Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PENGOLAHAN ENERGI

DISUSUN OLEH:

1. Nurul Fatiha Ibrahim NIM : M1B114004

2. Oktagina Sheba NIM: M1B114033

3. Mardhyana Albanjar NIM: M1B114043

Dosen Pembimbing

Nazarudin, S.Si., M.Si., Ph.D.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAK U LTAS TE K N I K

UNIVERSITAS JAMBI

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
tepat waktu. Untuk kesempatan kali ini, kami mempersembahkan sebuah paper yang
semoga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Melalui kata pengantar
ini kami terlebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi paper
ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan papwer ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi paper ini sehingga dapat memberikan
manfaat.

Jambi, April2017
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
.............................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1 Bilangan Oktan.....................................................................................................3
2.2 Komponen Utama Bensin....................................................................................5
2.3 Nama Produk Bensin............................................................................................7
2.4 Faksionasi Minyak Bumi.....................................................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak Bumi merupakan bahan bakar yang dihasilkan oleh alam dari fosil-fosil
yang terpendam berjuta-juta tahun. Fosil adalah sisa tulang-belulang binatang atau sisa
tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah.
Minyak mentah (petroleum) adalah campuran yang kompleks, terutama terdiri dari
hidrokarbon bersama-sama dengan sejumlah kecil komponen yang mengandung sulfur,
oksigen, dan nitrogen dan sangat sedikit komponen yang mengandung logam.

Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah adalah alkana


(parafin), sikloalkana (napten), dan aromatik. Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon
sangat tergantung pada sumber minyak bumi.Pada umumnya alkana merupakan
hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang mengandung sikloalkana sebagai
komponen yang terbesar, sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling
sedikit. Untuk memisahkan fraksi-fraksi dalam minyak bumi dapat dilakukan dengan
cara distilasi bertingkat. Setelah melalui distilasi bertingkat minyak bumi akan terpisah
menjadi gas, bensin, kerosin, solar dan lain-lain. Hasil distilasi tersebut digunakan untuk
menggerakan berbagai mesin, seperti: mobil, pesawat, mesin diesel dan lain-lain, untuk
keperluan industri, aspal dan sebagainya.

Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan
yang mati sekitar 150 juta tahun yang silam . Sisa-sisa organisme itu mengendap di
dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun
berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu
dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anerob menguraikan sisa-sisa jasad
renik itu dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.

Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.
Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori bagaikan air dalam
batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah lain,
kemudia terkonsentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walaupun minyak bumi
dan gas alam yang terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak dan gas yaang
terdapat di daratan. hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, sehingga sebagian
lautan menjadi daratan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan maka paper ini memiliki rumusan
malsalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian dari bilangan oktan yang terdapat dalam bahan bakar?

2. Bagaimana komponen utama pada bensin ?

3. Bagaimana nama produk bensin beserta bilangan oktannya?

4. Bagamana faksionisasi pada minyak bumi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari bilangan oktan yang terdapat dalam bahan
bakar.

2. Untuk mengetahui komponen utama pada bensin.

3. Untuk mengetahui nama produk bensin beserta bilangan oktannya.

4. Untuk mengetahui faksionisasi pada minyak bumi.

1.4 Manfaat
Paper ini bermanfaat agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang
bilangan oktan dan rantai hidrokarbon pada bensin serta pengertian dari urutan lapisan
minyak bumi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bilangan Oktan


Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang
bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran
udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang
sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena
besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan
sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan
yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau
ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga
sebisa mungkin harus kita hindari.
Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun
bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres
sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi
pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.
Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari 87% oktana dan
13% heptana (atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan terbakar secara spontan
pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya diperuntukkan
untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang tidak melebihi angka
tersebut.
Umumnya skala oktan di dunia adalah Research Octane Number (RON). RON
ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke dalam mesin uji dengan rasio kompresi
variabel dengan kondisi yang teratur.Beberapa angka oktan untuk bahan bakar:

87 Bensin standar di Amerika Serikat

88 Bensin tanpa timbalPremium

92 Bensin standar di Eropa, Pertamax

94 Premix-TT

98 PertamaxPlus

Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan


bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana yang
tidak mudah terbakar. Suatu campuran 30% nheptana dan 70% isooktana akan
mempunyai bilangan oktan:
Bilangan oktan = (30/100x0) + (70/100x100)
=70
Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji pembakaran sampel
bensin untuk memperoleh karakteristik pembakarannya. Karakteristik tersebut
kemudian dibandingkan dengan karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-
heptana dan isooktana. Jika ada karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana dalam
campuran n-heptana dan isooktana tersebut digunakan untuk menyatakan nilai bilangan
oktan dari bensin yang diuji.
Fraksi bensin dari menara distilasi umumnya mempunyai bilangan oktan ~70.
Untuk menaikkan nilai bilangan oktan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
A. Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi hidrokarbon
rantai bercabang melalui proses reforming Contohnya mengubah n-oktana
menjadi isooktana.
B. Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi
bensin.
C. Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat
pembakaran bensin. Dulu digunakan senyawa timbal (Pb). Oleh karena Pb
bersifat racun, maka penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan senyawa
organik, seperti etanol dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).

Angka oktan bisa ditingkatkan dengan menambahkan zat aditif bensin.


Menambahkan tetraethyl lead (TEL, Pb(C2H5)4) pada bensin akan meningkatkan
bilangan oktan bensin tersebut, sehingga bensin "murah" dapat digunakan dan aman
untuk mesin dengan menambahkan timbal ini. Untuk mengubah Pb dari bentuk padat
menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL dibutuhkan etilen bromida (C 2H5Br).
Celakanya, lapisan tipis timbal terbentuk pada atmosfer dan membahayakan makhluk
hidup, termasuk manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah dilarang untuk dipakai
sebagai bahan campuran bensin.

Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE
(methyl tertiary butyl ether, C5H11O), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE murni
berbilangan setara oktan 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga
dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan
mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO.
Belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena
mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga jika terjadi
kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pompa bensin)
MTBE masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum
lainnya.
Etanol yang berbilangan oktan 123 juga digunakan sebagai campuran. Etanol
lebih unggul dari TEL dan MTBE karena tidak mencemari udara dengan timbal. Selain
itu, etanol mudah diperoleh dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku
untuk pembuatannya cukup melimpah. Etanol semakin sering dipergunakan sebagai
komponen bahan bakar setelah harga minyak bumi semakin meningkat.

2.2 Komponen Utama Bensin

Komponen utama bensin adalah n-heptena (C7H16) dan isooktana (C8H18). kualitas
bensin ditentukan oleh kandungan isooktana (bilangan oktan). Bilangan oktan untuk n-
heptana = 0 dan isooktana = 100. Karana komposisi bensin terdiri dari n-heptana dan
isooktana, yang mempunyai struktur sebagai berikut:

Fungsi kandungan isooktana pada bensin:


1. Mengurangi ketukan (knocking) pada mesin
2. Meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga energi yang dihasilkan lebih besar.
Bilangan oktan bensin dapat ditingkatkan dengan:
1. Memperbesar kandungan isooktana
2. Menambah zat akditif antiketukan (TEL, MTBE dan etanol).
Tabel Bilangan Oktan Beberapa Bahan Bakar

A. Tetraethylleed (TEL) Pb(C2H5)4


Untuk mengubah Pb dari padat ke gas ditambahkan zat adiktif lain yaitu etilen bromida
(C2H5Br) yang nantinya akan bereaksi membentuk uap PbBr 2. Namun Pb nantinya dapat
membahayakan kesehatan karna merupakan logam berat.
B. Methyl Tertier Buthyl Ether (MTBE)
Memiliki bilangan oktan 118, dan lebih aman disbanding TEL karena tidak
mengandung logam berat namun tetap berpotensi mencemari lingkungan karena sulit
diuraikan Mikroorganisme.
C. Etanol
Memiliki bilangan oktan 123 dan lebih unggul disbanding TEL dan MTBE karena tidak
mencemari udara dan mudah diuraikan mikroorganisme. Selain itu bahan baku untuk
membuat etanol juga dari fermentasi tumbuh-tumbuhan yang melimpah dialam dan
dapat dibudidayakan.

2.3 Nama Produk Bensin


Bensin memiliki berbagai nama, tergantung pada produsen dan Oktan. Beberapa
jenis bensin yang dikenal di Indonesia diantaranya:
1. Premium, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 88.
2. Pertamax, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 92.
3. Pertamax Plus, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 95.
4. Pertamax Racing, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 100. Khusus untuk
kebutuhan balap mobil.
5. Primax 92, produksi Petronas yang memiliki Oktan 92.
6. Primax 95, produksi Petronas yang memiliki Oktan 95.
7. Super 92, produksi Shell yang memiliki Oktan 92.
8. Super Extra 95, produksi Shell yang memiliki Oktan 95.
9. Performance 92, produksi Total yang memiliki Oktan 92.
10. Performance 95, produksi Total yang memiliki Oktan 95.
11. LMS dengan oktan 101, 2
12. WRF dengan angka oktan 101, 6
13. Turbo Evo berangka 102
14. AVSP oktannya 107
15. Turbo Boost 115

2.4 Faksionasi Minyak Bumi


Dibawah ini adalah hasil-hasil frasionisasi minyak bumi yang menjadi 7 fraksi
Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut:
1. Fraksi pertama
Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak
bumi dengan titik didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada
kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang
tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang
mengandung komponen utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid
Petroleum Gas) yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2. Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil 90 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu
30 oC 90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar
ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan
rantai C5H12 C6H14.
3. Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih
kecil dari 175 oC , masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu
90 oC 175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan
bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14C9H20.
4. Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
200 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC -
200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan
nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan rantai C9H20C12H26.
5. Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 175 oC - 275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan
keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran alkana
dengan rantai C12H26C15H32.
6. Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik
didih lebih kecil dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin
dengan suhu 250 oC - 375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair
dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan
campuran alkana dengan rantai C15H32C16H34.
Karakteristik solar Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik
tertentu sama halnya dengan jenis bahan bakar lainnya. berikut karakteristik yang
dimiliki fraksi solar:
1. Tidak berwarna atau terkadang berwarna kekuning-kuningan dan berbau.

2. Tidak akan menguap pada temperatur normal.

3. Memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bensin
dan kerosen.

4. Memiliki flash point (titik nyala) sekitar 40C sampai 100C.

5. Terbakar spontan pada temperatur 300C.

6. Menimbulkan panas yang tinggi sekitar 10.500 kcal/kg.


Pada umumnya solar digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel
ataupun peralatan-peralatan industri lainnya. Agar menghasilkan pembakaran yang baik,
solar memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar yang telah ditentukan. Berikut
persyaratan yang menentukan kualitas solar:
A. Mudah terbakar.

B. Tidak mudah mengalami pembekuan pada suhu yang dingin.


C. Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut.

D. Solar harus memiliki kekentalan yang memadai agar dapat disemprotkan oleh
ejector di dalam mesin.

E. Tetap stabil atau tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna dalam
proses penyimpanan.

F. Memiliki kandungan sulfur sekecil mungkin, agar tidak berdampak buruk bagi
mesin kendaraan serta tidak menimbulkan polusi.

7. Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi,
yaitu di atas 375 oC, sehingga akan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu
yang tidak menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang
minyak bumi. Adapun residu yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang
masuk ke kolom pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34
C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44C24H50) untuk membuat
lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan
pelapis jalan raya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulakan dari paper ini diantaranya:
1. Bilangan oktan angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan
sebelum bensin terbakar secara spontan.
2. Komponen utama yang terdapat dalam bensin adalah n-heptena (C7H16) dan isooktana
(C8H18).
3. Fraksionasi pada minyak bumi terdiri dari 7 fraksi diantaranya:
a. Fraksi Pertama, menghasilkan gas
b. Fraksi kedua, mengahasilkan petroleum ester
c. Fraksi ketiga, menghasilkan bensin (gasoline)
d. Fraksi keempat, menghasilkan nafta
e. Fraksi kelima, menghasilkan minyak tanah (kerosin)
f. Fraksi keenam, menghasilkan solar
g. Fraksi ketujuh, menghasilkan residu.
4. Umumnya skala oktan didunia memiliki bebagai macam adalah Research
Octane Number (RON). RON ditentukan dengan mengisi bahan bakar ke dalam
mesin uji dengan rasio kompresi variabel dengan kondisi yang teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Mayong, 2012. Penghitungan nilai oktan berdasarkan Research Octane Number
(RON) pada bahan bakar bensin. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Diponoggor:
Semarang
Edy Pratono,2013. Faksionasi pada minyak bumi. Diakses dari:
http://edypratono.blogspot.co.id/2013/09/minyak-tanah-kerosine.html. pada 13
April 2017. Pukul 09.54 PM .
Syefrida M, 1996. Pengaruh bilangan oktan pada bensin dengan berbagai variable tes
yang berbeda. Jurnal Kimia. Uneversitas Andalas: Padang

Anda mungkin juga menyukai