Signifier dan Signified berbeda satu sama lain. Signifier adalah petanda, bisa
dipahami karena adanya signified. Sedangkan signified adalah penanda, apapun
yang ditangkap oleh panca indera. Misalnya saja MACAN, bunyi M-A-C-A-N dan
konsep MACAN adalah hal yang berbeda. Bunyi M-A-C-A-N adalah signifier,
sedangkan konsep MACAN adalah signified. Ketika bunyi M-A-C-A-N dilontarkan
maka konsep MACAN yang terwujudkan dengan bentuk macan itu sendiri akan
muncul. Dengan demikian maka kata macan selalu merepresentasikan macan
yang ideal.
Arbitrer adalah sembarang. M-A-C-A-N bisa menjadi konsep MACAN, tidak ada
sebab khusus bahwa tulisan macan menandakan konsep macan. Bunyi macan
yang menggambarkan seekor macan, tidak ada sebab khusus antara macan
sebagai bunyi bahasa dan macan sesungguhnya. Semuanya adalah sembarang,
tidak memiliki sebab khusus.
Macan
Deconstruction. Sebuah makna tidak pernah sempurna (floating), oleh karena itu
konstruksi deep structure selalu bersifat labil, ambigu dan temporer. Satu-
satunya yang tersisa adalah kata sebagai unit terkecil yang mendefinisikan diri
sendiri (self-defined). Dekonstruksi membuka kemungkinan baru dalam peristiwa
relasi self other yang tidak dibahas strukturalisme, yaitu proses.
Truth adalah kebenaran. Truth dilihat sebagai konstruksi yang bisa dibongkar
karena kebenaran hakiki (the ultimate truth) hanya ada dalam alam teks dalam
arti harfiah. Kebenaran disini tidaklah bersifat kekal, melainkan temporer,
ambigu, dan mengandung banyak arti dan makna.
Identity adalah tinjauan kritis terhadap konstruksi dan dekonstruksi sampai pada
kategori sosial terkecil yaitu identitas sosial. Identitas tidak lagi dipandang
sebagai kategori sosial yang mapan (fixed), tapi selalu berada dalam wilayah in-
between yang ambigu (antara 0 dan 1, self-other). Maka bisa saja saling
bertentangan, saling berkompetisi, bisa tersembunyi sebagai residu untuk
kemudian muncul sebagai sesuatu yang lain. Batas antara identitas adalah hasil
difference, tapi mekanisme oposisi biner.
Ada banyak hal yang dapat berguna bagi antropolog yang menggunakan
mahzab post-strukturalisme untuk mempelajari kebudayaan. Antropolog akan
melihat bahwa pemahaman akan sebuah bahasa adalah hal yang penting. Dia
tidak bisa menganggap sebuah kata yang dimengerti itu dapat dimengerti
dengan konsep yang sama oleh orang lain. Proses yang terjadi di dalam
pemaknaan sebuah kata juga akan diperhitungkan, tidak semuanya dapat
diterima dengan mudahnya. Antropolog juga harus mengembalikan dimensi
subjek dan waktu dalam mengalami dan memahami struktur. Manusia, sebagai
subjek, dianggap sebagai hal yang penting dalam memahami sebuah struktur,
serta waktu yang terjadi didalamnya, atau sejarah. Dalam memahami sebuah
struktur, antropolog juga tidak boleh menghilangkan kebenaran. Di setiap
penelitiannya, tidak semua hal yang dikatakan dan dilihat pada waktu yang
singkat dapat dianggap benar karena kebenaran itu temporer. Kemudian
pembentukan identitas yang berlaku di masyarakat juga dipengaruhi oleh
sebuah power. Power ini lah yang membentuk dan mengkonstruksi identitas
yang berlaku di masyarakat.
Oleh sebab itu, antropolog harus melihat struktur dari berbagai lapisan. Tidak
hanya dari satu lapisan yang memiliki power dan menjadi dominan. Madzhab ini
akan lebih membuat seorang antropolog dapat lebih mudah menggambarkan
dan mengerti akan sebuah kebudayaan, dan kebudayaan itu bersifat benar, tidak
ada unsur yang dihilangkan karena banyak kemungkinan yang terjadi dapat
diperhitungkan. Kebudayaan itu bersifat kompleks, maka madzhab ini lah yang
dapat menginterpretasikannya. (Sri Fitri Ana, Antroplogi, Universitas Indonesia)
Related