2 Bahan
a Buku status pasien Unit Pelayanan Umum / Family folder
b Lembaran resep
c Form resep
d Form laboratorium
e Form rujukan eksternal dan internal
f Buku register rujukan pasien
1. PENGERTIAN.
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massaa tulang menurun,
komponen matrik yaitu mineral dan protein berkurang, resorpi terjadi lebih cepat daripada
formasi tulang sehingga tuang menjadi tipis.
Pada tulang dengan osteoporosis terjadi penurunan ketebalan tulang kompakta dan
peningkatan diameter rongga madulary.
Kondisi di ataas menyebabkan terjadinya pelebaran rongga sumsum tulang dan
saluran havers, trapekula berkurang dan menjadi tipis akibatnya tulang mudah retak. Tulang
yang mudah terkena adalah vertebra, pelipis dan tengkorak.
2. ETIOLOGI.
Perkembangan osteoporosis sangat komplek meliputi faktor-faktor nutrisi, fisik,
hormonal dan genetik. Adapun tiga faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis adalah :
1. Defisiensi kalsium.
Hal ini dikarenakan intake kalsium dalam makanan yang kurang/tidak adekuat.
Menurunnya kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia yaitu dengan
berkurangnya absorbsi kalsium, tidak adekuatnya intake vitamin D atau penggunaan obat-
obatan (heparin, alkohol, antasida ikatan fosfat,, kortikosteroid, fenitoin, isoniazid) dalam
jangka waktu lama.
2. Kurangnya latihan yang teratur.
Imobilisasi dapat menyebabkan proses menurunnya massa tulang. Olahraga atau
latihan yang teratur dapat mencegah penurunan masssa tulang. Tekanan-tekanan mekanis
pada latihan akan membuat otot-otot berkontraksi yang dapat merangsang formasi tulang.
3. Perbedaan jenis kelamin.
Hormon-hormon reproduksi mempengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita post
menopouse, hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormnon yang
sangat menurun adalah estrogen. Dengan demikian wanita lebih cepat dan berisiko
mengalami osteoporosis daripada laki-laki. Padda laki-laki osteoporosis terjadi setelah usia
70 tahun.
Selain tiga hal tersebut di atas, gangguan kelenjar endokrin dapat menyebabkan
osteoporosis yaitu penyakit chusing, thyrotoxicosis atau hipersekresi kelenjar adrenal.
Faktor risiko terjadinya osteoporosis antarra lain : kurang terkena sinar matahari,
alkoholisme, banyak mengkonsumsi nikotin (perokok) dan kafein, kurang aktivitas fisik, ada
riwayat keluarga dengan osteoporosis.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis osteoporosis promr mempunyai faktor etiologi multipel sebagai akibat
bertambanya usia, yang merupakan perpaduan antara turunnya pembentukan tulang ddan
peningkatan reapsorpsi tung yang hasil akhirnya ialah hilangnya massa tulang. Beberapa
hipotesis yang diajukan antara lain : kegagalan relatif osteoblast, defisit vitamin D dan
kalsium akibat perubahan diet. Penurunan efisiensi absorpsi kalsium di usus ddan efisiensi
kalsium di ginjal, penurunan kadar kalsitonin dan estrogen dan kenaikan kadar PTH.
3. MANIFESTASI KLINIS.
Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala kinis sampai terjadi
patah tulang, nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi seseorang
dapat berkurang atau timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-
kadang disebut dowagers hamp).
Adanya osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal
yang disertai reapsorpsi gusi ata banyak gusi yang goyah, dapat digunakan sebagai
patokan kemungkinan adanya osteoporosis tulang.
4. KOMPLIKASI.
Fraktur tulang panggul.
Fraktur pergelangan tangan.
Fraktur columna vertebaralis dan paha.
Fraktur tulang iga.
Fraktur radius.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Pemeriksaan sinar-X terhadap tulang memperlihatkan penurunan
ketebalan tulang.
CT scan densitas tulang dapat memberikan gambaran akurat mengenai
tingkat massa tuang dan menentukan kecepatan penipisan tulang.
6. PENCEGAHAN.
Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa anak-anak dan remaja
yaitu kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang adekuat untuk memperkuat tulang.
Olahraga beban bahkan pada usia lanjut (>85 tahun), telah dibuktikan
dapat meningkatkan kepadatan tulang dan massa otot dan memperbaiki daya tahan
fisik dan keseimbangan.
Terapi estrogen-progesteron pengganti selama dan setelah menopouse
dapat mengurangi pembentukan osteoporosis pada wanita. Kontra indikasi terapi
penggantian estrogen adalah riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga
atau riwayat individu mengidap pembentukan pembekuan darah.
Terapi testosteron dapat mengurangi osteoporosis pada pria.
Suplemen kalsium dan vitamin D melalui makanan dapat mengurangi
pembentukan osteoporosis baik pada pria maupun wanita.
Hindari merokok.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1. Riwayat Keperawatan
Perawat perlu menanyakan adanaya :
Rasa sakit/nyeri pada tulang punggung (bagian bawah), nyeri leher, merasakan berat badan
menurun. Umur dan jenis kelamin biasanya diataas usia 50 tahun dan sering pada wanita,
kurangnya aktifitas atau Imobilisasi. keadaan nutrisi misal kurang vitamin D, C dan kalsium.
Mengkonsumsi alkohol dan kafein, merokok.
Adanya penyakit endokrin : Diabetes melitus, Hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, chusings
syndom, acromegali, hypogonadism.
2. Pemeriksaan fisik
Lakukan penekanan pada tulang punggung apakah terdapat nyeteka, nyeri pergerakan.
Periksa mobilitas amati posisi pasien yang nampak membungkuk.
3. Riwayat psikososial
Penyakit ini terjadi pada usia tua dan lebih banyak pada wanita. Biasanya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktifitas, dan perubahan konsep diri.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien osteoporosis, pada umumnya adalah:
1. Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan proses penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh untuk kalsium dan vitamin D
3. Gangguan konsep diri : perubahan body image / harga diri berhubungan
dengan proses penyakit
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN.
1. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan :
Pasien dapat meningkatkan mobiltas dan aktifitas
Rencana/tindakan keperawatan
Gunakan matress dengan tempat tidur papan. Hal ini untuk
memperbaiki posisi tulang belakang
Bila ada indikasi, bantu pasien dengan menggunakan walker atau
tongkat
Bantu dan ajarkan untuk latihan ROM setiap 4 jam utnuk
meningkatkan fungsi persendian dan mencegah kontraktur
Ajarkan pada pasien untuk mencegah fraktur
Bila pasien dianjurkan menggunakan brace punggung atau korset,
perlu dilatih penggunaan dan jelaskan tujuannya yaitu untuk menunjang
tubuh/anggota badan.
Beriakn analgetik, estrogen, kalsium dan vitamin D sesuai terapi
dokter
Berikan diet tinggi kalsium dan vitamin D sesuai terapi dokter
Monitor kadar kalsium.
5. EVALUASI
Tidak terjadi komplikasi
Aktifitas dan mobilitas terpenuhi
Perilaku yang adaptasi
Memahami cara perawatan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Bunga rampai, editor Waspadji, Sarwono dkk. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta
Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta
Pengertian Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh darah.
Tujuan Agar petugas dapat menegakkan diagnosis DM dan melakukan pengobatan DM.
Kebijakan SK Direktur No : / / /2016 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis Klinik Graha Puger Sehat
Referensi Permenkes no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Hal 426
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa tentang riwayat penyakit sekarang, apakah
pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering
kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi (serng lapar), serta enurunan
berat badan yang tidak jelas penyebabnya, atau juga bisa disertai keluhan
tidak khas meliputi lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, pruritus vulva pada wanita, dan disfungsi ereksi pada pria.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, adakah penurunan berat badan,
atau adakah prurirus atau gangren.
3. Petugas melakukan pemeriksaan GDA, atau GDP dan GD2JPP bila pasien
berpuasa, serta pemeriksaan HbA1C
4. Petugas menegakkan diagnosa Diabetes Mellitus bila:
4.1.1 Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + Glukosa darah
sewatu 200 mg/dl (darah kapiler). ATAU
4.1.2 Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa 126 mg/dl (darah
kapiler). ATAU
4.1.3 Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/Dl. ATAU
4.1.4 Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS 200 mg/dl atau GDP ulang
126 mg/dl (darah kapiler). ATAU
4.1.5 HbA1C 6.5 %, pemeriksaan HbA1C dilakukan hanya apabila
pasien menyetujui.
5. Petugas melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi
perencanaan makan sesuai kebutuhan
6. Petugas memberikan pengobatan DM:
Diagram
Alir Tidak
Anamnesa GDA 200 mg/dL
Gejala klasik DM GDP 126 mg/dL
Ya
Juni 2013
dr. Sonny Budiman
NIP. 197910292010011007
PENGERTIAN Definisi :
Rheumatoid arthritis adalah peradangan dan
pembengkakan kronis di daerah sendi.
Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
- Peradangan sendi di tiga tempat atau lebih
- Bengkak pada satu atau lebih daerah sendi
- Simetris
- Terdapat nodul subcutaneus
Pemeriksaan Penunjang
- Rontgen, scan tulang
- Lab darah rutin
- Asam urat
- Cairan synovial
Diferensial Diagnosis
- Gout arthritis
- Psoriatic arthritis
- SLE
Terapi
1. Pengobatan non farmakologi
a. Penyuluhan, penjelasan penyakit, pengobatan,
gejala, hidup sehat(kurangi berat badan, olahraga
ringan, perbaiki sikap tubuh)
b. Istirahat sendi
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologi
NSAID :
- Ibuprofen 3 x 400 mg
- Aspirin
STEROID: Prednison 3 x 5 mg
Out Put
- Keluhan rasa nyeri berkurang
- Proses radang sendi berkurang
UNIT TERKAIT BP, laboratorium