Anda di halaman 1dari 7

PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007

The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

THE MODELLING OF COAL EXPLORATION


USING RESISTIVITY METHOD
Karyanto, Bagus Sapto Mulyatno, Warsito, Rhiya Rotun Nisak

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung


Email: karyanto@unila.ac.id

ABSTRACT

It have been done a preliminary study in apllying the resistivity method to identify the coal
existence. This model has been realized for laboratory scale, which the respresented of subsurface
geological strusture has been realized by using the box filled by earth as a medium.
The method used is the 2D resistivity measurement using dipole-dipole configuration, with
several variations of total sounding points and used space 5 cm. The total of line is 5, which was taken
continually. The resistivity obtained will be calculated using 2D inversion method and the 3D model
reconstruction.
The 2D results of resistivity value are ranged from 450 m to 33259 m, the resistivity value
of the antracite coal was relatively high caused by its dry condition and this coal layers located in 4 cm to
29 cm dept. Using the 3D reconstruction model, it has been predicted the coal total volume is abot 18226
cm3 .

Keywords: resistivity, dipole-dipole configuartion, coal.

PENDAHULUAN A. Batubara
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat
Pendugaan keadaan bawah permukaaan bumi kompleks dan memerlukan waktu yang sangat
dengan metode resistivitas merupakan salah satu lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di
metode geofisika yang sering diterapkan. Metode bawah pengaruh proses-proses fisika, kimia
ini merupakan metode geofisika yang sering ataupun keadaan geologi. Tempat terbentuknya
diterapkan terutama dalam penelitian untuk batubara dikenal 2 macam teori :
mengetahui keberadaan mineral. Penelitian
dengan menggunakan metode resistivitas ini a. Teori Insitu
biasanya menggunakan survei resistivitas 2-D Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan
karena mudah dalam teknik pengerjaan di pembentukan lapisan batubara, terbentuknya di
lapangan. Dari hasil pengolahan data, penyebaran tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada.
harga resistivitas yang didapat berupa penampang Dengan demikian segera setelah tumbuhan
secara vertikal dan penyebaran secara horizontal tersebut mati, belum mengalami proses
Sebagai salah satu alternatif dalam mengamati transportasi, tertutup oleh lapisan sedimen dan
kemungkinan adanya keberadaan batubara dapat mengalami proses coalification. Jenis batubara
diketahui melalui pengukuran resistivitas listrik, yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
yaitu dengan metode geolistrik tahanan jenis 2D penyebaran luas dan merata kualitasnya lebih
(Dua Dimensi). Untuk mereduksi kemungkinan baik, karena abunya relatif kecil. Batubara yang
kesalahan pengukuran di lapangan, maka sangat terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di
perlu diadakan pemodelan pada skala lapangan batubara Muara Enim, Sumatra Selatan.
laboratorium. Dengan pemodelan laboratorium,
maka dapat diketahui parameter-parameter b. Teori Drift
penting yang perlu diperhatikan pada penelitian Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan
skala besar (Johnson, 2003). pembentuk lapisan batubara terjadinya di tempat
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

yang berbeda dengan tempat tumbuhnya semula hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan
hidup dan berkembang. Dengan demikian setiap 7-9 tahun ketinggian pohon sekitar 30 m.
tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air Sedangkan pada iklim yang lebih dingin
dan berakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam
batuan sedimen dan mengalami proses selang waktu yang sama.
coalification. Jenis batubara yang terbentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak d. Kecepatan Penurunan Cekungan
luas, tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas Kecepatan penurunan cekungan batubara
kurang baik karena banyak mengandung material dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika
pengotor yang terangkut bersama selama proses penurunan cekungan dan pengendapan gambut
pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat seimbang akan dihasilkan endapan batubara tebal.
sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti di Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi
Indonesia didapatkan di lapangan batubara delta pertumbuhan flora dan pengendapan. Hal tersebut
Mahakam purba, Kalimantan Timur. menyebabkan adanya infiltrasi material dan
mineral yang mempengaruhi mutu batubara yang
Faktor Yang Berpengaruh terbentuk. Proses geologi menentukan
berkembangnya evolusi kehidupan berbagai
Cara terbentuknya batubara merupakan proses macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan
yang kompleks, dalam arti harus dipelajari dari geologi secara tidak langsung membahas sejarah
berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat perkembangan batubara dan metamorfosa
serangkaian faktor yang diperlukan dalam organik. Makin tua umur batuan makin dalam
pembentukan batubara yaitu : penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk
batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada
a. Posisi Geotektonik batubara yang memepunyai umur geologi lebih
Posisi geotektonik adalah suatu tempat yang tua selalu ada resiko mengalami deformasi
keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau
tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan patahan pada lapisan batubara. Di samping itu
batubara, posisi geotektonik merupakan faktor faktor erosi akan merusak semua bagian dari
yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi endapan batubara.
iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan
batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada e. Tumbuhan
fase terakhir, posisi geotektonik mempengaruhi Flora merupakan unsur utama pembentukan
proses metamorfosa organik dan struktur dari batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi
lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
pengendapan akhir. iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan
faktor penentu terbentuknya berbagai tipe
b. Topografi (Morfologi) batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan
Morfologi dari cekungan pada saat pemebentukan kondisi yang berbeda selama masa sejarah
gambut sangat penting karena menentukan geologi. Mulai dari paleozoic hingga Devon,
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut flora belum tumbuh dengan baik. Setelah Devon
terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek pertamakali terbentuk lapisan batubara di daerah
terbatas terhadap iklim dan keadaan bergantung lagunna yang dangkal. Periode ini merupakan
pada posisi geotektonik. titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-
besaran dalam waktu singkat pada setiap
c. Iklim kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama
Kelembaban memegang peranan penting dalam masa Karbon. Pada masa Tersier merupakan
pembentukan batubara dan merupakan faktor perkembangan yang sangat luas dari berbagai
pengontrol pertumbuhan flora dalam kondisi yang jenis tanaman.
sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi dan
lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi f. Dekomposisi Flora
geotektonik. Temperatur yang lembab pada iklim Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari
tropis dan subtropis pada umumnya sesuai untuk transformasi biokimia dari material organik
pertumbuhan flora dibanding wilayah yang lebih merupakan titik awal untuk seluruh alterasi.
dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa Dalam pertumbuhan gambut, sisi tumbuhan akan
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

mengalami perubahan, baik secara fisik maupun oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO), CH4
kimiawi. Setelah tumbuhan mati proses degradasi dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase
biokimia lebih berperan. Proses pembusukan karbon padat, belerang dan kandungan abu.
(decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi Perubahan batubara diakibatkan oleh faktor
(bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan
suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal
yang lunak dari tumbuhan secara cellulosa, atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan
protoplasma dan pati. Dari proses di atas terjadi bertambahnya tekanan dan percepatan proses
perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara metamorfosa organik. Proses metamorfosa
berbitumen. Dalam suasana kekurangan oksigen organik akan dapat mengubah gambut menjadi
terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia,
air (H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang fisika dan optiknya.
dalam bentuk karbon dioksida (CO2), karbon
monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat METODOLOGI PENELITIAN
perlepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah
relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan Metode Pengambilan Data
pembentukan gambut bergantung pada kecepatan
perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan
Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, dengan metode 2 dimensi. Teknik ini merupakan
maka akan terhindar oleh proses pembusukan, gabungan anatara mapping dan sounding, dimana
tetapi desintegrasi dan penguraian oleh pengukuran sounding dilakukan disetiap titik
mikroorganisma. Bila tumbuhan yang telah mati lintasan secara lateral dan lintasan mapping
terlalu lama berada di udara terbuka, maka dilakukan di setiap kedalaman. Pengambilan data
kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, menggunakan konfigurasi Dipole-dipole, yang
sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang dapat dilihat pada Gambar 1
menyulitkan penguraian oleh mikroorganisma. Untuk mendapatkan variasi nilai tahanan jenis
bawah permukaan, salah satu konfigurasinya
g. Sejarah Sesudah Pengendapan elektroda pada metode tahahan jenis adalah
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung konfigurasi Dipole-dipole dapat dilihat pada
pada posisis geotektonik yang mempengaruhi Gambar 6 Pada konfigurasi Dipole-dipole jarak
perkembangan batubara dan cekungan batubara. elektroda potensial disusun tetap kemudian
Secara singkat terjadi proses geokimia dan elektroda arus digeser sejauh n spasi (na). Jarak
metamorfosa organik setelah pengendapan tersebut digeser dan setiap selesai mengukur satu
gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan titik menghasilkan satu nilai tahanan jenis semu.
batubara, berupa perlipatan, pensesaran, intrusi
magnetik dan sebagainya. Metoda Pengolahan Data

h. Struktur Cekungan Batubara a. Model Dua Dimensi (2D)


Terbentuknya batubara pada cekungan batubara Dari hasil pengukuran kemudian dilakukan
pada umumnya mengalami deformasi oleh gaya perhitungan untuk menentukan nilai resistivitas
tektonik, yang akan menghasilkan lapisan semu (Apparent Resisstivity) dengan rumus :
batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Di V
samping itu adanya erosi yang intensif a = K = KR (1)
I
menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak
menerus. dimana: a : Resistivitas Semu , K : Faktor
Geometri, R: Hambatan, I : Arus Listrik
i. Metamorfosa Organik
Tingkat pembentukan adalah penimbunan atau Besaran K tergantung dari susunan keempat
penguburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini Elektroda, yang diperoleh dengan rumus
proses degradasi biokimia tidak berperan lagi 1
1 1 1 1
tetapi lebih didominasi oleh proses dinamokimia. K=2 (2)
Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan AN BN AM BM
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu.
Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

Dimana AB : Jarak Elektroda Arus, MN : Perlapisan pada pemodelan ini adalah tanah
Elektroda Potensial. Untuk konfigurasi Dipole- hitam, tanah merah dan pasir. Berdasarkan
dipole, maka : penampang model inversi pada Gambar 2
AN = BM = a + na, BN = na, AM = 2a +na perlapisan dan lintasan pertama dibedakan
Apabila disubsitusikan nilai ini kedalam menjadi 2 lapisan. Lapisan 1 dengan nilai
Persamaan (2), maka diperoleh : resistivitas berkisar antara 9 m 577 m
K= an(n + 1)(n + 2) (3) merupakan lapisan tanah. Pada posisi kedalaman
dengan n = 1,2,3...8 6 Cm terdapat penampang tahanan jenis batubara
antrasit yang disimbolkan dengan lambang X1
b. Model Tiga Dimensi (3D) dengan tahanan jenis berkisar antara 951 m
Model tiga dimensi dengan menggunkan Software 3039 m.
Rockware, dengan masukkan berupa nilai
resistivitas perkedalaman dari seluruh lintasan. b. Analisis Data Lintasan 2
Sehingga didapat harga volume total model dan Perlapisan pada pemodelan adalah tanah hitam,
volume masing-masing anomali. tanah merah dan pasir. Berdasarkan penampang
model inversi pada Gambar 3 perlapisan dan
D. Interpretasi Data lintasan kedua dibedakan menjadi 2 lapisan.
Untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih Lapisan 1 dengan nilai resistivitas berkisar antara
baik, maka diperlukannya data yang akurat. 1 m 830 m merupakan lapisan tanah. Pada
Interprestasi dilakukan dengan melihat posisi kedalaman 5 Cm terdapat penampang
penampang resistivitas yang di dapat dari tahanan jenis batubara antrasit yang disimbolkan
pengukuran pada model lapisan. X2 dengan tahanan jenis berkisar anatara 1931
m 11078 m. Nilai tahanan jenis batubara
HASIL DAN PEMBAHASAN antrasit ini sangat tinggi diakibatkan batubara
lebih kering.
Hasil Penelitian
c. Analisis Data Lintasan 3
Dari hasil pengolahan data resistivitas didapat Perlapisan pada pemodelan adalah tanah hitam,
model penampang 2D. Data-data resistivitas 2D tanah merah dan pasir. Berdasarkan penampang
diambil dengan menggunakan metode Dipole- model inversi pada Gambar 4 perlapisan dan
dipole dengan jumlah titik sounding bervariasi lintasan ketiga dibedakan menjadi 2 lapisan.
permasing-masing lintasan, dapat dilihat pada Lapisan 1 dengan nilai resistivitas berkisar antara
Gambar 45 dan jarak spasi 5 cm. Jumlah lintasan 0 m 260 m merupakan lapisan tanah.
data 2D adalah 5 lintasan yang diambil secara Pada posisi kedalaman 4 Cm terdapat penampang
kontinu. tahanan jenis batubara antrasit dengan tahanan
Data resistivitas 2D diolah menggunakan program jenis berkisar antara 917 m - 9512 m.
RES2DINV, sehingga diperoleh gambaran
penampang 2D bawah permukaan sepanjang d. Analisis Data Lintasan 4
lintasan dimana nilai tahanan jenis yang Perlapisan pada pemodelan adalah tanah hitam,
dibedakan dengan warna untuk melihat kontras tanah merah dan pasir. Berdasarkan penampang
resistivitas pada setiap lintasan dan memberikan model inversi pada Gambar 5 perlapisan dan
informasi tahanan jenis sebenarnya secara lateral lintasan ketiga dibedakan menjadi 2. Lapisan 1
dan vertikal. Dan dilakukan pengolahan data dengan nilai resistivitas berkisar antara 0 m
resistivitas dua dimensi (2D) menjadi model tiga 260 m merupakan lapisan tanah. Pada posisi
dimensi (3D), yaitu menggunakan Software kedalaman 5 Cm terdapat penampang tahanan
Rockware. Sehingga diperoleh model tiga jenis batubara antrasit dengan tahanan jenis
dimensi (3D) berupa body secara keseluruhan dari berkisar antara 450 m 4331 m. Pada
model laboratorium yang dibuat. penampang batubara terdapat sisipan tanah merah
Pembahasan e. Analisis Data Lintasan 5
Perlapisan pada pemodelan adalah tanah hitam,
a. Analisis Data Lintasan 1 tanah merah dan pasir. Berdasarkan penampang
model inversi pada Gambar 6 pelapisan dan
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

lintasan ketiga dibedakan menjadi 2 lapisan. DAFTAR PUSTAKA


Lapisan 1 dengan nilai resistivitas berkisar antara
2 m 2077 m merupakan lapisan tanah. Azhar dan Handayani, G. 2004. Penerapan Model
Pada posisi kedalaman 6 Cm terdapat penampang Geolistrik Konfigurasi Schumberger Untuk
tahanan jenis batubara antrasit dengan tahanan Penentuan Tahanan Jenis Batubara. Jurnal
jenis berkisar antara 5194 m - 33259 m. Natural Indonesia 6(2) 122-126.
Nilai tahanan jenis batubara antrasit ini sangat Hendarajaya, L., Arif, I., dan Agus. 1988.
tinggi diakibatkan batubara lebih kering. Geolistrik Tahanan Jeni. Laboratorium
Fisika Bumi. Jurusan Fisika ITB, Bandung.
REKONTRUKSI MODEL Johnnson,W.J. 2003. Case Histories of Dc
TIGA DIMENSI (3D) Resistivity Measurements to Map
ShallowCoal Mine Working. The Leading
Setelah dilakukan diperoleh model dua dimensi Edge, 22. no. 6, 571-573.
(2D), kemudian dilakukan rekontruksi dari data Loke, M.H. 1999. RES2DINV ver.3.3 for
dua dimensi (2D) menjadi model tiga dimensi Windows 3.1, 95 and NT: Rapid 3D
(3D) yaitu dengan cara melakukan prosesing data Resistivity & IP Inversion Using The Least-
menggunakan Software Rockware, dapat dilihat Squares Method. Penang. Malaysia.
pada Gambar 7. Model tersebut sesuai dengan Schoon, J.H. 1996. Physical Properties of Rock
model resistivitas yang ada di laboratorium Fundamentals and Principal of Petrophysic.
geofisika. Warna merah menunjukan betubara, Pergamon. Australia.
warna biru dan warna hijau menunjukan tanah. Sismanto. 1989. Panduan Praktikum Lapangan
Dari hasil output program Rockware tiga dimensi Geofisika Non Seismik. Fakultas MIPA
(3D) dapat diketahui volume total dari model, UGM Yogyakarta.
serta dapat diketahui volume anomali. Pada Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut.
penelitian ini anomalinya berupa batubara, pada Yogyakarta. Gadjah Mada University Pres.
model tersebut didapat volume batubara adalah Telford, W.M, Geldart, L.P., and Sheriff, RE.
18.226 Cm3. Dan volume total dari model 1990. Applied Geophysics 2nd Edition. New
tersebut adalah 83.538 Cm3. Hal ini sesuai York. Cambridge University Press
dengan volume benda yang disusun pada bak
model penelitian, baik dari segi volume batubara
dan volume total dari model yang diukur.

SIMPULAN

A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Salah satu metode geofisika yang dapat
digunakan untuk memperkirakan
keberadaan batubara di bawah permukaan
adalah metode geolistrik tahanan jenis dua
dimensi (2D) konfigurasi Dipole-dipole.
2. Dari pengolahan data dengan menggunakan
Software RES2DINV didapat tahanan jenis
resistivitas batubara antrasit yaitu berkisar 450
m - 33259 m, nilai tahanan jenis
resistivitas batubara antrasit tersebut relatif
besar karena bersifat kering.
3. Diperoleh volume batubara pada model
adalah 18.226 Cm3. Dan volume total dari
model tersebut adalah 83.538 Cm3.
PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

1 2 3 4 5 6 7

n=1

n=2

n=3
n=4

Gambar 1. Posisi Datum Tahanan Jenis Semu (Loke, 1999)

Gambar 2. Penampang Model Inversi Resistivitas 2D Lintasan 1

Gambar 3. Penampang Model Inversi Resistivitas 2D Lintasan 2

Gambar 4. Penampang Model Inversi Resistivitas 2D Lintasan 3


PROCEEDINGS JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, The 36th IAGI, and The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition

Gambar 5. Penampang Model Inversi Resistivitas 2D Lintasan 4

Gambar 6. Penampang Model Inversi Resistivitas 2D Lintasan 5

Gambar 7. Rekontruksi Model Tiga Dimensi (3D) Dilihat Dari Sisi Depan

Anda mungkin juga menyukai