketika randang sinus tampaknya diblokir dengan cairan putih dan ini

terlihat pada sinar-X.


Sebuah metode baru memeriksa bagian dalam dari sinus adalah endoskopi

fiberoptik atau rhinoscope. Ini adalah tabung fleksibel tipis dengan kamera

dan cahaya di ujungnya. Saluran hidung dilumasi dengan anestesi lokal dan

ruang lingkup dilewatkan. Dinding dalam dan lapisan dari sinus dapat

divisualisasikan dengan alat ini.


Sinus tusukan adalah metode memperoleh sampel cairan dari sinus

menggunakan jarum tipis panjang. Hal ini membantu dalam deteksi

organisme yang menyebabkan sinusitis. Ini tidak rutin dilakukan.


Ketika sinusitis atau tumor sinus diduga atau perlu pemeriksaan dengan

USG pada sinus, CT scan atau MRI scan sinus. Ini juga membantu

mendeteksi kelainan anatomi hidung dan sinus.


Mereka yang alergi mungkin dianjurkan tes alergi untuk mendeteksi

penyebab alergi.
Orang dengan HIV AIDS, diabetes dan situasi kurang kekebalan lainnya

lebih mungkin untuk mendapatkan sinusitis, tes darah untuk ini dapat

direkomendasikan.
Tes tertentu yang tersedia untuk mendeteksi jika sel-sel cillary hidung dan

sinus berfungsi secara memadai. Tes Klorida Keringat diperintahkan untuk

mengecualikan Cystic fibrosis yang merupakan predisposisi sinusitis.


Sel-sel dari hidung dan sinus lapisan diambil sebagai sampel dan diperiksa

di bawah mikroskop untuk kelainan.


Kondisi harus dikesampingkan dalam mendiagnosis sinusitis (karena

mereka meniru gejala sinusitis) meliputi rhinitis alergi, pilek, adenoiditis

pada anak-anak dan penyebab lain dari sakit kepala.

MEKANISME PENGOBATAN

Data mengenai terapi yang mendukung terbatas, tetapi terapi tersebut

dapat berguna dalam mengurangi gejala pada beberapa pasien. Nasal dekongestan

hidung yang mengurangi peradangan dengan vasokonstriksi, seperti fenilefrin dan

oxymetazoline, sering digunakan pada sinusitis. Penggunaan harus dibatasi

dengan waktu yang direkomendasikan produk untuk mencegah kongesti yang

berulang. Dekongestan oral juga dapat membantu dalam hidung/sinus. Irigasi dari

rongga hidung dengan saline dan inhalasi uap dapat digunakan untuk
meningkatkan kelembaban mukosa, dan mukolitik (misalnya guaifenesin) dapat

digunakan untuk menurunkan sekresi viskositas nasal.


Antihistamin tidak boleh digunakan untuk sinusitis bakteri akut dilihat

efek antikolinergi yang dapat mengeringkan mukosa dan mengganggu sekresi

mukosa. Antihistamin generasi kedua berperan dalam sinusitis kronis dimana

alergi komponen. Glukokortikoid intranasal dapat menurunkan peradangan

peyebab sakit kepala, hidung tersumbat, dan nyeri wajah.

Terapi Antimikroba

Dua meta-analyses telah menunjukkan bahwa terapi antimikroba lebih

unggul dengan plasebo dalam mengurangi atau menghilangkan gejala pada

sinusitis akut, dengan penurunan kegagalan klinis dari 25% sampai 30%

melaporkan. Hasil dari percobaan terkontrol pada individu secara acak yang

bertentangan. Dari dua yang diacak, terkontrol, studi double-blind, satu

menunjukkan bahwa amoksisilin tidak memberikan manfaat atas plasebo,

sementara yang lain menunjukkan bahwa amoksisilin atau penisilin lebih efektif

daripada plasebo. Meskipun penelitian sinus tidak untuk diagnosis, penelitian

yang tidak menunjukkan manfaat dengan pengobatan antibiotik digunakan untuk

radiografi diagnosis sinusitis, dan durasi penyakit tidak ditentukan. Infeksi virus

sehingga kemungkinan besar ada dalam sejumlah pasien, meremehkan nilai terapi

antimikroba. Penelitian kedua menunjukkan efektivitas penisilin dan amoksisilin

pada pasien dengan di minimal 7 hari penyakit dan temuan sinusitis pada

computed tomography (CT). CT dianggap lebih spesifik untuk diagnosis dari

radiografi. Dengan pencatuman kriteria lebih ketat dan alat diagnostik yang lebih

baik, lebih banyak pasien dengan sinusitis bakteri mungkin disertakan.


Tidak ada perbedaan antara tingkat kesembuhan, perbaikan klinis, atau

jumlah kambuh yang tercatat antara antibiotik yang berbeda menurut salah satu

meta-analisis. Laporan lain menunjukkan bahwa amoksisilin klavulanat 41% lebih

efektif dalam mengurangi kegagalan klinis daripada sefalosporin bila digunakan

dalam waktu 10-25 hari, namun hingga 45 hari. Tidak perbedaan yang tercatat

ketika golongan antibiotik lainnya dibandingkan, tapi ada yang kurang dalam

penelitian yang membandingkan lebih lama, antibiotik lebih murah dengan yang

lebih baru, dan lebih mahal.

Amoksisilin adalah pengobatan lini pertama untuk sinusitis bakteri yang

akut. Karena tidak ada perbedaan hasil klinis antara antibiotik, keuntungan dari

amoksisilin termasuk terbukti manfaat dan keamanannya, spektrum antibakteri

yang relatif sempit yang meminimalkan munculnya resistensi, baik tolerabilitas,

dan biaya rendah. Kebanyakan laporan konsensus dan ulasan pertimbangkan

amoksisilin sebagai pengobatan lini pertama untuk sinusitis bakteri akut. Ini

adalah yang paling efektif dalam menangani sinusitis akut, dan awal penggunaan

spektrum luas yang baru tidak memuaskan. Jika seorang pasien alergi penisilin,

trimethoprim-sulfamethoxazole, doksisiklin, azitromisin, klaritromisin atau

mungkin digunakan. Ada kekhawatiran, bagaimanapun mengenai peningkatan

resistensi terhadap kotrimoksazol dan macrolides, serta tinggi tingkat kegagalan

semua obat ini. Pada orang dewasa, fluorokuinolon pernapasan seperti

levofloxacin atau gatifloxacin merupakan alternatif dalam penicillinallergic

pasien. Penggunaan fluoroquinolon juga harus dibatasi, untuk mereka yang baru

saja menerima antibiotik, mereka dengan penyakit berat, dan mereka dengan obat
resisten S.pneumoniae. Selanjutnya, gatifloxacin seharusnya tidak lagi digunakan

karena hipoglikemia dan hiperglikemia. Jika alergi penisilin bukan

imunoglobulin(Ig) reaksi E-mediated (misalnya, gatal-gatal atau anafilaksis),

cephalosporin generasi kedua awalnya direkomendasikan (misalnya, cefprozil,

cefuroxime, atau cefpodoxime).

Jika obat resisten S. pneumoniae sangat dicurigai (pada tempat penitipan

anak, penggunaan antibiotik baru-baru ini, usia yang lebih muda dari 2 tahun),

dosis tinggi amoksisilin harus diberikan. Beberapa merekomendasikan

klindamisin, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat ini tidak aktif terhadap H.

influenzae dan M. Catarrhalis.

Dalam kasus kegagalan pengobatan dengan amoksisilin (yaitu tidak ada

perbaikan gejala 72 jam setelah memulai terapi) atau pada pasien yang menerima

terapi antimikroba sebelum 4-6 minggu, keterbatasan cakupan pengobatan awal

harus dipertimbangkan. Peningkatan H.influenzae dan M. catarrhalis dengan baik

amoksisilin dosis tinggi ditambah klavulanat atau sefalosporin -laktamase yang

meliputi S. pneumoniae (misalnya cefprozil, cefuroxime atau cefpodoxime)

adalah pilihan. Alternatif lainnya termasuk cefdinir, azithromycin, clarithromycin,

dan trimetoprim-sulfamethoxazole. Angka kesembuhan klinis sama antara

antimikroba, meskipun daerah resisten juga harus diperhatikan, serta

meningkatnya resistensi S.pneumoniae, H. influenzae, dan M. catarrhalis ke

kotrimoksazol, dan S.pneumoniae ke makrolid. Fluoroquinolon pernapasan juga

telah direkomendasikan, serta ceftriaxone dan telithromycin. Kombinasi terapi

dianjurkan dalam THT yang pedoman dalam kasus gagal pengobatan. Contohnya
termasuk dosis tinggi amoksisilin atau klindamisin dengan cefixime atau

rifampisin. Namun, tidak ada bukti klinis keamanan dan kemanjuran kombinasi

ini saat ini.

Durasi terapi untuk pengobatan sinusitis tidak mapan. Kebanyakan

percobaan telah menggunakan sumber mikroba 10-14 hari,

meskipun beberapa uji coba juga telah menyelidiki secara singkat yaitu 3 hari.

Dalam satu perbandingan terkontrol plasebo 3- versus 10- hari

pengobatan dengan kotrimoksazol dan dekongestan, jumlah yang sama di tiap

kelompok disembuhkan atau diperbaiki di 14 hari. Sejak publikasi studi ini,

bagaimanapun tingkat S. pneumoniae resisten terhadap kotrimoksazol telah

meningkat secara dramatis. Selanjutnya, ekstrapolasi hasil ini untuk antimikroba

yang tidak pantas. Baru-baru ini, penelitian selama 3 hari azitromisin disetujui

untuk digunakan pada sinusitis baik di Kanada dan Amerika Serikat. Metode acak

double-blind menunjukkan bahwa azitromisin 500 mg sehari selama 3 atau 5 hari

sama efektifnya dengan amoksisilin - klavulanat selama 10 hari. Selanjutnya,

persiapan extended-release dosis tunggal baru azitromisin baru-baru ini disetujui

di Amerika Serikat. Namun, data yang mendukung regimen pendek pedoman

terbatas dan baru mengungkapkan keprihatinan atas macrolide-resisten S.

pneumoniae. Saat rekomendasi 10-14 hari terapi antimikroba atau setidaknya 7

hari setelah tanda dan gejala berada di bawah pengendalian.


Nama
No. Dosis Mekanisme kerja Indikasi Efek samping Paten Pabrik
obat
1. Ampisilin Dewasa : oral, 250- Menghambat Infeksi saluran Ruam kulit, Binotal kapsul, Bayer far
(BPJS) 500mg setiap 6 jam. sintesis dinding saluran kemih, urtikaria, kalpacilin kapsul Indonesia.
Maks. 4 gr sehari. sel pada tahap otitis media, gangguan Ampex kapsul Kalbe farma
IM/IV, 500mg-1 gr terakhir dengan sinusitis, gastrointestinal Pharocillin Pharmac Ape
setiap 4-6 jam. jalan inaktivasi D- bronkhitis kronis, (saluran cerna) kaptab Pharos
Anak-anak : oral, 7,5- alanin- salmonelosis Ambiopi kaptab Mesifarma
25 mg/kg setiap 6 transpeptidase. invasive, gonore.
jam sampai 4 gr
sehari. IM/IV, 10-
25mg/kg setiap 6
jam, maks. 50mg/kg
setiap 4 jam.

2. Amoksisili Dewasa dan anak dg Derivat-hidroksi Infeksi kulit dan Ruam Amoxsan kapsul Sanbe
n (BPJS) BB > 20kg 250-500 dengan aktivitas jaringan lunak, makulopapular
mg 3x/hr. < 20kg 20- sama dengan saluran nafas, eritematosa, Abamcx kapsul Kresna Kary
40 mg/kgBB/hr ampisilin. Tetapi saluran kemih urtikaria, serum
terbagi dalam 3 resorpsinya lebih kelamin, GO. sickness, Alphamox Pharmac Ape
dosis. Pasien dg lengkap dan pesat anafilaksis, kapsul
dialysis peritoneal dengan kadar gangguan Kimia Farma
maks.500mg/hr. darah dua kali gastrointestinal Kimoxil kapsul
uretritis GO 3 g lipat. PP dan (saluran cerna),
sebagai dosis plasma tnya reaksi
tunggal. lebih kurang hematologik.
sama, tetapi
difusinya ke
jaringan dan
cairan tubuh lebih
baik, antara lain
ke dalam air liur
pasien bronkhitis
kronis.

3. Doksisiklin 200mg pada hari Tetrasiklin akan Eksaserbasi Infeksi saluran Dotur kapsul Novaris
pertama, kemudia berikatan secara bronchitis kronis, nafas, GI, Indonesia
100 mg/hr. pada reversible dengan bruselosis, saluran kemih, Doxin kapsul
infeksi berat subunit ribosom klamida, mikro- kulit, dan Medifarma
200mg/hr. 30 S dan plasma dan jaringan lunak. interdoxin kapsul
mencegah riketsia, efusi Interbat
terbentuknya pleura karena Siclidon kapsul
ikatan tRNA- keganasan atau Sanbe
aminoasil pada sirosis, Viadoxin kapsul
kompleks mRNA- aknevulgaris, Pyridam
ribosom. sinusitis kronis.

4. Cefaklor Dewasa 750-1500mg Penghambatan Infeksi sal nafas Gangguan GI, Cefabiotic tablet Prapta Nirma
tiap 8 jam, maks. sintesis dinding bag atas dan reaksi alergi.
4gr/hr. Anak-anak sel pada tahap bwh, infeksi kulit Ceclor kapsul Tempo
>1bln 20-40 terakhir dengan dan jaringan
mg/kgBB/hr terbagi jalan inaktivasi D- lunak, sinusitis, Cloracef kapsul Ethica
dalam 3 dosis. Maks alanin- uretritis GO.
1gr/hr. transpeptidase. Especlor kapsul Darya Varia

Medikoncef Medikon
kapsul
5. Levofloks Oral, sinusitis Subunit A dari Terapi sinusitis Reaksi Cravit tablet Kalbe Farma
asin maksilaris akut DNA-girase maksilaris akut, hipersensitif,
500mg/hr untk 10- dihambat. Dengan bronchitis kronis insomnia, pusing Reskuin tablet Dankos
14hr. bronchitis kronis demikian eksaserbasi atau sakit
eksaserbasi akut penghambatan akut, pneumonia kepala,
500mg/hr unt 7hr. girase yang di dapat peningkatan
Pneumonia yang di menghambat dari lingkungan, ureum dan
dapat dr lingkungan puntiran DNA ISK, infeksi kulit kreatinin, SGOT
500mg/hr untuk 7- (supercoiling) dan jaringan dan SGPT,
14hr. ISK yang mutlak lunak tak leukoopenia,
terkomplikasi diperlukan untuk terkomplikasi. anemia,
250mg/hr unt 10hr, fase istirahat. eosinofilia,
ISK tak terkomplikasi trombositipenia,
250mg/hr unt 3hr. mual, rasa tidak
nyaman pada
abdomen, diare,
anoreksia,
dispepsia, jarang
kolitis
pseudomembran
, kejang dan
psikosis toksik.

BAB IV

INFLUENZA

DEFINISI
Influenza adalah suatu penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang

disebabkan oleh virus influenza, terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit

otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorokan dan batuk non

produktif yang disebabkan oleh virus influenza. Lama sakit berlangsung antara 2-

7 hari dan biasanya sembuh sendiri.Influenza Like Illness (ILI) adalah demam

dengan temperatur 37,8 C atau riwayat demam sebelumnya disertai dengan 2

dari 4 gejala klinis yaitu batuk, sakit kepala, mialgia dan sakit tenggorokan yang

terjadi dengan onset yang akut dalam 48-72 jam.

Walaupun sering tertukar dengan penyakit mirip influenza lainnya,

terutama selesma, influenza merupakan penyakit yang lebih berat dibandingkan

dengan selesma dan disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Influenza dapat

menimbulkan mual dan muntah terutama pada anak-anak, namun gejala tersebut

lebih sering terdapat pada penyakit gastroenteritis, yang sama sekali tidak

berhubungan, yang juga kadangkala secara tidak tepat disebut sebagai "flu perut.

Flu kadangkala dapat menimbulkan pneumonia viral secara langsung maupun

menimbulkan pneumonia bakterial sekunder.

ETIOLOGI

Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe

ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe A merupakan virus

penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan

penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai

mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan sifat patogenisitasnya

terhadapmanusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus


penyebab influenza merupakan suatu Orthomyxovirus golongan RNA dan

berdasarkan namanya jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau

musim.

Virus influenza tergolong ke dalam famili Orthomyxoviridae dan terdiri

dari 3 tipe yaitu influenza A, B dan C. Perbedaan tipe tersebut didasarkan atas

perbedaan karakteristik antigenik dari protein NukleoProtein (NP) dan matriks

(M) pada virion virus ini.

1. Virus influenza A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar

merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A.

Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan

wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau

menimbulkan suatu pandemi influenza manusia.Virus tipe A merupakan

patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan

menimbulkan penyakit yang paling berat.

2. Virus influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B

hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang

dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi

oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini

mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe Adan oleh

karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe

influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat

kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun,


mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan

permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat,

dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan

perpindahan antigen antar spesies), membuat pandemi influenza B tidak

terjadi.
3. Virus influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi

manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan

epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan

jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.

STRUKTUR, SIFAT, TATA NAMA SUBTIPE VIRUS

Virus influenza A, B, dan C sangat serupa pada struktur keseluruhannya.

Partikel virus ini berdiameter 80-120 nanometer dan biasanya kurang-lebih

berbentuk seperti bola, walaupun bentuk filamentosa mungkin saja ada. Bentuk

filamentosa ini lebih sering terjadi pada influenza C, yang dapat membentuk

struktur seperti benang dengan panjang mencapai 500 mikrometer pada

permukaan dari sel yang terinfeksi. Namun, walaupun bentuknya beragam,

partikel dari seluruh virus influenza memiliki komposisi yang sama. Komposisi

tersebut berupa envelope virus yang mengandung dua tipe glikoprotein, yang

membungkus suatu inti pusat. Inti pusat tersebut mengandung genomRNA dan

protein viral lain yang membungkus dan melindungi RNA. RNA cenderung terdiri

dari satu untaian namun pada kasus-kasus khusus dapat berupa dua untaian.Pada

virus, genom virus tidak terdiri dari satu rangkaian asam nukleat; namun biasanya
terdiri dari tujuh atau delapan bagian RNA negative-sense yang tersegmentasi,

tiap-tiap bagian RNA mengandung satu atau dua gen. Contohya, genom influenza

A mengandung 11 gen dalam delapan bagian RNA, yang mengode 11 protein:

hemagglutinin (HA), neuraminidase (NA), nukleoprotein (NP), M1, M2, NS1,

NS2 (NEP: nuclear export protein), PA, PB1 (polymerase basic 1), PB1-F2 dan

PB2.

Hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) merupakan dua flikoprotein

besar yang berada di luar partikel virus. HA merupakan lektin yang memediasi

ikatan (binding) virus terhadap sel target dan masuknya genom virus pada sel

target, sementara NA terlibat dalam lepasnya anak virus dari sel yang terinfeksi,

dengan membelah gula yang berikatan pada partikel virus dewasa.Oleh karena itu,

protein ini merupakan target bagi obat-obat antivirus. Dan lagi, keduanya

merupakan antigen, dimana antibodi terhadap antigen tersebut dapat diciptakan.

Virus influenza A diklasifikasikan menjadi subtipe berdasarkan respons antibodi

terhadap HA dan NA. Jenis-jenis HA dan NA tersebut merupakan pembedaan H

dan N dalam, penamaan virus, misalnya H5N1. Terdapat 16 subtipe H dan 9

subtipe N yang telah diketahui, namun hanya H 1, 2, dan 3, serta N 1 dan 2 yang

umumnya ditemukan pada manusia.

PATOGENESIS

Replikasi virus ditandai dengan lepasnya ikatan protein virus dengan sel

epitel saluran nafas dan beredarnya partikel virus influenza baru, baik ke sel yang

berada didekatnya atau akan dibatukkan ke udara bebas. Lepasnya ikatan dengan
protein virus membutuhkan suatu enzim protease yang dihasilkan oleh sel epitel

saluran nafas.

Walaupun infeksi influenza telah cukup sering diteliti, namun pola

inflamasi dan regulasi sistem imun pada pasien influenza masih belum dapat

dimengerti sepenuhnya. Infeksi influenza pada saluran nafas akan segera diikuti

dengan produksi sitokin pro inflamasi yang bersifat kemoreaktan menarik sel-sel

imun menuju ke lokasi infeksi di saluran nafas dan semakin memperberat

inflamasi yang ada. Sitokin yang mempunyai peranan terpenting diantaranya

adalah Tumor Necrotizing Factor (TNF) /, Interleukin (IL)-6, Interferon (INF)

/, IL-8 dan Macrophage Inhibitory Factor (MIF)-12. Sitokin-sitokin ini akan

berinteraksi dengan organum vasculosum of the lamina terminalis (OVLT) untuk

membentuk PGE2. Hal ini akan meningkatkan set point thermoregulator

hipotalamus dan mengakibatkan terjadinya demam. Sitokin-sitokin ini juga akan

memprovokasi timbulnya gejala tambahan lain baik lokal respiratorik maupun

sistemik.

Penyebaran virus influenza terjadi melalui droplet infection dimana virus

dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung

memasuki alveoli, tergantung dari ukuran partikel (droplet). Virus yang tertanam

pada membran mukosa akan terpapar dengan mukoprotein yang mengandung

sialic acid yang dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialioligosakarida yang berasal

dari membran sel dimana residu sialic acid yang dapatberikatan dengan residu

galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang
terdapat pada membran mukosa merupakan penyebab mengapa virus avian

influenza tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.

Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga

perlekatan virus dengan sel epitel saluran nafas dapat dicegah. Tetapi virus

mengandung protein neuramidase pada permukaannya yang dapat memecah

ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran

nafas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi

selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel

didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi

yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan

membengkak dan intinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan

terbentuk badan inklusi.

Beberapa penelitian menunjukkan tingginya koinsidensi antara infeksi

virus influenza dengan infeksi pneumonia bakterial. Ternyata kerusakan dari sel

epitel saluran nafas dan gangguan pergerakan silia merupakan faktor predisposisi

untuk terjadinya infeksi bakterial. Omar (1998) menemukan bahwa sel epitel

columnar yang terinfeksi influenza mempunyai peningkatan kemampuan

perlekatan terhadap bakteri Stafilokokus aureus.29,30 Bahkan Zambon (2001)

mendapatkan bahwa koinfeksi bakteri akan memperkuat proses pelepasan HA

melalui mekanisme tidak langsung. Mekanisme yang pertama adalah protease dari

bakteri akan membantu memperkuat efek protease seluler dalam proses pelepasan

hasil replikasi.Mekanisme yang kedua, diduga beberapa enzim bakteri seperti

streptokinase atausfafilokinase membantu proses aktivasi beberapa sub tipe virus.


Disebutkan juga bahwa infeksi virus influenza dapat memperlemah respon

imunitas makrofag terhadap infeksi bakteri.

TANDA DAN GEJALA

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah

infeksi. Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun

demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar

38-39 C (kurang lebih 100-103 F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga

mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa

sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan

kaki. Gejala influenza dapat meliputi :

Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

Batuk

Hidung tersumbat

Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok

Kelelahan

Nyeri kepala

Iritasi mata, mata berair

Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,

tenggorok, dan hidung

Ruam petechiae
Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen,(dapat

menjadi parah pada anak dengan influenza B)

Kadangkala sulit untuk membedakan antara selesma dan influenza pada

tahap awal dari infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi apabila terdapat demam

tinggi mendadak dengan kelelahan yang ekstrem.

MEKANISME PENULARAN

Shedding virus influenza (waktu di mana seseorang dapat menularkan

virus pada orang lain) dimulai satu hari sebelum gejala muncul dan virus akan

dilepaskan selama antara 5 sampai 7 hari, walaupun sebagian orang mungkin

melepaskan virus selama periode yang lebih lama. Orang yang tertular influenza

paling infektif pada hari kedua dan ketiga setelah infeksi. Jumlah virus yang

dilepaskan nampaknya berhubungan dengan demam, jumlah virus yang

dilepaskan lebih besar saat temperaturnya lebih tinggi. Anak-anak jauh lebih

infeksius dibandingkan orang dewasa dan mereka melepaskan virus sebelum

mereka mengalami gejala hingga dua minggu setelah infeksi.

Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utamamelalui penularan

langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk

secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara (saat

seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan

saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan melalui penularan

tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan


yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman. Mode

penularan mana yang terpenting masih belum jelas, namun semuanya memiliki

kontribusi dalam penyebaran virus. Pada rute penularan udara, ukuran droplet

yang cukup kecil untuk dihirup berdiameter 0,5 sampai 5 m dan inhalasi satu

droplet mungkin cukup untuk menimbulkan infeksi. Walaupun satu kali bersin

dapat melepaskan sampai 40.000 droplet, sebagian besar dari droplet tersebut

cukup besar dan akan hilang dari udara dengan cepat. Seberapa lama virus

influenza dapat bertahan dalam droplet udara nampaknya dipengaruhi oleh kadar

kelembaban dan radiasi ultraviolet: kelembaban rendah dan kurangnya cahaya

matahari pada musim dingin membantu kebertahanan virus ini.

Karena virus influenza dapat bertahan di luar tubuh, virus ini juga dapat

ditularkan lewat permukaan yang terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang

pintu, saklar lampu, dan benda-benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu

virus dapat bertahan pada suatu permukaan beragam, virus dapat bertahan selama

satu atau dua hari pada permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik

atau metal, selama kurang lebih lima belas menit pada kertas tissue kering, dan

hanya lima menit pada kulit. Namun, apabila virus terdapat dalam mukus/lendir,

lendir tersebut dapat melindungi virus sehingga bertahan dalam waktu yang lama

(sampai 17 hari pada uang kertas). Virus flu burung dapat bertahan dalam waktu

yang belum diketahui saat berada dalam keadaan beku. Virus mengalami

inaktivasi oleh pemanasan sampai 56 C (133 F) selama minimun 60 menit, dan

juga oleh asam (pada pH <2).


PATOFISIOLOGI

Mekanisme bagaimana infeksi influenza dapat menimbulkan gejala pada

manusia telah dipelajari secara intensif. Salah satu mekanisme yang dipercaya

adalah dengan inhibisi hormon adrenokortikotropik (ACTH/Adrenocorticotropic

Hormone) yang menimbulkan penurunan kadar hormon kortisol.Mengetahui gen

mana yang terkandung dalam galur virus tertentu dapat membantu memprediksi

bagaimana virus tersebut dapat menular dan seberat apa infeksi yang akan terjadi

(memprediksi patofisiologi dari suatu galur virus).

Contohnya, bagian dari proses yang memungkinkan virus influenza

menginvasi suatu sel adalah penguraian dari protein hemagglutinin virus oleh

salah satu enzim protease manusia. pada virus yang infeksinya bersifat ringan dan

avirulen, struktur hemagglutinin yang ada hanya dapat diurai oleh protease yang

ditemukan dalam tenggorok dan paru, sehingga virus ini tidak dapat menginfeksi

jaringan lain.

Protein hemagglutinin virus bertanggung jawab baik dalam menentukan

spesies mana yang dapat diinfeksi oleh suatu galur virus maupun lokasi saluran

pernapasan mana yang dapat berikatan dengan suatu galur virus influenza. Galur

yang dapat ditularkan dengan mudah dari manusia-ke-manusia memiliki protein

hemagglutinin yang berikatan dengan reseptor pada saluran pernapasan bagian

atas, seperti pada hidung, tenggorok, dan mulut. Sebaliknya, strain H5N1 yang

sangat berbahaya berikatan dengan reseptor yang paling banyak ditemukan di

dalam paru.
Gejala yang sering terdapat pada flu seperti demam, nyeri kepala, dan

kelelahan merupakan hasil dari sejumlah besar sitokin dan chemokin proinflamasi

(seperti interferon atau tumornecrosis factor (TNF)) yang diproduksi oleh sel yang

terinfeksi influenza. Tidak seperti rhinovirus yang menimbulkan selesma

(common cold/masuk angin), influenza menimbulkan kerusakan jaringan,

sehingga gejala yang terjadi tidak seluruhnya disebabkan oleh respons inflamasi.

Respons imun yang besar ini dapat menimbulkan badai sitokin yang dapat

mengancam nyawa.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

1. Vaksinasi

Vaksinasi terhadap influenza dengan vaksin influenza sering

direkomendasikan pada kelompok risiko tinggi, seperti anak-anak dan lansia,

atau pada penderita asma, diabetes, penyakit jantung, atau orang-orang yang

mengalami gangguan imun. Vaksin influenza dapat diproduksi lewat beberapa

cara; cara yang paling umum adalah dengan menumbuhkan virus pada telur

ayam yang telah dibuahi. Setelah dimurnikan, virus kemudian akan diaktivasi

(misalnya, dengan detergen) untuk menghasilkan vaksin virus yang tidak aktif.

Sebagai alternatif, virus dapat ditumbuhkan pada telur sampai kehilangan

virulensinya kemudian virus yang avirulen diberikan sebagai vaksin hidup.

Efektivitas dari vaksin influenza beragam. Karena tingkat mutasi virus yang

sangat tinggi, vaksin influenza tertentu biasanya memberikan perlindungan

selama tidak lebih dari beberapa hari. Setiap tahunnya, WHO memprediksikan
galur virus mana yang paling mungkin bersirkulasi pada tahun berikutnya,

sehingga memungkinkan perusahaan farmasi untuk mengembangkan vaksin

yang akan menyediakan kekebalan yang terbaik terhadap galur tersebut. Vaksin

juga telah dikembangkan untuk melindungi ternak unggas dari flu burung.

Vaksin ini dapat efektif terhadap beberapa galur dan dipergunakan baik sebagai

strategi preventif, atau dikombinasikan dengan culling (pemuliaan) sebagai

usaha untuk melenyapkan wabah.

Terdapat kemungkinan terkena influenza walaupun telah divaksin. Vaksin

akan diformulasi ulang tiap musim untuk galur flu spesifik namun tidak dapat

mencakup semua galur yang secara aktif menginfeksi seluruh manusia pada

musim tersebut. Memerlukan waktu selama enam bulan bagi manufaktur untuk

memformulasikan dan memproduksi jutaan dosis yang diperlukan untuk

menghadapi epidemi musiman; kadangkala, galur baru atau galur yang tidak

diduga menonjol pada waktu tertentu dan menginfeksi orang-orang walaupun

mereka telah divaksinasi (seperti yang terjadi pada Flu Fujian H3N2 pada

musim flu 2003-2004). Juga terdapat kemungkinan mendapatkan infeksi

sebelum vaksinasi dan menjadi sakit oleh galur yang seharusnya dicegah oleh

vaksinasi, karena vaksin memerlukan waktu dua minggu sebelum menjadi

efektif.

Pada musim 2006-2007, CDC pertama kalinya merekomendasikan anak

yang berusia kurang dari 59 bulan untuk menerima vaksin influenza tahunan.

Vaksin dapat menimbulkan sistem imun untuk bereaksi saat tubuh menerima
infeksi yang sebenarnya, dan gejala infeksi umum (banyak gejala selesma dan

flu hanya merupakan gejala infeksi umum) dapat muncul, walaupun gejala

tersebut biasanya tidak seberat atau bertahan selama influenza. Efek samping

yang paling berbahaya adalah reaksi alergi berat baik pada material virus

maupun residu dari telur ayam yang dipergunakan untuk menumbuhkan virus

influenza; namun reaksi tersebut sangatlah jarang.

Sebagai tambahan selain vaksinasi terhadap influenza musiman, peneliti

berusaha untuk mengembangkan vaksin terhadap kemungkinan pandemi

influenza. Perkembangan , produksi, dan distribusi vaksin inluenza pandemik

yang cepat dapat menyelamatkan nyawa jutaan orang pada saat terjadi pandemi

inluenza. Karena hanya terdapat waktu yang singkat antara identifikasi galur

pandemik dan kebutuhan vaksinasi, para peneliti sedang mencari pilihan moda

produksi vaksin selain melalui telur. Teknologi vaksin hidup yang diinaktivasi

(berbasis telur atau berbasis sel), dan teknologi rekombinan (protein dan partikel

mirip virus), akan memberikan akses real time yang lebih baik dan dapat

diproduksi dengan lebih terjangkau, sehingga meningkatkan akses bagi orang-

orang yang hidup di negara-negara berpenghasilan sedang dan rendah, dimana

kemungkinan pandemi berasal. Sampai Juli 2009, lebih dari 70 uji klinis yang

diketahui telah dilaksanakan atau sedang dilaksanakan mengenai vaksin

influenza pandemi. Pada September 2009, Badan POM Amerika Serikat

menyetujui empat vaksin terhadap virus influenza H1N1 2009 (galur pandemik

pada saat itu), dan meminta stok vaksin tersebut tersedia dalam bulan

selanjutnya.
2. Pengendalian infeksi

Cara yang cukup efektif untuk menurunkan penularan influenza salah

satunya adalah menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik:

seperti tidak menyentuh mata, hidung dan mulut; sering mencuci tangan (dengan

air dan sabun, atau dengan cairan pencuci berbasis alkohol); menutup mulut dan

hidung saat batuk dan bersin, menghindari kontak dekat dengan orang yang

sakit; dan tetap berada di rumah sendiri saat sedang sakit. Tidak meludah juga

disarankan. Walaupun masker wajah dapat membantu mencegah penularan saat

merawat orang yang sakitterdapat bukti-bukti yang bertentangan mengenai

manfaat hal tersebut pada masyarakat. Merokok meningkatkan risiko penularan

influenza, dan juga menimbulkan gejala penyakit yang lebih berat.

Karena influenza menyebar melalui aerosol dan kontak dengan permukaan

yang terkontaminasi, pembersihan permukaan tersebut dapat membantu

mencegah sebagian dari infeksi. Alkohol merupakan bahan sanitasi yang efektif

terhadap virus influenza, sementara senyawa amonium kuarterner dapat

dipergunakan bersamaan dengan alkohol sehingga efek sanitasi tersebut dapat

bertahan lebih lama. Di rumah sakit, senyawa amonium kuarterner dan bahan

pemutih dipergunakan untuk membersihkan ruangan dan peralatan yang

sebelumnya dipakai oleh pasien dengan gejala influenza. Di rumah, hal tersebut

dapat dilakukan dengan efektif dengan mempergunakan bahan pemutih chlorine

yang diencerkan.
Pada pandemi yang lalu, penutupan sekolah, gereja, dan bioskop

memperlambat penyebaran virus namun tidak memiliki dampak yang besar

terhadap angka kematian keseluruhan. Belum dapat dipastikan apakah

menurunkan pertemuan publik, misalnya dengan menutup sekolah dan tempat

kerja, akan menurunkan penularan karena orang yang menderita influenza bisa

saja masih berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain; pendekatan seperti

ini juga akan sulit untuk dilakukan dan mungkin tidak disukai. Apabila sejumlah

kecil orang mengalami infeksi, mengisolasi orang yang sedang sakit dapat

mengurangi risiko penularan.

FARMAKOTERAPI INFLUENZA

Tabel obat untuk farmakoterapi influenza

No Nama Obat Keterangan

1. Parasetamol (Sanmol, Indikasi: digunakan untuk mengatasi demam, nyeri ringan

Alphamol, Dumin, sampai sedang


Dosis: parasetamol dewasa 300mg-1g per kali, dengan
Panadol)
maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300

mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6

tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6

kali sehari
Mekanisme kerja: Parasetamol merupakan penghambat

biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah

Efek samping: mual, muntah dan anoreksia, hepatotoksik

pada penggunaan yang lama


Kontraindikasi: Penderita gangguan fungsi hati yang berat

dan penderita hipersensitif terhadap obat ini

2. Pseudoefedrin HCl Indikasi: diindikasikan pada pasien dengan hidung dan

(tremenza, Noza, Actifed, sinus paranasal yang tersumbat, pilek, di mana obat ini

Sudafed, Librofed) dapat mengurangi gejala sumbatan dan pilek serta nyeri

yang dapat ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut. Hal

ini tentunya membuat pasien dapat bernapas dengan lebih

lega
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada reseptor pada

selaput lendir saluran napas yang dapat mengurangi sekresi

yang dapat menyumbat saluran napas. Selain itu, obat ini

juga turut membantu membuka / memperlebar saluran

napas sekaligus meningkatkan frekuensi denyut jantung

dan kekuatan kontraksi otot jantung

Dosis: - Dosis dewasa dan anak > 12 tahun :

1 tablet atau 2 sendok teh, dapat diberikan sampai


maksimum dengan 3 kali per hari.

- Dosis anak 6 12 tahun :

tablet atau 1 sendok teh.

- Dosis anak usia 2 5 tahun :

sendok teh.

Efek samping: meningkatnya tekanan darah, nadi yang

lebih cepat dari normal, insomnia, gelisah, tremor, kulit

kemerahan dan sulit untuk berkemih. Anak kecil dan orang

tua lebih sering mengalami efek samping dibandingkan

kelompok usia lain.

Kontraindikasi: anak di bawah usia 2 tahun (karena

keamanan belum diketahui), pasien dengan riwayat

hipersensitivitas terhadap obat ini, riwayat hipertensi atau

penyakit arteri koroner, pasien yang sedang

mengkonsumsi obat obatan golongan monoamine

oxidase inhibitors (MAOIs) atau sudah mengkonsumsi obat

ini dalam waktu 14 hari terakhir

3. Vitamin C (Asam Indikasi: membantu menyembuhkan luka, mencegah

Askorbat) kerusakan sel, meningkatkan gusi dan gigi yang sehat, dan

memperkuat sistem kekebalan tubuh

Dosis: untuk pertahanan tubuh

< 6 bulan : 30 mg

6 bulan - 1 tahun : 35 mg,


1-3 tahun : 15 mg, max. 400 mg/hari

4-8 tahun : 25 mg, max. 650 mg/hari

9-13 tahun : 45 mg, max. 1200 mg/hari

14-18 tahun : max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk

wanita 65 mg

Dewasa : max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk

wanita 75 mg

Efek samping: pusing, mual, muntah, diare

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap vitamin C

4. Stimuno Indikasi: Stimuno dapat membantu memperbaiki dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno membantu

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan

mengangtifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan

tubuh bekerja optimal.

Farmakologi:Stimuno adalah imunomodulator (pengatur

sistem imun) dari herbal alami yang berfungsi membantu

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno termasuk

fitofarmaka yang dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri (meniran) yang terstandarisasi dan telah melalui

berbagai uji pre-klinik dan klinik. Stimuno mempunyai

manfaat membantu merangsang tubuh memproduksi lebih

banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh

sehingga daya tahan tubuh bekerjaoptimal.


Dosis: Untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas : Stimuno

Sirup, 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml). Untuk dewasa :

Stimuno kapsul, 3 kali sehari 1 kapsul.

Kontraindikasi: Kontraindikasi Stimuno adalah penderita

hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen suplemen

ini.
Efek samping: -
Bentuk sediaan: sirup, kapsul, Tiap 5 ml (1 sendok takar)

Stimuno sirup mengandung ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri 25 mg. Tiap kapsul Stimuno mengandung ekstrak

tanaman Phyllanthus niruri 50 mg


5. Imboost Komposisi: (1) Tiap tablet Imboost mengandung Echinacea

250 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(2) Tiap 5 mL sirup Imboost mengandung Echinacea 250

mg dan Zn picolinate 5 mg.

(3) Tiap kaplet Imboost Force mengandung Echinacea

purpurea 250 mg, black elderberry extr 400 mg, dan Zn

picolinate 10 mg.

(4) Tiap 5 mL sirup Imboost Force mengandung Echinacea

purpurea 250 mg, black elderberry extr 400 mg, dan Zn

picolinate 5 mg.

(5) Tiap tablet Effervescent Imboost 1000 mengandung

Echinacea purpurea 1,000 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(6) Tiap tablet Effervescent Imboost C 1500 mengandung

Echinacea 1,000 mg dan vit C 500 mg


Indikasi : Digunakan sebagai terapi suportif yang dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan

infeksi akut, kronis atau infeksi kambuhan dari saluran

pencernaan, dan infeksi genital (organ intim) misalnya

kandidiasis & vaginitis.


Dosis:
Imboost tablet : dewasa 1 tablet 2-3 kali sehari
- Imboost sirup: dewasa dan anak >6 tahun 2-3 kali sehari

1 sendok teh, anak 2-6 tahun 1-2 kali sehari 1 sendok

teh, anak <2 tahun 1-2 kali sehari sendok teh


- Imboost Forte kaplet: dewasa 3 kali sehari 1 kaplet
- Imboost Forte sirup: > 6 tahun 1 sendok teh 3 kali

sehari, anak 2-6 tahun sendok teh 3 kali sehari


- Imboost 1000 mg tablet effervescent = 1 tablet 2-3 kali

sehari
- Imboost C 1500 mg tablet effervescent = 1-2 tablet

sehari
Kontraindikasi: Pasien multiple sclerosis, Pasien collagen

disease, Pasien leucosis, Pasien TBC, Pasien AIDS, Pasien

fenilketonuria, Wanita hamil


Efek samping: Walau sangat jarang terjadi, pada dosis

tinggi dapat menyebabkan gangguan perut ringan atau

reaksi alergi.
BAB V

FLU BABI

ETIOLOGI

Swine influenza virus (SIV) adalaah penyakit pernapasan akut pada babi

yang disebabkan oleh virus RNA family orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1

serta dapat ditularkan dan menyebar diantara manusia. Seperti semua virus

influenza, flu babi berubah secara konstan. Virus flu mempunyai kemampuan

bertukar komponen genetik satu sama lain dan besar kemungkinan versi baru

H1N1 merupakan hasil perpaduan dari berbagai versi virus yang berbeda yang

terjadi di satu binatang.

PATOGENESIS

Flu babi dapat menular dari manusia ke babi, hal ini dapat terjadi seperti

adanya genetik reassortmentantara bangsa burung dan manusia.Ketiga tipe virus

yaitu influensa A, B,C adalah virus yang mempunyai bentuk yang sama dibawah

mikroskop elektron dan hanya berbeda dalam hal kekebalannya saja. Ketiga tipe

virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaan virionnya

diselubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen haemagglutinin (H)

dan enzim neuraminidase(N). Peranan haemagglutinin adalah sebagai alat melekat


virion pada sel dan menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan

enzimneurominidasebertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel

darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan virus dari sel yang

terinfeksi. Antibodi terhadap haemaglutininberperan dalam mencegah infeksi

ulang oleh virus yang mengandung haemaglutininyang sama. Antibodi juga

terbentuk terhadap antigen neurominidase,tetapi tidak berperan dalam pencegahan

infeksi. Influensa babi yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh influensa

A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia

Tenggara disebabkan oleh influensa A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa

yang mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan A/Port Chalmers/1/73

strain asal manusia. Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang

dilaporkan di Jepang kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1 dan H3N2.

Virus influensa tidak dapat tahan lebih dari 2 minggu di luar sel hidup kecuali

pada kondisi dingin. Virus sangat sensitif terhadap panas, detergen, kekeringan

dan desinfektan. Sangat sensitif terhadap pengenceran tinggi desinfektan mutakhir

yang mengandung oxidising agentsdan surfactants seperti Virkon.

Mekanisme virus H1N1 yang menyerang sistem respirasi manusia pada

dasarnya melalui beberapa tahapan yang membentuk siklus, yaitu: 1)Perlekatan,

2)Penetrasi, 3)Endositosis, 4)Pelepasan materi genetik, 5)Transkripsi, 6)Perakitan,

dan 7)Pelepasan.

Tahapan perlekatan merupakan tahapan awal mula virus masuk kedalam

sel. Tahapan ini melibatkan reseptor sel inang (Reseceptor Binding Site/RBS).

Reseptor sel yang berperan dalam infeksi virus flu tersusun atas glikoprotein atau
glikolipid yang mengandung gugus terminal sialyl-galactosyl [Neu5Ac (2,3Gal]

atau [Neu5Ac( 2,6)Gal]. Kedua reseptor tersebut biasanya disebut 2,3 asam

sialat/sialic acid atau 2,6 asam sialat/sialic acid. Pada virus avian influenza (AI),

haemaglutinin virus cenderung berikatan dengan 2,3 asam sialat sedangkan

virus flu manusia berikatan dengan 2,6 asam sialat. Pada kasus flu burung,

haemaglutinin virus AI terdapat kemungkinan perubahan akibat mutasi yang

menyebabkan kompabilitas dengan reseptor 2,6 asam sialat pada manusia.

Sementara pada babi ditemukan dua jenis reseptor yaitu 2,3 asam sialat dan

2,6 asam sialat. Hal ini dapat menimbulkan adanya kemungkinan rearsosi genetik

(mixing vesel) antara virus influenza antara unggas dengan virus asal manusia

pada tubuh babi. Setelah haemaglutinin virus H1N1 berikatan dengan RBS sel

inang (hospes), maka virus akan masuk melalui fusi envelope virus dengan

membran endosomal sel inang. Proses ini memerlukan bantuan protease sel inang

untuk mengaktivasi prekusor hemaglutinin (HAo) menjadi fragmen 1 (HA1) dan

fragmen 2 (HA2) yang dapat menyebabkan virus melepaskan

ribonukleoproteinnya ke dalam sel inang, akibatnya akan terjadi replikasi di dalam

sel inang. Tahapan selanjutnya adalah pelepasan materi genetik yang kemudian

diikuti dengan proses transkripsi menjadi RNAm (RNA messenger) yang siap

untuk ditranslasi menjadi bagian-bagian tubuh virus. Tahapan ini membutuhkan

mekanisme kaskade yang melibatkan protein kinase, yaitu ERK 1/2

(Extracellulear-signal Regulated Kinase 1 dan 2) melalui jalur

RasRafMEKERK (Gambar 2). ERK ini berperan dalam tahap akhir

replikasi virus, yaitu pada saat pengiriman ribonukleoprotein (RNP) yang telah
direplikasi di nukleus sel inang ke sitosol pada saat fase perakitan. Bagian virus

H1N1 yang mengaktivasi ERK adalah hemagglutinin (HA) yang terakumulasi di

membran sel pada tahap perakitan. Hemagglutinin menempel pada Lipid Rafts

dan kemudian mengaktivasi kaskade ERK melalui PKC (Protein Kinase C).

Kondisi ini akan mempercepat pertumbuhan virus H1N1 melalui proses

transkripsi gen. Usai mengalami perakitan virus H1N1, maka virus tersebut akan

dilepaskan melalui proses penguncupan (budding) yang selanjutnya akan

menginfeksi sel-sel yang lain.

PATOFISIOLOGI

1. Pada Babi
Pada penyakit influensa babi klasik, virusmasuk melalui saluran

pernafasan ataskemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea

dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel

epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi

virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat

menghilang pada hari ke 9. Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada
paru-paru karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini

akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan.

Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumoniaenzootica babi yang dapat

bertahan lama. Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella

multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan penyebab

kematian.
2. Pada Manusia

Data terbatas memperlihatkan bahwa virus tersebut ditularkan dengan cara

yang sama dengan virus influenza yang lain. Virus influenza manusia

menular antar manusia terutama melalui droplet partikel besar saluran

napas (misalnya, pada saat penderita batuk atau bersin dekat dengan

seseorang yang rentan). Dalam penularan itu perlu kontak erat antara

penderita sebagai sumber dengan orang yang rentan sebagai penerima,

karena droplet tidak masih melayang di udara dan umumnya bergerak

hanya dalam jarak yang pendek (kurang dari 6 kaki). Cara penularan yang

lain juga dapat terjadi yaitu, kontak dengan permukaan yang

terkontaminasi dan penularan melalui nukleus droplet yang sangat kecil

(juga disebut penularan dengan cara airborne). Peran dari cara penularan

terakhir masih belum jelas pada epidemiologi influenza. Karena data

penularan virus rH1N1 masih sangat terbatas, adanya infeksi pada mata,

konjungtiva dan saluran cerna masih belum diketahui. Karena virus

influenza influenzaA rH1N1 baru pada manusia, kemungkinan penularan

yang dianggap paling umum dari penderita adalah melalui kontak yang

erat. Seluruh sekresi saluran napas dan cairan yang lain (cairan diare
penderita rH1N1 sebaiknya dianggap sangat infeksius). Flu babi pada

manusia paling berpeluang menular pada 5-10 hari pertama setelah

terinfeksi, terutama pada anak-anak dan pada saat kondisi tubuh lemah.

Flu babi belum terbukti menular melalui konsumsi daging babi atau

produk babi.

GEJALA KLINIS

1. Pada Babi
Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-2

hari tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari. Penyakit ini menyebar

sangat cepat hampir 100% babi yang rentan terkena, dan ditandai dengan

apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan

kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, demam sampai

41,8oC. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat,

dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnea diikuti kemerahan

pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh secara tiba-

tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis. Terjadi tingkat kematian tinggi

pada anak-anak babi yang dilahirkan dari induk babi yang tidak kebal dan

terinfeksi pada waktu beberapa hari setelah dilahirkan. Tingkat kematian

pada babi tua umumnya rendah, apabila tidak diikuti dengan komplikasi.

Total kematian babi sangat rendah, biasanya kurang dari 1%. Bergantung

pada infeksi yang mengikutinya, kematian dapat mencapai 1-4%.

Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya. Anak-

anak babiyang lahir dari induk yang terinfeksi pada saat bunting, akan
terkena penyakit pada umur 2-5hari setelah dilahirkan, sedangkan induk

tetap memperlihatkan gejala klinis yang parah. Pada beberapa kelompok

babi terinfeksi bisa bersifat subklinis dan hanya dapat dideteksi dengan

sero konversi. Wabah penyakit mungkin akan berhenti pada saat tertentu

atau juga dapat berlanjut sampai selama 7 bulan. Wabah penyakit yang

bersifat atipikal hanya ditemukan pada beberapa hewan yang mempunyai

manifestasi akut. Influensa juga akan menyebabkan abortus pada umur 3

hari sampai 3 minggu kebuntingan apabila babi terkena infeksi pada

pertengahan kebuntingan kedua. Derajat konsepsi sampai dengan

melahirkan selama tejadi wabah penyakit akan menurun sampai 50% dan

jumlah anak yang dilahirkan pun menurun.


2. Pada Manusia
Pada manusia demam 38oC selama 1-2 hari, batuk pilek, sakit

tenggorokan, lemah, letih, lesu berlebihan, hilang nafsu makan, mungkin

mual muntah atau diare, bila semakin berat akan mengakibatkan sesak

napas atau napas berat.

PENCEGAHAN FLU BABI

1. Pencegahan non Spesifik


- Jagalah kesehatan dengan pola makan yang seimbang, jika perlu dapat

mengkonsumsi multivitamin A, C, D, E, zink dan suplemen imunomudolator

(stimuno, imunos) untuk meningkatkan kekebalan tubuh


- Jagalah kebersihan diri dan lingkungan sekitar anda :
1. Tutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin; tisu yang digunakan

dibuang ke bak sampah


2. Cuci tangan terutama setelah batuk atau bersin menggunakan sabun dan

air; akan lebih baik bila menggunakan pencuci tangan yang

mengandung alkohol
3. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, karenadapat menyebarkan

virus
4. Jangan berdekatan dengan orang yang sedang sakit flu
5. Bila menderita flu, anda harus tinggal di rumah selama 1minggu setelah

gejala mulai muncul atau sampai 24 jam atau lebih sesudah gejala

menghilang agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain


6. Dalam keadaan pandemi, sebaiknya sekolah ditutup agar penyebaran

tidak terjadi dengan cepat. Hindari bepergian ke tempat banyak orang

berkumpul
7. Jangan meludah di sembarangan tempat
2. Pencegahan spesifik
- Imunisasi pada Babi

Virus pada babi digunakan untuk mencegah replikasi virus sehingga

babi tidak sakit dan virus tidak menyebar ke populasi manusia. Vaksin

influenza babi yang ada saat ini adalah vaksin virus utuh mati yang

dicampur adjuvan. Virus yang digunakan diperbanyak di dalam telor

bebek yang berembrio. Vaksin tersebut mampu merangsang munculnya

IgG titer tinggi didalam serum dan paru, sehingga dapat mengurangi

timbulnya gejala klinis. Antibodi terhadap protein H tampak paling

protektif. Perlindungan terhadap infeksi tidak seluruhnya dapat dihambat,

tetapi multiplikasi virus dapat dikurangi. Ada berbagai jenis vaksin lain,

misalnya vaksin dengan menggunakan vektor seperti virus vaksinia,

baculovirus, alpha virus, dan adenovirus yang sekarang sedang dipelajari.

Vaksin DNA juga sekarang sedang dipelajari. Vaksin ini tampaknya cukup
menguntungkan karena tidak menggunakan virus hidup, tetapi dapat

menghasilkan proteinvirus dengan konformasi yang normal. Vaksin ini

dapat merangsang imunitas humoral maupun seluler dalam jangka waktu

yang sangat panjang.

FARMAKOTERAPI

Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan

menggunakan oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis anti

virus setelah pajanan adalah 10 hari sesudah terpajan virus influenza A rH1N1.

Untuk profilaksis sebelum terpajan, anti virus diberikan selama terpajan dan

diteruskan 10 hari setelah terpajan terakhir dengan penderita rH1N1 dalam masa

infeksius. Oseltamivir dapat juga digunakan untuk profilaksis pada anak yang

berumur kurang dari 1 tahun. Masa infeksius adalah satu hari sebelum munculnya

gejala sampai 7 hari setelah munculnya gejala.

Tabel Farmakoterapi untuk flu babi

No. Nama Obat Keterangan


1. Osetalmivir Fosfat Indikasi: infeksi influenza

(Tamiflu) Mekanisme Kerja: oseltamivir adalah suatu bentuk etil

ester yang memerlukan perubahan menjadi bentuk aktif

oseltamivir karboksilat. Mekanisme kerja dari oseltamivir

adalah inhibisi neuraminidase virus influenza yang

menyebabkan perubahan agregasi dari partikel virus

untuk selanjutnya menjadi bebas

Dosis:
Oseltamivir

Dewasa = 75 mg sekali sehari peroral

Anak 12 bulan = <15 kg 30 mg sekali/hari peroral

= 16-23 kg 45 mg sekali/hari peroral

= 24-40 kg 60 mg sekali/hari peroral

= >40 kg 75 mg sekali/hari peroral

Lama pengobatan: selama 10 hari

Kontraindikasi: pada orang yang hipersensitif terhadap

obat ini

Efek samping: yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah

sakit perut, batuk, diare, sakit kepala, mual dan muntah.

Bentuk sediaan: tablet oral dan suspensi


2. Zanamivir (Relenza) Bentuk sediaan: serbuk inhalasi 5 mg
Indikasi: infeksi influenza

Mekanisme kerja: Mekanisme kerja dari zanamivir adalah

inhibisi neuraminidase virus influenza yang

menyebabkan perubahan agregasi dari partikel virus

untuk selanjutnya menjadi bebas

Dosis:

Dewasa: 2 kali inhalasi 5 mg sekali/hari(10 mg)

Anak: 2 kali inhalasi 5 mg sekali/hari(10 mg) (umur 5

tahun)

Lama pengobatan: untuk pengobatan selama 10 hari

Kontraindikasi: Pada pasien yang hipersensitif terhadap


obat ini dan pada anak di bawah 7 tahun

Efek samping: diare, gangguan hidung, mual, sinusitis,

infeksi telinga, hidung dan tenggorokan. Hasil

laboratorium : terjadi peningkatan enzim liver, CPK,

lymfopenia, neutropenia. Hasil yang diperoleh antara

pemberian zanamivir dan plasebo menunjukan hasil yang

mirip
3. Parasetamol (Sanmol, Indikasi: digunakan untuk mengatasi demam, nyeri

Alphamol, Dumin, ringan sampai sedang


Dosis: parasetamol dewasa 300mg-1g per kali, dengan
Panadol)
maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300

mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6

tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6

kali sehari
Mekanisme kerja: Parasetamol merupakan penghambat

biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah

Efek samping: mual, muntah dan anoreksia, hepatotoksik

pada penggunaan yang lama

Kontraindikasi: Penderita gangguan fungsi hati yang

berat dan penderita hipersensitif terhadap obat ini


4. Pseudoefedrin HCl Indikasi: diindikasikan pada pasien dengan hidung dan

(tremenza, Noza, Actifed, sinus paranasal yang tersumbat, pilek, di mana obat ini

Sudafed, Librofed) dapat mengurangi gejala sumbatan dan pilek serta nyeri

yang dapat ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut.

Hal ini tentunya membuat pasien dapat bernapas dengan


lebih lega
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada reseptor pada

selaput lendir saluran napas yang dapat mengurangi

sekresi yang dapat menyumbat saluran napas. Selain itu,

obat ini juga turut membantu membuka / memperlebar

saluran napas sekaligus meningkatkan frekuensi denyut

jantung dan kekuatan kontraksi otot jantung

Dosis: - Dosis dewasa dan anak > 12 tahun :

1 tablet atau 2 sendok teh, dapat diberikan sampai

maksimum dengan 3 kali per hari.

- Dosis anak 6 12 tahun :

tablet atau 1 sendok teh.

- Dosis anak usia 2 5 tahun :

sendok teh.

Efek samping: meningkatnya tekanan darah, nadi yang

lebih cepat dari normal, insomnia, gelisah, tremor, kulit

kemerahan dan sulit untuk berkemih. Anak kecil dan

orang tua lebih sering mengalami efek samping

dibandingkan kelompok usia lain.

Kontraindikasi: anak di bawah usia 2 tahun (karena

keamanan belum diketahui), pasien dengan riwayat

hipersensitivitas terhadap obat ini, riwayat hipertensi atau

penyakit arteri koroner, pasien yang sedang


mengkonsumsi obat obatan golongan monoamine

oxidase inhibitors (MAOIs) atau sudah mengkonsumsi

obat ini dalam waktu 14 hari terakhir


5. Vitamin C (Asam Indikasi: membantu menyembuhkan luka, mencegah

Askorbat), Vitacimin kerusakan sel, meningkatkan gusi dan gigi yang sehat,

dan memperkuat sistem kekebalan tubuh

Dosis: untuk pertahanan tubuh

< 6 bulan : 30 mg

6 bulan - 1 tahun : 35 mg,

1-3 tahun : 15 mg, max. 400 mg/hari

4-8 tahun : 25 mg, max. 650 mg/hari

9-13 tahun : 45 mg, max. 1200 mg/hari

14-18 tahun : max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg,

untuk wanita 65 mg

Dewasa : max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk

wanita 75 mg

Efek samping: pusing, mual, muntah, diare

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap vitamin C


6. Stimuno Indikasi: Stimuno dapat membantu memperbaiki dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno membantu

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi

dan mengangtifkan sistem kekebalan tubuh agar daya

tahan tubuh bekerja optimal.

Farmakologi:Stimuno adalah imunomodulator (pengatur


sistem imun) dari herbal alami yang berfungsi membantu

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno termasuk

fitofarmaka yang dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri (meniran) yang terstandarisasi dan telah melalui

berbagai uji pre-klinik dan klinik. Stimuno mempunyai

manfaat membantu merangsang tubuh memproduksi

lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan

tubuh sehingga daya tahan tubuh bekerjaoptimal.

Dosis: Untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas : Stimuno

Sirup, 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml). Untuk dewasa :

Stimuno kapsul, 3 kali sehari 1 kapsul.

Kontraindikasi: Kontraindikasi Stimuno adalah penderita

hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen suplemen

ini.
Efek samping: -
Bentuk sediaan: sirup, kapsul, Tiap 5 ml (1 sendok takar)

Stimuno sirup mengandung ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri 25 mg. Tiap kapsul Stimuno mengandung ekstrak

tanaman Phyllanthus niruri 50 mg


7. Imboost Komposisi: (1) Tiap tablet Imboost mengandung

Echinacea 250 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(2) Tiap 5 mL sirup Imboost mengandung Echinacea 250

mg dan Zn picolinate 5 mg.

(3) Tiap kaplet Imboost Force mengandung Echinacea

purpurea 250 mg, black elderberry extr 400 mg, dan Zn


picolinate 10 mg.

(4) Tiap 5 mL sirup Imboost Force mengandung

Echinacea purpurea 250 mg, black elderberry extr 400

mg, dan Zn picolinate 5 mg.

(5) Tiap tablet Effervescent Imboost 1000 mengandung

Echinacea purpurea 1,000 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(6) Tiap tablet Effervescent Imboost C 1500 mengandung

Echinacea 1,000 mg dan vit C 500 mg


Indikasi : Digunakan sebagai terapi suportif yang dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan

infeksi akut, kronis atau infeksi kambuhan dari saluran

pencernaan, dan infeksi genital (organ intim) misalnya

kandidiasis & vaginitis.


Dosis:
Imboost tablet : dewasa 1 tablet 2-3 kali sehari
- Imboost sirup: dewasa dan anak >6 tahun 2-3 kali

sehari 1 sendok teh, anak 2-6 tahun 1-2 kali sehari 1

sendok teh, anak <2 tahun 1-2 kali sehari sendok

teh
- Imboost Force kaplet: dewasa 3 kali sehari 1 kaplet
- Imboost Force sirup: > 6 tahun 1 sendok teh 3 kali

sehari, anak 2-6 tahun sendok teh 3 kali sehari


- Imboost 1000 mg tablet effervescent = 1 tablet 2-3 kali

sehari
- Imboost C 1500 mg tablet effervescent = 1-2 tablet

sehari
Kontraindikasi: Pasien multiple sclerosis, Pasien collagen

disease, Pasien leucosis, Pasien TBC, Pasien AIDS,


Pasien fenilketonuria, Wanita hamil
Efek samping: Walau sangat jarang terjadi, pada dosis

tinggi dapat menyebabkan gangguan perut ringan atau

reaksi alergi.

BAB VI

FLU BURUNG
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus

influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A

terdiri dari beberapa strain antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. Flu

burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia.

Dalam perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga

juga dapat menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat

menyebabkan pandemik.

Virus flu burung termasuk ke dalam genus influenza dan famili

Orthomyxoviridae. Virus influenza terdiri dari beberapa tipe antara lain tipe A, B

dan C. Virus flu burung/avian influenza merupakan virus influenza tipe A

sedangkan virus influenza B dan C hanya menginfeksi manusia. Virus influenza

tipe A memiliki dua jenis glikoprotein permukaan yaitu Hemaglutinin (H) dan

Neuraminidase (N), kedua protein permukaan ini akan menentukan subtipe virus

flu burung yang banyak jenisnya. Virus influenza tipe A memiliki 16 subtipe H

dan 9 subtipe N.

Virus penyebab Flu Burung di Indonesia adalah Virus Influenza A subtipe

H5N1. Virus Influenza A subtipe H5N1 adalah salah satu virus tipe A yang

dikenal sebagai virus influenza unggas yang sangat patogen (Highly Pathogenic

Avian Influenza - HPAI).

Tabel Virus Flu Burung yang Menginfeksi Manusia

TAHUN SUBTIPE LOKASI KASUS MENINGGAL


1996 H7N7 United 1 0
Kingdom
1997 H5N1 Hong Kong 18 6
1998 H9N2 China 6 0
1999 H9N2 Hong Kong 2 0
2002 H7N2 United States 1 0
2003 H7N2 United States 1 0
2003 H9N2 Hong Kong 1 0
2003 H5N1 Hong Kong 2 1
2003 H7N7 Netherlands 89 1
2004 H7N3 Canada 2 0
2003 H5N1 Worldwide 258 154

2006
Dari semua tipe tersebut, hanya virus influenza A subtipe H5 dan H7 yang

telah diketahui dapat menyebabkan penyakit yang sangat ganas. Meski demikian,

tidak semua virus influenza subtipe H5 dan H7 bersifat ganas, dan juga tidak

semuanya menyebabkan penyakit pada unggas, tergantung kombinasi dengan

glikoprotein N1-9.

Di dalam virus influenza tipe A dapat terjadi perubahan besar pada

komposisi antigeniknya yang disebut antigenic shift atau terjadi perubahan kecil

komposisi antigenik yang disebut antigenic drift. Perubahan perubahan inilah

yang bisa menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi.


Sifat Virus Influenza A :

a. Dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 C dan lebih dari 30

hari pada 0 C.

b. Virus akan mati pada pemanasan 80 C selama 1 menit, 60 C selama 30 menit

atau 56 C selama 3 jam.

c. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama.

d. Mati dengan sinar UV, detergen, desinfektan (seperti formalin), cairan yang

mengandung iodin serta natrium kalium hipoklorit (contohnya pemutih baju).

Untuk seasonal influenza komplikasi banyak terjadi pada anak-anak dan

orang tua, namun pada flu burung komplikasi justru banyak terjadi pada manusia

dengan status imunitas tinggi karena virus flu burung menyebabkan respon bunuh

diri dari imunitas sehingga menimbulkan cytokine storm pada paru-paru.

PENYEBARAN DAN PENULARAN FLU BURUNG

Proses penyebaran flu burung belum sepenuhnya dipahami. Bebek dan

angsa yang merupakan ordo Anseriformes serta flu burung camar dan burung laut

dari ordo Charadriiformes adalah pembawa (carrier) virus influenza A subtipe H5

dan H7. Virus yang dibawa oleh unggas ini umumnya kurang ganas (LPAIV).

Unggas air liar ini juga menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza.

Diperkirakan penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar

tersebut. Beberapa cara penularan virus flu burung yang mungkin terjadi :

A. Penularan Antar Unggas

Flu burung dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang

berasal dari kotoran unggas yang sakit. Penularan juga bisa terjadi melalui air
minum dan pasokan makanan yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang

terinfeksi flu burung. Di peternakan unggas, penularan dapat terjadi secara

mekanis melalui peralatan, kandang, pakaian ataupun sepatu yang telah terpapar

pada virus flu burung (H5N1) juga pekerja peternakan itu sendiri. Jalur penularan

antar unggas di peternakan, secara berurutan dari yang kurang berisiko sampai

yang paling berisiko adalah melalui :

- Pergerakan unggas yang terinfeksi


- Kontak langsung selama perjalanan unggas ke tempat pemotongan
- Lingkungan sekitar (tetangga) dalam radius 1 km
- Kereta/lori yang digunakan untuk mengangkut makanan, minuman unggas

dan lain-lain
- Kontak tidak langsung saat pertukaran pekerja dan alat-alat

B. Penularan dari Unggas Ke Manusia

Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika

manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan

permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang

mengandung virus H5N1.

Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah :

- Pekerja di peternakan ayam


- Pemotong ayam
- Orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu

burung
- Orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung
- Populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat

flu burung

C. Penularan Antar Manusia


Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi

manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain.

Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan

tidak berkelanjutan. Menurut WHO, pada 2004 di Thailand dan 2006 di Indonesia,

diduga terjadi adanya penularan dari manusia ke manusia tetapi belum jelas.

Model penularan ini perlu diantisipasi secara serius karena memiliki

dampak yang sangat merugikan dan mengancam kesehatan, kehidupan sosial,

ekonomi dan keamanan manusia. Hal ini sangat mungkin terjadi karena virus flu

burung memiliki kemampuan untuk menyusun ulang materi genetik virus flu

burung dengan virus influenza manusia sehingga timbul virus Influenza subtipe

baru yang sangat mudah menular (reassortment).

D. Penularan dari Lingkungan ke Manusia

Secara teoritis, model penularan ini dapat terjadi oleh karena ketahanan

virus H5N1 di alam atau lingkungan. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti

mekanisme penularan flu burung pada manusia namun diperkirakan melalui

saluran pernapasan karena dari hasil penelitian didapatkan reseptor H5N1 pada

saluran napas manusia terutama saluran napas bagian bawah dan setiap orang

memiliki jumlah reseptor yang berbeda-beda, sedangkan pada saluran percernaan

ditemukan reseptor dalam jumlah yang sangat sedikit namun belum bisa

dibuktikan penularan flu burung melalui saluran pencernaan dan ada referensi

yang mengatakan bahwa reseptor H5N1 pada manusia hanya terdapat pada

saluran pernapasan jadi hal ini masih diperdebatkan. Kotoran unggas, biasanya

kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk, menjadi salah satu faktor risiko
penyebaran flu burung. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar

virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung/unggas yang menderita

flu burung. Penularan unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah

menghirup udara yang mengandung virus flu burung (H5N1) atau kontak

langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.

E. Penularan ke Mamalia Lain

Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar secara langsung pada beberapa

mamalia yang berbeda yaitu babi, kuda, mamalia yang hidup di laut, familia

Felidae (singa, harimau, kucing) serta musang (stone marten).

MASA INKUBASI DAN GEJALA

a. Masa Inkubasi

- Pada Unggas : 1 minggu

- Pada Manusia : 1 7 hari (rata-rata 3 hari.)

Masa infeksi 1 hari sebelum, sampai 3 - 5 hari sesudah timbul gejala, pada anak

sampai 21 hari.

b. Gejala flu burung pada unggas dan manusia :

Gejala pada unggas


1 Jengger berwarna biru.
2 Pendarahan merata pada kaki yang berupa bintik-bintik merah atau

sering terdapat borok di kaki yang disebut dengan kaki kerokan.


3 Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga terjadi gangguan

pernapasan.
4 Keluar cairan jernih sampai kental dari rongga mulut.
5 Diare.
6 Haus berlebihan dan cangkang telur lembek.
7 Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati 100%

dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu.


Gejala pada manusia

Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan

gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, nyeri otot, sakit

tenggorokan, batuk, sakit kepala dan pilek. Dalam perkembangannya

kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong,

korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi misalnya terjadinya

gagal napas karena pneumonia dan gangguan fungsi tubuh lainnya karena

sepsis.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan :

1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat

kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara

mendadak, atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau

kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza (H5N1), atau

melakukan perjalanan ke daerah endemis avian influenza 7 hari sebelum

timbulnya gejala.

2. Pemeriksaan fisik: suhu tubuh >38 C, napas cepat dan hiperemi farings

(farings kemerahan).

3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia,

trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang

meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.


4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui

status oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit

pasien.

5. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1

a.l. dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase

Chain Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil

pemeriksaan ini dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga

(suspect), mungkin (probable) atau pasti (confirmed).

6. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan

gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini

menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-

paru atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil radiologi

tersebut dapat menjadi indikator memburuknya penyakit avian influenza.

DEFINISI KASUS

Dalam melakukan surveilans AI perlu mengetahui definisi kasus AI,

yaitu :

- Seseorang dalam Penyelidikan


- Kasus Suspek
- Kasus Probabel
- Kasus Konfirmasi

1. Seseorang dalam Penyelidikan

Seseorang atau sekelompok orang yang diputuskan oleh pejabat kesehatan

yang berwenang, untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi terhadap

kemungkinan terinfeksi H5N1.


Contoh :

Antara lain orang sehat (tidak ada gejala klinis) tetapi kontak erat dengan kasus

(suspek, probable atau konfirmasi) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah

terjangkit flu burung pada unggas.

2. Kasus Suspek

Seseorang yang menderita demam dengan suhu >38 C disertai satu atau lebih

gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek, sesak napas.

Terdapat salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :

- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai

riwayat kontak erat dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi)

seperti merawat, berbicara atau bersentuhan dalam jarak <1 (satu) meter.
- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai

riwayat kontak erat dengan unggas (misalnya menyembelih, menangani,

membersihkan bulu atau memasak).


- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis mempunyai

riwayat kontak dengan unggas, bangkai unggas, kotoran unggas, bahan atau

produk mentah lainnya di daerah yang satu bulan terakhir ini telah terjangkit

flu burung pada unggas, atau adanya kasus pada manusia (suspek, probable

atau konfirmasi)
- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis mempunyai

riwayat mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak

dengan sempurna, yang berasal dari daerah yang satu bulan terakhir telah

terjangkit flu burung pada unggas, atau adanya kasus pada manusia (suspek,

probable atau konfirmasi).


- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis kontak erat

dengan binatang selain unggas yang dikonfirmasi terinfeksi H5N1 antara

lain babi atau kucing.


- Dalam 7 (tujuh) hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, memegang atau

menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai mengandung virus

H5N1.
- Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah putih di bawah nilai

normal).

Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji H1

menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.

- Foto rontgen dada/toraks menggambarkan pneumonia yang cepat

memburuk pada serial foto.


3. Kasus Probable

Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:

- Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4 kali dengan

pemeriksaan uji H1 menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.


- Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5

dalam spesimen serum tunggal) menggunakan uji Netralisasi (dikirim ke

laboratorium rujukan).
- Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran napas akut yang tidak bisa

dijelaskan penyebabnya dan secara epidemiologis menurut waktu, tempat dan

pajanan berhubungan dengan kasus probabel atau kasus konfirmasi.

4. Kasus Konfirmasi

Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau kasus probabel dan

disertai hasil positif salah satu hasil pemeriksaan laboratorium berikut :

a) Isolasi virus influenza A/H5N1 positif.


b) PCR Influenza A/H5N1 positif

c) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen

konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil <7 hari setelah

muncul gejala penyakit) dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula

>1/80.

d) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil

pada hari ke 14 atau lebih setelah muncul gejala penyakit (onset) disertai hasil

positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau

titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau Western Blood spesifik H5 positif.

PENCEGAHAN

- Menghindari kontaminasi dengan tinja, sekret unggas, binatang, bahan, dan

alat yang dicurigai tercemar oleh virus.

Menggunakan pelindung (masker, kacamata)

Tinja unggas ditatalaksana dengan baik

Disinfektan alat-alat yang digunakan

Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan

Daging ayam dimasak suhu 80 C selama 10 menit, telur unggas

dipanaskan 64 C selama 5 menit

Jaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi (personal hygiene)

- Penerapan Standar Kewaspadaan Universal perlu dilakukan dengan penerapan

kendali infeksi di lingkungan dan higiene pribadi dalam usaha untuk

meminimalisasi kejadian pandemi.


- Oseltamivir dosis tunggal selama 1 minggu Zanamivir perlu dipertimbangkan

sebagai terapi profilaksis pada pekerja kesehatan yang kontak dengan pasien

terinfeksi AI serta dalam pengobatan menggunakan oseltamivir.

- Vaksinasi belum ada. Vaksin yang efektif hingga kini masih dalam penelitian dan

pengembangan

FARMAKOTERAPI

Tabel Obat Untuk Farmakoterapi Flu Burung

No. Nama Obat Keterangan


1. Osetalmivir Fosfat Indikasi: infeksi influenza

(Tamiflu) Mekanisme Kerja: oseltamivir adalah suatu bentuk etil ester

yang memerlukan perubahan menjadi bentuk aktif

oseltamivir karboksilat. Mekanisme kerja dari oseltamivir

adalah inhibisi neuraminidase virus influenza yang

menyebabkan perubahan agregasi dari partikel virus untuk

selanjutnya menjadi bebas

Dosis:

Oseltamivir dapat digunakan tanpa memperhatikan

makanan. Jika digunakan bersamaaan dengan makanan,

toleransi dapat meningkat.

Pengobatan influenza :

Dewasa dan Anak lebih dari 13 tahun : dosis oral yang

direkomendasikan adalah 75 mg dua kali sehari selama 5

hari. Pengobatan dimulai setelah timbul gejala influenza


dalam dua hari.

Anak anak : dosis oral suspensi yang direkomendasikan

untuk anak di atas 1 tahun dan dewasa yang tidak dapat

menelan kapsul adalah sebagai berikut :

DOSIS SUSPENSI ORAL OSELTAMIVIR


Berat Dosis yang Volume

Badan (kg) direkomendasikan untuk 5

hari
<15 30 mg dua kali sehari 2,5 mL (1/2

sdt)
>15 - 23 45 mg dua kali sehari 3,8 mL (3/4

sdt)
>23 - 40 60 mg dua kali sehari 5 mL (1 sdt)
>40 75 mg dua kali sehari 6,2 mL (1

1/4 sdt)

Profilaksis Influenza :

Dosis oseltamivir oral yang direkomendasikan untuk

profilaksis influenza pada dewasa dan anak di atas 13 tahun

yang telah mengalami kontak langsung dengan individu

yang terinfeksi adalah 75 mg sekali sehari, sekurang-

kurangnya selama 7 hari. Terapi sebaiknya dimulai setelah 2

hari terpajan. Dosis yang direkomendasikan untuk

profilaksis selama terjadi wabah influenza adalah 75 mg

sekali sehari.

Kontraindikasi: pada orang yang hipersensitif terhadap obat


ini

Efek samping: yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah

sakit perut, batuk, diare, sakit kepala, mual dan muntah.

Bentuk sediaan: tablet oral dan suspensi


2. Zanamivir (Relenza) Bentuk sediaan: serbuk inhalasi 5 mg
Indikasi: infeksi influenza

Mekanisme kerja: Mekanisme kerja dari zanamivir adalah

inhibisi neuraminidase virus influenza yang menyebabkan

perubahan agregasi dari partikel virus untuk selanjutnya

menjadi bebas

Dosis:

Zanamivir digunakan untuk saluran pernapasan melalui

inhalasi oral dengan menggunakan alat diskhaler yang

disertakan bersama obat. Pasien harus diberi penjelasan

tentang cara penggunaan obat, jika mungkin disertai

demonstrasi cara pemakaian obat

untuk perawatan influenza: pada pasien >7 = 2 inhalasi (per

inhalasi adalah 5 mg blister, jadi dosis total adalah 10 mg)

dua kali sehari (jarak pemakaian 12 jam), selama 5 hari.

Dua dosis ini harus digunakan pada pengobatan awal, jika

mungkin jarak pemberian adalah 2 jam. Pada hari

berikutnya, jarak pemberian adalah 12 jam (misalnya pada

malam dan siang hari), waktu pemberian ini hendaknya

sama setiap hari


Kontraindikasi: Pada pasien yang hipersensitif terhadap

obat ini dan pada anak di bawah 7 tahun

Efek samping: diare, gangguan hidung, mual, sinusitis,

infeksi telinga, hidung dan tenggorokan. Hasil

laboratorium : terjadi peningkatan enzim liver, CPK,

lymfopenia, neutropenia. Hasil yang diperoleh antara

pemberian zanamivir dan plasebo menunjukan hasil yang

mirip
3. Parasetamol (Sanmol, Indikasi: digunakan untuk mengatasi demam, nyeri ringan

Alphamol, Dumin, sampai sedang


Dosis: parasetamol dewasa 300mg-1g per kali, dengan
Panadol)
maksimum 4g per hari, untuk anak 6-12 tahun: 150-300

mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6

tahun: 60mg/kali, pada keduanya diberikan maksimum 6

kali sehari
Mekanisme kerja: Parasetamol merupakan penghambat

biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah

Efek samping: mual, muntah dan anoreksia, hepatotoksik

pada penggunaan yang lama

Kontraindikasi: Penderita gangguan fungsi hati yang berat

dan penderita hipersensitif terhadap obat ini


4. Pseudoefedrin HCl Indikasi: diindikasikan pada pasien dengan hidung dan

(tremenza, Noza, sinus paranasal yang tersumbat, pilek, di mana obat ini

Actifed, Sudafed, dapat mengurangi gejala sumbatan dan pilek serta nyeri

Librofed) yang dapat ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut. Hal


ini tentunya membuat pasien dapat bernapas dengan lebih

lega
Mekanisme kerja: obat ini bekerja pada reseptor pada

selaput lendir saluran napas yang dapat mengurangi sekresi

yang dapat menyumbat saluran napas. Selain itu, obat ini

juga turut membantu membuka / memperlebar saluran

napas sekaligus meningkatkan frekuensi denyut jantung dan

kekuatan kontraksi otot jantung

Dosis: - Dosis dewasa dan anak > 12 tahun :

1 tablet atau 2 sendok teh, dapat diberikan sampai

maksimum dengan 3 kali per hari.

- Dosis anak 6 12 tahun :

tablet atau 1 sendok teh.

- Dosis anak usia 2 5 tahun :

sendok teh.

Efek samping: meningkatnya tekanan darah, nadi yang lebih

cepat dari normal, insomnia, gelisah, tremor, kulit

kemerahan dan sulit untuk berkemih. Anak kecil dan orang

tua lebih sering mengalami efek samping dibandingkan

kelompok usia lain.

Kontraindikasi: anak di bawah usia 2 tahun (karena

keamanan belum diketahui), pasien dengan riwayat

hipersensitivitas terhadap obat ini, riwayat hipertensi atau


penyakit arteri koroner, pasien yang sedang mengkonsumsi

obat obatan golongan monoamine oxidase inhibitors

(MAOIs) atau sudah mengkonsumsi obat ini dalam waktu

14 hari terakhir
5. Vitamin C (Asam Indikasi: membantu menyembuhkan luka, mencegah

Askorbat), Vitacimin kerusakan sel, meningkatkan gusi dan gigi yang sehat, dan

memperkuat sistem kekebalan tubuh

Dosis: untuk pertahanan tubuh

< 6 bulan : 30 mg

6 bulan - 1 tahun : 35 mg,

1-3 tahun : 15 mg, max. 400 mg/hari

4-8 tahun : 25 mg, max. 650 mg/hari

9-13 tahun : 45 mg, max. 1200 mg/hari

14-18 tahun : max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk

wanita 65 mg

Dewasa : max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk

wanita 75 mg

Efek samping: pusing, mual, muntah, diare

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap vitamin C


6. Stimuno Indikasi: Stimuno dapat membantu memperbaiki dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno membantu

merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan

mengangtifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan

tubuh bekerja optimal.


Farmakologi:Stimuno adalah imunomodulator (pengatur

sistem imun) dari herbal alami yang berfungsi membantu

meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno termasuk

fitofarmaka yang dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri (meniran) yang terstandarisasi dan telah melalui

berbagai uji pre-klinik dan klinik. Stimuno mempunyai

manfaat membantu merangsang tubuh memproduksi lebih

banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh

sehingga daya tahan tubuh bekerjaoptimal.

Dosis: Untuk anak-anak usia 1 tahun ke atas : Stimuno

Sirup, 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml). Untuk dewasa :

Stimuno kapsul, 3 kali sehari 1 kapsul.

Kontraindikasi: Kontraindikasi Stimuno adalah penderita

hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen suplemen

ini.
Efek samping: -
Bentuk sediaan: sirup, kapsul, Tiap 5 ml (1 sendok takar)

Stimuno sirup mengandung ekstrak tanaman Phyllanthus

niruri 25 mg. Tiap kapsul Stimuno mengandung ekstrak

tanaman Phyllanthus niruri 50 mg


7. Imboost Komposisi: (1) Tiap tablet Imboost mengandung Echinacea

250 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(2) Tiap 5 mL sirup Imboost mengandung Echinacea 250

mg dan Zn picolinate 5 mg.

(3) Tiap kaplet Imboost Force mengandung Echinacea


purpurea 250 mg, black elderberry extr 400 mg, dan Zn

picolinate 10 mg.

(4) Tiap 5 mL sirup Imboost Force mengandung Echinacea

purpurea 250 mg, black elderberry extr 400 mg, dan Zn

picolinate 5 mg.

(5) Tiap tablet Effervescent Imboost 1000 mengandung

Echinacea purpurea 1,000 mg dan Zn picolinate 10 mg.

(6) Tiap tablet Effervescent Imboost C 1500 mengandung

Echinacea 1,000 mg dan vit C 500 mg


Indikasi : Digunakan sebagai terapi suportif yang dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan

infeksi akut, kronis atau infeksi kambuhan dari saluran

pencernaan, dan infeksi genital (organ intim) misalnya

kandidiasis & vaginitis.


Dosis:
Imboost tablet : dewasa 1 tablet 2-3 kali sehari
- Imboost sirup: dewasa dan anak >6 tahun 2-3 kali sehari

1 sendok teh, anak 2-6 tahun 1-2 kali sehari 1 sendok

teh, anak <2 tahun 1-2 kali sehari sendok teh


- Imboost Forte kaplet: dewasa 3 kali sehari 1 kaplet
- Imboost Forte sirup: > 6 tahun 1 sendok teh 3 kali sehari,

anak 2-6 tahun sendok teh 3 kali sehari


- Imboost 1000 mg tablet effervescent = 1 tablet 2-3 kali

sehari
- Imboost C 1500 mg tablet effervescent = 1-2 tablet

sehari
Kontraindikasi: Pasien multiple sclerosis, Pasien collagen

disease, Pasien leucosis, Pasien TBC, Pasien AIDS, Pasien


fenilketonuria, Wanita hamil
Efek samping: Walau sangat jarang terjadi, pada dosis tinggi

dapat menyebabkan gangguan perut ringan atau reaksi

alergi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Zubaidi Yusuf. Tuberkulostatik dan Leprostatik dalam Farmakologi dan Terapi edisi

4. Sulistia G. Ganiswarna bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 1995.


2. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Bimfar). Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Tuberkulosis. Departemen Kesehatan RI. 2005.


3. WHO. Treatment of Tuberculosis Guidelines for National Programmes Second

edition. World Health Organization. Geneva. 1997.


4. WHO. Treatment of Tuberculosis Guidelines for National Programmes Third edition.

World Health Organization. Geneva. 2003.


5. Thomason AR, Warren EI. Tuberculosis: A Clinical Rreview. US Pharmacist. 2005.
6. Werdani, Asti. W. Patofisiologi, Diagnosis, Klasifikasi Tuberculosis. Universitas

Indonesia. Jakarta. 2010.


7. Anonim. 2015. Influenza. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 10 April 2016.
8. Sigalingging,B. 2011. Influenza. www.repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses

tanggal 10 April 2016.


9. Anonim. 2009. Flubabi. www.itb.ac.id. Diakses tanggal 11 April 2016.
10. Setiawan,I. 2011. Infeksi Virus Influenza A Babi H1N1 Triple reasortant pada

Manusia. Indonesia. Digitaljournals.org. Diakses tanggal 11 April 2016.


11. Syafriati,Tatty. 2012. Mengenal Penyakit Influensa Babi.

peternakan.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal 11 April 2016.


12.Ditjen Bina Farmasi dan Alkes Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk

Pasien Flu Burung. www.kemenkes.binfar.go.id. Diakses tanggal 11 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai