Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No
adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu
kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau
dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan
atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya
kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan
itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain
semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar
terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang
secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum
dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang
Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah
penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia
sekolah dasar sangat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.
sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab
permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin
dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan
sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat
fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau
diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikologis maupun sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan dianggap
gangguan jiwa.
untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan
tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar
2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia
Sekolah
Faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
a. Guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim
atau suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan guru dalam
kepribadian anak.
b. Teman sebaya
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah.
Orang tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam dunia dewasa,
rumah anak dalam dunia usia sebaya, yang penuh dengan kebebasan.
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,
d. Kurikulum
e. Proses pembelajaran
iklim sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata
nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun
f. Keluarga
pertama dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah
2. Model Interpersonal
3. Model Sosial
menyimpang.
4. Model Eksistensi
terminasi.
6. Model Perilaku
afektif.
7. Model Medical
8. Model Keperawatan
pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar
sangat penting, untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta
jiwa.
dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota
3. Pengelola keperawatan
keperawatan jiwa
maupun keluarga
4. Pelaksana penelitian
Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia enam hingga kira-kira usia duabelas tahun. Karakteristik utama usia sekolah
sesudah keluarga dimana anak akan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu
Menurut Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008) masa usia sekolah sebagai
masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira
sebelas atau duabelas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk
sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan
mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai
masa sekolah oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima
pendidikan formal, tetapi bisa juga dikatakan bahwa masa usia sekolah adalah
masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa
matang untuk belajar karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu,
sedangkan disebut masa matang untuk sekolah karena anak sudah menamatkan
sekolah.
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani mengatakan
pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar. Kesukaran
kematangan itu tidak hanya ditentukan oleh umur semata, tetapi ada beberapa
disimpulkan mengatakan bahwa usia sekolah adalah usia yang sangat penting
dalam perjalanan hidup anak, karena usia inilah pertama sekali anak
anak sudah dituntut mampu menerapkan intelektualnya. Dalam masa ini juga anak
umur usia sekolah antara enam sampai dua belas tahun sesuai dengan pendapat
dengan teman sebaya. Sebagai agens sosialisasi kedua setelah keluarga, sekolah
dewasa selain orang tua dan yang memiliki tanggung jawab terhadap banyak anak
secara konstan mengawasi anak per individu. Anak ingin pergi ke sekolah dan
biasanya menyesuaikan diri terhadap kondisi yang baru dengan sedikit kesulitan.
dan emosional anak, dan kesiapan orangtua dalam menerima perpisahan karena
anak sudah masuk sekolah. Selain itu sebagian besar anak telah memiliki
Guru dalam hal ini memfasilitasi transisi dari rumah ke sekolah, guru
kebutuhan anak yang lebih kecil. Guru seperti halnya orangtua, memperhatikan
kesejahteraan psikologis dan emosional anak. Walaupun fungsi guru dan orangtua
berbeda, keduanya memberikan batasan perilaku dan keduanya berada pada posisi
untuk menguatkan standar perilaku. Namun, tanggung jawab utama guru adalah
sama orangtua memberi pengaruh dalam menentukan sikap dan nilai anak. Guru
menggunakan pernyataan yang dapt diterima dan jelas yang membantu anak
mambantu anak belajar menepati janji, memenuhi tenggang waktu, dan berhasil
untuk menggambarkan anak usia sekolah dasar yang ditinggalkan untuk merawat
dirinya sendiri sebelum atau sesudah sekolah tanpa pengawasan orang dewasa.
mencetuskan stres pada anak sekolah. Tanpa pengawasan orang dewasa yang
adekuat setelah pulang sekolah menyebabkan anak berisiko tinggi terhadap cedera
dan perilaku yang nakal. Latchkey children lebih merasa kesepian, terisolasi, dan
lebih penakut daripada anak-anak yang memiliki seseorang yang merawat mereka.
Untuk menangani rasa takut dan ansietas ketika sendirian, anak-anak ini dapat
keras, atau bermain dengan binatang peliharaan sebagai sesuatu yang membuat
Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin
stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada
taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi
dan sebagainya.
b) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis
dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya)
secara positif.
temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak
semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak
khas yang laki-laki, seperti main kelereng, main bola, dan layang-layang.
Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena
berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari
pengamatn yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah kita
mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku, sekolah, dan
perbendaharaan konsep pada anak. Tak perlu diuraikan lagi bahwa dalam
bermasyarakat.
berpikir.
Hakikat tugas ini adalah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri
dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa
yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain.
lembaga
toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain (Yusuf,
2006).
Karakteristik pada masa usia sekolah ini dapat diperinci menjadi 2 fase :
a. Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus.
e. Anak memandang nilai (angka rapor) adalah ukuran yang tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
psikologi, dimana para ahli memandang anak dari beberapa sudut pandang dan
dalam bahasan ini akan peneliti uraikan dari aspek psikososial saja karena
anak usia sekolah adalah peningkatan kemampuan anak usia 7-12 tahun dalam
berbagai hal, termasuk interaksi dan prestasi belajar dalam menghasilkan suatu
tahun sekolah inilah yang disebut Erikson industry versus inferiority (ketekunan
versus perasaan rendah diri). Anak mulai melihat hubungan antara ketekunan dan
ini dapat menghasilkan perasaan rendah diri. Dengan kata lain pencapaian
kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau
paling penting untuk anak usia sekolah. Untuk pertama kalinya, anak mampu
bergabung dalam aktivitas kelompok dengan antusiasme yang tidak terbatas dan
sudut pandang yang ditunjukkan dalam kelompok teman sebaya. Pada saat anak
berinterakasi dengan teman sebaya yang memandang dunia ini secara berbeda,
Kedua, anak bertambah sensitif terhadap norma sosial dan tekanan dari
mereka agar dapat diterima kelompok. Kebutuhan untuk diterima teman sebaya
sekolah adalah waktu ketika anak memiliki sahabat yaitu teman tempat berbagi
rahasia, lelucon pribadi, dan petualangan; mereka saling membantu jika temannya
Erickson (2000, dalam Keliat, 2006) mengatakan bahwa anak usia sekolah
dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun
dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau
2004).
pada anak usia sekolah tidak mau mengerjakan tugas sekolah atau membangkang
pada orangtua, tidak ada kemauan untuk bersaing, terkesan malas, tidak mau
terlibat dalam kegiatan kelompok dan memisahkan diri dari sekolah dan teman-
Menurut Paris dan Cunningham (1996, dalam Woolfolk, 2009), cara anak
selanjutnya. Dua diantara prediktor terbaik untuk drop out dari sekolah adalah
rata-rata nilai yang rendah di kelas 3 dan pernah tinggal kelas di SD. Kemudian
sukses anak di Sekolah Dasar penting bagi kesuksesan mereka di masa depan
dibanding prestasi sekolah di waktu-waktu lainnya. Oleh karena itu, anak usia
sekolah harus lebih diperhatikan sehingga pada masa dewasa anak tidak
perkembangan intelektual yang dilalui anak pada usia sekolah adalah tahap
sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir logis,
tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit dan mampu melakukan penilaian
terhadap sesuatu hal yang kongkrit, atau dengan kata lain prinsip bahwa jumlah
diubah, selama tidak ada yang ditambahkan atau diambil. Operasi penting lain
mengelompokkan objek-objek menurut karakteristik itu. Anak pada tahap ini juga
penataan urut mulai dari besar sampai kecil atau sebaliknya. Pemahaman tentang
mengembangkan sistem berpikir yang lengkap dan sangat logis. Akan tetapi
sistem berpikir ini masih dikaitkan dengan realitas fisik. Logikanya didasarkan
dimanipulasi.
efektif. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penyusunan konsep pada anak
dimana proses berpikirnya belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-
hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah masih
berpijak pada prinsip yang sama dimana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-
hal yang diamati. Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar
terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari tiga aspek tersebut. Dengan
perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada anak didik