Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban
sebelum awitan persalinan, tanpa memastikan usia gestasi. Namun dalam praktik dan
dalam penelitian, pecah ketubaan dini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari
waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina serviks.
Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanota dengan serviks
inkmpeten, polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi
vagina / serviks (misalnya, vaginosis bakteri, trikomonas, klamida, gonore,
streptokokus grup b) hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara keletihan
karena bekerja dan peningkatan resiko ketuban pecah dini sebelum cukup bulan
diantara nulipara (tetapi bukan wanita multipara).
Menurut Sujiyatini,2009,hal:17 pada buku asuhan patologi , risiko kecacatan
dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100%
apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori pada Ketuban Pecah Dini ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ketuban Pecah Dini ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
(mitayani,2011. Buku Keperawatan Maternitas,hal:74)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi
pada kehamilan 24 minggu atau 44 minggu (Manuaba, 2008).
Ketuban pecah dini merupakan salah satu kasus obsteri yang menjadi
penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibat. Ketuban pecah dini
terjadi bila selaput ketuban pecah secara sepontan sebelum ada tanda-tanda persalinan
yaitu adanya kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan atau perdarahan
serviks. (Sumarah, 2009).
B. Etiologi
Penyebab KPD Manuaba, 2009 dan Morgan 2009 meliputi adalah seviks
inkompeten, faktor keturunan, pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi
genetalia), overdistensi uterus, malposisi atau malpresentase janin, Faktor yang
menyebabkan kerusakan serviks, riwayat KPD sebelumnya dua kali tau lebih, faktor
yang berhungan dengan berat badan sebelum dan selama hamil, merokok selama
kehamilan, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari
pada usia muda, riwayat hubungan seksual baru-baru ini, paritas, anemia
keadaan sosial ekonomi.
C. Resiko
Resiko Ketuban Pecah Dini meliputi ( Buku Ajar Bidan, 2009, Edisi 14)
1. Persalinan yang dapat terjadi kapan saja sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur
2. Korioamnionitis, yang dapat berlanjut menjadi infeksi sistemik ibu dan janin
jika tidak segera diobati.
3. Oligohidramnion jika terjadi KPD berkepanjanga, dengan masalah terkait
janin, termasukhipoplasia pulmoner.
4. Masalah psikososial karena kondoso janin dan neunatus yang tidak pasti dan
hispitalisasi yang lama.
5. Prolaps tali pusat
6. Malpresentasi yang berhubungan engan prematuritas
7. Perdarahan antepartum primer.
D. Faktor yang mempengaruhi
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini dapat diebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :
1. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan
ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk reprouksi
optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Dibawah ini atau
diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia
seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem resprouksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampunya dan
keelastisanya dalam memerima kehamilan.
2. Sosial ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang mentukan kualitas dan kuantitas kesehatan
di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi
seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat
tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan
seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan seseorang yang tidak
mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian aritas adalah primpara,
multipara dan grandi multipara. Primpara adalah seseorang wanita yang baru
pertama kali melahirka dimana janin mencapai usia kehamilan38 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanitaa yang telah mengalami kehamilan
dengan usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan kehamilanya 2 kali
atau lebih. Sedangkan grande multipare adalah seorang wanitayang telah
mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkan lebih dari 5 kali.
4. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pengenceran atau peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu..
Dampak anemia pada janin antara lain abortus terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, caat bawaan dan mudah infeksi. Pada
ibu saat kehamilan dapat megakibtkan abortus, persalinan prematuritas,
ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada sat persalinan
dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri.
5. Perilaku merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh paa kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat
kimia yang terindentifikasi termasuk karbonmonosida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain.
Merokok pada kehamilan daat menyebabkan ganggan seperti kehamilan
ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi.
6. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwata
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat adalah akibat kandungan kolagen
dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dii dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang oernah mengalami KPD pada persalinan atau saat
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebi beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalamiKPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya.
7. Serviks yang inkompetensik
Inkompetenesia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar.
Inkompetenesia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan antomi yang
nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan konginetal pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester
kedua tau awa trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan
selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba,2009).
8. Tekanan intra uterin yang meningggi tau meningktat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terkadinya ketubab pecah dini, misalnya :
a) Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
b) Gemeli : kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janjin atau lebih.
Pada kehamilan gemel terdi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
meimbulkan, adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketubab\n tipis dan mudah pecah.
E. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk
host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit
ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III
papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan
netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensia,
potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.
F. Manisfestasi Klinis
Menurut Sujiyatini, 2009, hal:14 sebagai berikut :
1. Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak ada air dan
ketuban sudah kering.
6. Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
G. Pencegahan
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
Menurut Sujiyatini,2009,hal:17 pada buku asuhan patologi , risiko kecacatan
dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100%
apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia

H. Pemeriksaan Diagnosis
Uji laboratorium (Buku Ajar Asuhan kebidanan, 2007, Edisi 4).
a. Uji pakis positif : pemakaian (ferning), juga disebut percabangan halus
(arborization) pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan
natrium klorida dan protein dalam cairan amnion.
b. Uji kertas nitrazin positif : kertas bewarna mustad-emas yang sensitif terhadap
pH ini akan berubah menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat
basa. Nilai pH vagina normal adalah < 4,5. Selama kehamilan terjadi
peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksfoliasi epitelium dan bakteri,
sebagian besar Lactobacillius, yang menyebabkan pH vagina lebih asam.
Cairanamnion memiliki pH 7,0 sampai 7,5 (letakkan sehelai kertas nitrazin
pada lebih spekulum setelah menarik spekulum dari vagina).
c. Pemeriksaan leukosit darah > 15.000/ul bila terjadi infeksi.
d. USG : menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang.
I. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber perslinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensil. Oleh karen itu,
penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat
menurukan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Memberikan
profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang
perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur kehamilan makin besar peluang
terjadi infeksi dalam lahir yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg (Manuaba, 1998).
a. Penanganan Konservatif
1. Rawat di rumah sakit
2. Berikan antibiotika (apicilin 4x500 mg/eritromisin) dan Metronidazole.
3. Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum impatu, tidak ada infeksi berikan
tokolik, deksametson dan nduksi sesudah 2 jam.
5. Jika umur kehamilan 34-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan lakukan
induksi.
6. Nilai tanda-tanda infeksi.
7. Pada usia kehailan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu kematangan
paru janin.
b. Penanganan Akut
1. Kehamilan lebih ari 37 minggu, induksi oxytiksin bila gagal seksio caesaria
dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
2. Induki atau akselerai persalinan.
3. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan kehamilan
diakhiri.
J. Komplikasi
1. Infeksi intra partum
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3. Prolaps tali put, bsia sampai gawat janin dan kematianjanin akibat hipoksia.
4. Oliohidramnion, bahkan sering partus kering.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor , dan
identitas penanggung jawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien .
e. Pola Pengkajian Fungsional
1) persepsi
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan
cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema
dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering
terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
10) Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebihlebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
11) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan
dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
12) Pola nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae. Pada klien nifas abdomen kendor
kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa
pusat.
g. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak
h. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
i. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
j. Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi

B. Diagnosa keperawatan.

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.


2. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature.
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature.

C. Rencana Keperawatan
1. Dx 1 .Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan ototrahim.
NOC :
a. Pain Control
b. Pain Level
c. Comfort Status

NIC :

a. Pemberian Analgesik
1.

1. Intervensi

No Diagnose Tujuan dan criteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil

1 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda Untuk mengetahui


ketuban pecah tindakan keperawatan infeksi . tanda-tanda infeksi
dini selama 324 jam di yang muncul.
harapkan pasien tidak
menunjukan tanda-tanda Untuk melihat
infeksi . dengan criteria 1. Pantau keadaan perkembangan
hasil : umum pasien kesehatan pasien.

Tanda-tanda
infeksi tidak tidak ada.
Untuk memudahkan
Tidak ada lagi perawat melakukan
cairan ketuban yang 1. Bina hubungan tindakan.
keluar dari pervaginaan. saling percaya
melalui komunikasi
DJJ normal therapeutic.
Agar istirahat pasien
Leukosit pasien terpenuhi.
kembali normal
1. Berikan lingkungan
Suhu 36-37 yang nyaman untuk
pasien.

Untuk proses
penyembuhan pasien
1. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat
antiseptik sesuai
terapi.

2 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda-tanda Untuk mengetahui


nyaman : nyeri tindakan keperawatan Vital pasien. keadaan umum
b.d ketegangan selama 324 jam di pasien.
otot rahim. harapkan nyeri
berkurang / nyeri
hilang . dengan criteria
hasil : Untuk mengetahui
1. Kaji skala nyeri (1- derajat nyeri pasien
Tanda-tanda vital 10) dan menentukan
dalam batas normal. tindakan yang akan
dilakukan.
TD :120/80 mm Hg

N : 60-120 X/ menit.
Untuk mengurangi
Pasien tampak nyeri yang dirasakan
tenang/rileks. pasien.

Pasien 1. Ajarkan pasien


mengatakan nyeri pada teknik relaksasi
perut berkurang. Untuk memberikan
rasa nyaman.

1. Atur posisi pasien Untuk mengurangi


tingkat stress pasien
dan pasien dapat
beristirahat.

1. Berikan lingkungan
yang nyaman dan
batasi pengunjung.

3 Defisit / kurang Setelah dilakukan 1. Kaji apa pasien tahu Untuk mengetahui
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tentang tanda-tanda tentang pemahaman
pengakuan selama 324 jam di dan gejala normal pasien untuk
persalinan harapkan pasien selama kehamilan. tindakan selanjutnya.
premature memahami pengetahuan
tentang penyakitnya . 2. Ajarkan tentang apa
dengan criteria hasil : yang harus
dilakukan jika tanda Mencegah terjadinya
Pasien terlihat KPD muncul hal-hal yang tidak
tidak bingung lagi. kembali. diinginkan terjadi
yang bisa
Pasien membahayakan ibu-
janin.

1. Libatkan keluarga
agar memantau Untuk membantu
kondisi pasien . merencanakan
tindakan berikutnya.

4 Kecemasan / Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat Mengetahui


ansietas b.d tindakan keperawatan kecemasan pasien. tingkatan kecemasan
persalinan selama 324 jam di yang dialami pasien.
premature dan harapkan ansietas pasien
neonates teratasi. dengan criteria
berpotensi lahir hasil :
premature Untuk mempercepat
Pasien tidak 1. Dorong pasien proses penyembuhan
cemas lagi untuk istirahat total.

Pasien sudah
mengetahui tentang
penyakit 1. Berikan suasana
yang tenang dan Untuk memberikan
ajarkan keluarga rasa nyaman dan
untuk memberikan menurunkan
dukungan kecemasan pasien.
emosional pasien.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini merupakan salah satu kasus obsteri yang menjadi
penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibat. Ketuban pecah dini
terjadi bila selaput ketuban pecah secara sepontan sebelum ada tanda-tanda persalinan
yaitu adanya kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan atau perdarahan
serviks.
Penyebab adalah seviks inkompeten, faktor keturunan, pengaruh dari luar
yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia), overdistensi uterus, malposisi atau
malpresentase janin, Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks, riwayat KPD
sebelumnya dua kali tau lebih, faktor yang berhungan dengan berat badan sebelum
dan selama hamil, merokok selama kehamilan, usia ibu yang lebih tua mungkin
menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda, riwayat hubungan seksual
baru-baru ini, paritas, anemia
keadaan sosial ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Varney Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:EGC.

Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati, 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba Ida Bagus Kerthyayana, Ken Taylor, Tom Gedeon. 2008. Gawat Darurat Obstetri
Ginekologo dan Obstetri Sosial Untuk Profeso Bidan. Jakarta : EGC

Sujiatini, dkk, 2006. Asuhan Patologi Kebidanan, Jogjakarta: Nuha Medika. h: 13-16.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC

NIC. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Philadelphia : Elsevier

NOC. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Philadelphia : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai