1
kebutuhan pendanaannya. Struktur kepemilikan adalah elemen dasar dalam corporate
governance suatu perusahaan.
Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya
perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat
dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham.
Struktur kepemilikan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan yang tersebar
(dispersed ownership) dan kepemilikan yang terkonsentrasi (concentrated ownership).
1) Kepemilikan Tersebar
Pada model ini perusahaan memiliki pemegang saham yang banyak dengan
jumlah saham yang sedikit. Pemegang saham minoritas ini kurang mengawasi aktivitas
perusahaan dan cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan
perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham tersebut disebut outsider, dan
kepemilikan yang tersebar tersebut disebut sebagai outsider system dan menurut Roche
(2005), kepemilikan yang tersebar ini merupakan model dari negara-negara common
law seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Outsider system atau Anglo-American ini merupakan market-based model yang
dikarakteristikkan oleh perusahaan yang individualis dan kepemilikan privat, pasar
modal yang mapan dan likuid, dengan jumlah pemegang saham yang banyak dan
konsentrasi investor yang kecil. Pengendalian perusahaan diwujudkan melalui pasar
dan investor luar. Dalam outsider system ini terdapat anggota dewan yang independen
untuk mengawasi perilaku manajerial agar tetap terkontrol, sehingga menurut Roche
(2005), sistem ini lebih dapat dipertanggungjawabkan, tidak korupsi serta membantu
perkembangan pasar modal yang likuid.
Meskipun demikian, sistem ini memiliki kelemahan, yaitu kepemilikan yang
terkonsentrasi ini hanya tertarik pada maksimalisasi profit jangka pendek, dan mereka
cenderung untuk menyetujui kebijakan dan strategi yang menguntungkan keuntungan
jangka pendek, tetapi tidak mempertimbangkan kinerja perusahaan jangka panjang.
Kadang-kadang, hal ini dapat membuat konflik antara manajer dan pemilik, dan
seringnya pergantian kepemilikan karena pemegang saham melepaskan sahamnya
untuk mendapatkan profit pada saham lain yang lebih menguntungkan, sehingga hal
2
tersebut dapat melemahkan stabilitas perusahaan. Investor minoritas ini kurang
mengawasi keputusan dewan dan tidak dapat mempertahankan direktur yang dapat
dipercaya, sehingga apabila terdapat direktur yang mendukung keputusan yang tidak
sejalan dengan perusahaan mungkin masih tetap di dewan.
3
keagenan antara pemilik dan kreditur lebih besar daripada tipe perusahaan yang
kepemilikannya menyebar. Samad (2004) dalam penelitiannya pada perusahaan-
perusahaan di Malaysia menemukan bahwa kepemilikan yang terkonsentrasi dapat
membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik, dan komposisi kepemilikan tersebut
merupakan elemen penting untuk memacu kinerja perusahaan yang lebih baik.
4
maka semakin mudah untuk mengendalikan perusahaan. Ketika timbul suatu resiko
yang sangat tinggi yang dialami oleh perusahaan, maka pemilik akan cenderung
lebih menyelamatkan uang yang mereka investasikan daripada memperbaiki kinerja
perusahaan.
Anderson dan Reeb (2004) yang melakukan penelitian di Indonesia menemukan
bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan
perusahaan hal ini disebabkan karena perlindungan hukum terhadap investor
dalam struktur kepemilikan sangatlah lemah sehingga timbul masalah agensi yang
dapat mengganggu kinerja perusahaan.
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (dewan
direksi dan dewan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah saham
yang dimiliki manajer atau direksi dan dewan komisaris terhadap total saham
yang beredar.
Kepemilikan manajerial dapat mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer
akan lebih baik seiring dengan peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan
tersebut. Manajer akan berusaha lebih giat untuk memperbaiki kinerja perusahaan, yang
akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kekayaannya sendiri.
Seiring meningkatnya kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan
manajer dengan kepentingan pemegang saham. Sehingga terdapat insentif bagi manajer
untuk memaksimalkan nilai perusahaan ketika kepemilikan manajerialnya meningkat.
Hal ini akan efektif untuk mengontrol insentif manajer yang meningkat. Kepemilikan
saham oleh manajer akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan
agen sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan saham manajerial akan
mendorong manajer untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka
ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
c. Kepemilikan Institusi
Kepemilikan saham institusional adalah saham perusahaan yang dipegang oleh
institusi lain. Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar
5
terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Perusahaan dengan
kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya
untuk memonitor manajemen.
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi
seperti LSM, Perusahaan swasta, perusahaan efek, dana pensiun, perusahaan
asuransi, bank dan perusahaan-perusahaan investasi. Kepemilikan institusional pada
umumnya memiliki proporsi kepemilikan dalam jumlah yang besar sehingga proses
monitoring terhadap manajer menjadi lebih baik. Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer.
Institutional shareholders memiliki insentif untuk memantau pengambilan
keputusan perusahaan. Hal ini akan berpengaruh positif bagi perusahaan tersebut,
baik dari segi peningkatan nilai perusahaan maupun peningkatan kinerja usaha.
Kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Keberadaaan
investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja
manajemen dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak mana
jemen selaku pengelola perusahaan. Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan
tingginya persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi.
d. Kepemilikan Asing
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency
conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya
suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan
pemegang saham. Kepemilikan asing merupakan porsi outstanding share yang
dimiliki oleh investor atau pemodal asing (foreign investors) yakni perusahaan yang
dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang
berstatus luar negeri terhadap jumlah seluruh modal saham yang beredar
(Farooque et al., 2007).
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki
oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian- bagiannya yang berstatus
luar negeri. Atau perorangan, badan hukum, pemerintah yang bukan berasal dari
6
Indonesia. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap
concern terhadap peningkatan good corporate governance.
e. Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak
pemerintah (government) dari seluruh modal saham yang dikelola . Berdasarkan teori
keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham
mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency conflict. Konflik
kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme
yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham.
Perusahaan pemerintah yang dikendalikan oleh para birokrat memiliki tujuan
yang didasarkan pada kepentingan politis dan bukan untuk menyejahterakan
masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Dalam teori keagenan dijelaskan hubungan
antara pemegang saham dengan pihak manajer, pemerintah sebagai pemegang saham
pengendali seharusnya bisa mengawasi atau mengkontrol kinerja dari manajer, tetapi
seringkali pemerintah justru mempunyai tujuan lain selain meningkatkan kinerja.
REFRENSI
7
Aprianingsih, Asri (2016). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Inonesia Periode 2011-2014. Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.