Kehamilan Risiko Tinggi Bu Marmi
Kehamilan Risiko Tinggi Bu Marmi
Sumber : http://www.samt-vmc.com
DEFINISI
Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya
(baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah
persalinan.
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk
menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih
rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor
resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko
selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu,
maka risikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
Karakteristik Ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih
rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi,
protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-
eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang
gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau
fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko
memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada
wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis)
untuk menilai kromosom janin.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin
melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika
kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%.
Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami
persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki
resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada
wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau
pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran perlu
menjalani pemeriksaan untuk:
- kelainan kromosom atau hormon
- kelainan struktur rahim atau leher rahim
- penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
- reksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh)
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dapat dilakukan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus)
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur
pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, maka mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka risiko terjadinya
keguguran atau risiko kematian ibu maupun bayinya meningkat. Pemeriksaan kadar gula darah perlu
dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami:
- kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahim yang lemah)
- perdarahan setelah persalinan (karena otot rahim yang lemah)
- persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya risiko perdarahan vagina yang berat
- plasenta previa (plasenta letak rendah)
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita kelainan hemolitik, maka bayi berikutnya
memiliki risiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-
negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin;
antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, perlu dilakukan pemeriksaan darah ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen
untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen
untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%.
Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan
masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk
antibodi. Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya. Tetapi
setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya ibu yang memiliki Rh-negatif diberikan
immunoglobulin Rho(D), yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada
bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya
lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan ia menderita tekanan darah tinggi
menahun.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya
sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua
orangtuanya.
Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah)
bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa
dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.
Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah
Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.
Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
Seorang wanita hamil dengan risiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan
bertambahnya risiko yang dimilikinya, misalnya terpapar teratogen (bahan yang bisa menyebabkan
cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau bisa juga
mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
- Alkohol
- Fenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang
berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah
berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- komplikasi plasenta
- ketubah pecah sebelum waktunya
- persalinan prematur
- infeksi rahim
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena
bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.
Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian
bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami gangguan
ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga
disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh
darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma alkohol
pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama masa kehamilan.
Sindroma ini ditandai dengan:
- keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- kelainan wajah
- mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak
yang dibawah normal
- kelainan perkembangan perilaku
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu, alkohol
juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang
sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).
Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat,
terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di
bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi,
bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein, kokain,
marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil. Wanita yang menggunakan obat suntik
memiliki resiko tinggi terhadap:
- Anemia
- Bakteremia
- Endokarditis
- Abses kulit
- Hepatitis
- Flebitis
- Pneumonia
- Tetanus
- Penyakit menular seksual (termasuk AIDS)
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi
tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi.
Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir
prematur.
Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan
pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya
aliran darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran
darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya
menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang
pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya. Jika
pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan
pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.
Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan
darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus
segera diobati.
Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air
kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban
pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut perlu diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4oCelsius) pada trimester pertama
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
Demam pada trimester akhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan
prematur.
Komplikasi kehamilan
Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering
terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin
memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin.
Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin
setiap 2 bulan.
Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
- Kelainan letak plasenta
- Pelepasan plasenta sebelum waktunya
- Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi)
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan
kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan
leher rahim dan Pap smear.
Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
- ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
- perdarahan
- stress fisik atau mental
- kehamilan ganda
- ibu pernah menjalani pembedahan rahim
Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat
bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
Bayi kecil
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
Bayi lahir dengan berat badan rendah adalah bayi yang pada saat dilahirkan memiliki berat badan 2,75
kg atau kurang
Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya lebih kecil jika dibandingkan dengan
usia kehamilan
Bayi yang pertumbuhannya terhambat adalah bayi yang pertumbuhannya (berat dan tinggi badan) di
dalam rahim terhambat.
REFERENSI
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/definition_of_high-risk_pregnancy.html
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/risk_factors_present_before_pregnancy.html
http://www.merckmanuals.com/home/womens_health_issues/pregnancy_at_high-
risk/risk_factors_that_develop_during_pregnancy.html
Konsep Dasar Masa Nifas
Sep 11, 2009 73 Comments by lusa
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan
kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan
tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Memberikan asuhan secara professional.
Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila
ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan
pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009:
20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1 September 2009:
20.05 WIB.
Image, theasianparent.com
Kenali Bahaya Faktor Resiko Tinggi Kehamilan dan
Antisipasinya
Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan yang sering menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi terhadap ibu maupun janin. Baik itu selama proses kehamilan,
persalinan, dan setelah melahirkan atau nifas. Data statistik memperlihatkan
kenyataan bahwa kehamilan yang sehat mencapai persentase 80% hingga 90%.
Selebihnya, merupakan porsi kehamilan resiko tinggi. Seorang perempuan hamil dapat
di kategorikan berisiko atau mengalami kehamilan risiko tinggi jika
Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi,
rendahnya kadar protein dalam darah dan tingginya kadar protein dalam urin.
Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan
ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti
ketidaksesuaian resus.
Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau
membahayakan bagi ibu jika hamil dan melahirkan.
Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang
memungkinkan terjadinya perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.
Penyulit kehamilan
Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu
usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.
Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh
abortus atau keguguran, kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan
hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan
oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak
normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum
waktunya.
Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion
atau cairan ketuban yang banyak, gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan
pertumbuhan janin dalam kandungan.
Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42
minggu.
Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea dan lain-lain
Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital
(cacat bawaan)
Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada
waktunya.
Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut
terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk
menunda kehamilan dengan cara apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.
Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan
lebih dari 4 orang anak.
Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.
Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.
Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.
Penyebab
Gangguan plasenta
Komplikasi persalinan
Kelainan genetik.
Penanganan
Kehamilan dengan risiko tinggi harus dibina oleh seorang ahli kebidanan yang harus
melakukan pengawasan yang intensif, misalnya dengan mengatur frekuensi
pemeriksaan prenatal. Pengawasan yang intensif mungkin memerlukan opname.
rumah sakit yang mengawasi kehamilan dengan risiko harus mempunyai fasilitas
untuk melakukan diagnostik perinatal karena sering diperlukan pemeriksaan kadar
oestriol atau HPL. Cephalometri dengan ultrasound, registrasi rythme bunyi jantung
anak dan pemeriksaan air ketuban dengan amnioskopi atau amniocentesis.
Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama ahli penyakit dalam
dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil team work antara
berbagai ahli.
Pengakhiran kehamilan perlu dipertimbangkan oleh team tersebut dan juga apakah
dipilih induksi persalinan atau seksio.
Sebaiknya melakukan kontrol kehamilan secara teratur baik itu kepada kepada dokter
kandungan.
Pemeriksaan secara teratur setiap bulan dapat mencegah hal-hal yang membahayakan
bagi ibu dan bayi. Bidan ataupun dokter dapat mendeteksi dan memberikan perawatan
sejak dini sehingga hal-hal yang dapat membahayakan ibu dan bayi dapat di antisipasi
sejak awal.
Jaga asupan gizinya dengan makan makanan yang bergizi tinggi dengan diet
seimbang. Selalu menjaga berat badan ibu dan bayi sehingga terkontrol dan tidak
mengalami tekananan darah tinggi.
Seorang perempuan hamil juga sebaiknya tetap melakukan olahraga ringan yang
sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi seperti berenang dan berjalan kaki.
Pencegahan
Dengan memeriksakan kehamilan sedini mung kin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
Sebaiknya memilih rumah sakit yang memiliki sarana tranportasi rujukan yang baik
khususnya kendaraan transportasi. Lebih baik lahgi dilakukan pada rumah sakit
dengan fasilitas ruangan NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Infeksi Pasca Persalinan (Postpartum) Infeksi post partum adalah infeksi yang
terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh,
yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak
ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses
persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal
juga terjadi segera setelah persalinan. Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat
meningkatkan resiko terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi
pada kehamilan, pemeriksaan pada vagina berulang-ulang, penundaan persalinan
selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi caesar,
tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya perdarahan hebat setelah
persalinan. Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak badan,
wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa nyeri jika bagian
perut ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.
Ruptur Uteri Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim
tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu
yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan
dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang
berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat
teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang
sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal. Pada keadaan awal, jika
segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak
mempengaruhi keadaan Anda dan janin. Namun, jika robekan yang luas dan
menyebaabkan perdarahan yang banyak, dokter akan segera melakukan operasi segera
untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan agar Anda
tidak kehilangan darah terlalu banyak, dan bayipun dapat diselamatkan. Perdarahan
hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya, sampai pada
dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU. Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam
perut ibu, hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang, sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki
riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi
sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang. Namun, jika Anda hamil lagi,
diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan
dengan cara caesar.
Trauma Perineum Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara
kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat
proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-
tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek. Berdasapkan tingkat keparahannya,
trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat. Trauma derajat satu
ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina.
Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot.
Trauma derajat tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat
empat telah mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih banyak.
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin
terlalu besar, proses persalinan yang lama, serta penggunaan alat bantu persalinan
(misal forsep). Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang
bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan. Anda dapat pula mengeluhkan
nyeri ketika berhubungan intim. Saat persalinan, terkadang dokter melakukan
episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk mengurangi trauma yang berlebihan
pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan
episiotomi, perineum digunting agar jalan lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan
yang terjadi dapat diminimalkan.
Dampak pada bayi: Bayi lahir belum cukup bulan (prematur), Bayi lahir dengan
berat lahir rendah (BBLR), Keguguran (abortus), Persalinan tidak lancar / macet,
Janin mati dalam kandungan.
Dampak pada ibu: Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, Ibu hamil / bersalin
meninggal dunia, Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
referensi
http://growupclinic.com/2013/09/01/kenali-bahaya-faktor-resiko-tinggi-kehamilan-dan-
antisipasinya/