A. TINJAUAN TEORITIS
I.Pengertian
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan
dialisis atau transplantasi ginjal), (Nursalam, 2006).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia
(Smeltzer, 2002).
Menurut Doenges, 1999, Chronic Kidney Disease biasanya berakibat akhir
dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk
glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vascular (nefrosklerosis), proses
obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nefrotik
(aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Bertahapnya sindrom ini melalui
tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua sistem tubuh.
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National
Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis
sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60
mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi
yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversibel dan hilangnya
nephrons ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR.
Tahapan penyakit gagal ginjal kronis berlangsung secara terus-menerus dari
waktu ke waktu. The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)
mengklasifikasikan gagal ginjal kronis sebagai berikut:
a. Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR >90 mL/min/1.73 m2)
b. Stadium 2: ringan (GFR 60-89 mL/min/1.73 m2)
c. Stadium 3: sedang (GFR 30-59 mL/min/1.73 m2)
d. Stadium 4: gagal berat (GFR 15-29 mL/min/1.73 m2)
e. Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR <15 mL/min/1.73 m2)
Pada gagal ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan
ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal (Arora,
2009).
II. ETIOLOGI
Menurut Price dan Wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1.Penyakit infeksi tubulointerstitial: Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
2.Penyakit peradangan: Glomerulonefritis
3.Penyakit vaskuler hipertensif: Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, Stenosis arteria renalis
4.Gangguan jaringan ikat: Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif
5.Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal
6.Penyakit metabolik: Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7.Nefropati toksik: Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8.Nefropati obstruktif: Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma,
fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur
uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan uretra)
IV. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila nefron rusak maka akan terjadi
penurunan laju filtrasi glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik
yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi
non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan
metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin D yang
mana vitamin D bergunan untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi
kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi
hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya tulang
menjadi rusak. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam
stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan
produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan
oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan
mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.
V. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut Price dan Wilson (2005), Smeltzer dan Bare
(2001), Lemine dan Burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi sistem
tubuh yaitu :
1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, friction rub pericardial, pembesaran vena leher, gagal
jantung kongestif, perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi
pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus),
warna kulit abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik
tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik,
ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar
(purpura).
3. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum
kental dan liat,nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis
4. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan
pada mulut, anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran
saliva, haus, rasa kecap Glogam dalam mulut, kehilangan kemampuan
penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi
dan diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal.
5. Perubahan muskuloskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang, kulai kaki (foot drop).
6. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai
kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot, tidak mampu
berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler,
impotensi, penurunan libido, kemandulan
8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas
trombosit, masa pembekuan memanjang, peningkatan kecenderungan
perdarahan.
9. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit,
peningkatan resiko infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih,
hematuria, proteinuria, nocturia, aliguria.
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran
glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum
kreatinin (azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia dan hipokalsemia.
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta
gangguan proses kognitif.
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001)
yaitu :
1. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebihan.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiostensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan kehilangan
darah selama hemodialisis.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar alumunium.
III.INTERVENSI
N DIAGNOSA NOC NIC
O
a. Monitoring
adanya
penurunan
berat badan
b. Monitoring
mual dan
muntah
c. Monitoring
turgor kulit
d. Monitoring
kalori dan
intake nutrisi
e. Monitoring
kadar hb dan
Ht
2. d.
e. Monitor
pemeriksaan
laboratorium
misalnya
Hb/Ht dan
jumlah sel
darah merah
f. Berikan sel
darah merah
darah lengkap
g. Berikan
oksigen
tambahan
sesuai dengan
indikasi
3. Gangguan pertukaran gas b/d NOC :
Airway
kongesti paru, hipertensi
a. Respiratory Status : Management
pulmonal, penurunan perifer yang
Gas exchange
mengakibatkan asidosis laktat dan
b. Respiratory Status : a. Buka jalan
penurunan curah jantung.
ventilation nafas,
c. Vital Sign Status guanakan
Kriteria Hasil : teknik chin lift
atau jaw thrust
a. Mendemonstrasika
bila perlu
n peningkatan
ventilasi dan b. Posisikan
oksigenasi yang pasien untuk
adekuat memaksimalk
b. Memelihara an ventilasi
kebersihan paru
paru dan bebas dari c. Identifikasi
tanda tanda distress pasien
pernafasan perlunya
c. Mendemonstrasika pemasangan
n batuk efektif dan
alat jalan nafas
suara nafas yang
buatan
bersih, tidak ada
sianosis dan
d. Lakukan
dyspneu (mampu
fisioterapi
mengeluarkan
dada jika perlu
sputum, mampu
bernafas dengan e. Keluarkan
mudah, tidak ada sekret dengan
pursed lips) batuk atau
d. Tanda tanda vital suction
dalam rentang
f. Monitor
normal
respirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring
a. Monitor rata
rata,
kedalaman,
irama dan
usaha respirasi
b. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicula
r dan
intercostal
c. Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
d. Monitor pola
nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
e. Monitor
kelelahan otot
diagfragma
( gerakan
paradoksis )
2) Analisa Data
ii. Os mengatakan
tidak mau makan +
1 bulan
DO: - os tampak lemas
4) INTERVENSI KEPERAWATAN
11 oktober 2016
NO WAKTU TINDAKAN RESPON PASIEN TT
DX
f. HB: 9,60g/ dl
Ht: 30,9%
Leukosit: 37,73 rb/ul
Trombosit: 80 rb/ul
5) EVALUASI
NO WAKTU(TGL/ EVALUASI TT
DIAGNOS JAM)
A
1. 10 oktober S:
2016 Os mengatakan sesak napas
Os mengatakan lemas
O:
os tampak lemas
Os tampak sesak napas
Tampak retraksi dinding dada
Monitor ttv
Td : 140/90 S : 36 N : 110 Rr : 30
SpO2 : 99%
2. 10 Oktober
2016 S:
01-00.00
os mengatakan mual dan muntah
Os mengatakan lemas
Os mengatakan tidak mau makan +
1 bulan
O:
os tampak lemas
Os tampak pucat
Mual saat makan
Os makan habis 2 sendok
TD: 150/ 80 N: 84 S: 37.20 RR: 23
1. 11 Oktober S:
2016
07- 12.30 os mengatakan sesak napas
O:
os tampak lemas
Os tampak sesak napas
Tampak retraksi dinding dada
Monitor ttv
08.00
Td : 140/90 S : 36 N : 122 Rr : 30
SpO2 : 96%
10.00
Td : 130/90 N : 102 S:36 RR:30
SpO2 : 98%
11.30
Td : 130/80 N : 62 S: 35.5 RR : 32
SpO2 : 88%
12.00
Td: 100/60 N: 62 RR: 34
Spo2: 88%
Epineprine 1 ampul
Rjp 2 siklus
Eprineprine 1 ampul
RJP stop
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC\
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI