Anda di halaman 1dari 5

STRUKTURAL FUNGSIONALISME DAN STRUKTURALISME CLAUDE LEVI STRAUSS

June 4, 2011 by Sri Fitri Ana in TEORI ANTROPOLOGI 2.

Struktural Fungsionalisme dan Strukturalisme Claude Levi Strauss

Mahzab strukturalisme yang berkembang, bermula dari konsep Linguistik


Struktural yang dikembangkan oleh Saussure. Menurutnya, bahasa sebagai
sebuah sistem tanda harus dilihat ke dalam tahapan tunggal sementara (single
temporal plane). Saussure membedakan tiga jenis bahasa dalam konsepnya,
yaitu Signifier Signified, Arbitrer, dan Differences.

Signifier dan Signified berbeda satu sama lain. Signifier adalah petanda, bisa
dipahami karena adanya signified. Sedangkan signified adalah penanda, apapun
yang ditangkap oleh panca indera. Misalnya saja MACAN, bunyi M-A-C-A-N dan
konsep MACAN adalah hal yang berbeda. Bunyi M-A-C-A-N adalah signifier,
sedangkan konsep MACAN adalah signified. Ketika bunyi M-A-C-A-N dilontarkan
maka konsep MACAN yang terwujudkan dengan bentuk macan itu sendiri akan
muncul. Dengan demikian maka kata macan selalu merepresentasikan macan
yang ideal.

Arbitrer adalah sembarang. M-A-C-A-N bisa menjadi konsep MACAN, tidak ada
sebab khusus bahwa tulisan macan menandakan konsep macan. Bunyi macan
yang menggambarkan seekor macan, tidak ada sebab khusus antara macan
sebagai bunyi bahasa dan macan sesungguhnya. Semuanya adalah sembarang,
tidak memiliki sebab khusus.

Macan

Difference adalah perbedaan. Bahasa dibentuk berdasarkan rantai perbedaan-


perbedaan yang membentuk jaringan. Konsep macan ada karena
hubungannya dengan konsep non-macan, misalnya, harimau, serigala, ayam,
dan lain-lain. Perbedaan inilah yang menjadi elemen dasar struktur pembentukan
bahasa. Bahasa diaggap sebagai alat representasi ideal. Sebagai pemakai
bahasaterlepas dari kemampuan alat artikulasi mencipta bunyikita tunduk
pada struktur jaringan tersebut (differences yang membentuk grammar). Kita
tidak menciptakan bahasa, melainkan bahasa menciptakan kita. Language that
speaks us, Heidegger.
Kemudian strukturalisme yang dikembangkan oleh Claude Levi Strauss adalah
beberapa konsep cara berpikir akal manusia yang dianggapnya elementer dan
yang karena itu bersifat universal (Koentjaraningrat, 1987: 233). Dalam melihat
struktur bahasa, Strauss tetap menggunakan metode linguistik Saussure untuk
menginvestigasikan kebudayaan. Kebudayaan bisa direduksi ke dalam bentuk
oposisi biner (0-1). Maksudnya adalah adanya elaborasi dari differences,
hubungan hirarkis dengan prinsip umum 0-1, pemahaman bahwa 0-1 selalu
bersifat berlawanan dan beroposisi, serta relasi antara 0 dan 1 bersifat natural,
stabil, dan objektif.

Strukturalisme disini bersifat anti-humanis, untuk memahami struktur, manusia


sebagai subjek harus dipisahkan secara radikal dari kebudayaan. Tugas
antropologi struktural disini adalah untuk melakukan investigasi terhadap deep
structure. Misalnya dalam menganalogikan orkes simfoni. Seorang struktural-
fungsionalis akan datang ke konser musik dan tertarik pada peranan-peranan
dan status-status yang membentuk organisasi sosial orkes simfoni. Kemudian dia
akan meminta partitur dan menginvestigasi deep structure lewat susunan nada,
aransemen sebagai fakta matematis, oposisi biner yang objektif.

Claude Levi Strauss

Sedangkan post-stukturalisme muncul sebagai reaksi atau pisau dari


strukturalisme yang sinkronis dan anti-humanistis. Hal itu dilakukan dengan cara
mengembalikan dimensi subjek dan waktu dalam mengalami struktur. Tokoh
utama yang paling berpengaruh pada era kritik strukturalisme adalah seorang
filsuf perancis Jacques Derrida. Selain itu, ahli teori kebudayaan Michael Foucault
juga berperan penting dalam kemunculan post strukturalisme. Derrida
mengkategorikan lima hal dalam melihat struktur di masyarakat, yaitu
Diffrance, Diffrance dan lokasi makna, Deconstruction, Truth, dan Identity.

Diffrance adalah suatu proses bersamaan antara membedakan (differ); dan


menunda (defferal) dalam mengerti meaning. Teks (dalam artian harafiah)
menjadi fokus utama karena merupakan elemen satu-satunya yang memiliki
makna sendiri dan stabil. Di luar teks, pemahaman akan makna kita terbentuk
oleh proses Diffrance yang membuat multiple meanings, dan (makna) tidak
stabil. Diffrance dan lokasi makna. Derrida setuju bahwa makna hadir karena
chain of differences, (Saussure), tapi pemaknaan manusia (sebagai speaking
subject) selalu mengalami penundaan (defer). Akibatnya pemaknaan tidak
pernah sampai ke pendengar secara sempurna. Lalu, konsekuensinya adalah
relasi signifier-signified tidak pernah stabil.
Jika menurut Saussure, makna berada di luar kata (signifier) yaitu dalam alam
konseptual dan merupakan hasil konvensi kebahasaan. Namun, menurut Derrida,
makna yang sesungguhnya berada dalam kata (bersenyawa). Manusia
memperoleh makna teks secara aksidental sebagai sesuatu yang ambigu, dan
multiple meanings (akibat defferal). Pemaknaan adalah proses yang terjadi di
jembatan antara 0 dan 1.

Deconstruction. Sebuah makna tidak pernah sempurna (floating), oleh karena itu
konstruksi deep structure selalu bersifat labil, ambigu dan temporer. Satu-
satunya yang tersisa adalah kata sebagai unit terkecil yang mendefinisikan diri
sendiri (self-defined). Dekonstruksi membuka kemungkinan baru dalam peristiwa
relasi self other yang tidak dibahas strukturalisme, yaitu proses.

Truth adalah kebenaran. Truth dilihat sebagai konstruksi yang bisa dibongkar
karena kebenaran hakiki (the ultimate truth) hanya ada dalam alam teks dalam
arti harfiah. Kebenaran disini tidaklah bersifat kekal, melainkan temporer,
ambigu, dan mengandung banyak arti dan makna.

Identity adalah tinjauan kritis terhadap konstruksi dan dekonstruksi sampai pada
kategori sosial terkecil yaitu identitas sosial. Identitas tidak lagi dipandang
sebagai kategori sosial yang mapan (fixed), tapi selalu berada dalam wilayah in-
between yang ambigu (antara 0 dan 1, self-other). Maka bisa saja saling
bertentangan, saling berkompetisi, bisa tersembunyi sebagai residu untuk
kemudian muncul sebagai sesuatu yang lain. Batas antara identitas adalah hasil
difference, tapi mekanisme oposisi biner.

Self-Other, Us-We, Inside-Outside bisa sangat subjektif dan seringkali tergantung


pada Power. Maka studi-studi identitas marginal menjadi terkuak, seperti black
people, gay, transvestites, asylum seekers, refugees, borderlanders, post-
colonial subjects, atau diasporic culture. Kemudian faucoult muncul atas reaksi
terhadap strukturalisme Saussure yang menekankan pada relasi-relasi difference
dalam sistem bahasa untuk memahami tanda. Menurutnya, sejarah yang
membentuk umat manusia bukan terbangun oleh relasi-relasi difference
kebahasaan, melainkan relasi-relasi antar power dalam arus sejarah.

Struktural Fungsionalisme dan Strukturalisme Claude Levi Strauss

Ada banyak hal yang dapat berguna bagi antropolog yang menggunakan
mahzab post-strukturalisme untuk mempelajari kebudayaan. Antropolog akan
melihat bahwa pemahaman akan sebuah bahasa adalah hal yang penting. Dia
tidak bisa menganggap sebuah kata yang dimengerti itu dapat dimengerti
dengan konsep yang sama oleh orang lain. Proses yang terjadi di dalam
pemaknaan sebuah kata juga akan diperhitungkan, tidak semuanya dapat
diterima dengan mudahnya. Antropolog juga harus mengembalikan dimensi
subjek dan waktu dalam mengalami dan memahami struktur. Manusia, sebagai
subjek, dianggap sebagai hal yang penting dalam memahami sebuah struktur,
serta waktu yang terjadi didalamnya, atau sejarah. Dalam memahami sebuah
struktur, antropolog juga tidak boleh menghilangkan kebenaran. Di setiap
penelitiannya, tidak semua hal yang dikatakan dan dilihat pada waktu yang
singkat dapat dianggap benar karena kebenaran itu temporer. Kemudian
pembentukan identitas yang berlaku di masyarakat juga dipengaruhi oleh
sebuah power. Power ini lah yang membentuk dan mengkonstruksi identitas
yang berlaku di masyarakat.

Oleh sebab itu, antropolog harus melihat struktur dari berbagai lapisan. Tidak
hanya dari satu lapisan yang memiliki power dan menjadi dominan. Madzhab ini
akan lebih membuat seorang antropolog dapat lebih mudah menggambarkan
dan mengerti akan sebuah kebudayaan, dan kebudayaan itu bersifat benar, tidak
ada unsur yang dihilangkan karena banyak kemungkinan yang terjadi dapat
diperhitungkan. Kebudayaan itu bersifat kompleks, maka madzhab ini lah yang
dapat menginterpretasikannya. (Sri Fitri Ana, Antroplogi, Universitas Indonesia)

About these ads

Related

Struktural Fungsionalisme dan Strukturalisme Levi StarussIn "TEORI


ANTROPOLOGI 2"

Kebudayaan dan DiscourseIn "BAHASA KEBUDAYAAN & KOGNISI"

Participant Observation In The FieldIn "METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI"

Tags: aksidental adalah, aksidental dalam kajian post strukturalisme, ambigu


adalah, anti humanis adalah, antropolog adalah, antropolog Jacques
Derrida, antropologi, antropologi adalah, arbitrer, arbitrer adalah, asylum seekers
adalah, bapak antropologi indonesia koentjaraningrat, black people identitas
marginal, borderlanders adalah, buku koentjaraningrat, claude levi
strauss, contoh aksidental, contoh ambigu, contoh antropologi struktural, contoh
arbitrer, contoh differences, contoh grammar, contoh multiple meanings,contoh
post strukturalisme, contoh signified, contoh signifier, Deconstruction
adalah,deconstruction dalam post strukturalime, deep structure adalah, definisi
aksidental, definisi ambigu, definisi anti humanis, definisi arbitrer, definisi
Deconstruction, definisi differences,definisi dimensi subjek, definisi dimensi
waktu, definisi elaborasi, definisi floating, definisi grammar, definisi
hirarkis, definisi linguistik struktural, definisi mahzab, definisi multiple
meanings, definisi oposisi biner, definisi organisasi sosial, definisi
peranan, definisi post strukturalisme, definisi signified, definisi signifier, definisi
single temporal plane, definisi status, definisi struktural fungsionalisme, definisi
strukturalisme, definisi teks, definisi temporer, definisi truth, definsi deep
structure, diasporic culture adalah, differences,differences adalah, dimensi
subjek adalah, dimensi waktu adalah, elaborasi adalah,elementer adalah, fixed
dan in between, floating adalah, gay adalah, gay marginal,grammar
adalah, Heidegger, hirarkis adalah, inside outside dalam kajian
antropologi,investigasi adalah, jacques derrida, jacques derrida adalah, kajian
antropologi, kajian post strukturalisme dalam antropologi, karya claude levi
strauss, karya Heidegger, karya jacques darrida, karya Jacques Derrida, karya
saussure, kebudayaan adalah, koentjaraningrat,koentjaraningrat 1987, Language
that speaks us, linguistik struktural, linguistik struktural adalah, mahzab
adalah, multiple meanings adalah, multiple meanings dalam post
strukturalisme, natural adalah, objektif adalah, oposisi biner adalah, organisasi
sosial adalah, pemikiran Heidegger, pemikiran jacques darrida, pemikir

Anda mungkin juga menyukai