Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 3
A. Latar Belakang..................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
A. Pengertian Interaksi Sosial......................................................................4
B. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial...................................................4
C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial................................................................6
D. Jenis-jenis Interaksi Sosial....................................................................13
E. Ciri-ciri Interaksi Sosial.......................................................................14
F. Faktor-faktor Interaksi Sosial................................................................14
BAB III KASUS........................................................................................... 17
A. Contoh Kasus..................................................................................... 17
B. Penyebab........................................................................................... 17
C. Penyelesain........................................................................................ 18
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 19
A. Kesimpulan........................................................................................ 19
B. Saran................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Psikologi Teori Kepribadian
Modern Ludwig Klages ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada Dosen pembimbing yang telah membimbing dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
tidak bisa kami sebutkan satu-persatu

Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat menharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan tugas
ini di masa yang akan datang. Penulis juga berharap tugas ini dapat berguna bagi
pembaca.

Simpang Empat, 16 Mei 2017

Penulis

2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial untuk bertahan hidup harus ada sosialialisme atau
berhubungan dengan manusia lain dan hal ini tak bisa dihindari, mutlak dilakukan
manusia apalagi pada masa sekarang ini. Hubungan antar manusia dengan
hubungan kemanusiaan sesungguhnya mempunyai pengertian yang berbeda.
Dalam setiap bentuk hubungan, hubungan antar manusia lebih mendominasi dari
pada hubungan kemanusiaan. Dalam pengertian hubungan antar manusia bukan
hanya dalam wujudnya saja, tetapi juga dari sifat-sifatnya, waktunya, cara
bicaranya, sikapnya, tingkah lakunya, pribadinya, dan berbagai macam aspek
kejiwaan yang yang ada pada diri manusia. Dalam pergaulan hidup, manusia
menduduki fungsi yang bermacam-macam. Disatu sisi ia adalah ayah atau ibu,
tetapi disisi lain ia adalah anak. Disatu sisi adalah ia kakak, tetapi disisi lain ia
adalah adik.pengetahuan tentang hubungan antar manusia, mendasari interaksi dan
komunikasi antar bidan klien dalam pelayanan kebidanan, mempermudah alih
pengetahuan, dan modifikasi perilaku klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari interaksi social ?
2. Bagaimana syarat-syarat terjadinya interaksi social ?
3. Apa saja bentuk-bentuk interaksi social ?
4. Apa saja jenis-jenis interaksi social ?
5. Apa ciri-ciri interaksi social ?
6. Apa factor-faktor interaksi social ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian interaksi social
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui syarat terjadinya interaksi social
3. Agar mahasiswa mampu mengetahu bentuk dan jenis dari interaksi social
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui ciri dan factor dari interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Interaksi Sosial


Menurut beberapa ahli pengertian interaksi social yaitu :

3
1. Interaksi social adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut
hubungan antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok
dan kelompok dalam bentuk kerjasama, serta persaingan atau pertikaian ( M.
Sitorus, 1999)
2. Menurut H.Bonner dalam bukunya Social Psychology sebagaimana dikutip
oleh Gerungan (1996) menyebutkan bahwa Interaksi social adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia., dimana kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang
lain atau sebaliknya.
3. Interaksi social adalah hubungan antara individu satu dan individu lain,
individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapat dua hubungan yang saling timbal balik.(Bimo Walgito, 2001)
4. Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.( Singgih G. Gunarsa, 1989)

B. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Suatu interaksi social tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat (Soerjono Sukanto) yaitu : adanya kontak social dan adanya komunikasi.
1. Kontak Sosial
Kontak social berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti
bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah
kontak adalah bersam-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi
apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala social itu tidak perlu
berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan
hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara
berbicara dengan orang yang bersangkutan. Dengan berkembangnya
teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu sama lain
dengan melalui telepon, telegraf, radio dan yang lainnya yang tidak perlu
memerlukan sentuhan badaniah.
Kontak social dapat berlangsung dalam tiga bentuk(Soerjono
Soekanto:59), yaitu sebagai berikut :

4
a. Antara orang perorangan
Kontak social ini adalah apabila anak kecil mempelajari
kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi
melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat
yang baru mempelajari norma-norma dan nialai-nilai masyarakat di
mana dia menjadi anggota.
b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya
Kontak social ini misalnya adalah apabila seseorang merasakan
bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma
masyarakat.
c. Anatara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
lainnya
Umpamanya adalah dua partai polotik yang bekerjasama untuk
mengalahkan partai politik lainnya.

Kontak social memiliki beberapa sifat, yaitu kontak social positif dan
kontak social negative. Kontak social positif adalah kontak social yang
mengarah pada suatu kerjasama, sedangkan kontak social negative adalah
mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan kontak social.
Selain itu kontak social juga memiliki sifat primer atau sekunder.
Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu
dan berhadapan muka, sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan suatu
perantara.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah bahwa seseorang yang memberi tafsiran kepada
orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap),
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang
yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok

5
dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian
merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukan.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam
penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum misalnya,
dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan
sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan
demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antar perorangan dan atau
antar kelompok. Tetapi disamping itu juga komunikasi bisa menghasilkan
pertikaian yang terjadi karena salah paham yang masing-masing tidak mau
mengalah.

C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


1. Proses Asosiatif (processes of Association)
a) Kerja Sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog manganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi social yang pokok. Sosiolog ini menganggap bahwa kerja sama
merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut memahamkan kerjasama
untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi social atas dasar
bahwa segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan kepada
kerjasama. Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama.
Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok
manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa
kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok
kekerabatan. Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila orang dapat
digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran
bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga
harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa

6
yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian
tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerjasama, agar rencana kerjasamanya
dapat terlaksana dengan baik. Kerjasama timbul karena orientasi orang
perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Kerjasama mungkin
akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada
tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional
atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau
segolongan orang. Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam
jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak
puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena
adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada 5 bentuk kerjasama, yaitu:

1) Kerukunan yang mencangkup gotong-royong dan tolong-menolong.


2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3) Ko-optasi, yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi
organisasi yang bersangkutan
4) Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan-yujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaaan yang tidak
stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif.
5) Joint-ventrue yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, dll.

b) Akomodasi (Accomodation)

7
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk
pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang
menujuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma social dan nilai-nilai social yang berlaku
didalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk
mencapai kestabilan.
Menurut gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosal yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang
dipergunakan oleh para ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula
saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu :
1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang peroragan atau kelompok-
kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disni
bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut,
agar menghasilkan sutau pola yang baru.
2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok
social yang hidupnya terpisah sebagai akibat factor-faktor social psikologis
dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal
system kasta.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok social yang terpisah.

8
Bentuk-bentuk akomodasi :
1) Coercion, yaitu bentuk akomodasi yang proses nya dilaksanakan karena
ada paksaan, misalnya perbudakan
2) Compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan, misalnya traktat beberapa Negara dan akomodasi antara
beberapa partai politik
3) Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-
pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Disini
compromise melalui pihak ketiga
4) Conciliation, yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama, misalnya panitia tetap untuk penyelesaian
perburuhan.
c) Asimilasi (Assimilation)
Merupakan proses social dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedan-perbedaan yang terdapat antara orang-
perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan njuga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap
yang sama, walau kadang kala bersifat emosional, dengan tujuan untuk
mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam oganisasi,
pikiran, dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada :
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Factor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi yaitu:
a. Toleransi
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang dibidang ekonomi

9
c. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
d. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudyaan
f. Perkawinan campur
g. Adanya musuh bersama diluar

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis hal
nya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan system social masyarakat
bersangkutan. Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu
bentuk oposisi, atau lebih menghargai kerjasama hal itu tergantung pada
unsur-unsur kebudayaan terutama yang menyangkut system nilai, struktur
masyarakat dan system sosialnya. Pfaktor yang paling menentukan adalah
system nilai masyarakat tersebut.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau
sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya makanan,
tempat tinggal serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa bentuk
kerjasama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai
perjuangan untuk tetap hidup. Perlu dijelaskan bahwa pengertian struggle for
existence juga dipakai untuk menunjuk kepada suatu keadaan dimana manusia
yang satu tergantung pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan mana
menimbulkan kerjasama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah
pada paling sedikit tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame,
perjuangan manusia melawan makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan
manusia melawan alam.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-proses yang
disosiatif dibedakan dalam 3 bentuk yaitu :
a. Persaingan (competition)
b. Kontravensi (contravention)

10
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

a. Persaingan (competition)
Adalah suatu proses social, dimana individu atau kelompok-kelompok
manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum
(baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik
perhatian public atau dengan cara memertajam prasangka yang telah ada,
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Tipe persaingan adalah bersifat pribadi dan bersifat tidak pribadi.
Bentuk persaingan, antara lain persaingan ekonomi, persaingan
kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
Fungsi persaingan:
a) Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat
kompetitif.
b) Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai-nilai
tersalurkan dengan baik.
c) Untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan social
d) Untuk menyaring golongan fungsional.

b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social
yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker sebagai
berikut:
a) Penolakan, keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, protes,
perbuatan kekerasan, dan mengacaukan pihak lain
b) Menyangkal pernyataan orang
c) Penghasutan, menyebar desas-desus, dan mengecewakan pihak
lain.
d) Mengejutkan lawan, membingungkan pihak lain.

c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)

11
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social dimana
individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Penyebab
terjadinya pertentangan, yaitu perbedaan antar individu, perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan social.
Bentuk-bentuk pertentangan, antara lain pertentangan pribadi,
pertentangan rasial, pertentangan antar kelas social, pertentangan politik
dan pertentangan yang bersifat internasional.
Akibat pertentangan yang terjadi adalah :
a) Tambahnya solidaritas
b) Goyah atau retaknya persatuan kelompok
c) Perubahan kepribadian individu
d) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
e) Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

D. Jenis-jenis Interaksi Sosial


Ada 3 jenis interaksi social, yaitu :
1. Interaksi antar individu dan individu. Pada saat dua individu bertemu,
interaksi social sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak
melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi social telah terjadi
apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat
dimungkinkan oleh factor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau
keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain
yang bisa mengundang reaksi orang lain.
2. Interaksi antara kelompok dan kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada
kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota
kelompok yang bersangkutan. Contohnya, pemusuhan antara Indonesia
dengan belanda pada zaman perang fisik.
3. Interaksi antara individu dan kelompok. Bentuk interaksi disini berbeda-beda
sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok mana kala terjadi
perbenturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan kelompok.

E. Ciri-ciri Interaksi Sosial

12
Interaksi social mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang
2. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol-simbol
3. Ada dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan oleh pengamat

F. Faktor-faktor Interaksi Sosial


Kelangsungan interaksi social, sekalipun dalam bentuknya sederhana, ternyata
merupkan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa
factor yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu ( vide
Bonner, social psychology, no 3) :
1. Factor imitasi
Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan social sebenarnya
berdasarkan factor imitasi. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah,
peranan imitasi dalam interaksi social itu tidak kecil. Misalnya bagaimana
seorang anak belajar berbicara. Mula-mula ia mengimitasi dirinya sendiri
kemudian ia mengimitasi kata-kata orang lain. Ia mengartikan kata-kata juga
karena mendengarnya dan mengimitasi penggunaannya dari orang lain. Lebih
jauh, tidak hanya berbicara yang merupakan alat komunikasi yang terpenting,
tetapi juga cara-cara lainnya untuk menyatakan dirinya dipelajarinya melalui
proses imitasi. Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi
social seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde, melaikan merupakan suatu
segi dari proses interaksi social, yang menerangkan mengapa dan bagaimana
dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang
banyak.
2. Faktor sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hamper
sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti
sesuatu diluar dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Sugesti dalam ilmu jiwa social dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana

13
seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman
tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Secara garis besar,
terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan
sugesti terjadi, yaitu :
a. Sugesti karena hambatan berpikir
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah
c. Sugesti karena otoritas dan prestise
d. Sugesti karena mayoritas
3. Factor Identifikasi
Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah
identifikasi timbul dalam uraian freud mengenai cara-cara seorang anak belajar
norma-norma social dari orang tuanya. Dalam garis besarnya anak itu belajar
menyadari bahwa dalam kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-
peraturan yang sebaiknya dipenuhi dan ia pun mempelajarinya
4. Factor simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seorang terhadap
orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan
penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Akan tetapi, berbeda
dengan identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi
manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Peranan simpati cukup nyata
dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih. Patut ditambahkan
bahwa simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan disamping simpati yang
timbul dengan tiba-tiba.

14
BAB III KASUS
A. Contoh Kasus
a. Membuang sampah sembarangan dan berakibat ketidaknyamanan
masyarakat di sekitar tumpukan sampah.
b. Tawuran antar pelajar.
c. Menyetel music dengan volume keras ketika malam hari, dll.
Pada kesempatan ini saya akan membahas masalah sosial mengenai
tawuran antar pelajar di Indonesia. mengapa tawuran dikatakan sebagai
suatu masalah sosial? Hal tersebut di karenakan dalam perselisihan antar
pelajar yang satu dengan yang lainnya menimbulkan kekhawatiran bagi
kalangan masyarakat di sekitarnya.

B. Penyebab
Biasanya penyebab terjadinya masalah ini dikarenakan tekanan dari
lingkungan, misalnya:

a. Kesetiakawanan antar teman. Contoh-nya siswa A dari sekolah X memiliki


masalah dengan siswa B dari sekolah Z, dikarenakan teman-teman siswa A
tidak senang dengan masalah yang di hadapi si A maka mereka melakukan
serangan terhadap siswa B. Kejadian inilah yang mereka anggap sebuah
pembuktian akan nilai kesetiakawanan.
b. Faktor tingkat emosi masa remaja yang labil dan selalu meledak-ledak.

15
c. Adanya GENG di lingkungan tempat kehidupan remaja. GENG sangatlah
meresahkan semua kalangan, yang namanya geng pasti selalu memiliki
tingkat gengsi yang sangat tinggi.
d. Serta faktor keluarga, biasanya rumah tangga yang di penuhi kekerasan akan
berdampak buruk untuk anak. Ketika beranjak remaja, anak-anak merasa
kekerasan merupakan bagian dari dirinya ketika kecil dulu, sehingga wajarlah
mereka akan melakukan tindakan kekerasan pula ketika beranjak remaja.
C. Penyelesain
a. Dalam penyelesaian masalah ini, pendidikan dalam keluarga sangat berperan
penting sebagai landasan dasar pembentukan karakter sejak dini. Peran orang
tua tidak hanya sebatas ini, mereka juga harus senantiasa menjaga komunikasi
dan keharmonisan keluarga.
b. Menjaga komunikasi, di masa kini kebanyakan orang tua terlalu sibuk
dengan bekerja sehingga mereka tidak dapat membatasi anak-anaknya dalam
bermasyarakat. Semestinya sesibuk apapun orang tua, ia dapat meluangkan
waktunya untuk mengajarkan bersosialisasi kepada remaja-remaja di sekitar
anaka agar anaka dapat mengetahui dan membedakan apa yang baik dan
apa saja yang buruk.
c. Menjaga keharmonisan keluarga, emosi remaja sangatlah labil, sehingga
orang tua harus pintar dalam mendidik anak. Janganlah sekali-kali orang tua
membatasi kegiatan anaknya selagi apa yang di kerjakan anak tersebut masih
merupakan tindakan yang positif.

16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi
seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah interaksi
antar seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk memperoleh
kepuasan hati. Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan
yang harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerja sama dengan
menyesuaikan diri terhadap satu dengan yang lain. Teknik untuk menjalani
hubungan antar manusia dengan :
1. Melakukan kontak sodan menghargai setiap individu.
2. Melakukan komunikasi

B. Saran
Untuk menjalin hubungan yang baik dengan klien kita harus bisa memahami diri
sendiri. Mencoba untuk memahami kebutuhan dan keinginan masing-masing
individu.

17
DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032RAHA
YU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf di akses pada tanggal
13 mei 2017 pukul 14:23 WITA

https://made21indra.wordpress.com/2014/01/17/contoh-penyebab-dan-
penyelesaiannya-masalah-sosial-di-sekitar-masyarakat/ diakses tanggal
16 mei 2017 pukul 20:00 WITA

18

Anda mungkin juga menyukai