PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Kertas
Secara etimologi kertas atau paper berasal dari kata latin papyrus yang merujuk
ke sebuah nama tanaman cyperus papyrus. Papyrus adalah lembaran tebal mirip kertas
yang digunakan oleh bangsa Yunani untuk menulis. Walaupun secara etimologi berasal
dari kata papyrus namun sifat dan tampakan antara kertas dan papyrus sangatlah berbeda.
Kertas yang lebih modern adalah lapisan tipis material yang diproduksi dari bubur serat
selulosa. Bubur kertas di press dan dikeringkan sehingga membentuk lembaran yang
lentur (Harpackindo.id).
Secara umum kertas dibedakan menjadi dua golongan, yaitu kertas budaya dan
kertas industri. Yang termasuk kertas budaya adalah kertas-kertas cetak dan kertas tulis,
diantaranya adalah kertas kitab (bible-paper), buku, Bristol (kertas kartu), cover, kertas
duplicating, Koran, kertas litho (kertas cetak), kertas amplop. Sedangkan yang termasuk
kertas industri adalah kertas kantong, kertas minyak (tracing paper), pembungkus buah-
buahan (fruit wrapper), cigarette tissue, kertas bangunan dan karton, kertas pengemas
makanan, kertas makanan, kertas isolasi elektis, karton, pembungkus sayur-sayuran
(water leaf paper). Kertas Tissue terdisi dari kertas tissue rumah tangga dan kertas
sigaret. Kertas Khusus (specialty paper) terdiri dari kertas uang, kertas dektor, kertas
overlay, kertas thermo, kertas label dan lain-lain (Tarigan, tanpa tahun).
Kegunaan kertas sangat beragam mulai dari media tulisan, cetakan dan juga
kemasan. Khusus dalam industri kemasan kotak karton gelombang (corrugated carton
box) dikenal dua kelompok bahan utama kertas yakni kertas untuk lapisan datar (liner)
dan kertas untuk lapisan gelombang (fluting) (Harpackindo.id).
1. Liner
Di Indonesia kertas liner sering disebut dengan kraft (kraft liner). Hal ini tidak
sepenuhnya tepat karena ditilik dari proses pembuatan dan komposisi bahannya
tidak memenuhi kategori kraft. Liner dapat dibagi dalam dua kelompok liner yakni:
a. Kraft Liner: terbuat dari komposisi virgin pulp dan dan sedikit recycled fiber.
Parameter kualitas yang dimilikinya sangat baik. Biasanya permukaannya lebih
halus dan kelengketan lemnya lebih baik.
b. Test Liner: terbuat dari 100% recycled paper. Meskipun terbuat dari 100% waste
paper namun dengan proses produksi dan penambahan aditive tertentu bisa
didapat parameter kualitas yang lebih baik walaupun secara umum tetap di
bawah kraft liner.
Warna natural dari liner adalah coklat kusam namun ada juga yang
menambahkan proses bleaching pada proses pembuatannya sehingga diperoleh
warna white. White liner sering digunakan sebagai bahan kemasan yang menuntut
kualitas cetakan dan tampilan yang lebih bagus dan menarik.
2. Fluting Medium
Bahan untuk lapisan gelombang (corrugated) lebih dikenal dengan sebutan
kertas medium (medium fluting atau corrugating medium). Ditinjau dari bahan dan
proses dapat dikategorikan dua kelompok medium yakni:
a. Semi Chemical medium fluting: terbuat dari serat pendek kayu keras yang
diproses secara semichemical dengan sedikit sekali campuran dari waste pabrik
kertas. Kualitasnya sangat baik namun dari harga tidak ekonomis.
b. Bogus medium: kertas medium terbuat dari 100% bahan waste paper.
Kualitasnya dibawah semichemical medium. Namun dengan berkembangnya
teknologi paper making termasuk penggunaan bahan kimia, bisa didapat kualitas
medium yang baik.
Setiap kertas memiliki kualitas yang berbeda-beda tergantung bahan baku dan
proses pembuatan yang dilakukan. Berikut adalah parameter kualitas kertas:
1. Basis Weight
Basis wight dikenal pula dengan istilah grammature atau grammage, yakni
berat kertas per meter persegi. Hampir sebagian besar dari kita terbiasa mendengar
istilah HVS 70. Pengertian 70 dari istilah tersebut adalah gramature kertas 70 gram
per meter persegi dengan jenis kertasnya HVS. Jadi selembar kertas HVS70 ukuran
kuarto kalau ditimbang tidak akan menunjukkan angka 70 gram karena luas dari
selembar HVS Kuarto kurang dari satu meter persegi.
Pengukuran basis weight sangat sederhana dan mudah dilakukan. Kertas yang
akan di uji dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm atau setara dengan 0,01 meter
persegi. Potongan tersebut kemudian ditimbang menggunakan timbangan khusus
yang ketelitiannya sesuai. Nilai berat dari sample tersebut dibagi dengan luasan
potongan sample supaya setra dengan satu meter persegi.
2. Moisture
Walaupun sudah mengalami proses pengeringan, hasil akhir dari paper tetap
memiliki kadar air atau kelembaban tertentu. Hal ini penting karena kandungan
kadar moisture yang tepat sangat membantu proses konverting box.
Pengujian kadar air juga mudah dan sederhana. Alat yang digunakan berupa
moisture tester yang memiliki sensor. Penggunaannya cukup dengan menemplekan
sensor ke permukaan kertas. Display pada tester akan menunjukkan angka
prosentase kadar air hasil pengecekan.
3. Water Absorption (Cobb Size 120 detik)
Sifat kertas adalah menyerap air, namun daya serap ini tidak sama untuk
masing-masing jenis. Kontrol daya serap air sangat penting dalam proses konverting
terutama dalam proses pengeleman flute di corrugator dan proses cetak di mesin
flexo. Hal ini dikarenakan kedua proses itu menggunakan bahan pelarut air (water
base).
Daya serap air diukur oleh banyaknya air yang diserap per satuan luas kertas
dalam satuan gram/cm2. Metoda pengukurannya disebut dengan Cobb Size. Metode
Cobb size ada yang 60 detik, 90 detik dan 120 detik. Jadi sangat penting untuk
mengetahui Cobb size berapa detik yang dipakai dalam pengetesan.
4. Bursting Strength Test BST
Kertas dipotong secukupnya untuk bisa masuk ke alat tester. Potongan
dipasang pada alat terster dengan cara dijepit dengan kekuatan jepitan yang sesuai
standar. Alat dioperasikan dan akan membrane dari alat tersebut akan menekan
kertas sampai jebol. Display skala ukuran tekanan akan menunjukkan suatu nilai
yang sesuai dengan tekanan jebolkertas yang diukur.
Pada umumnya semakin tinggi gramature kertas maka akan semakin besar
pula nilai BST. Namun ini berlaku untuk jenis kertas yang sama. Contoh
perbandingan nilai BST disajikan dalam tabel berikut:
Pada tabel di atas, kertas lokal diambil dari tipe yang pakai bahan 100% waste
paper. Kertas import memakai bahan yag mengandung virgin pulp. Terlihat jelas
bahwa untuk grammature yang sama antara lokal dan import nilai Bursting
Strengthnya berbeda. Kertas dengan bahan virgin pulp lebih tinggi.
Di kolom keempat dan kelima memuat bursting factor yang nilainya untuk
semua gramature sama. (kecuali untuk lokal 275 GSM sedikit beda karena
samplenya diambil dari kertas lokal yang masih mengandung bahan virgin pulp).
Bursting factor adalah nilai bursting strength per 100gsm. Nilai ini biasanya tetap
untuk satu jenis kertas tertentu. Jadi cukup dengan mengetahui nilai bursting factor
suatu jenis kertas maka kita dapat menghitung nilai bursting strength untuk
grammature berapapun. Hal ini memudahkan kita karena tidak perlu menghapal
banyak nilai bursting strength.
5. Ring Crush Test RCT (CD)
Merupakan kekuatan daya tekan tepi kertas yang mempunyai kaitan langsung
dengan kekuatan tekanan box BCT. Metoda pengukuran RCT adalah dengan
mengambil sample berbentuk pita kertas ukuran x 6 (12,7 mm x 152,4mm).
Untuk menjaga keakuratan dan kesempurnaan pemotongan, ada alat yang diciptakan
khusus untuk memotong sample kertas.
Pita kertas tersebut dipasang melingkar pada pegangan sample RCT sehingga
membentuk ring. Kemudian pita kertas dengan pegangannya di pasang di alat
compression tester. Alat dioperasikan dan akan menekan ring pita kertas secara
perlahan. Pita akan menahan kekuatan tekanan sampai pada akhirnya jebol. Nilai
kekuatan yang menyebabkan jebol ini tercatat di alat tester, dan inilah yang menjadi
nilai RCT kertas yang bersangkutan.
Tab
el spesifikasi kertas Liner (SNI. 8053.1-2014)
Dari tabel spesifikasi liner tersebut dapat diketahui bahwa bursting faktor untuk Liner
kelas A adalah 3.6 kgf/100 g, sedangkan untuk Liner kelas B adalah 2,8 kgf/100 g.
Kenyataan yang ada di lapangan, liner yang beredar di pasaran hanya memiliki bursting
faktor dalam kisaran 2,6 kgf/100 g atau di bawahnya.
2.3 Pulp
Kertas terbuat dari bahan baku yang disebut pulp, sedangkan pulp ini berasal dari
serat tanaman yang merupakan jalinan serat yang telah diolah sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu lembaran. Pulp dapat berasal dari kayu, bambu, padi dan tumbuhan
lain yang mengandung serat, tetapi pada umumnya serat yang digunakan sebagai bahan
baku kertas adalah kayu. Serat yang dapat diolah menjadi bahan baku kertas berupa
selulosa, selulosa tersebut banyak terdapat pada tanaman.
Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang
dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanika atau dengan kombinasi dua tipe
perlakuan tersebut (Sjostrom, 1995 dalam Prabawati 2008).
Terdapat 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
1. Proses mekanis
Tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling dengan mesin sehingga
selulosa terpisah dari zat-zat lain. Proses ini mengikis menggunakan alat seperti
gerinda. Proses mekanis yang biasanya dikenal diantaranya PGW (Pine
Groundwood), SGW (Semi Groundwood).
2. Proses Semi Kimia
Dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan bahan kimia untuk lebih
melunakkan, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak. Yang
termasuk kedalam proses ini adalah CTMP (Cemi Thermo Mechanical Pulping),
NSSC (Neutral Sulfite Semichemical). Dengan memanfaatkan suhu untuk
mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen lebih rendah
dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp proses mekanis
3. Proses Kimia
Bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain
yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa
murni dan tidak rusak. Proses ini menghasilkan pulp dengan rendemen yang rendah.
Ada beberapa macam proses pembuatan pulp yaitu:
a. Proses Soda (Alkali)
Proses ini merupakan proses kimia pertama kali digunakan untuk memperoleh
pulp selulosa. Dalam prosesnya, digunakan bahan soda api (soda kaustik atau
NaOH) sebagai larutan pemasaknya. Hal yang mempengaruhi proses ini adalah
konsentrasi larutan pemasak, waktu pemasakan, dan temperatur pemasakan.
b. Proses Sulfit
Pada proses ini, larutan pemasak yang digunakan adalah larutan natrium biosulfit
(NaHSO3).
c. Proses Sulfat (Kraft)
Proses ini menggunakan natrium sulfide (Na2S) dan natrium hidroksida (NaOH)
sebagai larutan pemasak. Pulp yang dihasilkan sangat kuat seratnya namun susah
diputihkan.
d. Proses Organosolv
Proses ini memisahkan serat dengan bahan kimia organik seperti metanol, etanol,
aseton, asam asetat, dll. Pada proses ini, penguraian lignin terutama disebabkan
oleh pemutusan ikatan eter.
Ketersediaan selulosa dalam jumlah yang banyak pada pulp akan membentuk
serat yang kuat, berwarna putih, tidak larut dalam air dan pelarut-pelarut organik netral
serta tahan terhadap bahan-bahan kimia. Sekitar 33% dari semua materi tanaman adalah
selulosa (isi selulosa dari kapas adalah 90% dan dari kayu adalah 40-50%). Selulosa
tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh hewan yang memiliki enzim
selulase.
selulosa dapat mengalami reaksi adisi dengan alkali kuat, asam mineral maupun
air. Bila atom Hidrogen dalam satu atau keseluruhan dari gugus hidroksil diganti natrium
atau monovalent metal lainya, maka selulosa akan membentuk "Cellulocates" ialah
ikatan yang identik dengan "Alkoholates." (Prabawati, 2008)
Reaksi oksidasi dari selulosa akan menyebabkan sebagian dari gugus anhidroksil
ini akan berubah menjadi gugus aldehid dan akhirnya menjadi gugus karboksil dan
terbentuk pula Ester dan Ether. Sedangkan gugus glikosidik dapat putus rantainya,
karena dapat terhidrolisa oleh asam, juga oleh reaksi oksidasi Karena terjadi reaksireaksi
seperti tersebut di atas, maka panjang rantai selulosa akan menjadi lebih pendek sehingga
banyak serat yang hilang pada waktu pemasakan (Prabawati, 2008)
Lignin merupakan zat pengikat antara molekul-molekul selulosa. Lignin larut
dalam air. Untuk memperoleh serat, maka lignin harus dihilangkan dengan menggunakan
alkali atau asam. Struktur lignin adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur lignin
Lignin adalah salah asatu substansi utama yang terdapat dalam kayu sebanyak 17-
32% kayu kering (Casey, 1960 dalam Zulferiyenni 2009). Dalam industri kertas
keberadaan lignin dalam bahan baku tidak diinginkan. Menghilangkan lignin sangat
diinginkan karena lignin mengganggu ikatan serat dan pulp yang dihasilkan memiliki
kekuatan yang rendah, begitu juga kecerahan yang rendah dan warna yang tidak baik.
Lignin merupakan tambahan total dari karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) yang
terkandung di dalam serat, yang berfungsi sebagai pengikat antar serat dan memberikan
warna kuning pada pulp.
Lignin adalah polimer yang kompleks dengan berat molekul tinggi dan tersusun
atas unit-unit fenil propan. Meskipun tersusun atas karbon, hidrogen dan oksida, tetapi
lignin bukanlah suatu karbohidrat. Lignin terdapat di antara sel-sel dan didalam dinding
sel. Di antara dinding sel lignin berfungsi sebagai pengikat untuk sel-sel secara bersama-
sama (Bahri, 2015).
Lignin dapat menjadi substan yang reaktif disebabkan adanya gugus hidroksil,
karbonil dan metoksil yang terdapat didalam molekul lignin. Reaksi lignin tergantung
pada proses yang dijalankan, jika dalam Proses Soda, lignin akan membentuk Natrium
Lignat berdasarkan reaksi:
Lignin + NaOH Na Lignat + H2O
Proses penghilangan lignin ini disebut "proses Delignifikasi" jadi semakin rendah
kandungan lignin suatu bahan, akan semakin baik untuk pembuatan pulp (Prabawati,
2008). Cara yang baik untuk mengisolasi lignin adalah dengan melarutkannya dalam
pelarut yang cocok seperti dioksan. Lignin dengan hasil isolasi dengan cara ini lebih
murni dan strukturnya relatif tidak berubah, hal ini disebabkan dioksan tidak bereaksi
dengan lignin. Di dalam tumbuh-tumbuhan, lignin merupakan bahan yang tidak
berwarna. Jika lignin bersentuhan dengan adanya sinar matahari, maka lama-lama lignin
cenderung menjadi kuning. Karenanya kertas koran yang terbuat dari serat-serat yang
dipisahkan secara mekanis tanpa bahan kimia, tidak berumur panjang karena
kecenderungannya menjadi kuning (Bahri, 2015).
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abinimpuno, Weko. 2007. Potensi Bahan Baku Alternatif untuk Kertas di Indonesia
(online).http://wekoabhinimpuno.blogspot.co.id/2007/08/potensi-bahan-baku-
alternatif-untuk.html (diakses 25 Maret 2017).
Aditya, Ryan. 2012. Proses Pembuatan Kertas (online). http://note-
why.blogspot.co.id/2012/07/proses-pembuatan-kertas.html (diakses 18 Maret
2017)
Anonim. 2016. Paper (online). http://www.harpackindo.id/?p=35 (diakses 27 Maret
2017).
Anonim. 2016. Produksi Pisang di Indonesia (online).
https://id.wikipedia.org/wiki/Produksi_pisang_di_Indonesia (diakses 27 Maret
2017).
Anonim. 2017. Industri Kertas Perlu Inovasi di Era Globalisasi (online).
http://wartaekonomi.co.id/read134842/industri-kertas-perlu-inovasi-di-era-
globalisasi.html (diakses 18 Maret 2017).
Bahri, Syamsul. 2015. Pembuatan Pulp dari Batang Pisang. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal 4 : 2 (November 2015) 36-50.
Prabawati, Susy Yunita dan Abdul Gani Wijaya. 2008. Pemanfaatan Sekam Padi dan
Pelepah Pohon Pisang sebagai Bahan Alternatif Pembuat Kertas Berkualitas.
Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008: 44-56.
Tarigan, Dewi Fransiska Br, dkk. Tanpa tahun. Pembuatan dan Karakterisasi Kertas
dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Fisika FMIPA
Universitas Sumatera Utara.
Yunifath. 2012. Kertas dari Batang Pohon Pisang Metode Emil Heuser (online).
https://chemichemo.wordpress.com/2012/07/03/kertas-dari-batang-pohon-pisang-
metode-emil-heuser-2/ (diakses 25 Maret 2017).
Zulferiyenni, dkk. 2009. Proses Pembuatan Pulp Berbasis Ampas Tebu: Batang Pisang
Dengan Metode Acetosolve. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian
Volume 14, No. 1 Maret 2009.