Anda di halaman 1dari 5

Dalam proses pembuatan kebijakan, keadaan sosio kultural, ekonomi

dan politik dapat mempengaruhi output dari sebuah kebijakan. Kebijakan publik
merupakan sebuah solusi untuk memecahkan masalah di masyarakat. Tetapi tidak
semua masalah yang ada di masyarakat bisa terselesaikan dengan adanya sebuah
kebijakan.
Purposive course of action or inaction undertaken by an
actor or a set of actors in dealing with a problem or matter of
concern (Anderson J. E., 1994).
Kebijakan menurut pengertian diatas yaitu sebuah tindakan yang
secara sengaja diambil atau tidak diambil untuk menyelesaikan sebuah masalah
atau hal-hal yang menjadi perhatian. Dalam konteks publik, kebijakan publik
dimaksudkan untuk mengatasi masalah atau meningkatkan kondisi masyarakat
pada kondisi atau keadaan tertentu baik secara umum atau keadaan spesifik
tertentu. Dalam setiap proses pembuatan kebijakan selalu melibatkan proses
pengambilan keputusan oleh pihak yang memiliki kekuasaan baik pada bagian
formulasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.
Formulasi kebijakan merupakan bagian dari fase pra pengambilan
keputusan dari pembuatan kebijakan yang terdiri dari tiga tahap yaitu
1. Penyusunan agenda
Setiap masalah harus muncul di permukaan dan diketahui oleh pembuat
kebijakan sehingga akan dikeluarkan kebijakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Penyusunan agenda memiliki peran penting dalam proses membawa
sebuah isu publik sampai menjadi perhatian bagi para pengambil keputusan.
Sebuah agenda merupakan kumpulan dari permasalahan, memahami penyebab
masalah, solusi, dan elemen dari permasalahan lain di masyarakat yang
menjadi perhatian oleh masyarakat dan pemerintah.

1
Levels of the Agenda (Fisher, Miller, & Sidney, 2007)

Agenda sistemik terdiri atas isu yang dipandang secara umum oleh anggota
masyarakat politik sebagai hal yang patut mendapat perhatian dari pemerintah
dan mencakup masalah yang berbeda dalam kewenangan sah di setiap tingkat
pemerintahan masing-masing. Ada 3 syarat agar isu dapat masuk dalam agenda
sistemik menurut Cobb dan Elder (Howlett & Ramesh, 1995) :
a. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau sekurang kurangnya
menumbuhkan kesadaran masyarakat.
b. Adanya persepsi atau pandangan masyarakat bahwa perlu dilakukan
beberapa tindakan untuk memecahkan masalah
c. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa masalah itu merupakan
kewajiban dan tanggung jawab yang sah dari pemerintah untuk
memecahkannya.
Apabila sebagian besar pembuat kebijakan sepaham bahwa prioritas perlu
diberikan kepada masalah tertentu, maka policy issue tersebut segera dapat
dimasukkan ke dalam agenda pemerintah.

2. Pencarian legitimasi

2
Pencarian informasi yang akurat dan obyektivitas analisis diharapkan dapat
membuahkan persetujuan dari masyarakat, sehingga legitimasi tiap langkah
yang diambil pemerintah tidak diragukan lagi oleh masyarakat.
Pencarian legitimasi juga bisa diartikan sebagai proses membangun dukungan
dari masyarakat. Hal ini penting karena masyarakat yang perhatian terhadap
proses pembuatan kebijakan akan selalu memantau tindakan-tindakan yang
diambil oleh pemerintah untuk membuat kebijakan tersebut. Dengan
akuntabilitas dan legitimasi yang bisa diterima oleh masyarakat akan membuat
semua proses pembuatan kebijakan akan didukung dan diterima oleh
masyarakat.
3. Pernyataan kebijakan
Ditinjau dari kebijakan sebagai sebuah sistem maka perlu adanya masukan atau
input terhadap munculnya sebuah kebijakan. Masukan atau input adalah
kebijakan merupakan :
a. Kebutuhan
Kebutuhan masyarakat akan sesuatu hal contohnya kebutuhan akan fasilitas
kesehatan bisa menjadi alasan untuk membuat sebuah kebijakan dalam
pemenuhan fasilitas kesehatan untuk masyarakat.
b. Tuntutan
Dimana masalah sudah terjadi di masyarakat dan ada tuntutan dari
masyarakat untuk penyelesaian dilakukan oleh policy maker sehingga bisa
menjadi input untuk kebijakan.
Kebijakan merupakan sebuah produk dari proses politik yang menurut
beberapa ahli disebut black box. Karena hampir tidak bisa dipastikan apa yang
terjadi di dalam proses tersebut. Proses lobi antara elit politik di pemerintah
hampir tidak dapat diketahui dalam usaha merumuskan kebijakan yang akan
diambil.
Hal penting dalam formulasi kebijakan adalah bagaimana memberikan
pemahaman mengenai akuntabilitas dari semua pembuat kebijakan kepada
masyarakat yang dilayaninya. Faktor yang bisa mempengaruhi suatu kebijakan
(Anderson J. E., 2006):
1. Nilai-nilai yang dianut baik oleh organisasi, profesi, individu, kebijakan
maupun ideology

3
2. Afiliasi partai politik
3. Kepentingan konstituen
4. Opini publik
5. Penghormatan terhadap pihak lain
6. Aturan kebijakan
Secara mendasar pada tahap formulasi kebijakan ini akan menjawab
beberapa pertanyaan yaitu apa rencana untuk mengatasi masalah yang ada, apa
tujuan dan prioritas dari kebijakan yang akan dibuat, pilihan apa yang tersedia
untuk mencapai tujuan tersebut, apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
yang tersedia dan apakah ada efek dari eksternal baik positif maupun negatif yang
berhubungan dengan masing-masing pilihan tersebut.
Output dari formulasi kebijakan adalah berupa draft kebijakan yang
akan diserahkan kepada level pembuat kebijakan tertinggi untuk dipertimbangkan,
disetujui dan kemudian diadopsi atau diimplementasikan. Menjadi tanggung
jawab pihak dengan level pembuat kebijakan tertinggi untuk menyetujui atau
menolak rancangan kebijakan yang ada. Pembuat kebijakan dengan level tertinggi
harus yakin terhadap level manajemen dibawahnya bahwa kebijakan yang telah
dibuat dapat dilaksanakan baik secara administratif dan operasional.

Daftar Pustaka

Anderson, J. E. (1994). Public Policymaking : an Introduction. Boston:


Houghton Mifflin.

4
Anderson, J. E. (2006). Public Policy Making (6th ed.). Boston: Houghton
Mifflin.

Fisher, F., Miller, G. J., & Sidney, M. S. (2007). Public Policy Analysis ;
Theory, Politics, and Methods. Florida: CRS Press.

Howlett, M., & Ramesh, M. (1995). Studying Public Policy: Policy Cycles
and Policy Subsystems. Toronto: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai