Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan
dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir sejalan dengan tumbuh
suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan negara, serta
sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan
konsep tentang common law tempat segenap lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh
kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan dan
egalitarian. Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by man. Konsep ini lahir untuk
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta menggeser
negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi di mana doktrin rule of law ini lahir. Ada
tidaknya rule of law dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan, apakah rakyatnya benar-
benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama warganegara, maupun
dari pemerintah.

Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu negara
merupakan suatu premis bahwa kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang
adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat. Untuk
membangun kesadaran di masyarakat tentang pentingnya rule by the law, not rule by the man,
maka dipandang perlu memasukkan materi instruksional rule of law sebagai salah satu materi di
dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn sendiri merupakan desain baru
kurikulum inti di PTU yang menunjang pencapaian Visi Indonesia 2020 ( Tap. MPR No.
VII/MPR/2001) dan Visi Pendidikan Tinggi 2010 ( HELTS 2003-2010-DGHE ), serta merupakan
elemen dalam kelompok Mata-kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Materi ini merupakan
salah satu bentuk penjabaran UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
tidak lagi menyinggung masalah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) atau di
perguruan Tinggi disebut Pendidikan Kewiraan, serta ditiadakannya Pendidikan Pancasila
sebagai mata kuliah tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi.

b) Rumusan masalah
Adapun rumusan masalahpada pembahasan makalah ini adalah:
1) Apa konsep dasar konstitusi?
2) Apa saja perubahan Konstitus di Indonesia ?
3) Apa pengertian rule of law?
4) Apakah prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia sudah terlaksana ?
5) Apakah statergi pelaksanaan rule of law di Indonesia sudah terlaksana dengan baik dan
berjalan lancar ?

c) Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah:
1) Menjelaskan konsep dasar konstitusi
2) Menjelaskan bagaimana perubahan konstitusi
3) Menjelaskan pengertian rule of law
4) Menjelaskan prinsip-prinsip rule of law secara formal di indonesia
5) Mengetahui statergi pelaksanaan rule of law di Indonesia

BAB II
LANDASAN TEORI
1. Istilah dan Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constituer (Pransis), constitution


(Inggris),constitutle (Belanda) yang berarti membentuk, menyusun dan menyatakan.Dalam
konteks ketatanegaraan, konstitusi di masukan sebagai pembentukan suatu negara, atau
menyusun dan menyatakan sebuah negara.Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal)
mengenai pembentukan suatu negara. Dalam bahasa indonesia, konstitusi dikenal dengan
sebutan Undang-undang Dasar (UUD).

Keduanya memang tidak berarti sama. UUD hanyalah sebatas hukum dasar yang tertulis,
sedangkan konstitusi disamping memuat hukum dasar yang tertulis, juga mencakup hukum dasar
yang tidak tertulis. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis, melainkan juga bersifat sosiologis dan
politis.Sedangkan undang-undang dasar hanya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi,
yaitu konstitusi yang tertulis.

Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang berarti
undang-undang dasar (grond=dasar dan wet=undang-undang). Di Jerman istilah konstitusi juga
dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti Undang-Undang Dasar (grund=dasar
dan gesetz=Undang-Undang).Istilah konstitusi menurut Chairul Anwar
adalah fundamentallaws tentang pemerintahan suatu negara dan nilai-nilai
fundamentalnya.Sementara menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang
membuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.Dari dua
pengertian bisa dikatakan bahwa konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental)
mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara.
A. Klasifikasi Konstitusi
Menurut CF. Strong konstitusi terdiri atas dua bagian diantaranya adalah:
1. Konstitusitertulis adalah aturan- aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara,
demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam
persekutuan hukum negara.
2. Konstitusi tidak tertulis/konvensiadalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
B. Nilai Konstitusi
Nilai dalam konstitusi dibagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka
konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam
masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetrapi tidak sempurna.
Ketidak sempurnaan itu disebabkan pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidsak seluruh pasalpasal
yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan penguasa saja.
Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.

C. Sifat Konstitusi
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1. Flexible/luwes apabila konstitusi/undang undang dasar memungkinkan untuk berubah sesuai
dengan perkembangan.
2. Rigid/kaku apabila konstitusi/undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
Jadi bisa disimpulkan Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel dan juga rigid. Menurut
James Bryce, konstitusi dikatakan fleksibel bila bercirikan: Elastis karena dapat menyesuaikan
dirinya dengan mudah dan memungkinkan diubah dengan cara yang sama seperti undang-
undang serta konstitusi tersebut dinamis. Sisi negatif dari konstitusi yangfleksibel adalah
membawa akibat kemerosotan pada kewibaawaan konstitusi itu sendiri. Sedangkan
dikatakan rigid bila ia sulit diubah.

D. Tujuan Konstitusi
Konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak
yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.Tujuan-tujuan adanya
konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi 3 tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan
politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
4. Secara garis besar, tujuan Konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah
dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan yang
berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.

E. Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara


Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan sesuatu hal yang
sangat krusial (miring), karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Dr.
A. Hamid S. Attamimi menegaskan-seperti yang dikutip Thaib- bahwa konstitusi atau undang-
undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan negara harus
dijalankan, sejalan dengan pendapat tersebut, Bagir Manan mengatakan bahwa hakekat
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu
pemabatasan terhadap kekuasaan pemerintah disuatu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Menurut William G. Andrews, dapat dirumuskan beberapa fungsi konstitusi yang sangat penting
baik secara akademis maupun dalam praktek, yaitu:

1. Menentukan pembatasan terhadap kekuasaan sebagai satu fungsi konstitualisme


2. Memberikan legitimasi terhadap kekuasaan pemerintahan
3. Menjadi instrumen untuk mengalihkan kewenangan dari pemegang kekuasaan asal (baik rakyat
dalam sistem demokrasi maupun raja dalam sistem monarki) kepada organ-organ kekuasaan
negara.

2.2 Perubahan Konstitusi


Yang dimaksud dengan perubahan konstitusi adalah segala usaha untuk menambah dan atau
mengurangi baik sebagian atau seluruh makna yang terkandung dalam konstitusi tersebut melalui
suatu mekanisme perubahan yang ditentukan berdasarkan peraturan ketatanegaraan yang
berlaku.Perubahan konstitusi merupakan keharusan dalam sistem ketatanegaraan suatu negara,
karena bagaimanpun konstitusi haruslah sesuai dengan realitas kondisi bangsa dan warga
negaranya.

Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu
diakomodasi dalam konstitusi negara tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin
bangsa dan negara tersebut akan tergilas oleh arus perubahan peradaban itu sendiri.Perubahan
konstitusi/UUD yaitu: Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini
yang kadang-kadang membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan
rakyat. Secara evolusi, UUD/konstitusi berubah secara berangsurangsur yang dapat
menimbulkan suatu UUD, secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.

Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau konstitusi
melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada 4 (empat) macam cara, yaitu melalui:
1. Beberapa kekuatan yang bersifat primer
2. Perubahan yang diatur dalam konstitusi
3. Penafsiran secara hokum
4. Kebiasaan yang terdapat bidang ketatanegaraan.

A. Perubahan Konstitusi di Indonesia


Dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat satu pasal yang berkenaan dengan cara perubahan
UUD, yaitu Pasal 37 yang menyebutkan:
1) Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlahanggota MPR harus hadir.
2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlahanggota yang hadir.
3) Pasal tersebut mengandung tiga norma, yaitu: Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada
pada MPR sebagailembaga tertinggi Negara.Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus
dipenuhisekurang-kurangnya adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR.Bahwa putusan
tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota
MPR yang hadir.
2.3 Pengertian dan Lingkup Rule Of Law
Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggaraan negara
harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam
hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan
dengan Rule of Law. Misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di
Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis. Oleh
karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau rechtsstaat dan Rule of Law
sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546). Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of
Law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal.

Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat termasuk negara mendasarkan pada
Rule of Law. Dalam hubungan ini pengertian Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya
sangat berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
negara. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law.
Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari
gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan
dua lembaga yang tidak terpisahkan. Negara Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip Rule
of Law, and not of Man, yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang
dijalankan oleh hukum atau nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan
jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.

Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari
kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat.
Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi
berdasarkan kekuasaan belaka atau machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau
constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat) Asshid
diqie, 2005: 69-70).
Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:
a) Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan;
b) kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur;
c) untuk memajukan kesejahteraan umum,dan keadilan social;
d) disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indoensia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia;
e) kemanusiaan yang adil dan beradab;
f) serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh kenyataan, apakah rakyat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun
pemerintah.Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka perlu memasukkan materi
instruksional Rule of Law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).

2.4 Sejarah Berdirinya Rule Of Law


Latar belakang kelahiran rule of law:
1. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan Negara.
b. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
c. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.
Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara konstitusi
dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law
2. Unsure-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari:
- Supremasi aturan-aturan hukum.
- Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
- Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan.
3. Paham rule of law di Inggris diletakan pada hubungan antara hukum dan keadilan, di Amerika
di letakan pada hak-hak asasi manusia, dan di Belanda paham rule of law lahir dari paham
kedaulatan Negara, melalui paham kedaulatan hokum untuk mengawasi pelaksanaan tugas
kekuatan pemerintah. Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
seluruh masyarakatnya, khususnya keadilan social.
4. Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of law
adalah
Adanya perlindungan konstitusional.
Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
Pemilihan umum yang bebas.
Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
Pendidikan kewarganegaraan.

2.5 Fungsi Rule Of Law


Fungsi Rule Of Law pada hakikat nya adalah jaminan adanya keadilan social bagi masyarakat,
terutama keadilan social.Penjabaran prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal termuat dalam
pasal-pasal UUD 1945 yaitu:
Pasal 1 ayat 3
Pasal 24 ayat 1
Pasa 27 ayat 1
Pasal 28D ayat 1 dan 2

A. Pelaksanaan Rule Of Law


Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang memihak hanya
pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum
progresif bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat
kandungan moral yang kuat. Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang
sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau back to law and order,
kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.

Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
v Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
v Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan apapun.
v Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara terkorup di dunia (Masyarakat Transparansi
Internasional: 2005).
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:
o Kasus korupsi KPU dan KPUD;
o Kasus illegal logging;
o Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);
o Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;
o Kasus perdagangan wanita dan anak.

2.6 Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia


Dalam Proses Penegakan hokum di Indonesia di lakukan oleh lembaga penegak hukum yang
terdiri dari:
1. Kepolisian
a. fungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok yaitu:
- Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
- Menegakan Hukum.
- Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
b. wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
- Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa.
- Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
- Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka
pencegahan.
-Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan
instansi lain, serta kegiatan masyarakat. .
2. Kejaksaan
wewenang dan tugas kejaksaan : Melakukan penuntutan. Melaksanakan penetapan hakim dan
putusa pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Melakukan pengawasan
tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat, putusan ,pidana pengawasan, dan keputusa
lepas bersyarat.Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.
3. KPK( komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil
guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK
- berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi
- Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
- Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi..
b. wewenang KPK
-Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang menjalankan tugas dan
wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
- Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.
- Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
- Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
-hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
-peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum UU KPK.
4. Badan peradilan
Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA mempunyai
kewenangan: Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir
oleh peradilan. Menguji peraturan perundang- undangan di bawah undang-undang terhadap
Undang-undang Kewnangan lain yang ditentukan undang-undang.
Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan terakhir:
- Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
- Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
1945
- Memutuskan pembubaran parpol
- Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum
Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan kabupaten.
Fungsi kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana dan perdata di
tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8 tahun 2004
menetapkan agar peradilan memberikan prioritas peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme,
narkotika atau psikotropika pencucian uang, dan selanjutnya, tindak pidana.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:


1. Keberhasilan the enforcement of the rules of law harus didasarkan pada corak masyarakan
hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
2. Rule of law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh dan
berkembang pada bangsa.
3. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial, gagasan tentang hubungan
antar manusia, masyarakan dan negara, harus ditegakkan secara adil juga memihak pada
keadilan.
4. Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal UUD 1945.
Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati
undang-undang, juga bertanggung jawab, dan menjalankan UU 1945 dengan baik.

5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini adalah
1. Sebagai seorang warga Negara yang baik haruslah menjunjung menjadi seseorang yang
menjunjung tinggi hukum serta kaidah-kadiah agar tercipta keamanan, ketentraman, dan
kenyamanan.

2. Mempelajari Undang-Undang 1945 berserta butir-butir nilainya dan menjalankan apa yang
menjadi tuntutannya agar terjadi kehidupan yang stabil dan taat hukum.

3. Dalam suatu penegakkan hukum di suatu Negara seperti Indonesia, maka seluruh aspek
kehidupan harus dapat merasakan dan diharapkan aspek-aspek tersebut dapat mentaati hukum,
maka akan terciptalah pemerintahan dan kehidupan Negara yang harmonis, selaras dengan
keadaan dan sesuai dengan apa yang diharapakan yaitu suatu bangsa yang makmur, damai, serta
taat hukum.

Anda mungkin juga menyukai