AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga
apakah ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat mudah untuk dibudidayakan. Selama ini masyarakat hanya
menghambat pertumbuhan gulma rumput teki (Cyperus mengenal tanaman ketapang sebagai tanaman peneduh
rotundus) dan untuk mengetahui berapakah konsentrasi
kota dan belum banyak dimanfaatkan sehingga nilai
ekstrak daun ketapang (T. catappa) dapat menghambat
pertumbuhan gulma rumput teki (C. rotundus). Penelitian ekonomisnya masih rendah. Ketapang diketahui
ini dilakukan dengan cara maserasi ekstrak daun ketapang mengandung senyawa obat seperti flavonoid [3], alkaloid,
(T. catappa) dengan pelarut polar yaitu (ethanol 96%) tannin, triterpenoid/steroid, resin, saponin [3]. Selain itu,
kemudian di aplikasikan terhadap pertumbuhan gulma kehadiran flavonoid, terpenoid, steroid, kuinon, tannin
rumput teki (C. rotundus). Hasil dari penelitian ini adalah dan saponin pada ekstrak daun ketapang (Terminalia
ekstrak daun ketapang (T. catappa) dapat digunakan sebagai
catappa) dapat diindikasikan untuk menjadi herbisida
salah satu alternatif untuk menghambat pertumbuhan tinggi
gulma rumput teki (C. rotundus) serta konsentrasi ekstrak nabati (bioherbisida) karena menurut [4] senyawa seperti
daun ketapang (T. catappa) yang dapat digunakan sebagai fenol, asam fenolik, koumarin dan flavonoid dari ekstrak
salah satu alternatif untuk menghambat pertumbuhan tinggi tajuk sembung rambat dan ekstrak daun tembelekan dapat
gulma rumput teki (C. rotundus) adalah konsentrasi 50% memberikan efek fitotoksisitas dan berat basah pada
ekstrak. rumput teki (Cyperus rotundus).
Dalam penelitian ini akan digunakan ketapang
Kata KunciBioherbisida, ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) terutama organ daunnya sebagai
(Terminalia catappa), gulma rumput teki (Cyperus rotundus)
ekstrak terhadap pertumbuhan rumput teki (Cyperus
rotundus). Penggunaan daun ketapang (Terminalia
I. PENDAHULUAN catappa) sebagai ekstrak dalam skala besar tidak akan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi setelah tanam. Setiap penyiraman menggunakan pipet
teki (Cyperus rotundus) yang digunakan sebagai tanaman tetes sebanyak 10 tetes tiap tanaman.
yang akan diuji dan ketapang (Terminalia catappa) yang
E. Parameter Pertumbuhan yang Diukur
digunakan sebagai ekstrak berpotensi bioherbisida. Selain
itu juga aquades yang digunakan sebagai kontrol, etanol Perubahan yang diamati dari penelitian ini adalah
96% sebagai pelarut serta tanah sebagai media. tinggi, berat basah, berat kering serta fitotoksisitas
(keracunan) pada rumput teki. Pengukuran dilakukan
A. Persiapan Media Tanam dengan skala populasi rumput teki tiap polybag.
Media tanam yang digunakan pada uji ini adalah tanah. a. Tinggi Tanaman
Tanah ini terbagi menjadi dua peletakan yaitu yang Tinggi rumput teki diukur dengan menggunakan
pertama pada bak tanam dan yang kedua adalah pada penggaris mulai panggal batang hingga ujung daun
polybag berukuran 5kg. tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap 5 hari sekali
setelah pemindahan dari bak persemaian kedalam
B. Persiapan Penyemaian polybag.
Tanah yang sudah disiapkan, dimasukkan ke dalam bak b. Berat Basah
tanam dan setelah itu digunakan sebagai media semai Berat basah rumput teki yang telah diberi perlakuan,
umbi rumput teki. Umbi rumput teki yang akan disemai ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
sebanyak 100 umbi. Pada bak semai tersebut dilakukan Pengukuran berat basah dilakukan pada hari ke-30
penyiraman dengan aquades secukupnya, hingga umur 15 setelah tanam.
hari. c. Berat Kering
Berat kering rumput teki diperoleh dengan cara
C. Pembuatan Ekstrak Herbisida Nabati memasukan rumput teki dalam amplop tertutup
Pertama-tama menyiapkan daun ketapang (Terminalia kemudian dioven pada suhu 105o selama 1 hari [4].
catappa) yang akan digunakan sebagai ekstrak herbisida Pengukuran berat kering dilakukan pada hari ke-30
nabati, dimana daun ketapang (Terminalia catappa) setelah tanam.
diperoleh di wilayah kampus ITS. Daun diambil secara d. Laju Pertumbuhan
acak yaitu dibagian pucuk pohon, bagian tengah pohon, Laju pertumbuhan didapat dari tinggi akhir gulma
dan bagian bawah pohon. Setelah itu daun diambil teki (Cyperus rotundus) pada hari ke-30 dikurangi
sebanyak 1000 gram, kemudian dicuci menggunakan air dengan tinggi gulma teki (Cyperus rotundus) pada
kran dan dibilas dengan aquades steril, setelah itu hari ke-15, sehingga didapatkan laju pertumbuhan
selama 15 hari.
dikeringanginkan dengan suhu ruang sampai aquades yang
e. Fitotoksisitas
ada dipermukaan daun kering. Daun yang sudah kering
Fitotoksisitas pada rumput teki diamati dengan
kemudian dipotong kecil-kecil dan dihancurkan hingga
sistem skor truelove,yakni:
halus dengan menggunakan blender. Selanjutnya serbuk 0 = tidak terjadi keracunan (dengan tingkat
masing-masing daun ditimbang sebanyak 1000 gram lalu keracunan 0-5 %, bentuk dan warna daun tidak
diekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut normal).
polar, yaitu etanol 96% pada elyenmeyer 1000 ml hingga 1 = keracunan ringan (dengan tingkat keracunan 6-
serbuk benar-benar terendam seluruhnya. Perendaman 10 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
dilakukan pada suhu kamar hingga 24 jam. Setelah 24 2 = keracunan sedang (dengan tingkat keracunan 11-
jam, hasil maserasi disaring dengan corong Buchner yang 20 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
dialasi kertas saring. Selanjutnya hasil ekstraksi diuapkan 3 = keracunan berat (dengan tingkat keracunan 21-
dengan menggunakan freeze-dryer sampai dihasilkan 50 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
ekstrak murni ketapang (Terminalia catappa). Ekstrak 4 = keracunan sangat berat (dengan tingkat
(Terminalia catappa) tersebut disimpan di lemari es keracunan >50%, bentuk dan warna daun tidak
sampai saat digunakan untuk pengujian. normal, sehingga daun mengering dan rontok
Pembuatan konsentrasi herbisida nabati terdiri atas sampai mati) [4].
100%, 75%, 50%, 25% dan 10% serta adanya kontrol
yang menggunakan aquades. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi
D. Uji Pertumbuhan ekstrak ketapang (Terminalia catappa) yakni 0%
Umbi rumput teki yang sudah disemaikan selama 15 (kontrol), 10%, 25%, 50%, 75%, 100% dan diulang
hari kemudian dipindahkan dari bak persemaian kedalam sebanyak 4 kali. Analisa data dilakukan secara
24 buah polybag ukuran 5 kg. Pemindahan dilakukan pada eksperimental. Hasil dihitung dengan analisa statistika
sore hari atau pagi hari sekali. Masing-masing polybag ANOVA pada taraf signifikan () 0.05. Apabila terjadi
berisi 3 semaian umbi teki. Setelah itu penyiraman dengan perbedaan perhitungan yang sangat signifikan, maka
menggunakan ekstrak daun ketapang (Terminalia dilakukan uji lanjutan dengan uji tukey.
catappa) berbagai konsentrasi dilakukan pada saat hari
kedua setelah pemindahan dari bak semaian atau pada hari
III. HASIL DAN DISKUSI
ke 17. Penyiraman ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) dilakukan setiap 2 hari sekali hingga hari ke 30 Dari hasil tabel dan grafik, terlihat bahwa tingkatan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-61
layunya bagian dari tubuh tanaman. Peristiwa kelayuan [8] E.L. Rice, Allelopathy, Academic Press, Inc. London (1984)
[9] F. B. Salisbury, and C. W. Ross, Plant Physiology, Wardsworth
disebabkan karena penyerapan air tidak dapat Publishing Company. California (1992)
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika [10] Yuliani, Pengaruh Alelopati Kamboja (Plumeria acuminata W.
proses tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak T. Ait.) Terhadap Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan
dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan Kecambah Celosia argentea L.. CHIMERA, Jurnal Biologi dan
Pengajarannya. Universitas Negeri Malang. Malang (2000)
mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang [11] Sumarsono, Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman Kedelai
tanaman akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan (Soy bean), Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
air dalam tanah telah mencapai permanent wilting Semarang (2012)
[12] W.C. Adinugroho, Konsep Timbulnya Penyakit, Mayor
percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk Silvikultur Tropika Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah Bogor. Bogor (2008)
mengalami plasmolisis. [13] A. Doflamingo, Fungsi Air bagi Tanaman, Perduli Pertanian
Indonesia. Jakarta (2013)
Menurut [14], kelayuan pada tanaman terutama pada [14] I. Aisyah, Mengenal Gejala Penyakit Layu pada Tanaman dan
bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, Cara Menanganinya, Widyaiswara PPPPTK Pertanian. Cianjur
dapat juga disebabkan karena hilangnya turgor pada (2012)
bagian-bagian tersebut. Hilangnya turgor tersebut dapat
disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas
pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan pada
susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya
penguapan dengan pengangkutan air. Penyakit layu (wilt
disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor
abiotik seperti pemberian herbisida nabati.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Sebagaimana hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan, bahwa ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk menghambat gulma rumput teki (Cyperus
rotundus), dan konsentrasi ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) yang dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif untuk menghambat gulma rumput teki
(Cyperus rotundus) adalah konsentrasi 50% ektrak daun
ketapang. Saran untuk penelitian lanjutan adalah perlu
adanya penelitian tentang ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) dengan pelarut non-polar supaya
dapat diketahui lebih spesifik lagi tentang kinerja ekstrak
daun ketapang (Terminalia catappa), sehingga
manfaatnya dapat dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D.N.A. Muhabibah, Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Ekstrak
Gulma Terhadap Perkecambahan Beberapa Biji Gulma, Skripsi:
UIN Malang (2009)
[2] E.S. Rahayu, Peranan Penelitian Alelopati dalam Pelaksanaan
Low External Input and Sustainable Agriculture (LEISA)
www.balitro.com (2003)
[3] N. Hidayati, Study Potensi Biofingisida Ekstrak Daun Ketapang
Terhadap Pertumbuhan jamur Phytophthora capsici pada Cabe
Rawit, Proposal Tugas Akhir : ITS Surabaya (2012)
[4] S.A. Lasmini, dan A. Wahid. Respon Tiga Gulma Sasaran
Terhadap Beberapa Ekstrak Gulma, Jurnal Penelitian Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan,Universitas Tadulako,Palu (2008)
[5] G. Imam, dan T. Handoko. Pengolahan Buah Tancang sebagai
Sumber Bioetanol dan Karbon Aktif, Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Kejuangan, Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia ISSN (2011) 1693-
4393.
[6] M. Khotib, Potensi Alelokimia Daun Jati untuk Mengendalikan
Echinochloa crusgalli, Program Studi Kimia Institut Pertanian
Bogor. Bogor (2002)
[7] A.F. Astutik, Raharjo dan T. Purnomo, Pengaruh Ekstrak
Beluntas (Pluchea indica L.) Terhadap Pertumbuhan Gulma
Meniran (Phyllanthus Niruri L.) dan Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Surabaya (2012)