Anda di halaman 1dari 17

Kehamilan Risiko Tinggi

Sumber : http://www.samt-vmc.com

DEFINISI

Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya
(baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan.

Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih
rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor
resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.

FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko
selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu,
maka risikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.

Karakteristik Ibu

Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih
rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi,
protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-
eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang
gizi.

Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau
fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko
memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada
wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis)
untuk menilai kromosom janin.

Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin
melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika
kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%.
Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.

Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

Peristiwa pada kehamilan yang lalu

Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki
resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada
wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau
pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran perlu
menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh)
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dapat dilakukan pengobatan.

Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus)

Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur
pada kehamilan berikutnya.

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, maka mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka risiko terjadinya
keguguran atau risiko kematian ibu maupun bayinya meningkat. Pemeriksaan kadar gula darah perlu
dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.

Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami:

- kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahim yang lemah)
- perdarahan setelah persalinan (karena otot rahim yang lemah)
- persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya risiko perdarahan vagina yang berat
- plasenta previa (plasenta letak rendah)

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita kelainan hemolitik, maka bayi berikutnya
memiliki risiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-
negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin;
antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.

Pada kasus seperti ini, perlu dilakukan pemeriksaan darah ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen
untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen
untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%.

Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan
masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk
antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya. Tetapi
setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya ibu yang memiliki Rh-negatif diberikan
immunoglobulin Rho(D), yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada
bayi jarang terjadi.

Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan ia menderita tekanan darah tinggi
menahun.

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya
sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua
orangtuanya.
Kelainan struktur

Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah)
bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa
dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.

Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan risiko terjadinya:


- kelahiran prematur
- gangguan selama persalinan
- kelainan letak janin
- kelainan letak plasenta
- keguguran berulang

Keadaan kesehatan

Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah

Riwayat keluarga

Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.
Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

FAKTOR RISIKO SELAMA KEHAMILAN

Seorang wanita hamil dengan risiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan
bertambahnya risiko yang dimilikinya, misalnya terpapar teratogen (bahan yang bisa menyebabkan
cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau bisa juga
mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.

Obat-obatan atau Infeksi

Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
- Alkohol
- Fenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin

Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:


- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus

Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang
berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah
berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- infeksi rahim
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena
bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.

Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian
bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami gangguan
ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga
disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh
darah yang menuju ke plasenta dan rahim).

Mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma alkohol
pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama masa kehamilan.
Sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak
yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu, alkohol
juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang
sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).

Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat,
terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di
bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.

Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi,
bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain,
marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil. Wanita yang menggunakan obat suntik
memiliki resiko tinggi terhadap:
- Anemia
- Bakteremia
- Endokarditis
- Abses kulit
- Hepatitis
- Flebitis
- Pneumonia
- Tetanus
- Penyakit menular seksual (termasuk AIDS)
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi
tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi.
Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir
prematur.

Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan
pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran
darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya
menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.

Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang
pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya. Jika
pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan
pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.

Keadaan kesehatan

Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan
darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus
segera diobati.

Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air
kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.

Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban
pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut perlu diberikan antibiotik.

Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4oCelsius) pada trimester pertama
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
Demam pada trimester akhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan
prematur.

Komplikasi kehamilan

Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering
terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin
memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin
setiap 2 bulan.

Risiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:


- setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
- setelah pemeriksaan amniosentesis
- dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada kasus ini, pemberian imunoglobulin Rho(D) kepada ibu akan menghancurkan antibodi Rh.

Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- Kelainan letak plasenta
- Pelepasan plasenta sebelum waktunya
- Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi)
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan
kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan
leher rahim dan Pap smear.

Kelainan pada cairan ketuban


Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu.
Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan
prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
- ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
- kehamilan ganda
- inkompatibilitas Rh
- bayi dengan cacat bawaan (misalnya sumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf)

Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:


- bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
- bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
- bayi yang meninggal di dalam kandungan

Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim

Persalinan prematur seringkali terjadi jika:


- bayi berada dalam posisi sungsang
- plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
- ibu menderita tekanan darah tinggi
- air ketuban terlalu banyak
- ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis

Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat
bawaan dan kelainan pada saat persalinan.

Kehamilan lewat waktu


Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan terjadinya
kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

Penilaian kehamilan resiko tinggi


Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi.
Faktor Resiko Skor
SEBELUM KEHAMILAN
Karakteristik ibu
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang 5
Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg 5
Peristiwa pada kehamilan yg lalu
Kematian dalam kandungan 10
Kematian bayi baru lahir 10
Bayi prematur 10
Kecil untuk masa kehamilan 10
Transfusi darah janin untuk penyakit hemolitik 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) 10
Keguguran berulang 5
Bayi besar (lebih dari 5 kg) 5
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih 5
Riwayat eklamsi 5
Operasi sesar 5
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu 5
Riwayat pre-eklamsi 1
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya 1
Kelainan struktur
Rahim ganda 10
Kelemahan pada leher rahim 10
Panggul sempit 5
Keadaan medis
Tekanan darah tinggi menahun 10
Penyakit ginjal sedang sampai berat 10
Penyakit jantung berat 10
Diabetes yg tergantung kepada insulin 10
Penyakit sel sabit 10
Hasil Pap smear yg abnormal 10
Penyakit jantung sedang 5
Penyakit tiroid 5
Riwayat tuberkulosis 5
Penyakit paru-paru (misalnya asma) 5
Hasil pemeriksaan darah yg positif untuk sifilis atau HIV 5
Riwayat infeksi kandung kemih 1
Riwayat keluarga yg menderita diabetes 1
SELAMA KEHAMILAN
Obat-obatan & infeksi
Pemakaian obat atau alkohol 5
Penyakit virus (misalnya campak Jerman) 5
Influenza berat 5
Merokok 1
Komplikasi medis
Pre-eklamsi sedang sampai berat 10
Pre-eklamsi ringan 5
Infeksi ginjal 5
Diabetes gestsional 5
Anemia berat 10
Infeksi kandung kemih 1
Anemia ringan 1
Komplikasi kehamilan pada ibu
Plasenta previa 10
Pelepasan plasenta prematur 10
Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak 10
Infeksi plasenta 10
Robekan pada rahim 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2 minggu) 10
Sensitisasi Rh pada darah janin 5
Bercak perdarahan 5
Persalinan prematur 5
Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan 5
Leher rahim berhenti melebar 5
Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam 5
Mengedan lebih dari 2 jam 5
Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) 5
Operasi sesar 5
Induksi persalinan karena alasan medis 5
Induksi persalinan 1
Komplikasi kehamilan pada bayi
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) 10
Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) 10
Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya 10
Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) 10
Denyut jantung lambat atau sangat cepat 10
Prolapsus tali pusat 10
Berat badan kurang dari 2,75 kg 10
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) 5
Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum 5
Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian 5
Pembiusan total pada ibu selama persalinan 5

Bayi kecil
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah bayi yang pada saat dilahirkan memiliki berat badan 2,75
kg atau kurang
Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya lebih kecil jika dibandingkan dengan
usia kehamilan
Bayi yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi badan) di
dalam rahim terhambat.

REFERENSI

- B, Christian M. M, John. Definition of High-Risk Pregnancy. 2008.

http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/definition_of_high-risk_pregnancy.html

- B, Christian M. M, John. Risk Factors Present Before Pregnancy. 2008.

http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/risk_factors_present_before_pregnancy.html

- B, Christian M. M, John. Risk Factors Present During Pregnancy. 2008.

http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/risk_factors_that_develop_during_pregnancy.html
Konsep Dasar Masa Nifas
Sep 11, 2009 73 Comments by lusa

Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan
kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan
tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :


Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.

Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila
ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:


Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
II 6 hari post partum
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III 2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6
hari post partum.
IV 6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
Referensi

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009:
20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1 September 2009:
20.05 WIB.
Image, theasianparent.com
Kenali Bahaya Faktor Resiko Tinggi Kehamilan dan
Antisipasinya
Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan yang sering menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi terhadap ibu maupun janin. Baik itu selama proses kehamilan,
persalinan, dan setelah melahirkan atau nifas. Data statistik memperlihatkan
kenyataan bahwa kehamilan yang sehat mencapai persentase 80% hingga 90%.
Selebihnya, merupakan porsi kehamilan resiko tinggi. Seorang perempuan hamil dapat
di kategorikan berisiko atau mengalami kehamilan risiko tinggi jika

Penyakit yang menyertai kehamilan

Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi,
rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin.

Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan
ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti
ketidaksesuaian resus.

Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula

Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau
membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan.

Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang
memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.

Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan


Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu dan janin.

Penyulit kehamilan

Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu
usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.

Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh
abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan
hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan
oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak
normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum
waktunya.
Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion
atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan
pertumbuhan janin dalam kandungan.

Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42
minggu.

Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea dan lain-lain

Riwayat obstetris yang buruk

Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital
(cacat bawaan)

Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada
waktunya.

Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut
terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.

Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk
menunda kehamilan dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.

Keadaan umum ibu

Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan
lebih dari 4 orang anak.

Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.

Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.

Bentuk panggul ibu yang tidak normal.

Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.

Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis

Keadaan sosio ekonomi yang rendah

Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.

Penyebab

Penyakit-penyakit ibu dan janin


Kelainan obstetri

Gangguan plasenta

Gangguan tali pusat

Komplikasi persalinan

Kelainan genetik.

Penanganan

Kehamilan dengan risiko tinggi harus dibina oleh seorang ahli kebidanan yang harus
melakukan pengawasan yang intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi
pemeriksaan prenatal. Pengawasan yang intensif mungkin memerlukan opname.

rumah sakit yang mengawasi kehamilan dengan risiko harus mempunyai fasilitas
untuk melakukan diagnostik perinatal karena sering diperlukan pemeriksaan kadar
oestriol atau HPL. Cephalometri dengan ultrasound, registrasi rythme bunyi jantung
anak dan pemeriksaan air ketuban dengan amnioskopi atau amniocentesis.

Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam
dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil team work antara
berbagai ahli.

Pengakhiran kehamilan perlu dipertimbangkan oleh team tersebut dan juga apakah
dipilih induksi persalinan atau seksio.

Pemelihara kesehatan agar tidak sakit.

Sebaiknya melakukan kontrol kehamilan secara teratur baik itu kepada kepada dokter
kandungan.

Pemeriksaan secara teratur setiap bulan dapat mencegah hal-hal yang membahayakan
bagi ibu dan bayi. Bidan ataupun dokter dapat mendeteksi dan memberikan perawatan
sejak dini sehingga hal-hal yang dapat membahayakan ibu dan bayi dapat di antisipasi
sejak awal.

Jaga asupan gizinya dengan makan makanan yang bergizi tinggi dengan diet
seimbang. Selalu menjaga berat badan ibu dan bayi sehingga terkontrol dan tidak
mengalami tekananan darah tinggi.

Seorang perempuan hamil juga sebaiknya tetap melakukan olahraga ringan yang
sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi seperti berenang dan berjalan kaki.

Pencegahan
Dengan memeriksakan kehamilan sedini mung kin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.

Lakukan imunisasi TT 2X.

Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.

Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

Dengan mengenal tanda-tanda kehamilan risiko tinggi.

Perbanyaklah pengetahuan mengenai kehamilan dan risiko kehamilan tinggi sehingga


dapat mencegah hal-hal yang tidak di inginkan.

Sebaiknya memilih rumah sakit yang memiliki sarana tranportasi rujukan yang baik
khususnya kendaraan transportasi. Lebih baik lahgi dilakukan pada rumah sakit
dengan fasilitas ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

Dampak Yang Bisa Terjadi

Perdarahan Masa Nifas Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan


adalah perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis
menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan
perdarahan nifas. Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak
berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir. Normalnya, setelah bayi
dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh darah akan
menutup dan perdarahan akan berhenti. Namun, terjadi atoni uteri, rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh darah tetap terbuka. Dengan demikian
terjadilah perdarahan postpartum. Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama
biasanya masih berada dalam pengawasan ketat dokter. Dalam dua jam pertama,
kondisi Anda terus dipantau, salah satunya untuk mengetahui apakah terdapat
perdarahan post partum. Sementara itu, perdarahan masa nifas dapat terjadi ketika
Anda sudah tidak berada di rumah sakit lagi. Oleh karena itu Anda harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum. Beberapa hal yang lajim,
misalnya wajah tampak pucat, nadi teraba cepat dan kecil, kulit kaki dan tangan
dingin, serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang, banyak, dan menetap,
atau perdarahan di vagina yang disertai bau busuk. Jika mengalami hal seperti itu
segera pergi ke dokter atau rumah sakit terdekat. Penanganan dilakukan tergantung
penyebab dan banyaknya perdarahan. Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan
umumnya disebabkan oleh robekan/trauma jalan lahir, adanya sisa plasenta ataupun
atoni uteri. Apabila penyebabnya adalah atoni uteri, penanganannya disesuaikan
dengan derajat keparahannya. Jika perdarahan tidak banyak, dokter akan memberikan
uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim), mengurut rahim, dan memasang
gurita. Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya diberikan
infus dan tranfusi darah, lalu dokter akan melakukan beberapa teknik (manufer). Dan
bila belum tertolong juga maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau mengangkat rahim
(histerektomi). Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi. Jika
perdarahan disertai pasca persalinan, maka selain pemberian uterotonika, dokter akan
memberikan juga anti biotik yang memakai adekuat.

Infeksi Pasca Persalinan (Postpartum) Infeksi post partum adalah infeksi yang
terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh,
yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak
ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses
persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal
juga terjadi segera setelah persalinan. Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi
pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina berulang-ulang, penundaan persalinan
selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi caesar,
tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya perdarahan hebat setelah
persalinan. Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan,
wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian
perut ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.

Ruptur Uteri Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim
tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu
yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan
dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang
berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat
teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang
sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal. Pada keadaan awal, jika
segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak
mempengaruhi keadaan Anda dan janin. Namun, jika robekan yang luas dan
menyebaabkan perdarahan yang banyak, dokter akan segera melakukan operasi segera
untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan agar Anda
tidak kehilangan darah terlalu banyak, dan bayipun dapat diselamatkan. Perdarahan
hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya, sampai pada
dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU. Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam
perut ibu, hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang, sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki
riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi
sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang. Namun, jika Anda hamil lagi,
diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan
dengan cara caesar.

Trauma Perineum Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara
kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat
proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-
tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek. Berdasapkan tingkat keparahannya,
trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma derajat satu
ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina.
Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot.
Trauma derajat tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat
empat telah mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih banyak.
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin
terlalu besar, proses persalinan yang lama, serta penggunaan alat bantu persalinan
(misal forsep). Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang
bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan. Anda dapat pula mengeluhkan
nyeri ketika berhubungan intim. Saat persalinan, terkadang dokter melakukan
episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk mengurangi trauma yang berlebihan
pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan
episiotomi, perineum digunting agar jalan lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan
yang terjadi dapat diminimalkan.

Dampak pada bayi: Bayi lahir belum cukup bulan (prematur), Bayi lahir dengan
berat lahir rendah (BBLR), Keguguran (abortus), Persalinan tidak lancar / macet,
Janin mati dalam kandungan.

Dampak pada ibu: Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, Ibu hamil / bersalin
meninggal dunia, Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

referensi

http://growupclinic.com/2013/09/01/kenali-bahaya-faktor-resiko-tinggi-kehamilan-dan-
antisipasinya/

Anda mungkin juga menyukai