Anda di halaman 1dari 5

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.

2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-59

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun


Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Gulma
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Denada Visitia Riskitavani dan Kristanti Indah Purwani
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: kristanti@bio.its.ac.id

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga
apakah ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat mudah untuk dibudidayakan. Selama ini masyarakat hanya
menghambat pertumbuhan gulma rumput teki (Cyperus mengenal tanaman ketapang sebagai tanaman peneduh
rotundus) dan untuk mengetahui berapakah konsentrasi
kota dan belum banyak dimanfaatkan sehingga nilai
ekstrak daun ketapang (T. catappa) dapat menghambat
pertumbuhan gulma rumput teki (C. rotundus). Penelitian ekonomisnya masih rendah. Ketapang diketahui
ini dilakukan dengan cara maserasi ekstrak daun ketapang mengandung senyawa obat seperti flavonoid [3], alkaloid,
(T. catappa) dengan pelarut polar yaitu (ethanol 96%) tannin, triterpenoid/steroid, resin, saponin [3]. Selain itu,
kemudian di aplikasikan terhadap pertumbuhan gulma kehadiran flavonoid, terpenoid, steroid, kuinon, tannin
rumput teki (C. rotundus). Hasil dari penelitian ini adalah dan saponin pada ekstrak daun ketapang (Terminalia
ekstrak daun ketapang (T. catappa) dapat digunakan sebagai
catappa) dapat diindikasikan untuk menjadi herbisida
salah satu alternatif untuk menghambat pertumbuhan tinggi
gulma rumput teki (C. rotundus) serta konsentrasi ekstrak nabati (bioherbisida) karena menurut [4] senyawa seperti
daun ketapang (T. catappa) yang dapat digunakan sebagai fenol, asam fenolik, koumarin dan flavonoid dari ekstrak
salah satu alternatif untuk menghambat pertumbuhan tinggi tajuk sembung rambat dan ekstrak daun tembelekan dapat
gulma rumput teki (C. rotundus) adalah konsentrasi 50% memberikan efek fitotoksisitas dan berat basah pada
ekstrak. rumput teki (Cyperus rotundus).
Dalam penelitian ini akan digunakan ketapang
Kata KunciBioherbisida, ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) terutama organ daunnya sebagai
(Terminalia catappa), gulma rumput teki (Cyperus rotundus)
ekstrak terhadap pertumbuhan rumput teki (Cyperus
rotundus). Penggunaan daun ketapang (Terminalia
I. PENDAHULUAN catappa) sebagai ekstrak dalam skala besar tidak akan

G ulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada


waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan
manusia [1]. Menurut [1] gulma merupakan tumbuhan
menimbulkan persaingan dengan pemenuhan kebutuhan
pangan masyarakat [5]. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih
lanjut mengenai pengaruh dari ekstrak daun ketapang
yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki terutama (Terminalia catappa) terhadap pertumbuhan gulma teki
di tempat manusia bermaksud mengusahakan tanaman (Cyperus rotundus).
budidaya. Keberadaan gulma pada areal tanaman Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat
kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang menghambat gulma rumput teki (Cyperus rotundus) dan
ditimbulkan oleh gulma adalah penurunan hasil pertanian untuk mengetahui berapakah konsentrasi ekstrak daun
akibat persaingan dalam perolehan air, unsur hara dan ketapang (Terminalia catappa) dapat menghambat gulma
tempat hidup, penurunan kualitas hasil, menjadi inang rumput teki (Cyperus rotundus).
hama dan penyakit, membuat tanaman keracunan akibat
senyawa racun atau alelopati [1].
II. URAIAN PENELITIAN
Pada saat ini alternatif pengendalian gulma yang
berwawasan lingkungan sedang marak dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan mencari sampai Februari 2013 di Laboraturiun dan Greenhouse
potensi senyawa golongan fenol dari tumbuhan lain Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Selain Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
itu efek dari bioherbisida ini tidak terkena secara langsung Surabaya.
terhadap tanaman budidaya dan mempunyai peluang kecil Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk menyebabkan pencemaran [2]. blender, labu erlenmeyer, pipet, gelas ukur, timbangan
Ketapang (Terminalia catappa) termasuk salah satu analitik, penggaris, kertas saring, polibag, pisau, oven,
tanaman yang dapat tumbuh di tanah yang kurang nutrisi plastik, freeze-dryer, bak tanam, corong buchner dan
kertas label.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-60

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi setelah tanam. Setiap penyiraman menggunakan pipet
teki (Cyperus rotundus) yang digunakan sebagai tanaman tetes sebanyak 10 tetes tiap tanaman.
yang akan diuji dan ketapang (Terminalia catappa) yang
E. Parameter Pertumbuhan yang Diukur
digunakan sebagai ekstrak berpotensi bioherbisida. Selain
itu juga aquades yang digunakan sebagai kontrol, etanol Perubahan yang diamati dari penelitian ini adalah
96% sebagai pelarut serta tanah sebagai media. tinggi, berat basah, berat kering serta fitotoksisitas
(keracunan) pada rumput teki. Pengukuran dilakukan
A. Persiapan Media Tanam dengan skala populasi rumput teki tiap polybag.
Media tanam yang digunakan pada uji ini adalah tanah. a. Tinggi Tanaman
Tanah ini terbagi menjadi dua peletakan yaitu yang Tinggi rumput teki diukur dengan menggunakan
pertama pada bak tanam dan yang kedua adalah pada penggaris mulai panggal batang hingga ujung daun
polybag berukuran 5kg. tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap 5 hari sekali
setelah pemindahan dari bak persemaian kedalam
B. Persiapan Penyemaian polybag.
Tanah yang sudah disiapkan, dimasukkan ke dalam bak b. Berat Basah
tanam dan setelah itu digunakan sebagai media semai Berat basah rumput teki yang telah diberi perlakuan,
umbi rumput teki. Umbi rumput teki yang akan disemai ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
sebanyak 100 umbi. Pada bak semai tersebut dilakukan Pengukuran berat basah dilakukan pada hari ke-30
penyiraman dengan aquades secukupnya, hingga umur 15 setelah tanam.
hari. c. Berat Kering
Berat kering rumput teki diperoleh dengan cara
C. Pembuatan Ekstrak Herbisida Nabati memasukan rumput teki dalam amplop tertutup
Pertama-tama menyiapkan daun ketapang (Terminalia kemudian dioven pada suhu 105o selama 1 hari [4].
catappa) yang akan digunakan sebagai ekstrak herbisida Pengukuran berat kering dilakukan pada hari ke-30
nabati, dimana daun ketapang (Terminalia catappa) setelah tanam.
diperoleh di wilayah kampus ITS. Daun diambil secara d. Laju Pertumbuhan
acak yaitu dibagian pucuk pohon, bagian tengah pohon, Laju pertumbuhan didapat dari tinggi akhir gulma
dan bagian bawah pohon. Setelah itu daun diambil teki (Cyperus rotundus) pada hari ke-30 dikurangi
sebanyak 1000 gram, kemudian dicuci menggunakan air dengan tinggi gulma teki (Cyperus rotundus) pada
kran dan dibilas dengan aquades steril, setelah itu hari ke-15, sehingga didapatkan laju pertumbuhan
selama 15 hari.
dikeringanginkan dengan suhu ruang sampai aquades yang
e. Fitotoksisitas
ada dipermukaan daun kering. Daun yang sudah kering
Fitotoksisitas pada rumput teki diamati dengan
kemudian dipotong kecil-kecil dan dihancurkan hingga
sistem skor truelove,yakni:
halus dengan menggunakan blender. Selanjutnya serbuk 0 = tidak terjadi keracunan (dengan tingkat
masing-masing daun ditimbang sebanyak 1000 gram lalu keracunan 0-5 %, bentuk dan warna daun tidak
diekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut normal).
polar, yaitu etanol 96% pada elyenmeyer 1000 ml hingga 1 = keracunan ringan (dengan tingkat keracunan 6-
serbuk benar-benar terendam seluruhnya. Perendaman 10 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
dilakukan pada suhu kamar hingga 24 jam. Setelah 24 2 = keracunan sedang (dengan tingkat keracunan 11-
jam, hasil maserasi disaring dengan corong Buchner yang 20 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
dialasi kertas saring. Selanjutnya hasil ekstraksi diuapkan 3 = keracunan berat (dengan tingkat keracunan 21-
dengan menggunakan freeze-dryer sampai dihasilkan 50 %, bentuk dan warna daun tidak normal)
ekstrak murni ketapang (Terminalia catappa). Ekstrak 4 = keracunan sangat berat (dengan tingkat
(Terminalia catappa) tersebut disimpan di lemari es keracunan >50%, bentuk dan warna daun tidak
sampai saat digunakan untuk pengujian. normal, sehingga daun mengering dan rontok
Pembuatan konsentrasi herbisida nabati terdiri atas sampai mati) [4].
100%, 75%, 50%, 25% dan 10% serta adanya kontrol
yang menggunakan aquades. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi
D. Uji Pertumbuhan ekstrak ketapang (Terminalia catappa) yakni 0%
Umbi rumput teki yang sudah disemaikan selama 15 (kontrol), 10%, 25%, 50%, 75%, 100% dan diulang
hari kemudian dipindahkan dari bak persemaian kedalam sebanyak 4 kali. Analisa data dilakukan secara
24 buah polybag ukuran 5 kg. Pemindahan dilakukan pada eksperimental. Hasil dihitung dengan analisa statistika
sore hari atau pagi hari sekali. Masing-masing polybag ANOVA pada taraf signifikan () 0.05. Apabila terjadi
berisi 3 semaian umbi teki. Setelah itu penyiraman dengan perbedaan perhitungan yang sangat signifikan, maka
menggunakan ekstrak daun ketapang (Terminalia dilakukan uji lanjutan dengan uji tukey.
catappa) berbagai konsentrasi dilakukan pada saat hari
kedua setelah pemindahan dari bak semaian atau pada hari
III. HASIL DAN DISKUSI
ke 17. Penyiraman ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) dilakukan setiap 2 hari sekali hingga hari ke 30 Dari hasil tabel dan grafik, terlihat bahwa tingkatan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-61

pemberian konsentrasi ekstrak daun ketapang (Terminalia Tabel 1.


Tabel rerata tinggi populasi teki (cm) setelah diberi ekstrak daun
catappa) berpengaruh terhadap pertumbuhan rerata tinggi ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
populasi teki. Perbedaan nyata adalah pada grafik
KONSENTRASI Hari Hari Hari Hari
pertumbuhan tinggi gulma teki kontrol dan dibandingkan ke-15 ke-20 ke-25 ke-30
dengan pertumbuhan teki yang diberi perlakuan beberapa
0% 8,24 12,83 18,23 22,2
ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa).
10% 7,46 8,56 7,83 8,68
Pemberian ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa)
pada gulma teki (Cyperus rotundus) berpengaruh terhadap 25% 7,38 8,49 9,55 10,60
tinggi gulma teki. Hasil penyiraman antara kontrol dengan 50% 7,75 8,60 8,74 8,87
berbagai konsentrasi menunjukkan adanya perbedaan. 75% 5,17 5,73 5,94 6,13
Namun jika dibandingan antara berbagai konsentrasi saja, 100% 5,35 5,49 5,25 5,63
hasil yang didapatkan tidak berbeda nyata.
Pada tinggi rumput teki, didapatkan hasil yang
beragam, dimana tinggi tersebut memperlihatkan 25
efektivitas dari ekstrak daun ketapang terhadap tinggi
rumput teki.
Pengaruh adanya reaksi dari herbisida nabati juga 20
terlihat pada fitotoksisitas yang terjadi pada gulma teki 0%
(Cyperus rotundus). Dari tingkatan fitotoksisitas ini dapat 15 10%
diketahui bagaimanakah efektifitas konsentrasi ekstrak
25%
daun ketapang terhadap populasi gulma teki. Dilihat juga
pada tabel hasil gruping Annova, semakin tinggi ekstrak 10 50%
yang diberikan terdapat perbedaan wilayah grup, yang 75%
menandakan bahwa ekstrak daun ketapang (Terminalia
5 100%
catappa) memiliki pengaruh terhadap fitotoksisitas. Sel-
sel pada gulma teki (Cyperus rotundus) sudah mati dan
kering, sehingga tidak dapat menghasilkan pembelahan 0
sel, seluruh fungsi fisiologi pada tumbuhan telah rusak
15 20 25 30
dan lisis dan hal ini menyebabkan gulma teki (Cyperus
rotundus) menjadi layu, kering dan mati. Grafik 1. Grafik rerata tinggi populasi teki setelah diberi perlakuan
Pemberian ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
pada gulma teki (Cyperus rotundus) berpengaruh terhadap
Tabel 2.
fitotoksisitas gulma teki. Hasil penyiraman antara kontrol Tabel laju pertumbuhan tinggi teki (cm) setelah diberi ekstrak daun
dengan konsentrasi ekstrak 10% dan 25% menunjukkan ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
hasil yang tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat KONSENTRASI Laju Pertumbuhan
signifikan pada konsentrasi ekstrak daun ketapang 50%. 0% 13,88 a
Pada pemberian ekstrak 50%, 75% dan 100% hasil 10% 1,22 b
kembali tidak berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa 25% 3,23 b
senyawa metabolit pada alkoloid, saponin dan tannin 50% 1,11 b
dapat bekerja lebih optimal pada pemberian konsentrasi 75% 0,97 b
ekstrak 50%. Pada fitotoksisitas, pemberian ektrak daun 100% 0,29 b
ketapang (Terminalia catappa) dengan konsentrasi 50% Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
dapat dikatan sudah efektif untuk menghambat tidak berbeda nyata berdasarkan uji tukey one way pada taraf
pertumbuhan pada gulma rumput teki (Cyperus rotundus). kepercayaan 95%.
Pelarut polar sering digunakan untuk ekstraksi suatu
Tabel 3.
simplisia. Pada pelarut berjenis polar seperti ethanol yang Tabel fitotoksisitas populasi teki (%) setelah diberi ekstrak daun
digunakan pada uji, dapat menarik senyawa metabolit ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
sekunder seperti alkoloid, saponin, komponen fenolik, KONSENTRASI Fitotoksisitas
karatenoid, dan tannin [3]. 0% 0 b
Daun ketapang (Terminalia catappa) diketahui
10% 30 b
mengandung senyawa alkoloid, flavonoid, tannin,
25% 28,75 b
terpenoid, resin dan saponin [3]. Pada penelitian ini,
diduga senyawa alkoloid, tannin dan saponin yang dapat 50% 72,5 a
menghambat pertumbuhan tinggi tanaman gulma rumput 75% 72,5 a
teki (Cyperus rotundus), karena senyawa tersebut dapat 100% 99,5 a
bercampur dalam ethanol (senyawa polar) sebagai pelarut Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa). tidak berbeda nyata berdasarkan uji tukey one way pada taraf
kepercayaan 95%.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-62

Salah satu senyawa metabolit sekunder yang diduga Tabel 4.


Tabel berat basah populasi teki (%) setelah diberi ekstrak daun
sebagai bioherbisida adalah tanin yang termasuk ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
kelompok senyawa fenolik. Penelitian sebelumnya
KONSENTRASI Berat Basah
membuktikan bahwa tanin dapat menghambat
0% 1,31 a
pertumbuhan, menghilangkan kontrol respirasi pada
10% 0,71 a b
mitokondria serta mengganggu transport ion Ca+2 dan 25% 0,86 a b
PO4 3-. Selain itu senyawa tanin juga dapat 50% 0,54 b
menonaktifkan enzim amilase, proteinase, lipase, urease, 75% 0,82 a b
dan dapat menghambat aktivitas hormon giberelin (Marisa 100% 0,52 b
dalam Senjaya 2012). Selain tanin, senyawa metabolit Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
sekunder yang diduga sebagai bioherbisida adalah tidak berbeda nyata berdasarkan uji tukey one way pada taraf
flavonoid. Flavonoid disini juga memiliki peranan kepercayaan 95%.
Tabel 5.
terhadap proses penghambatan pertumbuhan, yakni Tabel berat kering populasi teki (%) setelah diberi ekstrak daun
berperan sebagai penghambat kuat terhadap IAA-oksidase ketapang (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi
[6]. KONSENTRASI Berat Kering
Mekanisme penghambatan ini meliputi serangkaian 0% 0,41
proses kompleks yang melalui beberapa aktivitas 10% 0,32
metabolisme yang meliputi pengaturan pertumbuhan 25% 0,39
melalui gangguan pada zat pengatur tumbuh, pengambilan 50% 0,30
hara, fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sintesis 75% 0,37
protein, penimbunan karbon, dan sintesis pigmen [7]. 100% 0,28
Pada konsentrasi tertentu senyawa metabolit sekunder
Keterangan: huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
yang digunakan sebagai bioherbisida dapat menghambat tidak berbeda nyata berdasarkan uji tukey one way pada taraf
dan mengurangi hasil pada proses-proses utama kepercayaan 95%.
tumbuhan. Hambatan tersebut misalnya terjadi pada
pembentukan asam nukleat, protein, dan ATP. Jumlah Berat kering mencerminkan pola tanaman
ATP yang berkurang dapat menekan hampir seluruh mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan
proses metabolisme sel, sehingga sintesis zat-zat lain yang merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan
dibutuhkan oleh tumbuhan pun akan berkurang [8]-[9]. lainnya. Pada berat kering, didapatkan setelah di oven
Masuknya senyawa metabolit sekunder yang digunakan selama 24 jam dengan suhu 105oc. Dengan di oven maka
sebagai bioherbisida bersama air ke dalam biji akan seluruh air yang ada pada rumput teki akan hilang
menghambat induksi hormon pertumbuhan seperti asam sehingga menunjukkan berat organ yang tersisa saja. Dari
giberelin (GA) dan asam indolasetat (IAA) [10]. Dengan hasil tabel dan gruping didapatkan hasil yang sama, hal ini
dihambatnya sintesis giberelin maka tidak akan terjadi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berat kering
pemacuan enzim -amilase, akibatnya proses hidrolisis gulma rumput teki (Cyperus rotundus) sebagai kontrol
pati menjadi glukosa di dalam endosperma atau kotiledon maupun yang diberi perlakuan berbagai konsentrasi
berkurang. Pada gilirannya jumlah glukosa yang dapat ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) secara
dikirim ke titik-titik tumbuh lebih sedikit [8]. perhitungan ANOVA. Namun secara analisi deskriptif,
Berkurangnya komponen makromolekul mengakibatkan berat kering memiliki pengaruh, hal ini terlihat bahwa
terhambatnya sintesis protein yang juga akan berakibat nilai berat kering dan nilai berat basah adalah berbanding
pada terhambatnya sintesis protoplasma [10]. Oleh karena lurus. Menurut [11], tidak adanya perbedaan nyata pada
itu proses pembelahan dan pemanjangan sel terhambat, hasil berat kering menunjukkan bahwa proses fotosintesis
yang berakibat pada terhambatnya proses perkecambahan pada gulma rumput teki (Cyperus rotundus) baik pada
dan pertumbuhan. Bahkan, walaupun terjadi proses kontrol maupun yang di beri perlakuan ekstrak ketapang
pertumbuhan banyak pertumbuhan yang tidak normal atau (Terminalia catappa) berbagai konsentrasi masih dapat
cacat [10]. berjalan.
Pada berat basah populasi teki didapatkan hasil yang Dengan melihat pada pengamatan yang terjadi pada
cukup signifikan. Terdapat perbedaan yang sangat terlihat hasil tinggi tanaman, fitotoksisitas, berat basah dan berat
mulai pemberian ekstrak 100% dengan 0%. Pada tiap kering tanaman gulma teki (Cyperus rotundus), dapat
tahapan tingkat pemberian konsentrasi ektrak daun dikatakan bahwa gulma teki (Cyperus rotundus)
ketapang ketapang (Terminalia catappa) memberikan mengalami gangguan proses fisiologis [12]. Menurut [13],
hasil yang efektif untuk menghambat pertumbuhan pada terganggunya proses fisiologis ini tanaman memberikan
gulma rumput teki (Cyperus rotundus). Pada gruping yang respons dalam beberapa bentuk gejala, diantaranya adalah
ada tabel di bawah ini diketahui adanya perbedaan pada pada gejala Utama (Main Symptoms) dilihatkan
berat basah pada masing-masing konsentrasi. Pemberian pertumbuhan yang tidak normal, dapat melebihi ukuran
ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) 50% normal atau lebih kecil dari ukuran normal, kemudian
memberikan hasil efektif terhadap pertumbuhan berat perubahan warna, baik pada daun, batang, akar, buah,
basah gulma rumput teki (Cyperus rotundus). bunga, selain itu juga terdapat matinya jaringan, bagian-
bagian tanaman menjadi mengering serta ditandai dengan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-63

layunya bagian dari tubuh tanaman. Peristiwa kelayuan [8] E.L. Rice, Allelopathy, Academic Press, Inc. London (1984)
[9] F. B. Salisbury, and C. W. Ross, Plant Physiology, Wardsworth
disebabkan karena penyerapan air tidak dapat Publishing Company. California (1992)
mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika [10] Yuliani, Pengaruh Alelopati Kamboja (Plumeria acuminata W.
proses tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak T. Ait.) Terhadap Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan
dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan Kecambah Celosia argentea L.. CHIMERA, Jurnal Biologi dan
Pengajarannya. Universitas Negeri Malang. Malang (2000)
mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang [11] Sumarsono, Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman Kedelai
tanaman akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan (Soy bean), Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
air dalam tanah telah mencapai permanent wilting Semarang (2012)
[12] W.C. Adinugroho, Konsep Timbulnya Penyakit, Mayor
percentage. Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk Silvikultur Tropika Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah Bogor. Bogor (2008)
mengalami plasmolisis. [13] A. Doflamingo, Fungsi Air bagi Tanaman, Perduli Pertanian
Indonesia. Jakarta (2013)
Menurut [14], kelayuan pada tanaman terutama pada [14] I. Aisyah, Mengenal Gejala Penyakit Layu pada Tanaman dan
bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, Cara Menanganinya, Widyaiswara PPPPTK Pertanian. Cianjur
dapat juga disebabkan karena hilangnya turgor pada (2012)
bagian-bagian tersebut. Hilangnya turgor tersebut dapat
disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas
pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan pada
susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya
penguapan dengan pengangkutan air. Penyakit layu (wilt
disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor
abiotik seperti pemberian herbisida nabati.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Sebagaimana hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan, bahwa ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
untuk menghambat gulma rumput teki (Cyperus
rotundus), dan konsentrasi ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) yang dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif untuk menghambat gulma rumput teki
(Cyperus rotundus) adalah konsentrasi 50% ektrak daun
ketapang. Saran untuk penelitian lanjutan adalah perlu
adanya penelitian tentang ekstrak daun ketapang
(Terminalia catappa) dengan pelarut non-polar supaya
dapat diketahui lebih spesifik lagi tentang kinerja ekstrak
daun ketapang (Terminalia catappa), sehingga
manfaatnya dapat dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] D.N.A. Muhabibah, Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Ekstrak
Gulma Terhadap Perkecambahan Beberapa Biji Gulma, Skripsi:
UIN Malang (2009)
[2] E.S. Rahayu, Peranan Penelitian Alelopati dalam Pelaksanaan
Low External Input and Sustainable Agriculture (LEISA)
www.balitro.com (2003)
[3] N. Hidayati, Study Potensi Biofingisida Ekstrak Daun Ketapang
Terhadap Pertumbuhan jamur Phytophthora capsici pada Cabe
Rawit, Proposal Tugas Akhir : ITS Surabaya (2012)
[4] S.A. Lasmini, dan A. Wahid. Respon Tiga Gulma Sasaran
Terhadap Beberapa Ekstrak Gulma, Jurnal Penelitian Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan,Universitas Tadulako,Palu (2008)
[5] G. Imam, dan T. Handoko. Pengolahan Buah Tancang sebagai
Sumber Bioetanol dan Karbon Aktif, Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia Kejuangan, Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia ISSN (2011) 1693-
4393.
[6] M. Khotib, Potensi Alelokimia Daun Jati untuk Mengendalikan
Echinochloa crusgalli, Program Studi Kimia Institut Pertanian
Bogor. Bogor (2002)
[7] A.F. Astutik, Raharjo dan T. Purnomo, Pengaruh Ekstrak
Beluntas (Pluchea indica L.) Terhadap Pertumbuhan Gulma
Meniran (Phyllanthus Niruri L.) dan Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus), Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Surabaya (2012)

Anda mungkin juga menyukai